ASP02 Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik, Dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
ASP02 Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik, Dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
ASP02 Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik, Dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
ABDUL HALIM
Universitas Gajah Mada
ABSTRACT
Performance measurement is a process and a tool by which public transparency, public
accountability, and public servant behavior can be promoted. Despite its appeal for
improving government, performance measurement information rarely used to improve
decision-making. This study will examine utilization of performance measure in local
government and state (province) government in Daerah Istimewa Yogyakarta. Utilization
process of performance measure consists of two phase, i.e. adoption phase and
implementation phase. Each phase was affected by rational factors, political and
organizational culture factors. The research finds that all rational factors, except internal
requirement, have significant effect on adoption phase, whereas part of political and
cultural factors that have significant effect to adoption phase are internal interest groups
and attitudes. Rational factors and political and organizational culture factors that have
significant effect to implementation phase are information, goal orientation, internal
interest groups, and attitudes.
Keyword: Performance measure, utilization, adoption and implementation, rational
factors, political and organizational culture factors
774
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Pada kedua tahap pemanfaatan informasi kinerja, organisasi tidak boleh hanya
mempertimbangkan faktor-faktor rasional, yaitu ketentuan eksternal dan internal,
ketersediaan sumberdaya, orientasi pada tujuan, informasi yang dapat meningkatkan
keahlian, namun juga mempertimbangkan pengaruh lingkungan politik, baik kelompok
internal organisasi maupun kelompok eksternal serta pengaruh kultur organisasi. Dengan
mengakui pengaruh faktor-faktor politik dan kultur organisasi disamping faktor-faktor
rasional, maka ukuran kinerja yang dirancang dan diadopsi akan dapat dimanfaatkan
dalam memperbaiki pengambilan keputusan.
Beberapa penelitian mengemukakan fakta bahwa ukuran-ukuran kinerja tidak
dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan, alokasi anggaran, atau pemantauan program
(Julnes danHolzer,2001). Swindell dan Kelly (2002) mengemukakan bahwa hampir 75 %
organisasi yang mengumpulkan data kinerja di Amerika Serikat tidak menggunakannya
dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini berusaha mengetahui praktik-praktik pengukuran kinerja di instansi
pemerintah dan meneliti pengaruh faktor-faktor rasional,politik dan kultur organisasi
terhadap pengadopsian dan pengimplementasian suatu ukuran kinerja. Penelitian ini
menggunakan kerangka berpikir dari penelitian yang dilakukan oleh Julnes dan Holzer
(2001) dan menyesuaikannya untuk kondisi yang ada dalam praktik-praktik pengukuran
kinerja di instansi pemerintah Indonesia. Penelitian ini berfokus pada pejabat-pejabat
instansi pemerintah (eselon 2,3 dan 4) untuk mengetahui keberadaan ukuran-ukuran
kinerja, sikap dan persepsi mereka terhadap ukuran kinerja, dan faktor-faktor kontekstual
yang mempengaruhi penggunaan ukuran-ukuran kinerja.
775
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
776
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
777
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
778
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
METODE PENELITIAN
Pemilihan sampel dan pengumpulan data
Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi DIY Yogyakarta, Pemerintah Kota
Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan
Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu pada Instansi Pemerintah Daerah (Dinas dan
Badan). Instansi Pemerintah Daerah tersebut dipilih secara acak (simple random
sampling) agar dapat mencerminkan keadaan tingkat adopsi dan implementasi ukuran
kinerja di instansi daerah.
Untuk menanyakan praktik pengukuran kinerja di instansi maka peneliti
mengirimkan kuisioner kepada pejabat eselon 2, 3 dan 4 di masing-masing instansi yang
dipilih. Kuisioner dikembangkan dari penelitian Julnes dan Holzer (2001) dan Rainey
(1999). Dari 810 eksemplar kuisoner yang dibagikan kepada para responden, yang
kembali sebanyak 515 eksemplar atau sejumlah 63,5 %. Tingkat pengembalian yang
tinggi disebabkan peneliti mengantar dan menjemput kuisioner pada tanggal yang
dijanjikan. Kuisioner sebanyak 515 eksemplar tidak semuanya dapat dianalisis karena
beberapa kuisioner tidak lengkap diisi atau dikembalikan dengan keadaan kosong. Selain
itu terdapat kuisioner yang diisi dengan mengisi kotak yang sama mulai dari lembar
pertama dan lembar terakhir. Dari 515 kuisioner yang dikembalikan hanya 457 kuisioner
yang dapat diolah lebih lanjut.
