b060210
b060210
TAHAN UJI♥
"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor 16013
ABSTRACT
Based on literatures study, and observation both herbarium collections and fresh materials in the fields, there are 226 species of
indigenous fruits encountered in Kalimantan. From these records, fifty-eight species are cultivated, and 31 species are as endemic. This
study also reported that the wild relatives species of durian (Durio spp.), mangga (Mangifera spp.), manggis (Garcinia spp.), and
rambutan (Nephelium spp.) are indigenous fruits, which have a good prospect to be developed in Kalimantan.
daerah/kabupaten di Kalimantan. Eksplorasi dan koleksi serta yang tidak berbau sampai yang berbau tajam.
flora antara lain dilakukan di Pontianak dan Ketapang Sedangkan menurut Seibert (dalam Siregar dkk., 2000)
(Kalimantan Barat), Palangkaraya (Kalimantan Tengah), tidak kurang dari 18 jenis Durio menghuni Kalimantan dan
Samarinda dan Balikpapan (Kalimantan Timur). 14 jenis di antaranya endemik.
Dalam tulisan ini batasan “buah-buahan” adalah Dalam penelitian ini hanya ditemukan 15 jenis Durio di
mencakup jenis tumbuhan tahunan yang menghasilkan Kalimantan, 9 jenis diantaranya endemik dan 2 jenis
buah dapat dimakan (edible fruit) (Verheij dan Coronel, lainnya sudah termasuk tumbuhan langka. Kedua jenis
1991). Buah tersebut baik sebagai fungsi utama atau hanya Durio langka adalah D. kutejensis dan D. oxleyanus
sampingan dan yang dimakan segar secara langsung (Kartikasari, 2001). Dari 15 jenis Durio yang ditemukan
ataupun diproses terlebih dulu serta yang lazim dikonsumsi hanya 4 jenis yang telah dibudidayakan sedangkan sisanya
masyarakat lokal. Namun beberapa jenis yang buahnya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Di samping itu tercatat
tidak lazim dimakan tetapi berasal dari marga (genus) yang ada 7 jenis Durio yang dapat dimakan buahnya (edible
umum dikenal sebagai kelompok buah-buahan dimasukkan fruits) Ketujuh jenis Durio tersebut adalah Durio dulcis, D.
dalam batasan ini. Hal ini mengingat potensi sumber daya grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, D. oxleyanus,
genetik (plasma nutfah) yang terkandung dalam setiap D. Lowianus, dan D. zibethinus. Sedangkan empat jenis
jenisnya. Istilah buah-buahan “asli” Kalimantan adalah Durio yang telah dibudidayakan yaitu Durio zibethinus, D.
jenis buah-buahan lokal yang tumbuh secara alami ataupun kutejensis, D. lowianus dan D. dulcis (Tabel 1.).
yang asalnya dari Kalimantan. Dua dari 4 jenis Durio yang telah dibudidayakan yaitu
D. kutejensis dan D. dulcis, keduanya merupakan
tumbuhan endemik dan hanya dikenal serta dikonsumsi di
HASIL DAN PEMBAHASAN Kalimantan saja. Sampai saat ini usaha pembudidayaan D.
dulcis masih dalam skala yang relatif kecil di Kalimantan.
Dari hasil penelitian telah ditemukan 226 jenis (dari 35 Pada hal jenis yang arilus buahnya berwarna merah
suku) buah-buahan asli Kalimantan baik yang dapat tua/merah coklat dan rasanya sangat manis ini mempunyai
dimakan maupun sebagai sumber keanekaragaman genetik potensi yang bagus untuk dikembangkan di masa
atau yang dikenal dengan istilah “plasma nutfah”. Dari 226 mendatang. Berbeda dengan D. zibethinus, jenis durian ini
jenis buah-buahan tersebut hanya 58 jenis yang telah merupakan buah-buahan favorit yang sangat dikenal baik
dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan- di Kalimantan maupun di luar Kalimantan. Di Kalimantan
hutan. Pengelompokan berdasarkan perawakannya maka terdapat cukup banyak kultivar D. zibethinus dengan rasa,
sebagian besar dari 226 jenis tersebut adalah berupa pohon aroma dan warna arilusnya yang bervariasi. Bahkan
sebanyak 201 jenis, liana 12 jenis, perdu 8 jenis, semak 3 ditemukan buah durian tanpa biji. Kultivar-kultivar tersebut
jenis dan terna 2 jenis. Sedangkan dari 35 suku yang merupakan keanekaragaman sumber plasma nutfah durian.
