Struktur Anatomi Dan Aktivitas Antioksidan Bulbus Bawang Dayak (Dari Daerah Kalimantan Selatan
Struktur Anatomi Dan Aktivitas Antioksidan Bulbus Bawang Dayak (Dari Daerah Kalimantan Selatan
ABSTRACT
The aim of this research were to study the characterization of the microscopic anatomy and testing the antioxidant activity of
bawang dayak bulb from several regions in South Kalimantan. Bawang dayak plant samples taken from four (4) regency in South
Kalimantan. Bulb anatomical structure was observed by the paraffin method and test preparations of antioxidant activity by DPPH
method. IC50 values were calculated based on the formula of the regression equation.The bulb anatomical structures has a epidermis
tissue of both surfaces, there is parenchymal tissue. Transport tissue were located in rows with collateral type, there are starch grains
in parenchyma cells, and the presence of stiloid crystals between cells parenkim. Extract ethanol bawang dayak bulb from the four
districts in South Kalimantan has antioxidant activity against DPPH radicals. The highest antioxidant activity showed on the sample
from location1 Comets Village Banjarbaru Municipality (IC50 = 25.3339 μg/ml) and the lowest showed on the sample from location
2 Sungai Paring Village Banjar District (IC50 = 86.9039 μg/ml). Antioxidant activity of bawang dayak extract 4.5 to 15 times weaker
compared to BHT (BHT IC50 = 5.5707 μg/ml).
tubuh dapat terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif adalah kode sampel dari 4 (empat) daerah Kabupaten di
dan penuaan dini (Hanani dkk., 2005). Kalimantan Selatan:
Proses pembentukan metabolit sekunder tiap spesies 1. BB 1 : Kelurahan Komet Kodya Banjarbaru
tumbuhan merupakan suatu proses yang kompleks di 2. BB 2 : Kelurahan Komet Kodya Banjarbaru
mana terdapat interaksi antara proses biosintesis, transport, 3. BB 3 : Kelurahan Loktabat Selatan Kodya Banjarbaru
penyimpanan dan proses degradasi. Proses-proses tersebut 4. BJ 1 : Kelurahan Sungai Paring Kab. Banjar (lokasi 1)
diatur oleh gen. Pengaruh ontogeni sangat tampak 5. BJ 2 : Kelurahan Sungai Paring Kab. Banjar (lokasi 2)
terhadap sintesis metabolit sekunder pada tumbuhan, 6. BJ 3 : Kelurahan Sungai Paring Kab. Banjar (lokasi 3)
biasanya akan terjadi peningkatan kandungan tersebut 7. T 1 : Kelurahan Tabanio Kab. Tanah Laut (lokasi 1)
dengan meningkatnya usia tumbuhan. Namun, tidak 8. T 2 : Kelurahan Tabanio Kab. Tanah Laut (lokasi 2)
selalu demikian pada semua tumbuhan, dan hal ini sangat 9. T 3 : Kelurahan Gunung Makmur Kab. Tanah Laut
tergantung pada tahap-tahap perkembangan tumbuhan yang 10. H 1 : Kecamatan Angkinang Kab. Hulu Sungai
berbeda-beda. Sedangkan faktor lingkungan yang dapat Selatan (lokasi 1)
memengaruhi produksi metabolit sekunder antara lain iklim, 11. H 2 : Kecamatan Angkinang Kab. Hulu Sungai
tempat tumbuh, lingkungan hidup tumbuhan dan metode Selatan (lokasi 2)
penanaman (Robbers et al., 1996). Oleh karena itu, sangat
memungkinkan adanya perbedaan kandungan senyawa Pembuatan sediaan preparat awetan mikroskopis
bioaktif atau metabolit sekunder yang terkandung dalam bulbus dengan metode parafin pewarnaan tunggal (Ruzin,
suatu tanaman apabila ditanam pada lokasi atau daerah 1999).
yang berbeda.
Sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan Ekstraksi
pemanfaatan bahan alam Indonesia khususnya dari Sebanyak 30 gram serbuk bulbus bawang dayak
Kalimantan Selatan, maka perlu di kaji potensi bawang dayak dimaserasi dengan pelarut etanol teknis yang telah didistilasi.
sebagai bahan antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan Setelah 24 jam filtratnya disaring, lalu ampasnya dimaserasi
mengkaji karakterisasi secara anatomi mikroskopis dan uji kembali dengan pelarut etanol. Proses ekstraksi dilakukan
aktivitas antioksidan bulbus bawang dayak yang berasal hingga 3 kali. Filtrat yang diperoleh digabungkan dan
dari beberapa daerah di Kalimantan Selatan. dievaporasi menggunakan rotary vacum evaporator hingga
diperoleh ekstrak pekat dan dikeringkan dengan penangas
BAHAN DAN CARA KERJA air bersuhu 40° C.
A blanko = serapan radikal DPPH 1 mM terdapat butiran amilum dengan berbagai ukuran dan jumlah
A sampel = serapan radikal DPPH 1 mM setelah diberi amilum yang berbeda tiap selnya. Tipe berkas pengangkut
perlakuan sampel pada bulbus adalah kolateral di mana xilem terletak
Selanjutnya dibuat grafik antara konsentrasi sampel (x) berdampingan dengan floem tanpa adanya kambium.
dengan persen penghambatan (y). Posisi floem di sebelah bawah dan xilem di sebelah atas
Nilai IC50 dihitung berdasarkan rumus persamaan regresi. seperti halnya pada daun. Bulbus lapis berasal dari pelepah
daun yang mengalami penebalan sehingga struktur berkas
HASIL pengangkutnya menyerupai pada daun. Pada bulbus tidak
dijumpai adanya jaringan penyokong atau sklerenkim. Di
Struktur anatomi bulbus
antara berkas pengangkut utama satu dengan yang lainya
Secara mikroskopis bulbus lapis merupakan pada tiap lapisan bulbus terdapat berkas pengangkut yang
metamorfosis dari daun sehingga pada penampang lintang lebih kecil dengan struktur dan susunan sel lebih sederhana,
memiliki struktur anatomi yang menyerupai daun, bulbus terletak sejajar pada penampang lintang.
tersusun berlapis lapis (bulbus tunicatus), yaitu dari pelepah Melalui pengamatan mikroskopis pada bulbus lapis
daun terluar menyelubungi pelepah yang ada di dalamnya ditemukan juga adanya kristal stiloid seperti yang terdapat
seperti pada bawang merah (Allium cepa) (Nugroho dkk., pada daun. Berbagai bentuk kristal ditemukan dalam sel
2006). Dari penampang lintang bulbus diketahui adanya tumbuhan. Pada tumbuhan tinggi, kristal kalsium oksalat
jaringan epidermis di kedua permukaan dengan bentuk paling umum ditemukan. Jenis kristal yang disebut stiloid
segiempat atau kubus, di sebelah dalam epidermis terdapat merupakan kristal berbentuk prisma yang panjang dan
jaringan parenkim dengan bentuk heksagonal tidak teratur. kedua ujungnya meruncing. Pada sel, kristal ini ditemukan
Di antara jaringan parenkim tersebut terdapat jaringan secara menyendiri. Stiloid biasanya terdapat pada familia
pengangkut yang terletak berjajar, adanya butir amilum di Iridaceae, Agavaceae, Liliaceae, dan beberapa famili lain
dalam sel-sel parenkim dengan jumlah dan ukuran yang (Dickison, 2000).
