Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

HUBUNGAN ANTARA GEOKIMIA MINYAK BUMI DAN BATUAN INDUK DI SUB-CEKUNGAN ARDJUNA
TENGAH, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

Yusron Yazid, Dr. Eng. Ir. Agus Didit Haryanto MT., Dr. Ir. Johanes Hutabarat M.Si
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
The research area is located in offshore North West Java, Central Ardjuna Sub-Basin that belonging to
PT. Pertamina Hulu Energi Abar. The study focused on the source rock in Talang Akar Formation and
hydrocarbons contained in the area. The data used in this research is the source rock and oil
geochemical data. Source rock data is evaluated from wells YZD-1, YY-1 and DZN-1. From the analysis
of the source rock was found that the source rock generate the hydrocarbons in the well YZD-1 and YY-
1. The source rock is dominated by organic material with kerogen type II-III and III-II are derived from
terrestrial organic material that mixes with algae tend to produce a mixture of oil and gas. Source rock
organic material in wells YZD-1 depth interval 8421.9-8450 ft. deposited in the deep lake area in the
oxic conditions. While the organic material in the source rock in the well YY-1 depth interval 6898.92-
6909ft. deposited in the shallow lake in the oxic conditions. There are four oil samples, namely samples
DST1 CC-1, CC-1 DST3, FZE-1 DST1, and FZE-1 DST2. The analysis showed that there is a positive
correlation between samples and showed that the sample is deposited on the deep lake environments
and shallow lakes with a mixture of organic material higher plants and algae. Based on the geochemical
characteristics, oil samples taken from a number of wells are positively correlated to the source rock
samples. Based on burial history modeling, the oil generation in the Basal Talang Akar Formation in this
area began in the Early Miocene to the present. And in the Deltaic Talang Akar formation began in the
Middle Miocene to the present.

Keywords : Biomarker, Geochemistry, NWJ Basin, Petroleum, Source Rock

ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di lepas pantai Jawa Barat Utara, Sub-Cekungan Ardjuna Tengah yang
termasuk ke dalam wilayah opreasi PT. Pertamina Hulu Energi Abar. Penelitian ini difokuskan kepada
batuan induk pada Formasi Talang Akar dan hidrokarbon yang terdapat pada daerah tersebut. Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data geokimia batuan induk dan minyak bumi. Data batuan induk
yang dievaluasi berasal dari sumur YZD-1, YY-1 dan DZN-1. Dari analisis batuan induk didapatkan
bahwa batuan induk yang dapat menggenerasikan hidrokarbon terdapat pada sumur YZD-1 dan YY-
1. Batuan induk tersebut didominasi oleh material organik kerogen tipe II-III dan III-II yang berasal
dari material organik daratan yang bercampur dengan alga dan cenderung menghasilkan campuran
minyak dan gas bumi. Material organik batuan induk di sumur YZD-1 pada interval kedalaman 8421.9-
8450 kaki diendapkan di daerah danau dalam dengan kondisi oksik. Sedangkan pada material organic
pada batuan induk di sumur YY-1 pada interval kedalaman 6898.92-6909 kaki diendapkan di daerah
danau dangkal. Terdapat empat buah sampel minyak yaitu sampel CC-1 DST1, CC-1 DST3, FZE-1 DST1,
dan FZE-1 DST2. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara sampel-sampel
tersebut dan menunjukkan bahwa sampel tersebut diendapkan pada lingkungan danau dalam dan
danau dangkal dengan material organik campuran tumbuhan tingkat tinggi dan alga. Berdasarkan
karakteristik geokimia, sampel minyak yang diambil dari sejumlah sumur tersebut berkorelasi positif
dengan sampel batuan induk. Berdasarkan permodelan sejarah pemendaman diketahui generasi minyak
pada Formasi Basal Talang Akar di area ini dimulai pada Miosen Awal hingga saat ini. Dan padaFormasi
Deltaic Talang Akar di mulai pada Miosen Tengah hingga saat ini.

Kata kunci : Batuan Induk, Biomarker, Geokimia, NWJ Basin, Petroleum

PENDAHULUAN
Analisis geokimia ini merupakan salah adalah biomarker atau fosil molekuler,
satu metoda yang menitikberatkan hal ini dikarenakan biomarker memiliki
pada analisis komponen kimia struktur kompleks yang dapat
organik yang terkandung pada memberikan informasi lebih banyak
batuan induk dan minyak bumi. Salah mengenai asal muasal pembentukan
satu komponen organik yang penting batuan induk dan minyak bumi itu