tercatat, 5 di antaranya mempunyai jumlah jenis besar, Sayangnya kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma
masing-masing adalah suku Euphorbiaceae (31 jenis), nutfah buah-buahan dari marga Durio ini belum diber-
Anacardia-ceae (27 jenis), Moraceae (25 jenis), dayakan secara optimal khususnya di Kalimantan. Oleh
Sapindaceae (18 jenis) dan Clusiaceae (16 jenis) (Tabel 1.). karena itu kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma
Jika dilihat dari prospek nilai ekonominya, ada 3 marga nutfah komoditas buah-buahan ini perlu diberdayakan agar
dari 3 suku tersebut yang mempunyai prospek bagus untuk diperoleh bibit buah-buahan Durio yang unggul baik
dikembangkan di masa mendatang. Ketiga marga tersebut kualitas maupun produksi buahnya. Harapannya dari hasil
adalah Garcinia (suku Clusiaceae), Mangifera seleksi individu-individu jenis terpilih melalui usaha
(Anacardiaceae), dan Nephelium (Sapindaceae). Di pemuliaan akan dapat diperoleh buah-buahan dari kerabat
samping itu ditemukan pula satu marga lainnya dari suku durian yang kurang berduri, berdaging buah kering dan
Bombacaceae yaitu Durio yang juga sangat potensial untuk berwarna merah-kuning, serta berasa manis gurih.
dikembangkan. Berikut ini diuraikan buah-buahan asli
Kalimantan dari beberapa marga dan kerabatnya yang Kerabat mangga (Mangifera spp.)
berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan. Indonesia merupakan salah satu pusat keaneka-ragaman
mangga di dunia. Hal ini disebabkan karena Indonesia di
Kerabat durian (Durio spp.) samping kaya dengan keanekaragaman jenis, tingkat
Keanekaragaman jenis Durio dilaporkan sekitar 30 diversitas genetiknya juga sangat tinggi. Kalimantan
jenis, 14 jenis endemik di Borneo, 3 jenis endemik di Se- sebagai bagian dari salah satu pulau besar di Indonesia
menjung Malaya dan 1 jenis di Sumatera (Yap et al., mempunyai keanekaragaman jenis dan plasma nutfah buah-
1995). Tingginya jumlah jenis Durio yang endemik di buahan mangga yang tinggi. Di kawasan pulau ini dapat
Kalimantan memberikan gambaran bahwa kawasan ini ditemukan berbagai macam buah-buahan dari kerabat
merupakan salah satu pusat terpenting untuk mangga mulai yang berukuran mini (sebesar jari jempol
keanekaragaman buah-buahan kerabat durian. Di kawasan manusia) sampai yang berukuran besar (sebesar buah
pulau ini juga dapat ditemukan berbagai jenis Durio mulai kelapa) ataupun yang berdaging buah rasa asam sampai
dari yang ukuran buahnya sebesar bola tenis sampai buah manis serta yang sedikit beraroma sampai yang beraroma
kelapa ataupun yang arilusnya berwarna keputihan sampai sangat harum.
merah tua, dengan rasa yang manis sampai sangat manis
UJI – Buah-buahan asli Kalimantan 119
Keterangan:
• Daerah persebaran: I = Indonesia; J = Jawa; K = Kalimantan; M = Maluku; NT = Nusa Tenggara; P = Papua; S = Sumatera; Sl =
Sulawesi.
• Perawakan: P = pohon; Pd = perdu; S = semak; L = liana; Tp = terna-pohon.
