Perubahan Laju Korosi Akibat Tegangan Dalam Dengan Metode C-Ring
Perubahan Laju Korosi Akibat Tegangan Dalam Dengan Metode C-Ring
net/publication/268288850
Article
CITATION READS
1 2,096
1 author:
Toto Rusianto
Institut Sains & Teknologi AKPRINDYogyakarta
6 PUBLICATIONS 13 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Toto Rusianto on 01 April 2015.
Toto Rusianto1
1
Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Masuk: 19 April 2009 , revisi masuk: 29 Juni 2009, diterima: 3 Juli 2009
ABCTRACT
Stress Corrosion Craking (SCC) generally attack to metals (steel) under internal
stress. Fastener could arised internal stress to material that fastened, such as plat or
other material. The experiment to observed SCC could used C-Ring method as standard
ASTM G38-01(2007). Fastener and base material that made C-ring corroded in sea wa-
ter with various stresses that was arrised by fastener. The result of research showed that
hardness of spesimen (fastener and C-ring) was increase with increase in stress, the
hardness indicated there were internal stress in spesimen. Corrosion rate for spesimen
was increase with increase in stress, the higher corrosion rate at spesimen of C-ring for
arrised stress 256 kg was 24,20 MPY. and lower arrised stress 69 kg was 19,14 MPY.
The spesimen of fastener for arrised stress 256 kg was 7,97 MPY. and lower arrised
stress 69 kg was 6,89 MPY. Duration experiment time were 9 day.
INTISARI
Korosi retak tegang (SCC/ Stress Corrosion Craking) pada umumnya menyerang
logam baja yang mengalami tegangan dalam. Tegangan dalam dapat diakibatkan ada-
nya beban luar yang harus ditahan oleh material tersebut. Baut dapat terjadi tegangan
dalam akibat pengencangan/pengikatan dari material yang diikat. Pengujian korosi retak
tegang dapat dilakukan menggunakan metode C-Ring dengan standad ASTM G38-
01(2007) dengan media korosi air laut. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan
baut dan C-ring meningkat dengan meningkatnya beban. Adanya perubahan kekerasan
menunjukan adanya tegangan dalam pada spesimen. Laju korosi yang terjadi meningkat
dengan meningkatnya pembebanan, korosi pada C–ring terbesar terjadi pada beban 256
kg sebesar 24,20 mpy dan terendah pada beban 69 kg yaitu 19,14 mpy. Sedang pada
baut laju korosi terbesar pada beban 256 kg sebesar 7,97 mpy dan terendah pada beban
69 kg dengan laju korosi 6,89 mpy.
Kata Kunci: Tegangan dalam, Cincin-C, Korosi, Baut pengikat, Laju Korosi.
135
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
derhana yakni logam yang dapat dire- Penghilangan salah satu dari keempat
gangkan. Tekanan dapat disebabkan o- komponen akan menghentikan reaksi
leh: penggunaan, residu, panas, penge- korosi.
lasan.
Faktor lingkungan: keretakan
karena tekanan sangat dikenal dalam
berbagai media yang mengandung air,
tetapi terjadi juga pada cairan tertentu,
larutan garam dan cairan inorganik yang
tidak mengandung air. Lingkungan yang
menyebabkan kerusakan karena teka-
nan korosi pada berbagai macam cam-
puran logam semakin banyak, sehingga
penting untuk mengevaluasi campuran
logam yang ada bila komposisi ling-
kungan berubah. Kerusakan karena
tekanan korosi dapat dipercepat oleh
peningkatan suhu udara.
Faktor metalurgi: kelemahan Gambar 1. Retakan korosi tegangan
pada peretakan korosi tegangan rata-rata pada stainless steel (Fontana, 1987)
dipengaruhi oleh komposisi zat-zat kimia,
Korosi logam umumnya terjadi
komposisi dan distribusi percepatan.
melalui proses elektrokimia, sehingga
Faktor-faktor ini selanjutnya saling berin-
penting untuk mengetahui dasar dari
teraksi dengan tekanan dan komposisi
reaksi elektrokimia yang terjadi pada pro-
lingkungan yang mempengaruhi waktu
ses korosi. Reaksi anoda, logam
peretakan. Selain itu komposisi pada pa-
mengalami reaksi oksidasi pada proses
duan juga akan mempengaruhi waktu
korosi. Secara u-mum reaksi anodik
peretakan pada logam.
dapat ditulis
Mekanisme peretakan korosi te-
gangan sangat dipengaruhi oleh proses M M n ne
korosi. Sebuah lubang kecil dan takikan banyak elektron yang diambil dari ma-
pada permukaan logam dapat berfungsi sing-masing atom ditentukan oleh valensi
sebagai penyebab tekanan. Konsentrasi logam. Reaksi katoda, banyak terjadi
tekanan pada ujung lubang kecil akan selama proses korosi pada logam.