beragam, serta adanya kristal stiloid seperti yang terdapat Pada bulbus terdapat amilum yang merupakan cadangan
pada daun (Gambar 1). makanan, selain dalam bulbus amilum biasanya terdapat
pada rhizom, batang, buah dan biji. Dalam butiran pati
terdiri atas lapisan-lapisan yang mengelilingi suatu titik awal
1 2
terbentuknya amilum disebut hilum (hilus), terletak dapat
di tengah atau agak ke tepi butiran pati, serta jumlahnya
3 dapat tunggal atau majemuk. Pada bulbus lapis bawang
dayak terlihat bahwa hilum terletak di tengah amilum
4
disebut sebagai amilum konsentris, dan berjumlah tunggal
5
(amilum tunggal/monoadelf) dengan berbagai jumlah dan
6 ukuran amilum yang terdapat dalam setiap selnya (Fahn,
1982) (Gambar 2).
Gambar 1. Penampang lintang bulbus (umbi lapis) Eleutherine
americana. Keterangan 1: epidermis atas, 2: kristal stiloid,
3: berkas pengangkut, 4: jaringan parenkim, 5: epidermis bawah,
6: Krista stiloid 1
Aktivitas antioksidan dari ekstrak dinyatakan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
persen penghambatannya terhadap radikal DPPH. (IC50) ekstrak etanol bulbus bawang dayak dari beberapa
Persentase penghambatan ini didapatkan dari perbedaan daerah di Kalimantan Selatan menunjukkan nilai IC50 yang
serapan antara absorban DPPH dalam metanol dengan bervariasi yaitu pada kisaran 25,3339–86,9039 (μg/ml).
absorban sampel yang diukur dengan spektrofotometer Aktivitas antioksidan tertinggi, yaitu pada sampel BB 1
UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm. Selanjutnya (25,3339 μg/ml) asal kelurahan komet lokasi 1 Kodya
persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan Banjarbaru dan terendah pada sampel BJ 2 (86,9039
antara konsentrasi ekstrak etanol bulbus bawang dayak μg/ml) asal kelurahan Sungai Paring lokasi 2 Kabupaten
dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk Banjar. Urutan aktivitas antioksidan dari terendah hingga
mencari nilai IC50. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai tertinggi, yaitu pada sampel: BJ2, BB3, H1, BB2, BJ3, T1,
dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang T2, H2, T3, BJ1, BB1. Grafik hubungan antara konsentrasi
dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH ekstrak etanol bulbus bawang dayak terhadap persen
(Andayani et al., 2008). penghambatan pada lokasi Banjarbaru 1 (BB1) dapat dilihat
Uji aktivitas antioksidan atau penghambatan terhadap pada Gambar 4. Lokasi pengambilan sampel yang berbeda
radikal bebas menggunakan metode DPPH menunjukkan ternyata memengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak bulbus
bahwa ekstrak etanol bulbus bawang dayak (E. americana) bawang dayak, hal ini berhubungan dengan lingkungan
dari beberapa daerah di Kalimantan Selatan memiliki tempat tumbuh tanaman tersebut yang diduga juga akan
aktivitas antioksidan. Hasil pengujian dapat dilihat pada memengaruhi produksi metabolit sekunder dari tumbuhan
Tabel 3. bawang dayak.
Aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH ekstrak sangat tampak terhadap sintesis metabolit sekunder pada
bulbus bawang dayak ditentukan oleh berbagai senyawa tumbuhan, biasanya akan terjadi peningkatan kandungan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Skrining tersebut dengan meningkatnya usia tumbuhan. Namun tidak
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol bulbus bawang selalu demikian pada semua tumbuhan, dan hal ini sangat
dayak mengandung triterpenoid dan kuinon. Beberapa tergantung pada tahap-tahap perkembangan tumbuhan
penelitian terhadap tumbuhan Eleutherine bulbosa dan yang berbeda-beda. Sedangkan faktor lingkungan yang
Eleutherine americana mengandung senyawa fenolat dapat memengaruhi produksi metabolit sekunder antara
golongan naftokuinon seperti elecanacin, eleutherin, lain iklim, tempat tumbuh, lingkungan hidup tumbuhan
isoeleutherin, eleutherol, dan eleutherinon (Alves et al., dan metode penanaman.