• Status: * = dibudidayakan; + = tumbuhan endemik; # = tumbuhan langka.
• Pemanfaatan: 1 = buah masak dimakan segar, 2 = buah masak diolah sebagai bahan makanan/minuman, 3 = buah muda dimakan
segar atau sebagai campuran makanan, 4 = sebagai bahan/material pemuliaan (sambungan, persilangan, dan lain-lain).
Gruezo (1991) melaporkan bahwa di seluruh dunia penduduk di Kalimantan dan mempunyai keanekaragaman
terdapat sekitar 40 jenis Mangifera. Kostermans dan plasma nutfah yang cukup tinggi adalah M. indica, M.
Bompard (1993) melaporkan bahwa di Kalimantan saja odorata dan M. foetida (Purwanto, 2000). Besarnya
terdapat 31 jenis Mangifera dan 3 jenis di antaranya keanekaragaman jenis dan plasma nutfah Mangifera di
endemik. Sedangkan dalam penelitian ini ditemukan 23 Kalimantan akan memberikan harapan yang baik untuk
jenis Mangifera asli Kalimantan, 13 jenis diantaranya telah pengembangannya di masa mendatang khususnya dalam
dibudidayakan dan 4 jenis lainnya merupakan tumbuhan usaha pemuliaan tanaman mangga.
endemik (Tabel 1.). Ketiga jenis mangga yang endemik
yaitu Mangifera applanata, M. casturi, M. havilandii dan Kerabat manggis (Garcinia spp.)
M. pajang. Khususnya untuk M. casturi, jenis mangga yang Manggis dari Indonesia merupakan salah satu buah
ukuran buahnya kecil ini mempunyai warna buah yang tropika terbaik dan yang paling disukai di dunia.
bervariasi dari kuning orange sampai ungu kehitaman. dan Permintaan pasar global terhadap komoditas buah manggis
rasanya cukup enak serta baunya harum. Berbeda dengan terus meningkat karena kelezatan buahnya. Namun
M. pajang, jenis mangga ini mempunyai buah yang permasalahan utama yang dihadapi dalam budi daya
berukuran paling besar (diameter buahnya mencapai 20 manggis antara lain adalah lambatnya laju pertumbuhan,
cm) dibandingkan dengan jenis-jenis dari marga Mangifera panjangnya dormansi mata tunas serta adanya getah kuning
lainnya. Keistimewaan lain pada M. pajang adalah kulit pada buahnya. Oleh karena itu faktor-faktor yang menjadi
buahnya dapat dikupas seperti halnya kalau mengupas kulit kendala dalam budi daya tersebut harus dapat
buah pisang. Jenis mangga ini telah banyak ditanam di diminimalisasi. Salah satunya adalah dengan cara
kebun-kebun milik penduduk lokal terutama di Kalimantan pemuliaan tanaman. Menurut Hambali (dalam Sari dan
Timur dan Kalimantan Barat. Di samping M. pajang, jenis- Hanan, 2000) dilaporkan bahwa keanekaragaman jenis dan
jenis Mangifera lainnya yang juga banyak ditanam oleh plasma nutfah marga Garcinia di Indonesia sangat tinggi.
124 B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 117-125
Hal ini sangat menguntungkan dalam pelaksanaan (termasuk 8 jenis endemik) di antaranya terdapat di
pemuliaan tanaman. Dilaporkan pula bahwa di seluruh Borneo. Di samping keanekaragaman jenis Nephelium di
Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 91 jenis Garcinia Kalimantan cukup tinggi, sumber daya genetik yang ada
dan lebih dari 50 jenis yang dapat dicoba kompatibilitasnya dalam setiap jenisnya juga tinggi. Sebagai contoh,
sebagai batang bawah manggis. Dalam penelitian ini hanya rambutan (N. lappaceum) yang ditanam di satu desa
dapat ditemukan 20 jenis Garcinia asli Kalimantan. Dari (Mekar Jaya) di daerah Sambas-Kalimantan Barat telah
20 jenis Garcinia tersebut hanya 4 jenis yang telah ditemukan tidak kurang dari 15 kultivar (Siregar dkk.,
dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan- 2000).
