Als docx, pdf oder txt herunterladen
Als docx, pdf oder txt herunterladen
Sie sind auf Seite 1von 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi yang diinduksi kehamilan terjadi pada 6 hingga 10


persen kehamilan, hipertensi selama kehamilan dan preeclampsia
merupakan diagnosis yang seringkali didapatkan pada wanita dengan
kehamilan. (Carol E Warnes et al dalam Sumantri, Djoko; 2018).

Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang


memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab
kematian ibu hamil dan perinatal yang tinggi terutama di negara
berkembang. Sampai saat ini preeklamsia dan eklamsia masih merupakan
”the disease of theories”, karena angka kejadian preeklampsia-eklampsia
tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal
yang tinggi (Manuaba, 2010).

Prevalensi preeklamsia dan eklamsia adalah 2,8% dari kehamilan di


negara berkembang, dan 0,6% dari kehamilan di negara maju (WHO,
2005). Insiden hipertensi saat kehamilan pada populasi ibu hamil dari
tahun 1997 hingga 2007 di Australia, Kanada, Denmark, Norwegia,
Skotlandia, Swedia dan Amerika berkisar antara 3,6% hingga 9,1%,
preeklamsia 1,4% hingga 4,0%, dan tanda awal preeklamsia sebanyak
0,3% hingga 0,7% (Roberts, 2011). Selain itu insiden kejadian
preeklamsia di dunia meningkat sebanyak 25% dari tahun 1987-1988
hingga 2003-2004 9IM, 2009).

Angka kematian ibu di dunia mencapai 529.000 per tahun, dengan


rasio 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dimana 12% dari
kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia (WHO, 2005). Preeklamsia
juga menjadi penyebab langsung kematian ibu di Inggris yaitu sebesar
15% (Symonds, 2010). Di Indonesia, pada tahun 2006 angka kematian ibu
(AKI) yang disebabkan oleh eklamsia dan preeklamsia adalah sebanyak

1
5,8% (Depkes, 2007). Jika dilihat dari golongan sebab sakit, persentase
eklamsia dan preeklamsia memang lebih rendah dibanding data di dunia,
namun jika dilihat dari Case Fatality Rate (CFR), penyebab kematian
terbesar adalah eklamsia dan preeklamsi dengan CFR 2,1%. Pada tahun
2011 eklamsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
pada ibu melahirkan yaitu sebanyak 24% (Depkes, 2012). Preeklamsia-
eklamsia merupakan merupakan penyebab utama kematian perinatal dan
dapat mengakibatkan retardasi mental pada anak (Knuppel, 1993). Selain
itu preeklamsia dapat mengakibatkan kematian ibu, terjadinya
prematuritas, serta dapat mengakibatkan Intra Uterin Growth Retardation
(IUGR) dan kelahiran mati karena pada preeklamsia-eklamsia akan terjadi
perkapuran di plasenta yang menyebabkan makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang (Benson, 2009).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia-


eklamsia menurut Yulaikhah (2009), Lyall (2007), dan Lindheimer (2009)
adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, peningkatan
indeks massa tubuh, primipara (ibu yang melahirkan untuk pertama
kalinya), ukuran plasenta yang besar, ibu yang merokok, primigravida
muda, distensi rahim yang berlebihan, adanya riwayat preeklamsia,
riwayat hipertensi, kehamilan ganda, dan penyakit yang menyertai
kehamilan seperti diabetes melitus dan kegemukan. Menurut Manuaba
(2010) berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan ibu
hamil perlu perhatian khusus karena dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin serta dapat meningkatkan risiko penyulit kehamilan seperti
diabetes dan preeklamsia-eklamsia. Penambahan berat badan sebaiknya
hampir sama selama trimester kedua dan ketiga dengan rata-rata sekitar
0,4 kg/minggu. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan untuk mengatur
pertambahan berat badan sesuai dengan rekomendasi dengan menjaga
pola makan agar dapat meminimalkan risiko dari pertambahan berat
badan yang berlebih atau kurang.

2
Fortner, dkk (2009) telah meneliti mengenai pengaruh obesitas
sebelum kehamilan dan pertambahan berat badan selama kehamilan
terhadap kejadian hipertensi kehamilan perempuan ras Latina. Penelitian
yang dilakukan di Nigeria Tenggara untuk membandingkan hasil obstetri
antara wanita obesitas dengan wanita normal pada awal kehamilan.
Dimana kedua penelitian tersebut mendapatkan hasil yaitu obesitas dapat
menjadi faktor risiko peningkatan morbiditas pada kehamilan serta
memiliki risiko lebih besar daripada wanita normal untuk mengalami
preeklamsia.

Berdasarkan fakta bahwa preeklamsia-eklamsia merupakan salah


satu penyebab utama kematian ibu di negara berkembang serta angka
kejadian preeklamsia-eklamsia masih tinggi maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh adanya faktor risiko terhadap
kejadian preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Sugihwaras, Bojonegoro.

1.2. Rumusan Masalah

Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi


peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:

1. Berapa prevalensi hipertensi dalam kehamilan pada ibu hamil di Desa


Bulu tahun 2017?
2. Bagaimana karakteristik ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan
di Desa Bulu tahun 2017?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui angka prevalensi hipertensi dalam kehamilan pada ibu


hamil di Desa Bulu tahun 2017

2. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan


di Desa Bulu tahun 2017.