Metode analisis data
Masing-masing hipotesis akan diuji dengan alat analisis regresi berganda
(multiple regresion) yaitu dengan persamaan:
ADPT= a0+ aX1+bX2+cX3+dX4+ eX5+fX6 +gX7+ e…………(1)
Dimana:
ADPT= Tahap adopsi
Variabel rasional
X1 = Sumberdaya
X2= Informasi
X3= Orientasi tujuan
X4= ketentuan eksternal
X5= Ketentuan internal, suatu variabel dummy: 0 = tidak ada aturan manajemen,1= ada
Variabel Politik dan kultur organisasi
X6= Kelompok internal
X7= Sikap
IMPL= a0+aX1+bX2+cX3+dX4+ eX5+ fX6 + e…………….(2)
Dimana:
IMPL= Tahap Implementasi
Variabel Politik dan kultur organisasi
X1= Kelompok internal
X2= Kelompok eksternal
X3= Sikap
Variabel rasional/
X4 = Sumberdaya
X5= Informasi
X6= Orientasi tujuan
779
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Model Penelitian
H1a
• Informasi
adopsi
• Sumberdaya
• Orientasi tujuan
• Ketentuan internal
H1b
• Ketentuan eksternal
• Kelompok internal
• Sikap
• Kelompok eksternal
• Kelompok internal H2a
Implementasi
• Sikap
H2b
•
•
•
Tabel 1:
Ukuran kinerja yang paling sering digunakan
Monitoring
dan
%
Perencanaan alokasi evaluasi
kinerja % anggaran % program
INPUT 177 39% 109 24% 55 12%
OUTPUT 170 37% 205 45% 206 45%
OUTCOME 170 37% 156 34% 105 23%
EFISIENSI 56 12% 19 4% 59 13%
Grafik 1:
780
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
Perencanaan kinerja alokasi ang g aran Monitoring dan
evaluasi prog ram
781
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
cronbach’s alpha (Rule of Thumb) sama atau lebih dari 0,70. Pengujian yang dilakukan
terhadap data penelitian menemukan koefisien cronbach’s alpha lebih dari 0,70.
Tabel 4
PengujianNormalitas
Variabel Skewness Kurtosis Kesimpulan
Adopsi -0.02 -0.16 Normal
Implementasi -0.14 -0.82 Normal
Dukungan internal -0.55 0-0.18 Normal
Dukungan eksternal -0.58 0.86 Normal
Sikap -0.09 -0.90 Normal
Informasi 0.07 -0.05 Normal
Orientasi Tujuan -0.40 -0.52 Normal
Ketentuan eksternal 0.027 -0.96 Normal
Sumberdaya -0.58 0.6 Normal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan rule of thumb tentang
normalitas maka data penelitian dapat dianggap normal. Disamping itu dalil central limit
theorem mengatakan data dianggap normal apabila ukuran sampel cukup besar (Neter
dkk, 2001). Dengan data mencapai 457, maka data penelitian telah memenuhi asumsi
distribusi normal.
Hasil pengujian normalitas residual untuk variabel dependen adopsi dan
implementasi dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2:
Normalitas distribusi residual
Normal P-P Plot of Regression StandardizedNormal P-P Plot of Regression Standardized Residua
Residual
Dependent Variable: implementasi Dependent Variable: Adopsi
1,0
1,0
,8 ,8
,5
Expected Cum Prob
Expected Cum Prob
,5
,3 ,3
0,0 0,0
0,0 ,3 ,5 ,8 1,0 0,0 ,3 ,5 ,8 1,0
2. Linearitas data
Pengujian linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik
(inspeksi visual) terhadap grafik scatter plot antara masing-masing variable dependen dan
variable independent (Hair,dkk,1998). Dari grafik (lampiran 2) terlihat terdapat hubungan
linear antara variable dependen dan independent. Dengan demikian asumsi linearitas
dapat dipenuhi.