2003; Hara et al., 1997; Han et al., 2008; Nielsen dan Kesimpulannya struktur anatomi bulbus bawang
Wege, 2006). Senyawa fenolat telah diketahui memiliki dayak (E. americana) dari beberapa daerah Kalimantan
efek antioksidan yang sangat kuat (Suhartono dan Setiawan, Selatan menunjukkan adanya jaringan epidermis di kedua
2006). permukaan, terdapat jaringan parenkim di antara jaringan
epidermis. Jaringan pengangkut bertipe kolateral terletak
OMe O
H
OMe O
berjajar di antara sel-sel parenkim, terdapat butir amilum di
dalam sel-sel parenkim, serta adanya kristal stiloid di antara
O
sel parenkim. Ekstrak etanol bulbus bawang dayak dari ke
O empat kabupaten di Kalimantan Selatan memiliki aktivitas
O
O antioksidan terhadap radikal DPPH. Aktivitas antioksidan
tertinggi, yaitu lokasi 1 Kelurahan Komet Kodya Banjarbaru
elecanacin eleutherin (IC50 = 25,3339 μg/ml) dan terendah pada sampel lokasi
OMe O OMe OH 2 Kelurahan Sungai Paring Kabupaten Banjar (IC50 =
O
86,9039 μg/ml). Aktivitas antioksidan ekstrak bawang
O dayak 4,5–15 kali lebih lemah dibandingkan dengan BHT
(IC50 = 5,5707 μg/ml).
O O
Berikut mekanisme reaksi turunan kuinon sebagai Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat
antioksidan. Menurut Suhartono dan Setiawan, (2006) Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
turunan kuinon bekerja sebagai antioksidan karena Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui dana
kemampuannya sebagai akseptor elektron. Hibah Strategis Nasional tahun 2009–2010.
KEPUSTAKAAN
O O o O OH HO OH
Andayani R, Lisawati Y, dan Maimunah, 2008. Penentuan
Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol Total dan Likopen pada
Menurut Robbers et al. (1996), sintesis senyawa Buah Tomat (Solanum lycupersicum L). Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, 13: 1410–1419.
bioaktif pada tumbuhan dipengaruhi oleh 3 faktor
Alves TMA, Helmut K, dan Carlos LZ, 2003. Eleutherinone a
utama, yaitu: hereditas (komponen genetik), ontogeni
Novel Fungitoxic Naphtoquinone from Eleutherine bulbosa
(tahap perkembangan) dan lingkungan. Faktor hereditas (Iridiceae). Mem. Inst. Oswaldo Cruz. Rio de Janeiro. Vol
menimbulkan dua macam perubahan yaitu perubahan 98(5): 709–712.
secara kuantitatif dan kualitatif, sedangkan perubahan Babula V, Mikelova R, Patesil D, Adam V, Kizek R, Havel L,
yang disebabkan oleh pengaruh tahap perkembangan dan dan Sladky Z, 2005. Simultaneous Determination of
lingkungan terutama bersifat kuantitatif. Proses pembentukan 1,4-Naphtoquinone, Lawsone, Juglone and Plumbagin
metabolit sekunder tiap spesies tumbuhan bukanlah suatu by Liquid Chromatography with UV Detection. Biomed
proses yang sederhana, tetapi merupakan suatu proses paper 149(1): 25.
Boer Y, 2000. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah
yang kompleks tempat terdapat interaksi antara proses
Kandis (Garcinia parvifolia Miq), Jurnal Matematika dan
biosintesis, transpor, penyimpanan dan proses degradasi.
IPA 1, (1): 26–33.
Proses-proses tersebut diatur oleh gen. Pengaruh ontogeni
Kuntorini, Astuti, dan Nugroho 7
Dickison WC, 2000. Integrative Plant Anatomy. Harcourt Venyl Ether Photochemical Cycloaddition. Org. Biomol.