3
1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat
Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat,
terutama warga Desa Bulu, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten
Bojonegoro, sebagai sarana untuk mengidentifikasi angka prevalensi dan
karakteristik ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan, sehingga
dapat dilakukan prevensidalam upaya mencegah kejadian hipertensi
dalam kehamilan dengan memeriksakan diri secara rutin.
2. Bagi Puskesmas
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sumber
informasi, juga memberikan gambaran kepada pihak Puskesmas dalam
rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan, terutama dalam
memberikan intervensi yang promotif dan preventif.
3. Bagi Instansi Pemerintahan Terkait
Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada instansi pemerintahan Desa Bulu,
Kecamatan Sugihwaras, dalam meningkatkan program perbaikan
kesehatan warga terutama masalah hipertensi dalam kehamilan.
4. Bagi Peneliti
Kegiatan dalam Program Internsip Dokter Indonesia menjadi media
pembelajaran bagi peneliti dalam menelaah masalah-masalah kesehatan
yang ada di masyarakat, menganalisis penyebab masalah tersebut,
mengidentifikasi solusi atau pemecahan masalah tersebut, menyusun
pemecahan masalah dan melakukan evaluasi terhadap hasil akhir dari
program yang telah dikerjakan. Peneliti juga diperkaya wawasannya akan
sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas.
5. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari kegiatan ini dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi

Hipertensi, termasuk preeklamsia, mempengaruhi 10% dari


kehamilan di seluruh dunia. Kondisi ini juga merupakan penyumbang
mortalitas serta morbiditas maternal dan perinatal terbesar. Preeklamsia
diperkirakan sebagai penyebab kematian 50.000-60.000 ibu hamil setiap
tahunnya. Selain itu, hipertensi dalam kehamilan merupakan kontribusi
utama prematuritas. Preeklamsia diketahui merupakan faktor risiko
penyakit kardiovaskular dan metabolik pada perempuan. Insidens
eklamsia adalah 1-3 dari 1.000 pasien preeklamsia.

2.2. Etiopatogenesis

Preeklamsia merupakan sebuah sindrom sistemik dalam kehamilan


yang bermula dari plasenta. Preeklamsia dipikirkan sebagai akibat dari
invasi sitotrofoblas plasenta yang inadekuat diikuti dengan disfungsi
endotel maternal yang meluas. Selain itu, berbagai faktor seperti renin-
aldosteron-angiotensin, stres oksidatif berlebihan, inflamasi, maladaptasi
sistem imun, dan genetik diduga berperan dalam patogenesis
preeklamsia.

Normalnya sitotrofoblas ekstravilidari janin menginvasi lapisan


endotel arteri spiralis ibu. Arteri spiralis akan diubah dari pembuluh darah
yang kecil dengan resistensi tinggi menjadi lebar sehingga perfusi
plasenta untuk untuk nutrisi janin akan cukup. Pada preeklamsia,
transformasi ini tidak terjadi dengan sempurna. Invasi sitotrofoblas ke
arteri spiralis terbatas hanya sampai desidua superfisialis sehingga
segmen arteri pada miometrium tetap sempit.

Sitotrofoblas juga tidak mengalami pseudovaskulogenesis karena


normalnya terjadi perubahan fenotip epitel menjadi seperti sel endotel

5
yang memiliki permukaan adhesi. Hal tersebut menyebabkan buruknya
daya invasi ke arteri spiralis yang berada di miometrium. Defek awal inilah
yang menyebabkan iskemi plasenta.

Plasentasi yang abnormal diperkirakan menyebabkan lepasnya


berbagai faktor yang masuk ke sirkulasi maternal sehingga menyebabkan
berbagai tanda dan gejala klinis preeklamsia. Semua gejala klinis
preeklamsia disebabkan oleh endoteliosis glomerulus, peningkatan
permeabilitas vaskular, dan respon inflamasi sistemik yang menyebabkan
jejas dan/atau hipoperfusi pada organ. Manifestasi klinis biasanya terjadi
setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

2.3. Patofisiologi

Pada tubuh perempuan hamil dengan preeklamsia terjadi beberapa


perubahan patofisiologis pada beberapa organ/sistem organ yang akan
bermanifestasi pada tampilan klinis. Perubahan-perubahan ini
diperkirakan akibat vasospasme, disfungsi endotel, dan iskemia yang
terjadi. Berikut akan dijelaskan mengenai perubahan-perubahan yang
terjadi:

1. Sistem kardiovaskular. Pada preeklamsia, endotel mengeluarkan


vasoaktif yang didominasi oleh vasokonstriktor, seperti endotelin
dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi penurunan kadar renin,
angiotensin I, dan angiotensin II dibandingkan kehamilan normal.
2. Sistem perdarahan dan koagulasi. Pada perempuan dengan
preeklamsia terjadi trombositopenia, penurunan kadar beberapa
faktor pembekuan, dan eritrosit dapat memiliki bentuk yang tidak
normal sehingga mudah mengalami hemolisis. Jejas pada endotel
dapat menyebabkan peningkatan agregasi trombosit, menurunkan
lama hidupnya, serta menekan kadar antitrombin III.
3. Homeostasis cairan tubuh. Pada preeklamsia terjadi retensi natrium
karena meningkatnya sekresi deoksikortison yang merupakan hasil
konversi progesteron.