782
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
3. Homoscedastisitas
Pengujian homoscedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan levene test
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dapat dikatakan
homoscedastisitas apabila signifikansi statistik Levene lebih besar dari tingkat
signifikansi yang diinginkan (5%)
Tabel 5:
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
dukungan eksternal ,222 2 454 ,801
dukungan internal 1,490 2 454 ,226
sikap 1,279 2 454 ,279
Orientasi tujuan ,296 2 454 ,744
Informasi 9,970 2 454 ,075
Sumberdaya 1,454 2 454 ,235
KETENTUAN
1,273 2 454 ,281
EKSTERNAL
Dari tabel jelas terlihat bahwa tingkat signifikansi statitik Levene melebihi level
signifikansi yang ditetapkan (5%). Hal ini menunjukkan varians variabel dependen
tersebar merata di variabel independen atau menunjukkan keadaan homoscedastisitas.
4 Multikolinearitas
Terdapat dua ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur multikolinearitas
yaitu nilai toleransi (tolerance value) dan nilai VIF serta condition indices. Indikasi
terjadinya multikolinearitas apabila tolerance value mendekati 0 dan VIF melebihi 2.
Nilai tolerance value dan VIF untuk masing- masing regresi adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Pengujian Multikolinearitas
Variabel Regresi I RegresiII
Tolerance value VIF Tolerance value VIF
dukungan 0,877 1,140
eksternal
dukungan internal 0,808 1,237 0,802 1,247
sikap 0,860 1,162 0,873 1,146
Orientasi tujuan 0,746 1,341 0,748 1,337
Informasi 0,815 1,227 0,794 1,259
Sumberdaya 0,694 1,441 0,693 1,443
KETENTUAN 0,968 1,033
INTERNAL
KETENTUAN 0,950 1,052
EKSTERNAL
PENGUJIAN HIPOTESIS
Hipotesis 1a dan 1b
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear berganda (OLS
Multiple Regression). Masing-masing variabel secara bersama-sama diregresikan
terhadap adopsi. Hasil regresi dapat dilihat di tabel 7.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa hampir seluruh variabel independen
berpengaruh signifikan pada level 0.05 dan 0.01 terhadap variabel dependen kecuali
variabel ketentuan internal. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel-
variabel faktor-faktor rasional secara signifikan mempengaruhi pengadopsian ukuran
783
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Tabel 7
Hasil regresi dengan variabel dependen adopsi
Variabel dependen: Koefisien t Sig Hasil
adopsi
Konstanta 0.398 2.432 0.015
Dukungan internal 0.241 7.037 0.000 Signifikan
Sikap 0.249 6.579 0.000 Signifikan
Orientasi Tujuan 0.117 4.017 0.000 Signifikan
Informasi 0.092 3.042 0.002 Signifikan
Sumberdaya 0.145 4.050 0.000 Signifikan
Ketentuan internal 0.011 0.278 0.781 Tidak signifikan
Ketentuan eksternal -0.039 -2.605 0.009 Signifikan
2
R =0.427 , F=47,871 sig=0.00
Adjusted R2 =0.418
Hipotesis 2a dan 2b
Kedua hipotesis ini diukur dengan melakukan regresi berganda satu kali dengan
memasukkan seluruh variabel independen dan melihat pengaruhnya terhadap
implementasi ukuran kinerja. Hasil regresi linear berganda dapat disarikan sebagai
berikut:
Tabel 8
Hasil regresi dengan variabel dependen Implementasi
Variabel Koefisien T Sig Hasil
dependen: adopsi
Konstanta 0.225 0.997 0.319
Dukungan eksternal 0.061 1.579 0.115 Tidak signifikan
Dukungan internal 0.208 4.324 0.000 Signifikan
Sikap 0.249 4.706 0.000 Signifikan
Orientasi Tujuan 0.280 6.871 0.000 Signifikan
Informasi 0.098 2.272 0.024 Signifikan
Sumberdaya 0.015 0.298 0.766 Tidak signifikan
R2=0,322 , F=35.619 sig=0.00
Adjusted R2 =0,313
784
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
Simpulan Penelitian
Penelitian ini berhasil membuktikan beberapa faktor-faktor rasional, yaitu
ketentuan eksternal, sumberdaya, informasi dan orientasi tujuan, berpengaruh secara
signifikan terhadap adopsi ukuran kinerja di Instansi Pemerintah. Namun, penelitian ini
tidak berhasil membuktikan pengaruh ketentuan internal terhadap pengadopsian suatu
ukuran kinerja. Kebijakan mengadopsi suatu ukuran kinerja di instansi Pemerintah lebih
dipengaruhi oleh mandat atau ketentuan dari luar instansi (misalnya Peraturan
Pemerintah, Instruksi Presiden, PERDA) daripada kebijakan pimpinan instansi (ketentuan
internal).