hutan. Jenis buah-buahan yang tumbuh liar di hutan-hutan Dalam penelitian ini hanya ditemukan 9 jenis
ini mempunyai kontribusi besar untuk batang bawah atau Nephelium asli Kalimantan, 5 jenis di antaranya telah
interstem terhadap penampilan agronomi jenis tanaman dibudidayakan dan 2 jenis lainnya merupakan tumbuhan
budi daya (Purnomo dkk, 2002). Sedangkan 4 jenis endemik (Tabel 1.). Di samping N. lappaceum, jenis
Garcinia yang telah dibudidayakan yaitu G. dulcis, G. lainnya yang juga diduga mempunyai keanekaragaman
forbesii, G. Nigrolineata, dan G. parviflora (Tabel 1.). genetik yang tinggi adalah N. maingayi dan N. ramboutan-
Jenis yang terakhir ini yaitu G. parviflora mempunyai ake. Karena kedua jenis Nephelium ini juga banyak
perawakan pohon yang pendek yaitu antara 2-5 meter ditanam di kebun-kebun dan pekarangan penduduk. Dalam
tingginya sehingga jenis ini berpotensi sebagai material upaya untuk mendapatkan buah rambutan yang berkualitas
batang bawah. Demikian pula untuk G. celebica juga bagus dan produksi buahnya tinggi maka dapat dilakukan
berpotensi sama sebagai material batang bawah karena dengan cara memadukan antara sifat-sifat baik yang
pada G. celebica mempunyai laju pertumbuhan yang lebih dimiliki oleh setiap kelompok populasi jenis. Sehingga
cepat dibandingkan dengan G. mangostana (Syah dkk., diharapkan akan dapat diperoleh buah rambutan yang
2002). Di Kalimantan dapat ditemukan pohon manggis (G. berbuah lebat, berdaging buah manis dan kering serta
mangostana) yang tumbuh secara liar di hutan-hutan ngelotok, kulit buahnya merah darah dan kurang berambut.
pamah Dipterocarpaceae. Populasi manggis yang tumbuh
liar di hutan dapat dimanfaatkan sebagai pohon induk Buah-buahan lain
(sumber plasma nutfah) karena tahan terhadap serangan Masih cukup banyak jenis buah-buahan asli Kalimantan
hama dan penyakit. Di samping itu di Kalimantan juga yang bernilai ekonomi dan berpotensi untuk dikembangkan
dapat ditemukan tetua diploid dari manggis yaitu G. ataupun yang secara genetik merupakan aset yang tidak
malaccensis. Jenis pohon ini mempunyai ciri fenotip yang ternilai dan perlu mendapat perhatian untuk
sangat mirip dengan manggis namun dalam ukuran yang pengembangannya. Beberapa di antaranya adalah kerabat
lebih kecil. G. malaccensis adalah diploid dan berumah dua menteng (Baccaurea spp.). Dari hasil penelitian ini
sehingga mempunyai keragaman genetik yang tinggi ditemukan 20 jenis Baccaurea, 7 jenis telah dibudidayakan
sekaligus juga membuka peluang bagi pemuliaan tanaman dan sisanya masih tumbuh secara liar di hutan-hutan (Tabel
manggis. Diharapkan dengan ditemukannya G. 1.). Ketujuh jenis Baccaurea yang telah dibudidayakan
malaccensis maka akan membuka peluang dihasilkannya adalah Baccaurea bracteata, B. lanceolata, B. macrocarpa,
manggis triploid yang tanpa biji karena manggis B. motleyana, B. parviflora, B. Pubera, dan B. racemosa.
merupakan tanaman tetraploid. Pada penelitian anatomi Sebagian besar jenis dalam kerabat marga Baccaurea ini
batang dilaporkan bahwa G. malaccensis juga hasil panen buahnya hanya dikonsumsi sendiri dan tidak
menunjukkan tingkat kompatibilitas yang tinggi terhadap untuk dijual, kecuali Baccaurea motleyana dan B.