6
4. Ginjal. Selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Pada preeklamsia terjadi
perubahan seperti peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan
perubahan bentuk bentuk endotel glomerulus. Filtrasi yang semakin
menurun menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat.
Proteinuria belum dapat dijelaskan dengan baik sampai dengan
saat ini.
5. Hepar. Pada preeklamsia, ditemukan infark hepar dan nekrosis.
Infark hepar dapat berlanjut menjadi perdarahan sampai hematom.
Apabila hematom luas, dapat terjadi ruptur subskapular. Nyeri perut
kuadran kanan atas nyeri epigastrium disebabkan oleh teregangnya
kapsula Glisson.
6. Serebrovaskular dan gejala neurologis lain, sperti sakit kepala dan
gangguan penglihatan. Mekanisme pasti penyebab kejang
belumlah jelas. Kejang diperkirakan terjadi akibat vasospasme
serebral, edema, dan kemungkinan hipertensi mengganggu
autoregulasi serta sawar darah-otak.
7. Mata. Dapat terjadi vasospasm retina, edema retina, ablasio retina,
sampai kebutaan pada preeklamsia.

2.4. Manifestasi Klinis

Pasien preeklamsia dapat mengeluhkan hal-hal berikut:

 Sakit kepala;
 Gangguan penglihatan: kabur atau skotoma;
 Gangguan status mental;
 Kebutaan – dapat bersifat kortikal atau retina;
 Sesak napas;
 Bengkak, dapat terjadi pada kedua kaki ataupun wajah;
 Nyeri perut kuadran kanan atas atau epigastrium;
 Kelemahan atau malaise – dapat merupakan manifestasi anemia
hemolitik.

7
2.5. Klasifikasi

American Congress of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) pada


tahun 2013 mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi:

2.5.1 Preeklamsia dan Eklamsia

Eklamsia adalah timbulnya kejang grand-mal pada perempuan


dengan preeklamsia. Eklamsia dapat terjadi sebelum, selama atau setelah
kehamilan. Preeklamsia sekarang diklasifikasikan Lmenjadi:
1. Preeklamsia tanpa tanda bahaya;
2. Preeklamsia dengan tanda bahaya, apabila ditemukan salah satu
dari gejala/tanda berikut ini:
 TD sistol 160 mmHg atau TD daistol 110 mmHg pada dua
pengukuran dengan selang 4 jam saat pasien berada dalam
tirah baring;
 Trombosit <100.000/µl;
 Gangguan fungsi hati yang ditandai dengan meningkatnya
transaminase dua kali dari nilai normal, nyeri perut kanan atas
persisten yang berat atau nyeri epigastrium yang tidak membaik
dengan pengobatan, atau keduanya;
 Insufisiensi renal yang progresif (konsentrasi kreatinin serum
>1.1 mg/dl atau konsentrasi kreatinin serum naik dua lipat
apabila tidak terdapat penyakit ginjal);
 Edema paru;
 Gangguan serebral atau penglihatan.

2.5.2 Hipertensi Kronis

Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan.

2.5.3 Hipertensi Kronis Dengan Superimposed

Preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil dengan hipertensi


kronis.

8
2.5.4 Hipertensi Gestasional

Peningkatan tekanan darah setelah usia kehamilan lebih 20 minggu


tanpa adanya proteinuria atau kelainan sistemik.

2.6. Faktor Risiko

Faktor risiko preeklamsia antara lain:


1. Primipara;
2. Riwayat kehamilan dengan preeklamsia;
3. Hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis atau keduanya;
4. Riwayat trombofilia;
5. Kehamilan multifetus;
6. Fertilisasi in vitro;
7. Riwayat preeklamsia pada keluarga;
8. Diabetes melitus tipe I atau tipe II;
9. Obesitas;
10. Lupu eritematosus sistemik;
11. Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 40 tahun).

2.7. Diagnosis

Tabel 2.1 Diagnosis Hipertensi


Tekanan darah • SBP 140 mmHg atau DBP 90 mmHg pada 2x
pengukuran selisih 4 jam setelah UK 20 pada
wanita dengan riwayat TD normal
• SBP 160 mmHg atau DBP 110 mmHg,
hipertensi dapat dikonfirmasi dalam beberapa
menit untuk segera terapi antihipertensi
DAN
Proteinuria • Protein urin kualitatif 300 mg/24 jam
Atau
• Rasio protein/kreatinin 0.3 mg/dl
• Uji dipstick urin +1 (hanya jika pemeriksaan urin

9
kualitatif tidak tersedia)
Atau jika tidak ada proteinuria, hipertensi onset baru dengan onset
baru salah satu dari:
Trombositopenia Hitung platelet <100.000/µL
Insufisiensi ginjal Konsentrasi kreatinin serum >1.1 mg/dl
atau >2x kadarnya tanpa penyakit ginjal lain
Gangguan fungsi Konsentrasi SGOT/SGPT >2x
hati dengan/tanpa nyeri RUQ atau epigastrik persisten
berat tidak merespon medikasi
Edema paru
Gangguan serebral atau penglihatan onset baru

2.8. Diagnosis Banding

 Eklamsia;
 Kejang akibat perdarahan dari malaformasi arterivena, ruptur
aneurisme, atau idiopatik (biasanya terjadi setelah 48-72 jam
pascamelahirkan).

2.9. Tata Laksana


2.9.1 Hipertensi Kronis Dalam Kehamilan

Beberapa antihipertensi lini pertama yang dapat digunakan dalam


kehamilan adalah:
 Metildopa 500-2.000 mg dibagi dalam 2-4 dosis sehari. Metildopa
merupakan golongan α-adrenergik yang diekskresikan terutama
melalui ginjal. Efek samping utamanya adalah sedasi dan hipotensi
postural.
 Labetolol dosis awal 2x100 mg dapat dinaikkan setiap minggu
sampai maksimal 2400 mg sehari. Titrasi dosis tidak boleh lebih dari
2x200 mg setiap minggunya.
 Nifedipin dengan dosis 30 mg sehari. Nifedipin harus hati-hati
digunakan pada pasien yang mendapatkan MgSo4 karena berpotensi

10
memperkuat blokade kanal kalsium pada otot. Nifedipin tidak boleh
diberikan secara sublingual.
 Antihipertensi golongan penghambat ACE dan ARB merupakan
kontraindikasi. Penggunaannya pada kehamilan terkait dengan defek
ginjal, anuria, dan kematian janin.
 Penggunaan diuretik (furosemid, HCT) harus dihindari karena
menyebabkan retardasi pertumbuhan, bradikardia, dan hipoglikemia
pada neonatus.