Academic Press. New York. 33–34. Chem. 4: 868–876.
Fahn, A. 1982. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Nugroho LH, Purnomo dan Sumardi I, 2006. Struktur dan
Press. Yogyakarta. 34–36. Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Han AR, Min HY, Nam JW, Lee NY, Wiryawan A, Suprapto 32.
W, Lee SK, Leenand KR, Seo EK, 2008. Identification Permana D, Lajis NH, Abas F, Othman AG, Ahmad R, Kitajama
of a New Naphthalene and Its Derivatives from the Bulb M, Takayama H, dan Aimi N, 2003. Antioksidative
of Eleutherine americana with Inhibitory Activity on Constituents of Hedotis Diffusa Wild. Natural Product
Lipopolysaccharide-Induced Nitric Oxide Production. Sciences 9(1): 7–9.
Chem. Pharm. Bul. 56(9): 1314–1316. Prakash A, 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories:
Hanani E, Mun’im A, dan Sekarini R, 2005. Identifikasi senyaw Analytical Progress 19(2): 1–4.
antioksidan dalam spons Calispongia sp dari Kepulauan Robbers JE, Speedle MK and Tyler VE. 1996. Pharmacognosy and
Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3): 127–133. Pharmacobiotechnology. Williams & Wilkins. Baltimore.
Hara H, Maruyama N, Yamshita S, Hayashi Y, Lee KH, Bastow KF, 10–11.
Chairul, Marumoto R, and Imakura Y, 1997. Elecanacin, Robinson T, 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.
a Novel Naphtoquinone from the Bulg of Eleutherine Penerbit ITB, Bandung (terjemahan).
americana. Chem. Pharm. Bull. 45 (10): 1714–1716. Rohman A dan Sugeng R, 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol
Kuncahyo I dan Sunardi, 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) Secara in
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap 1,1 Vitro. Majalah Farmasi Indonesia, 16(3): 136–140
Diphenyl-2- Picrylhidrzyl (DPPH). Seminar Nasional Ruzin SE, 1999. Plant Microtecnique and Microscopy. Oxford
Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN: 1978–9777. University Press. Oxford 1–2, 63–64
Kuntorini EM, 2008. Perkembangan Bulbus dan Daun Bawang Saptowaluyo CA, 2007. Bawang Dayak, Tanaman Obat kanker
Dayak (Eleutherine americana Merr.) serta Kandungan yang Belum Tergarap. http//www. kompas.com.
Senyawa Bioaktif Turunan Naftokuinon. Tesis. Fakultas Sa’roni, Nurendah P, Adjirni, 1987. Penelitian Efek antiinflamasi
Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta (tidak Beberapa Tanaman Obat pada Tikus Putih. Makalah Kongres
dipublikasi). Biologis Nasional VIII. 8–10 Oktober, Purwokerto.
Leong LP dan Shui G, 2002. An Investigation of Antioxidant Suhartono E dan Setiawan B, 2006. Radikal Bebas, Antioksidan
Capacity of Fruits in Singapore Markets, Food Chemistry dan Penyakit. Penerbit Pustaka Banua, Banjarmasin.
76: 69–75. Sukamat dan Ersam T, 2006. Dua Senyawa Santon Dari Kayu
Okawa M, Kinjo J, Nohara T, dan Ono M, 2001. Modification Batang Mundu Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai
Method DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) radical Antioksidan. Penelitian Aktivitas Kimiawi Tumbuhan ITS”
Scavenging Activity of Flavonoid Obtained from Some (PAKTI). PPs. Kimia. FMIPA. ITS. Surabaya.
Medicinal Plants. Biol. Pharm. Bull 24(10): 1202–1205. Wijaya A, 1996. Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan.
Nielsen LB dan Wege D, 2006. The Enantioselective Synthesis Forum Diagnosticum, Prodia Diagnostic Educational
of Elecanacin Through an Intramolecular Naphtoquinone- Services No 1: 1–12.