manggis (G. mangostana) (Tirtawinata dan Hapid, 2000). racemosa. Kedua jenis Baccaurea tersebut dilaporkan
Kekayaan jenis kerabat manggis (Garcinia spp.) ini selain bahwa frekuensinya cukup signifikan ditemukan di
dapat dimanfaatkan sebagai bahan rekayasa genetika dalam kawasan pemukiman suku Dayak di Kalimantan
perbaikan varietas dan dalam pembibitan sebagai batang (Purwanto, 2000). Oleh karena itu pula keanekaragaman
bawah untuk mempercepat pertumbuhan manggis juga genetik kedua jenis Baccaurea tersebut juga cukup besar.
dapat dimanfaatkan sebagai sumber polen dalam Di samping itu kedua jenis ini juga seringkali dapat
persilangan (Syah dkk., 2002). Di samping itu, kerabat dijumpai di pasar-pasar tradisional terutama pada waktu
manggis (Garcinia spp.) juga dilaporkan dapat musim panen buah. Tingginya keanekaragaman jenis dan
dimanfaatkan sebagai pohon pinggir jalan, reboisasi dan plasma nutfah kerabat menteng ini merupakan modal
pencegah erosi serta sumber makanan bagi satwa liar (Sari utama dalam usaha untuk meningkatkan kualitasnya.
dan Hanan, 2000). Buah-buahan lainnya yang juga berpotensi untuk
dikembangkan adalah jenis-jenis dari kerabat nangka
Kerabat rambutan (Nephelium spp.) (Artocarpus spp.). Kerabat nagka (Artocarpus spp.) di
Kalimantan juga merupakan pusat keanekaragaman Indonesia tercatat ada 26 jenis (Purnomo dkk., 2002). Dari
rambutan. Di kawasan pulau ini dapat ditemukan berbagai hasil penelitian ini tercatat ada 13 jenis Artocarpus asli
macam buah-buahan dari kerabat rambutan mulai yang Kalimantan dan 3 jenis di antaranya endemik (Tabel 1.).
berukuran kecil sebesar kelereng sampai yang berukuran Ketiga jenis Artocarpus yang endemik adalah A. nitidus
sebesar kepalan tangan, atau yang kulit buahnya rata ssp. borneensis, A. obtusus dan A. odoratissimus. Di
sampai yang berambut panjang serta yang rasanya asam samping itu, 9 dari 13 jenis Artocarpus tersebut telah
sampai yang manis. Seibert (1991) melaporkan bahwa di dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan-
seluruh dunia terdapat 22 jenis Nephelium dan 16 jenis hutan. Kesembilan jenis Artocarpus yang telah
UJI – Buah-buahan asli Kalimantan 125
dibudidayakan adalah A. altilis, A. anisophyllus, A. Kostermans, A.J.G.H. and J.M. Bompard. 1993. The Mangoes. Their
Botany, Nomenclature, Horticulture and Utilization. London: IBPGR
elasticus, A. integer, A. kemando, A. lanceifolius, A. nitidus & Academic Press.
ssp. boeneensis, A. obtusus dan A. odoratissimus. Dua dari Purnomo, S., Suharto, Sudjito dan S. Hosni. 2002. Eksplorasi dan
9 jenis Artocarpus yang telah dibudidayakan, A. integer konservasi sumber daya genetik. Buletin Plasma Nutfah 8 (1): 6-15.
dan A. heterophyllus adalah yang paling banyak ditemukan Purwanto, Y. 2000. Etnobotani dan Konseravasi Plasma Nutfah
Hortikultura: Peran sistem Pengetahuan Lokal pada Pengembangan
dan ditanam di kebun-kebun dan pekarangan penduduk di dan Pengelolaannya. Proseding Seminar Sehari. Hari Cinta Puspa &
Kalimantan. Oleh karena itu kedua jenis Artocarpus ini di Satwa Nasional. Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek
samping mempunyai keanekaragaman genetik yang cukup Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Bogor: Pusat
besar juga berpotensi untuk dikembangkan di Kalimantan. Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Rifai, M.A. 1986. Flora Buah-buahan Indonesia. Bogor: LBN-LIPI.