2.9.2 Preeklamsia

Tatalaksana preeklamsia yang paling utama adalah terminasi


kehamilan, yakni dengan melahirkan bayi. Namun, pendekatan ini sering
kurang sesuai untuk sang bayi, misalnya usia kehamilan masih preterm.
Keputusan terminasi kehamilan bergantung kepada beberapa hal, seperti
beratnya penyakit, kematangan janin, kondisi ibu dan janin, serta kondidi
serviks.

Gambar 2.1 Tata Laksana Preeklamsia UK ≥37 minggu

11
Gambar 2.2 Tata Laksana Preeklamsia UK <34 minggu

Pasien preeklamsia berat dengan tanda bahaya harus dirawat.


Beberapa tata laksana medikamentosa yang diberikan adalah:
 Antihipertensi, target penurunan tekanan darah adalah <160/105
mmHg. Jangan menurunkan tekanan darah terlalu rendah karena
dapat mengganggu suplai darah ke janin.
 MgSo4 20% untuk pencegahan kejang, diberikan dengan dosis 4 g
IV bolus pelan dalam 20 menit dilanjutkan dosis rumatan 1-2 g/jam
dalam infus ringer laktat drip pelan selama 24 jam. Selama
pemberian MgSo4 harus tersedia antidotum,yakni Ca glukonas (10 ml
dalam larutan 10%) jika terjadi hipermagnesemia yang secara klinis
dapat ditandai dengan hilangnya refleks patela sampai paralis napas.
MgSO4 juga harus diberikan selama 24 jam pasca melahirkan untuk
pasien dengan preeklamsia berat.
Pilihan cara melahirkan untuk pasien preeklamsia tidaklah selalu
seksio sesarea. Metode melahirkan bergantung pada usia kehamilan,

12
presentasi janin, status serviks, dan kondisi ibu-janin. Apabila
dimungkinkan, partus per vaginam dengan induksi kelahiran dapat
dilakukan.

2.9.3 Eklamsia

Prioritas utama adalah menjaga jalan napas agar tetap bebas serta
mencegah cedera dan aspirasi isi lambung. Pasien yang sedang kejang
sangat mungkin jatuh dari tempat tidur sehingga pencegahan jatuh harus
dikerjakan. Diazepam atau lorazepam hanya boleh digunakan jika kejang
tetap bertahan. Pemberian MgSO4 parenteral sangatlah direkomendasikan
untuk pasien eklamsia setelah kejang berlalu.

2.10. Pencegahan

Beberapa poin terbaru dikeluarkan oleh ACOG pada tahun 2013


mengenai pencegahan preeklamsia:
 Pemberian aspirin 60-80 mg/hari dimulai pada akhir trimester pertama
disarankan pada perempuan dengan riwayat eklamsia dan kelahiran
preterm kurang dari 34 0/7 minggu atau preeklamsia pada lebih dari
satu kehamilan sebelumnya;
 Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan;
 Asupan garam harian disarankan untuk tidak direstriksi selama
kehamilan;
 Tirah baring atau pembatasan aktivitas fisik lain tidak disarankan.

13
2.11. Kerangka Teori

1. Primipara; 1. Preeklamsia-eklamsia
Faktor risiko

Hipertensi dalam kehamilan


2. Riwayat kehamilan dengan preeklamsia; 2. Hipertensi kronik
3. Hipertensi kronis atau penyakit ginjal 3. Hipertensi kronik
kronis atau keduanya; dengan superimposed
4. Riwayat trombofilia; preeklamsia
5. Kehamilan multifetus; 4. Hipertensi gestasional
6. Fertilisasi in vitro;
7. Riwayat preeklamsia pada keluarga;
8. Diabetes melitus tipe I atau tipe II;
9. Obesitas;
10. Lupus eritematosus sistemik;
11.Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 35
tahun).

Gambar 2.3 Kerangka Teori

2.12 Profil Kecamatan Sugihwaras


2.12.1 Geografi

Kecamatan Sugihwaras merupakan salah satu dari 28 kecamatan


yang berada pada Kabupaten Bojonegoro. Luas kecamatan Sugihwaras
secara keseluruhan adalah sekitar 87,15 Km2.1 Adapun batas-batas
wilayah Kecamatan Sugihwaras adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara: Kecamatan Sukosewu
 Sebelah Timur: Kecamatan Kedungadem
 Sebelah Selatan: Kabupaten Nganjuk
 Sebelah Barat: Kecamatan Temayang.

2.12.2 Pemerintahan

Pada tahun 2014 Kecamatan Sugihwaras terbagi menjadi 17


desa/kelurahan, 53 dusun, 90 rukun warga (RW), dan 300 rukun tetangga
(RT). Dilihat dari komposisinya, Desa Bareng dan Siwalan memiliki jumlah
dusun terbanyak dengan 6 dusun. Sedangkan jumlah RT terbanyak

14
adalah Desa Sugihwaras dengan 6 RW dan 32 RT. Pada tahun 2014,
semua desa/kelurahan di Kecamatan Sugihwaras telah mencapai
swasembada. Hal ini menunjukkan semua desa/kelurahan di Kecamatan
Sugihwaras memiliki partisipasi yang baik dan kemandirian dalam
menjalankan pemerintahan desanya.