meningkat dengan seketika sebagai jari- Reaksi umum yang terjadi adalah: (1)
jari dari bentuk yang berkurang. Keretak- pelepasan hidro-gen 2H+ + 2e → H2 (2)
an karena tekanan korosi sering diamati reduksi oksigen dalam larutan asam O2
berdasarkan dari sebuah lubang kecil. Ji- + 4H+ + 4e → 2H2O (3) reduksi oksigen
ka terjadi peretakan, bagian ujung yang dalam larutan netral dan alkali O2 + 2
mempercepat keretakan memiliki jari-jari H2O + 4e → 4 (OH)- dan (4) reduksi Ion
yang kecil dan konsentrasi tekanan yang logam M 3+ + e M2+
menyertainya adalah besar. Pelepasan hidrogen merupakan
Deformasi plastik dari suatu cam- suatu reaksi katodik yang umum dalam
puran logam dapat terjadi dengan cepat larutan asam dan pada setiap reaksi ter-
pada permukaan sebelum adanya tanda jadi penangkapan elektron.
keretakan, hal ini terjadi karena tingginya Peretakan korosi tegangan ada-
tekanan. lah korosi pada logam yang terjadi kare-
Pada reaksi elektrokimia terjadi na adanya gabungan antara tegangan ta-
reaksi anoda dan katoda dimana kedua rik dan lingkungan yang korosif. Selama
reaksi terjadi secara bersamaan dan terjadi peretakan korosi tegangan, logam
mempunyai hubungan listrik agar terjadi seperti tidak mengalami korosi pada se-
perpindahan elektron. Ada empat kompo- mua permukaanya, padahal di sepanjang
nen dalam proses terjadinya reaksi ko- permukaan tersebut terjadi retakan-retak-
rosi adalah: anoda; katoda; elektrolit; hu- an. Korosi sumuran menjadi pemicu ter-
bungan listrik. bentuknya korosi retak tegang. Bentuk
136
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
retak yang terdapat pada daerah korosi sering diamati berdasarkan dari sebuah
sumuran adalah intergranular bercabang lubang kecil. Jika terjadi peretakan, ba-
yang merupakan hasildari serangan clori- gian ujung yang memprcepat keretakan
da pada baja karbon rendah (Badarud- memiliki jari-jari yang kecil dan konsen-
din, 2005). trasi tekanan yang menyertainya adalah
Baja karbon rentan terhadap pe- besar. Deformasi plastik dari suatu cam-
retakan korosi tegangan yang disebab- puran logam dapat terjadi dengan cepat
kan oleh beberapa perusakan, termasuk pada permukaan sebelum adanya tanda
dalam larutan amoniak encer, karbonat, keretakan, hal ini terjadi karena tingginya
asam sianida, hidroksida, nitrat dan amo- tekanan.
nia anhidro (tidak mengandung air). Pe- Mamlu (2001) menyimpulkan be-
retakan keduanya adalah peretakan in- sarnya beban penekanan pada besi be-
tergranular dan transgranular, pemben- ton sebelum mengalami proses korosi a-
tukannya terjadi dalam nitrat dan hidrok- kan sangat berpengaruh sekali terhadap
sida panas, dan kemudian dalam larutan laju korosi yang terjadi pada besi terse-
asam sianida hangat (ASTM, 2007). but. Bahwa semakin besar penekanan
Batas konsentrasi dan tempera- (pemberian beban) yang diberikan pada
tur untuk kerentanan korosi peretakan te- spesimen maka laju korosi yang terjadi
gangan dari baja karbon dalam soda api akan semakin besar. Menurut Sutopo
(sodium hidroksid) didefinisikan dengan (2001) berdasarkan pengujian tarik dapat
baik. Untuk contoh, peretakan korosi te- diketahui bahwa kuningan yang dikorosi
gangan tidak dianggap menjadi sebuah dengan media korosi air aki maka keku-
permasalahan dibawah suhu 880C dalam atan tariknya akan semakin turun. Kemu-
larutan dietanolamin dan monoetanola- dian pada kuningan yang dikorosi air aki
min encer yang digunakan untuk mem- dan air garam akan bersifat lebih lunak
buang hidrogen sulfida dan karbondiok- dan mudah patah. Dan hasil pengujian
sida keluar dari gas alam dan aliran sin- diketahui bahwa kekuatan terkecil terjadi
tesis gas yang kaya akan hidrogen. Mes- pada media air aki pada durasi 30 hari
kipun demikian, pengalaman baru dalam yaitu 50,72 kg/mm2. sedangkan pada
kilang minyak bumi menyebabkan ada- media air tawar kekuatan tariknya hampir
nya pengakuan umum bahwa proses pe- sama. Sedangkan As’ad (2007) melaku-
retakan korosi tegangan yang bersifat kan perhitungan laju korosi dengan dura-
pelepasan tekanan termal, harus dite- si waktu 0,5 jam, 1 jam, dan 1,5 jam
rapkan pada baja karbon biasa yang di- mendapatkan nilai selisih W (berat yang
gunakan dalam amino encer pada semua hilang) yang semakin naik, ini disebab-
konsentrasi dan temperatur. kan karena semakin lama logam berada
Bentuk peretakan korosi tegang- pada lingkungan korosif maka semakin
an memperlihatkan suatu perpatahan ra- banyak pula logam yang akan terkikis.
