Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural
Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural
RevolusiSosiokultural
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
OLEH KELOMPOK 6
AFAF LAUDITTA
DAHLIA
DISKA NOVELIS
NUR ATTIN
RAHMA ZURIYATINA
06101381419048
06101381419044
06101381419042
06101381419047
06101381419040
Dosen Pembimbing:
RODI EDI,S.Pd,M.Si
Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Greenberg (dalam Moll, 1994)
melakukan studi etnografi dan menemukan adanya jaringan erat, luas,
dan kompleks di dalam dan di antara keluarga. Jaringan-jaringan
tersebut berkembang atas dasar yang membentuk kondisi sosial
sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai-nilai sosial budaya.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif
seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial
bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivatif atau
merupakan turunan dan besifat skunder (Palincsar, Wertsch & Tulviste,
dalam Supratiknya, 2002). Artinya, pengetahuan dan perkembangan
kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini
tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif
seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori
Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan
kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang
disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh
lingkungan sosial yang aktif pula.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Pada penerapan pembelajaran dengan teori belajar
sosiokultur, guru berfungsi sebagai motivator yang memberikan
rangsangan agar siswa aktif dan memiliki gairah untuk berfikir,
fasilitator, yang membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa
menemukan hambatan dalam proses berfikir, menejer yang
mengelola
sumber
belajar,
serta
sebagai rewarderyang
memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa,
sehingga mampu meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dari
dalam diri siswa. Pada intinya, siswalah yang dapat menyelesaikan
permasalahannya sendiri untuk membangun ilmu pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar sosiokultur,
proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan
interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara
dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil
dari pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu konteks sosial.
Dalam hal ini, tidak ada perwujudan dari suatu kenyataan yang
dapat dianggap lebih baik atau benar. Vygotsky percaya bahwa
beragam perwujudan dari kenyataan digunakan untuk beragam
tujuan dalam konteks yang berbeda-beda. Pengetahuan tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan,
dan di mana makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di
mana pengetahuan didiseminasikan dan diterapkan. Melalui
aktivitas, interaksi sosial, tersebut penciptaan makna terjadi.