Gambar 2.4 Peta Kecamatan Sugihwaras

2.12.3 Penduduk

Berdasarkan jumlah registrasi penduduk Kecamatan Sugihwaras


pada Desember 2016 berjumlah 50.189 jiwa terdiri dari laki-laki 25.139
jiwa dan perempuan 25.050 jiwa, dengan rata – rata jumlah anggota
rumah tangga sebesar 3 – 4 jiwa.

15
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan


rancangan cross-sectionalretrospektif untuk melihat angka prevalensi dan
karakteristik ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilanpada data
rekam medis di di Desa Bulu, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten
Bojonegoro tahun 2017.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bulu, Kecamatan Sugihwaras,


Kabupaten Bojonegoro. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan
pada tanggal 14 - 28Mei 2018.

3.3. Populasi dan Subyek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah data rekam medis semua ibu
hamil di Desa Bulu, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pembantu Desa Bulu dan/
atau Puskesmas Sugihwaras antara Januari hingga Desember 2017.

Kriteria inklusi sampel adalah data rekam medis semua ibu hamil di
Desa Bulu yang memeriksakan kehamilannya dan datanya terekam di
Puskesmas Pembantu Desa Glagahan dan/ atau Puskesmas Sugihwaras
antara Januari hingga Desember 2017. Sedangkan untuk kriteria eksklusi
sampel adalah data rekam medis ibu hamil Desa Bulu yang
memeriksakan kehamilannya namun data tidak terekam lengkap atau
hilang.

Studi ini mengambil seluruh data rekam medis ibu hamil yang
terdapat di Puskesmas Pembantu Desa Bulu dan/ atau Puskesmas
Sugihwaras antara Januari hingga Desember 2017 sehingga tidak

16
menggunakan metode pemilihan sampel dan tidak terdapat ukuran
sampel minimal.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini


adalah karakteristik ibu hamil, yaitu kelompok usia, status obstetri dan
riwayat diabetes melitus.

Variabel dependen atau variabel tergantung dalam penelitian ini


adalah kasus ibu hamil dengan hipertensi dalam kehamilan di Desa Bulu
tahun 2017.

3.5. Definisi Operasional

1. Usia dikategorikan dalam beberapa kelompok yaitu <20 tahun, 21-


35 tahun dan >35 tahun.
2. Status obstetri dikategorikan menjadi primipara dan multipara.

3.6. Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam


medis ibu hamil di Desa Bulu dari bulan Januari hingga Desember 2017.
Identitas ibu hamil ditulis dengan kode.

3.7. Jalannya Penelitian

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan terhadap rekam medis ibu hamil di
Desa Bulu dari bulan Januari hingga Desember 2017.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan terhadap rekam medis berdasarkan
karakteristik usia, status obstetri dan riwayat diabetes melitus.

3.8. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari


beberapa tahap:

17
1. Pengumpulan data
2. Data yang dikumpulkan melalui data primer dan sekunder
3. Editing Data
4. Proses ini dilakukan untuk melihat dan memastikan apakah semua
data telah tersedia sehingga terhindar dari kekurangan.
5. Entry Data
6. Tabulasi Data
7. Dilakukan tabulasi data dalam bentuk master table agar mudah
dipahami dan dibaca.
8. Analisis Data dengan Microsoft Excel &Microsoft Word

18
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4. 1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

2% 3% 2% Glagahan
2%
4% Nglajang
6% Bulu
8% Panemon
6% Bareng
5% Genjor
Balongrejo
9%
8% Glagah Wangi
Jati Tengah
Sugihwaras
9% 6% Siwalan
Alasgung
7% Trate
13% Panunggalan
8%
Drenges
Wedoro
3% Kedungdowo

Gambar 4.1 Perbandingan Persentase Jumlah Ibu Hamil di


Kecamatan Sugihwaras tahun 2017

Berdasarkan data yang diperoleh, di Kecamatan Sugihwaras


terdapat 238 ibu yang hamil (25%) sejak 2016 dan 700 ibu yang hamil
(75%) sejak 2017, sehingga total terdapat ibu hamil sebanyak 938 selama
tahun 2017. Sebanyak 76 ibu hamil diantaranya (8%) berdomisili di Desa
Bulu, meliputi 25 ibu yang hamil (33%) sejak 2016 dan 51 ibu yang hamil
(67%) sejak 2017. Mayoritas ibu hamil berada pada kelompok usia 21-35
tahun sebanyak 55 orang (72%). Sedangkan jumlah ibu hamil berstatus
paritas primigravida dan multigravida sama jumlahnya, masing-masing 38
ibu hamil (50%). Dari total ibu hamil di Desa Bulu terdapat 4 ibu hamil
dengan hipertensi selama kehamilan (5%) serta 1 ibu hamil dengan
diabetes melitus (1%) Karakteristik dasar ibu hamil dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dibawah ini.