Sari, R. dan A. Hanan. 2000. Garcinia (Clusiaceae) di Kebun Raya
KESIMPULAN Bogor; fisiognomi, keragaman, dan potensi. Proseding Seminar
Sehari. Hari Cinta Puspa & Satwa Nasional. Menggali potensi dan
meningkatkan prospek tanaman hortikultura menuju ketahanan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pangan. Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor,
Kalimantan kaya akan keanekaragaman jenis dan plasma Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
nutfah buah-buahan aslinya. Suatu peluang besar Sastrapradja, S. D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan
dimungkinkan untuk meningkatkan penganekaragaman, Nabati dan Plasma Nutfahnya. Bogor: Komisi Pelestarian Plasma
Nutfah Nasional dan Puslitbang Bioteknologi, Lembaga Ilmu
mutu, dan produksi buah-buahan asli Indonesia khususnya Pengetahuan Indonesia.
Kalimantan. Tidak semua jenis perlu dikembangkan Seibert, B. 1991. Nephelium L. In Verheij, E.W.M. and R.E. Coronel
sekarang. Pemilihan prioritas seyogyanya didasarkan pada (eds.). Edible Fruits and Nuts. Netherlands: Pudoc Wageningen. Plant
perhitungan ekonomi pasar, permintaan kebutuhan dasar Resources of South-East Asia (PROSEA).
Siregar, M., E.N. Sambas, dan Ismail. 2000. Peran masyarakat adat
serta modal bahan dasar kekayaan keanekaragaman jenis Kalimantan dalam melestarikan plasma nutfah pohon buah-buahan.
dan plasma nutfah buah-buahan yang dimiliki. Prioritas Proseding Seminar Sehari. Hari Cinta Puspa & Satwa Nasional.
utama yang dipilih untuk dapat dikembangkan saat ini Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura
antara lain adalah jenis-jenis dari kerabat durian, mangga, Menuju Ketahanan Pangan. Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan-
Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
rambutan, dan manggis. Kegiatan pemuliaan memerlukan Syah, M.J.A., T. Purnama, dan F. Osman. 2002. Keragaman daun, buah,
waktu yang cukup lama, karena sebagian besar jenis-jenis dan pertumbuhan beberapa spesies kerabat manggis. Buletin Plasma
buah-buahan asli Kalimantan tersebut tergolong jenis Nutfah 8 (1): 1-5.
pohon yang daur hidupnya panjang. Tirtawinata, M. R. dan U. Hapid. 2000. Studi anatomi keragaman
Garcinia spp. sebagai calon batang bawah manggis (Garcinia
mangostana L.). Proseding Seminar Sehari. Hari Cinta Puspa &
Satwa Nasional. Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Bogor: Pusat
Koservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu
Gruezo, W. S. 1991. Mangifera L. In Verheij, E.W.M. and E. Coronel Pengetahuan Indonesia.
(eds.). Edible Fuits and Nuts. Netherlands: Pudoc Wageningen/Plant Verheij, E.W.M. and R.E. Coronel (eds.). 1991. Edible Fruits and Nuts.
Resources of South-East Asia (PROSEA). Netherland: Pudoc Wageningen. Plant Resources of South-East Asia
Kartikasari, S.N. 2001. Tumbuhan langka Indonesia. Dalam Mogea J.P., (PROSEA).
D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution, dan Irawati. LIPI- Yap, S.K., A. Martawijaya, R.B. Miller, and R.H.M.J. Lemmens. 1995.
Seri Panduan Lapangan. Bogor: Balai Penelitian Botani, Puslitbang Durio Adans. In Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, and W.C.
Biologi-LIPI. Wong (eds.). Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Bogor.
Plant Resources of South-East Asia (PROSEA).