Penelitian ini juga menemukan variabel-variabel kelompok internal dan sikap
memiliki pengaruh signifikan terhadap proses pengadopsian suatu ukuran kinerja.
Kelompok internal berupa keterlibatan dan kesepakatan personil program terhadap
ukuran kinerja yang dikembangkan dan inisiatif pimpinan dalam mengatasi konflik dalam
pengembangan ukuran kinerja sangat berpengaruh dalam pengadopsian ukuran kinerja.
Signifikansi variabel sikap, sebagai pengukur kultur, terhadap adopsi ukuran kinerja
menunjukkan pandangan dan kesiapan personil terhadap perubahan dan konsekwensi
yang disebabkan pengadopsian suatu ukuran kinerja.
Dalam implementasi atau pemanfaatan ukuran kinerja, penelitian ini berhasil
membuktikan faktor kelompok internal dan kultur organisasi berpengaruh signifikan
terhadap implementasi hasil pengukuran kinerja. Namun, penelitian tidak berhasil
membuktikan pengaruh kelompok eksternal terhadap implementasi informasi kinerja.
Dukungan kelompok eksternal diperlukan agar instansi memanfaatkan hasil pengukuran
kinerja untuk perencanaan strategis dan perencanaan kinerja, evaluasi dan pemantauan
serta alokasi anggaran. Hasil ini menunjukkan minimnya dorongan dari masyarakat dan
anggota DPRD kepada instansi Pemerintah untuk memanfaatkan informasi kinerja.
Signifikansi kelompok internal terhadap implementasi ukuran kinerja boleh jadi
disebabkan ukuran kinerja belum dimanfaatkan dalam mengukur kinerja karyawan,
terutama kinerja pimpinan dan kepala bagian serta kepala seksi/sub bagian. Signifikansi
variabel sikap menunjukkan bahwa keterbukaan personil terhadap perubahan yang
ditimbulkan dari pemanfaatan hasil pengukuran kinerja, walaupun pemanfaatan informasi
kinerja dapat berpengaruh negatif terhadap jabatannya.
Beberapa faktor rasional yang diprediksi berpengaruh signifikan terhadap
implementasi informasi kinerja adalah faktor informasi, sumberdaya dan orientasi tujuan.
Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor informasi dan orientasi tujuan yang signifikan
mempengaruhi implementasi informasi kinerja, sedangkan faktor sumberdaya tidak
berhasil dibuktikan berpengaruh signifikan terhadap implementasi informasi kinerja.
Pengaruh variabel sumberdaya yang tidak signifikan terhadap implementasi informasi
pengukuran kinerja menunjukkan pemanfaatan informasi kinerja dilakukan tanpa
memperhatikan kesiapan sumberdaya organisasi.
Saran
Agar pemanfaatan informasi kinerja dapat meningkatkan akuntabilitas,
trasparansi, perubahan perilaku dan peningkatan kinerja instansi maka peneliti
menyarankan:
1. Agar informasi kinerja dapat bermanfaat bagi perencanaan strategis dan kinerja,
alokasi sumberdaya, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan, maka dalam
pengembangan suatu ukuran kinerja sebaiknya Pimpinan instansi secara aktif
mengeluarkan kebijakan internal tentang prosedur pengembangan ukuran kinerja
yang sesuai dengan sifat kegiatan dan program serta kemampuan organisasi.