19
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subyek Penelitian
Variabel Jumlah Presentase
Usia ibu hamil
≤ 20 tahun 13 17
21 – 35 tahun 55 72
> 35 tahun 8 11
Status paritas
Primigravida 38 50
Multigravida 38 50
Penderita diabetes melitus
Ya 1 1
Tidak 75 99
Status Hipertensi
Normal 72 95
Preeklamsia – Eklamsia 4 5
Hipertensi kronik 0 0
Hipertensi kronik 0 0
superimposed preeklamsia
Hipertensi gestational 0 0

4. 2. Hasil Penelitian
4.2.1 Prevalensi Ibu Hamil dengan Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh di Desa Bulu,
Kecamatan Sugihwaras, ditentukan subyek penelitian yaitu seluruh ibu
hamil selama tahun 2017 di Desa Bulu sebanyak 76 ibu hamil. Jumlah
tersebut sekitar 8% dari total keseluruhan ibu hamil di Kecamatan
Sugihwaras sebanyak 938 selama tahun 2017. Dari 76 ibu hamil di Desa
Bulu terdapat 4 ibu hamil (5%) dengan hipertensi dalam kehamilan
dengan status hipertensi terdiri dari 1 ibu hamil (1%) dengan preeklamsia
berat dan 3 ibu hamil (4%) dengan preeklamsia.

20
ibu hamil dengan hipertensi

Seluruh Kec.
Sugihwaras
95% 72 Hipertensi
92% Bulu 76 8%
Normotensi
4 5%
938

Gambar 4.2 Ibu Hamil dengan Hipertensi di Desa Bulu

4.2.2 Karakteristik Usia Hamil Dengan Kejadian Hipertensi Dalam


Kehamilan
Dari hasil analisis 76 ibu hamil di Desa Bulu, didapatkan 13 ibu
hamil (17%) usia ≤ 20 tahun, 55 ibu hamil (72%) usia 21-35 tahun, dan 8
ibu hamil (11%) usia > 35 tahun. Sebanyak 4 ibu hamil dari total ibu hamil
di Desa Bulu mengalami hipertensi dalam kehamilan, meliputi 1 ibu hamil
(1%) usia > 35 tahun dengan status preeklamsia berat dan 3 ibu hamil
(4%) usia 21-35 tahun dengan status preeklamsia. Sedangkan, ibu hamil
usia ≤ 20 tahun yang mengalami hipertensi sebanyak 0 ibu hamil (0%).

Perbandingan Usia Hamil dengan Hipertensi


Dalam Kehamilan
2%
9% 17%
4% 3 1
7 13
≤ 20 tahun
21-35 tahun
> 35 tahun

68% Hipertensi
52

Gambar 4.3 Perbandingan Usia Hamil dengan Hipertensi Dalam Kehamilan

21
4.2.3 Karakteristik Status Paritas Dengan Kejadian Hipertensi Dalam
Kehamilan

Dari hasil analisis 76 ibu hamil di Desa Bulu, didapatkan 38 ibu


hamil (50%) dengan status paritas primigravida dan 38 ibu hamil (50%)
dengan status paritas multigravida. Sebanyak 4 ibu hamil (5%) dari total
ibu hamil di Desa Bulu mengalami hipertensi dalam kehamilan. Ibu hamil
tersebut terdiri dari 1 ibu hamil (1%) dengan status paritas primigravida
mengalami preeklamsia berat dan 37 ibu hamil (49%) primigravida dengan
normotensi, sedangkan 3 ibu hamil (4%) dengan status paritas
multigravida mengalami preeklamsia dan 35 ibu hamil (46%) multigravida
dengan normotensi.

Primigravida dengan Hipertensi


0
49%

37
multigravida

primigravida

Hipertensi
50% 38 38 50%
Normotensi

1
1%

Gambar 4.4 Status Paritas Primigravida dengan Hipertensi

22
Multigravida dengan Hipertensi
0
46%

primigravida 35

multigravida
Hipertensi
50% 38 38 50%
Normotensi

3
4%

Gambar 4.5 Status Paritas Multigravida dengan Hipertensi

4.2.4 Karakteristik Riwayat Diabetes Melitus Dengan Kejadian


Hipertensi Dalam Kehamilan

Dari hasil analisis 76 ibu hamil di Desa Bulu, didapatkan 1 ibu hamil
(1%) dengan riwayat diabetes melitus tetapi tidak mengalami hipertensi
selama masa kehamilan. Sedangkan, 75 ibu hamil (99%) tidak memiliki
riwayat diabetes melitus dan tidak mengalami hipertensi selama masa
kehamilan.

Ibu Hamill dg Riwayat DM tanpa HT Dalam Kehamilan

Tanpa DM
99% 75 DM 1 1% 1 Normotensi

Gambar 4.6 Riwayat DM dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan

23
4.2.5 Status Hipertensi Pada Ibu Hamil di Desa Bulu Tahun 2017

Dari hasil analisis 76 ibu hamil di Desa Bulu, didapatkan 4 ibu hamil
(5%) yang mengalami hipertensi dalam kehamilan dengan status
hipertensi terdiri dari 1 ibu hamil (1%) dengan preeklamsia berat dan 3 ibu
hamil (4%) dengan preeklamsia. Sedangkan 72 ibu hamil (95%) tidak
mengalami hipertensi atau normotensi

Status Hipertensi Ibu Hamil di Desa Bulu


1% 0
4% 0 0
Normotensi
3 1
Preeklamsia

Preeklamsia Berat-Eklamsia

Hipertensi Kronik

Hipertensi kronik
72 superimposed preeklamsia
Hipertensi gestational
95%

Gambar 4.7 Status Hipertensi Pada Ibu Hamil di Desa Bulu Tahun 2017

24
BAB 5
PEMBAHASAN

Dari hasil analisis 76 ibu hamil di Desa Bulu, didapatkan 4 ibu hamil
(5%) dari total ibu hamil mengalami hipertensi dalam kehamilan, meliputi 1
ibu hamil (1%) dengan status paritas primigravida berusia > 35 tahun
mengalami preeklamsia berat dan 3 ibu hamil (4%) dengan status paritas
multigravida berusia 21-35 tahun mengalami preeklamsia. Sedangkan, ibu
hamil usia ≤ 20 tahun yang mengalami hipertensi sebanyak 0 ibu hamil
(0%). Selain itu terdapat 1 ibu hamil (1%) dengan status paritas
primigravida berusia 21-35 tahun memiliki riwayat diabetes melitus tetapi
tidak mengalami hipertensi selama masa kehamilannya.