puh karena retak bercabang merambat Sedangkan untuk nilai laju korosi (MPY)
melalui beberapa batas butir. Proses ter- yang semakin menurun, penyebab me-
jadinya peretakan umumnya tagak lurus nurunnya nilai laju korosi adalah karena
dari tekanan yang terjadi dan bentuk pe- pertama konsentrasi larutan yang beru-
retakan dapat bercabang dan tidak ber- bah karena proses korosi.
cabang. Bentuk peretakan yang terjadi Nugroho (2005) menghitung laju
tergantung pada komposisi logam dan korosi dengan metode pencelupan yang
kondisi lingkungan. dilakukan dari benda uji didapat nilai seli-
Mekanisme peretakan korosi te- sih dari berat awal dan berat akhir dari ti-
gangan sangat dipengaruhi oleh proses ap-tiap proses korosi. Untuk benda uji
korosi. Sebuah lubang kecil dan takikan dengan suhu pemanasan 4000C durasi
pada permukaan logam dapat berfungsi pencelupan 4 jam didapat laju korosi
sebagai penyebab konsentrasi tekanan. 34,795 mm/tahun, pada benda uji de-
Konsentrasi tekanan pada ujung lubang ngan suhu pemanasan 5000C durasi
kecil akan meningkat dengan seketika pencelupan 4 jam didapat laju korosi
sebagai jari-jari dari bentuk yang berku- 30,667 mm/tahun dan pada benda uji
rang. Keretakan karena tekanan korosi yang sama dengan suhu pemanasan
137
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
6000C durasi pencelupan selama 4 jam bentuk spesimen penelitian seperti pada
didapat laju korosi 35,148 mm/tahun. Gambar 3.
138
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
K ek era sa n (H R C )
da kontruksi. 48.5
Waktu yang digunakan dalam 48
percobaan korosi dilakukan selama 3 ha-
47.5
ri, 6 hari dan 9 hari. Lama waktu penguji-
an ini dimaksudkan agar proses pengu- 47
rangan berat (weight loss) yang terjadi 46.5
pada benda uji dapat diamati secara cer-
46
mat, sehingga akan mudah dalam meng- 0 50 100 150 200 250 300
hitung laju korosi.
Beban (kg)
Media korosi yang digunakan da-
lam pengujian ini adalah air laut. Proses Gambar 5. pengaruh beban terhadap
pengujian menggunakan metode pence- kekerasan pada C ring.
lupan dimana seluruh benda uji tercelup
kedalam media korosi. Media korosi dia- Sedangkan untuk kekerasan te-
sumsikan stabil dan pengaruh udara ter- rendah terdapat pada benda uji yang me-
hadap wadah pengujian yang terbuka di- ngalami pembebanan 69 kg yaitu 46,2
anggap dalam kesetimbangan. 1,58 % HRC. Sedangkan pada Baut ke-
Metode uji korosi dengan meng- kerasan rata-rata tertinggi terjadi pada
hitung selisih berat antara sebelum dan benda uji dengan beban 256 kg yaitu43,8
sesudah dikorosikan. Untuk mengetahui 2,10 % HRC.
laju korosi dapat diperoleh dengan meng-
44
gunakan persamaan berikut ini (Fontana,
1987). 43.5
42.5
42
PEMBAHASAN
Pengujian kekerasan pada ben- 41.5
139
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
berapa besar beban luar yang dikenakan Korosi adalah penurunan mutu
pada bahan tersebut. Beban khususnya logam akibat reaksi elektrokimia dengan
beban tarik yang dikenakan pada bahan lingkungan (Threthwey and Chamberlain,
maka bahan akan mengalami reaksi ter- 1991, hal : 25). Penurunan mutu logam
hadap beban tersebut dengan mengala- tidak hanya melibatkan reaksi kimia na-
mi deformasi dalam hal ini mengalami re- mun juga reaksi elektrokimia, yakni an-
gangan/strain. Selama regangan masih tara bahan terjadi perpindahan elektron.
dalam batas kemampuan bahan untuk
menahan, maka energi dari luar tersebut 30
Laju Korosi pada Baut
50
140
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
141
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 2 No. 1 Agustus 2009
142