Organisasi tidak boleh hanya mengandalkan ketentuan yang berasal dari luar
organisasi.
2. Dukungan dari stakeholder eksternal sangat dibutuhkan untuk mendorong instansi
mengembangkan ukuran kinerja yang baik dan memanfaatkan hasil pengukuran
kinerja untuk meningkatkan kualitas layanan dan menciptakan efisiensi. Dukungan
dapat berupa pemanfaatan informasi kinerja oleh DPRD untuk pengambilan
785
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
DAFTAR PUSTAKA
Audit Commissions,2000, On Target: The Practice of Performance Indicators,
Management Paper, United Kingdom, www.audit-commision.gov.uk
Behn, R.D, 2002, The psychological barriers to performance management, Public
performance and management review, Vol.26 No.1, hal.5-24
Beyer, Janice M., and Harrison M. Trice., 1982, The Utilization Process: A Conceptual
Framework and Synthesis of Empirical Findings, Administrative Science
Quarterly 27(4): 591– 622.
Bititci, Umit S. dan Turner,Trevor,2000, Dynamics of Performance measurement
systems,International Journal of Operation and Production Management, Vol.20,
No.6,hal.692-704
BPKP,2003, Diskusi tentang Akuntabilitas, www.BPKP.go.id
Cronbach, Lee J., 1980, Toward Reform of Program Evaluation. San Francisco, CA:
Jossey-Bass.
De Bruijn, Hans, 2002,Performance Measurement in The Public Sector: Strategies to
Cope With The Risk of Performance measuremen, The International Journal of
Public Sector Management, Vol.15 No.7, hal.578-594
Gibson, J.L, dan Ivancevich, J.M, dan Donelly,J.H, dan Konopaske, R.,2003,
Organization: Behavior,structure, processes, Mc.Graw-Hill Irwin, 11th edition,
New York
Hair,Joseph H.,Anderson, Ralph E., Tatham Ronald L., dan Black William C., 1998,
Multivariate Data Analysis, Prentice Hall International,Inc, 5th edition, New
Jersey
Hatry, P. Harry , 1999, Performance Measurement: Getting Results,The Urban Institute
Pers, Washington DC
Hyndman,Noel S dan Anderson,Robert, 1997, AStudy of TheUseof Targetsin
thePlanning Documents of Executive Agencies, Financial Accountability &
Management,Blackwell Publishing,UK,hal.139-164
Julnes,P.deL., dan Holzer,M.,2001, Promoting the utilization of performance measures
in public organization: An emprirical tudy of factors affecting adoption and
implementation, Public Administration Rivew, 61(6), hal.693-708
786
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
787
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
LAMPIRAN
1. Defenisi Operasional dan pengukuran Variabel-variabel penelitian
Variabel dependen
1. Adopsi: Tahap adopsi adalah suatu tahap dimana organisasi mengembangkan
suatu ukuran kinerja. Faktor ini dibentuk dari jawaban empat pertanyaan
mengukur seberapa sering ukuran input (ekonomi), output, outcome, dan efisiensi
dikembangkan untuk program-program di organisasi. Diukur dalam empat skala
Likert.
1. Implementasi: Suatu faktor dependen mengukur frekwensi penggunaan ukuran
kinerja. Masing-masing pertanyaan ditanyakan untuk sembilan kategori
penggunaan, termasuk perencanaan kinerja, alokasi sumberdaya (penganggaran),
manajemen program, pemantauan, evaluasi. Diukur dengan pertanyaan dengan
menggunakan skala Likert (empat skala).
Variabel Independen
Faktor-faktor rasional, terdiri dari:
1. Sumber daya: Organisasi publik yang menerapkan pengukuran kinerja memberi
perhatian terhadap tersedianya sumberdaya, memiliki staf yang dikhususkan
untuk mengevaluasi kinerja, dan mengumpulkan data yang memadai. Variabel ini
diukur dengan pertanyaan tingkat sumberdaya yang dimiliki, tingkat staf yang
digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dan pengumpulan data,
tingkat keterlibatan staf dan instansi lain dalam penggunaan kinerja, tingkat
pengumpulan data dan tingkat benchmarking yang dilakukan instansi. Masing-
masing pertanyaan diukur dengan skala Likert mulai dari 1, tidak ada sampai 4,
tinggi..