5.1 Karakteristik Usia Hamil dengan Kejadian Hipertensi Dalam


Kehamilan

Adanya ibu hamil usia > 35 tahun di Desa Bulu yang mengalami
preeklamsia, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ibu hamil usia
tua/ usia > 35 tahun merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
preeklamsia dalam kehamilan. Ibu hamil atau bersalin diusia > 35 tahun
terjadi penurunan fungsi organ reproduksi sehingga tidak dapat bekerja
secara maksimal. Perubahan pada jaringan organ reproduksi dan jalan
lahir tidak lentur lagi begitu juga dengan pembuluh darah, juga diakibatkan
karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia
(Devi, K. 2015). Faktor usia tua juga berhubungan dengan teori iskemia
implantasi plasenta, bahwa trofoblast diserap ke dalam sirkulasi yang
memicu peningkatan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin aldosteron
sehingga terjadi spasme pembuluh darah serta tahanan terhadap garam
dan air yang mengakibatkan hipertensi, bahkan edema (Ratih P, Diana et
all, 2015).
Sedangkan terjadinya hipertensi pada usia 21-35 tahun yang
merupakan periode paling aman untuk hamil/ melahirkan, dikarenakan
perempuan hamil dengan preeklamsia terjadi kelainan patofisiologi yang

25
mendasari yang pada umumnya karena vasospasme. Peningkatan
tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan cardiac output dan
resistensi sistem pembuluh darah. Selain itu, terjadi penurunan aliran
darah renal diakibatkan oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang
mengakibatkan kerusakan membran glomerulus dan kemudian
meningkatkan permeabilitas terhadap protein yang berakibat proteinuria
(Devi, K. 2015).

5.2 Karakteristik Status Paritas dengan Kejadian Hipertensi Dalam


Kehamilan

Hasil penelitian di Desa Bulu menunjukkan adanya 1 ibu hamil


berusia 43 tahun dengan status paritas primigravida yang mengalami
preeklamsia berat. Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil
sering mengalami stres dalam menghadapi persalinan. Stres emosi yang
terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian
menyebabkan peningkatan kortisol. Kortisol berfungsi mempersiapkan
tubuh untuk berespon terhadap stresor dengan meningkatkan curah
jantung dan mempertahankan tekanan darah.

Primigravida adalah salah satu faktor resiko penyebab terjadinya


preeklamsia/eklamsia. Peningkatan yang gradual dari tekanan darah,
proteinuria dan edema selama kehamilan merupakan tanda-tanda
preeklamsia, terutama pada primigravida. Gejala tersebut akan menjadi
nyata pada kehamilan trimester III sampai saat melahirkan. Gejala
tersebut timbul setelah umur kehamilan 20 minggu, jika timbul
sebelumnya, mungkin terjadi kehamilan Mola hydatidosa atau hamil
anggur. Pada primigravida frekuensi preeklamsia/eklamsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Tetapi di
Desa Bulu justru terjadi preeklamsia pada primigravida berusia > 35
tahun, hal ini biasanya menunjukkan terjadinya hipertensi yang diperberat
oleh kehamilannya.

26
Pada penelitian ini ditemukan 3 ibu hamil berusia 21-35 tahun di
Desa Bulu dengan status paritas multigravida yang mengalami
preeklamsia. Terjadinya preeklamsia/eklamsia pada multigravida karena
adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik,
pada kehamilan pertamanya telah terjadi pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasenta yang belum sempurna dan akan
semakin sempurna blocking tersebut pada kehamilan berikutnya
(Sudhaberata, K. 2015). Teori imunologik menyebutkan karena penurunan
Human Leucocyte Antigen protein G (HLA) yang berperan penting dalam
modulasi respon imun sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta)
atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi
preeklamsia/eklamsia (Angsar, D. 2004).

5.3 Karakteristik Riwayat Diabetes Melitus dengan Kejadian


Hipertensi Dalam Kehamilan

Diabetes melitus adalah faktor lain yang berpengaruh terhadap


kejadian preeklamsia/eklamsia. Diabetes melitus merupakan keadaan
dimana kadar gula dalam darah tinggi (hiperglikemia) yang sifatnya kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Saat
hamil, plasenta berperan untuk memenuhi semua kebutuhan janin.
Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon dari plasenta, namun hormon-
hormon ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu hamil. Hal ini
disebut dengan resistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin
membuat tubuh ibu hamil sulit untuk mengatur kadar gula darah, sehingga
glukosa tidak dapat diubah menjadi energi dan menumpuk di dalam
darah. Keadaan inilah yang menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi (Devi, K. 2015). Diabetes gestasional biasanya mulai
muncul pada minggu ke 24-28 dan sering terjadi pada ibu hamil usia ≥ 25
tahun.

Preeklamsia yang terjadi pada ibu dengan diabetes melitus terjadi


karena adanya peningkatan produksi deoksikortikosteron (DOC) yang
dihasilkan dari progesterone didalam plasma dan meningkat tajam selama

27
trimester ketiga. Ibu dengan diabetes gestasional terdapat peningkatan
insiden hipertensi dan preeklamsia yang akan memperburuk perjalanan
persalinan serta peningkatan resiko diabetes tipe II di kemudian hari (Devi,
K. 2015).