2. Informasi: Dalam mengadopsi dan mengimplementasikan pengukuran kinerja,
karyawan staf atau non staf harus memiliki kemampuan teknis tentang
bagaimana melakukan dan mengimplementasikan pengukuran kinerja. Variabel
informasi memiliki tiga dimensi, yaitu akses kepada informasi atau publikasi,
asistensi atau bantuan konsultan/ahli, pelatihan, dan seminar. Masing-masing
dimensi diukur dengan menggunakan skala Likert (4 skala).
3. Orientasi tujuan (goal): Konsensus terhadap tujuan dari setiap program. Apabila
setiap program memiliki tujuan, adopsi dan implementasi ukuran kinerja semakin
mungkin terlaksana. Variabel ini memiliki dimensi diarahkan oleh tujuan dan
sasaran, strategi-strategi dikomunikasikan, perumusan misi yang mendorong
efisiensi, kejelasan tujuan dan sasaran. Masing-masing diukur dengan skala
Likert (4 skala).
4. Ketentuan eksternal: Variabel ini mengukur berapa banyak Ketentuan eksternal
yang mengharuskan organisasi menggunakan ukuran kinerja. Ketentuan eksternal
yang digunakan di penelitian ini diambil dari Mahmudi (2003) yaitu Peraturan
Pemerintah,Peraturan Daerah, Keputusan Bawasda dan BPKP.
5. Ketentuan internal: yaitu adanya kebijakan manajemen organisasi agar
organisasi mengadopsi suatu ukuran kinerja. Variabel ini merupakan variabel
Dummi dimana 1 apabila ada ketentuan internal dan 0 apabila tidak ada.
Faktor-faktor politik dan kultur,terdiri dari:
6. Kelompok internal: Variabel ini mengukur tingkat dukungan pimpinan dan
karyawan terhadap ukuran kinerja.Variabel ini digunakan sebagai proksi politik
internal dalam organisasi. Variabel ini diukur dengan pertanyaan tingkat inisiatif
pimpinan dan tingkat dukungan karyawan manajemen dan non manajemen
terhadap ukuran kinerja. Di ukur dengan Skala Likert (4 skala).
7. Kelompok eksternal: Variabel ini mengukur dukungan anggota legislatif dan
masyarakat (publik) terhadap ukuran kinerja. Variabel ini digunakan sebagai
proksi politik eksternal yang mempengaruhi pengukuran kinerja. Variabel diukur
dengan mengajukan pertanyaan tentang keterlibatan masyarakat dan konsultan
ahli dalam mendorong pengukuran kinerja, tingkat penggunaan informasi kinerja
oleh DPRD dan inisiatif anggota DPRD dalam membentuk komisi untuk
788
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
2. PENGUJIAN LINEARITAS
4,5 4,5
4,0 4,0
3,5 3,5
3,0 3,0
2,5 2,5
2,0 2,0
Adopsi
Adopsi
1,5 1,5
1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
4,5 4,5
4,0 4,0
3,5 3,5
3,0 3,0
2,5 2,5
2,0 2,0
Adopsi
Adopsi
1,5 1,5
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 ,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
4,5
4,5
4,0
4,0
3,5
3,5
3,0
3,0
2,5
2,5
2,0
2,0
Adopsi
Adopsi
1,5
1,5
-1 0 1 2 3 4 5
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
KETENTUAN EKSTERNAL
Sumberdaya
789
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005
4,5
4,5
4,0
4,0
3,5
3,5
3,0
3,0
2,5
2,5
implementasi
implementasi
2,0
2,0
1,5
1,5
,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
4,5
4,5
4,0
4,0
3,5 3,5
3,0 3,0
2,5 2,5
implementasi
implementasi
2,0 2,0
1,5 1,5
1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
4,5
4,5
4,0
4,0
3,5
3,5
3,0
3,0
2,5
2,5
implementasi
implementasi
2,0 2,0
1,5 1,5
,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
Informasi Sumberdaya
790