Hasil penelitian di Desa Bulu didapatkan adanya 1 ibu hamil


berusia 22 tahun dengan status paritas primigravida memiliki riwayat
diabetes melitus tanpa disertai terjadinya hipertensi selama masa
kehamilannya. Hal ini terjadi karena pada usia < 25 tahun produksi
hormon saat hamil belum mampu menghambat kerja insulin secara total,
sehingga kadar gula dalam darah masih bisa distabilkan kembali (Putri et
al, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2018).

28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan


oleh peneliti, prevalensi dan karakteristik ibu hamil dengan hipertensi
dalam kehamilan di Desa Bulu, Kecamatan Sugihwaras didapatkan 4 ibu
hamil (5%) dari total ibu hamil mengalami hipertensi dalam kehamilan,
meliputi 1 ibu hamil (1%) dengan status paritas primigravida berusia > 35
tahun mengalami preeklamsia berat dan 3 ibu hamil (4%) dengan status
paritas multigravida berusia 21-35 tahun mengalami preeklamsia.
Sedangkan, ibu hamil usia ≤ 20 tahun yang mengalami hipertensi
sebanyak 0 ibu hamil (0%). Selain itu terdapat 1 ibu hamil (1%) dengan
status paritas primigravida berusia 21-35 tahun memiliki riwayat diabetes
melitus tetapi tidak mengalami hipertensi selama masa kehamilannya.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian masih banyak terdapat kekurangan,


maka untuk penelitian selanjutnya:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko


hipertensi dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta wilayah
penelitian yang lebih luas.
2. Perlu dilakukan validasi instrumen penelitian yaitu data rekam medis
yang sesuai standar agar mendapatkan data yang lebih valid.
Mengingat terdapat beberapa data yang kurang bisa didapatkan
seperti riwayat hipertensi sebelumnya, riwayat keluarga, dan lainnya.
3. Bagi puskesmas, perlu evaluasi rutin usaha prevensi dan promosi
terkait hipertensi dalam kehamilan.
4. Bagi keluarga penderita, perlu ditingkatkan lagi dukungannya
terhadap ibu hamil untuk menjaga kesehatan serta menjalankan
gaya hidup sehat untuk mencegah hipertensi dalam kehamilan.

29
5. Bagi Dokter Internship, perlu memahami dengan baik aplikasi teori
di lapangan dan pelaksanaannya di puskesmas sehingga dapat
memberikan masukan bagi kemajuan puskesmas.

30
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C and Martin L. Pernoll. Buku Saku Obstetri dan


Ginekologi. 9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
Carol E. Warnes et al, Pregnancy and heart disease. Braunwald’s heart
disease 9th edition; 82: 1770.
Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J, penyunting.
William obstetrics. Edisi ke-24. Philadelphia: McGraw-Hill; 2014.
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Devi, K. Hubungan Usia, Paritas dan Diabetes Melitus Pada Kehamilan
dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil. Juli 2015. Lampung :
Jurnal Kesehatan Holistik Vol.9 No.3
Fortner RT, Pekow P, Solomon CG, Penelope Pekow, and Caren G.
Solomon. Prepregnancy Body Mass Index, Gestational Weight Gain,
And Risk Of Hypertensive Pregnancy Among Latina Women. Am J
Obstet Gynecol 2009;200:167.e1-167.e7.
Knuppel, Robert A. High Risk Pregnancy Second Edition. Mexico : W.B.
Saunders Company. 1993.
Lindheimer, Marshall D, James M Roberts, and F Gary Cunningham.
Hipertensive Disorders in Pregnancy : 3rd ed. USA : Elservier Inc.
2009.
Lyall, Fiona and Michael Belfort. Pre-eclampsia : Etiologi and Clinical
Practice. Cambridge : Cambridge University Press. 2007.
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2010.
Miller DA. Hypertension in pregnancy. Dalam: Cherney AH, Nathan L,
Goodwin TM, Laufer N, Roman A, penyunting. Current diagnosis
&treatmentobstetrics&gynecology. Edisi ke-11 Singapura: McGraw-
Hill; 2013.

31
Putri et al. Gambaran Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus di RSD
Dr. Soebandi Jember tahun 2013-2017. 2018. Jember : e-Jurnal
Pustaka Kesehatan Vol.6 No.1.
Ratih, P Diana et al. Hubungan Usia, Graviditas dan Indeks Masa Tubuh
dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan. 2015. Semarang :
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol.2 No. 1
Roberts, Christine L, Jane B Ford, Charles S Algert, Sussie Antonse, and
James Chalmers. Population-based Trends in Pregnancy
Hypertension and Preeclampsia : an International Comparative
Study. BMJ Open 2011 (1):1-9.
Roberts JM, August PA, Bakris G, Barton JR, Bernstein IM, Druzin M, dkk.
Hypertension in Pregnancy. Washington: American
CollegeofObstetriciansandGynecologist; 2013.
Sumantri D, Nugroho OP, Hypertention in Pregnancy; Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Kardiologi dan Kedokteran Vaskular;
Departemen SMF Kadiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga; 228: 2018.
Symonds, Michael E, and Margaret M. Ramsay. Maternal-Fetal Nutrition
During Pregnancy and Lactation. Cambridge : Cambridge University.
2010.
World Health Organization. The World Health Report : 2005. Switzerland :
WHO Press. 2005.
Yulaikhah, Lily. Kehamilan : Seri Asuhan Kehamilan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2009.

32
LAMPIRAN

Dokumentasi

33

Das könnte Ihnen auch gefallen