69
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

sendiri. Daerah penelitian berada di a. Kuantitas yang diperoleh dengan


lepas pantai Jawa Barat Utara, Sub mengetahui persentase jumlah
Cekungan Ardjuna Tengah, Cekungan material organik dalam batuan
Jawa Barat Utara merupakan wilayah sedimen.
operasi PT. Pertamina Hulu Energi b. Kualitas, kualitas (tipe) diketahui
Abar, yang dahulunya pernah dengan indeks Hidrogen yang
dioperasikan oleh PT. Atlantic Richfield dimiliki batuan induk, dengan
Indonesia, Inc. maka dari itu saat ini mengetahuinya maka tipe
dilakukan kembali evaluasi data pada kerogennya pun dapat diketahui
lapangan tersebut, salah satunya ialah sehingga dapat diketahui produk
evaluasi geokimia hidrokarbon dan hal yang dihasilkan pada puncak
inilah yang mendorong dilakukannya pematangan.
penelitian pada daerah ini. Cekungan c. Kematangan. Dengan mengetahui
ini tersusun atas sedimen berumur tingkat kematangan suatu batuan
Tersier dan basement yang berumur maka dapat diperkirakan
Pra-tersier. Batuan Induknya terdapat kemampuan batuan tersebut untuk
pada Formasi Talang Akar dan hampir menggenerasikan minyak atau gas
setiap formasi memiliki karakteristik bumi.
reservoir yang baik. Migrasi terjadi Oil-source correlation didefinisikan
secara vertikal dan lateral dikarenakan sebagai hubungan kausal antara
oleh struktur yang berkembang pada minyak dengan fasies batuan
daerah tersebut. sumbernya berdasarkan integrasi data
geologi dan geokimia (Jones, 1987).
METODE PENELITIAN Hubungan kausal ini didasarkan pada
Daerah penelitian yang terletak pada kondisi saat batuan induk
cekungan Jawa Barat Utara menghasilkan minyak, bukan
mempunyai kisaran umur dari kala didasarkan pada perubahan yang
Eosen Tengah sampai Kuarter. Deposit terjadi terhadap komposisi batuan
tertua adalah pada Eosen Tengah, induk dan minyak.
yaitu pada Formasi Jatibarang yang Teknik korelasi geokimia secara garis
terendapkan secara tidak selaras di besar dapat dibagi menjadi 2 metode
atas Batuan Dasar. Urutan startigrafi utama yaitu bulk methods dan
regional dari yang paling tua sampai molecular methods. Bulk methods
yang muda adalah Batuan Dasar, meliputi karakteristik fisik, fraksinasi
Formasi Jatibarang, Formasi Talang komposisi, konsentrasi elemen dan
Akar (Basal Talang Akar, Fluvio-Deltaic rasio isotop. Sedangkan molecular
Talang Akar, dan Marine Talang Akar) methods melibatkan parameter fosil
Formasi Cibulakan (Massive, Main, geokimia atau yang sering disebut
Pre-Parigi), Formasi Parigi dan Formasi biomarker datanya diperoleh dari hasil
Cisubuh. (Gambar 1). Penelitian ini analisis Gas Chromatography-Mass
berfokus pada batuan induk Formasi Spectrometry (GC-MS). Karakteristik
Talang Akar. fisik meliputi warna, nilai API gravity
Batuan induk secara umum memiliki (American Petroleum Institute) dan
ciri karakteristik pada mayoritas viskositas.
batuan induk diantaranya merupakan Biomarker adalah komponen kompleks
batuan serpih berwarna gelap, kaya yang terdiri dari karbon, hidrogen dan
akan material organik, dan biasanya elemen lainnya yang biasa ditemukan
terendapkan dalam lingkungan laut pada minyak, ekstrak batuan dan
atau danau. sedimen, yang mempertahankan
Kualitas batuan induk diartikan pada struktur yang sama dengan komponen
jumlah dan tipe dari kerogen dan yang dihasilkan organisme hidup serta
bitumen juga tingkat kematangannya. merupakan produk alterasi diagenetik
Peter dan Cassa (1994) menyatakan dari komponen alamiah tersebut
bahwa untuk keperluan identifikasi khususnya komponen kerangka
batuan induk maka parameter yang karbonnya. Biomarker dapat
dapat dinilai di dalam diketegorikan secara umum,
menginterpretasinya adalah: tergantung darimana sumbernya

70
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

berasal. Masing – masing kategori dari HASIL DAN PEMBAHASAN


biomarker dapat memberikan Karakteristik Batuan Induk
informasi tentang proses yang Analisis batuan induk dilakukan pada
bervariasi dan bersifat temporal tiap tiga buah sumur, yaitu: YZD-1, YY-1,
anggotanya, namun dalam hal ini yang dan DZN-1 dengan menggunakan data
akan dibahas adalah n- Alkana, cutting, side wall core, maupun data
Isoprenoid, Terpana dan Sterana. core pada daerah penelitian. Analisis
Objek penelitian berfokus pada batuan yang dilakukan antara lain ialah
induk dan minyak bumi pada daerah potensi hidrokarbon, kualitas material
penelitian di Sub-Cekungan Ardjuna organic, kematangan dan lingkungan
Tengah. Jenis data yang digunakan pengendapan. Hasil analisis melalui
pada penelitian ini terdiri dari data análisis Rock-Eval Pyrolisis, dan
geokimia, yang merupakan data Reflektansi Vitrinit pada sampel batuan
terproses dari laboratorium yang induk yang terdapat pada sumur YZD-
dilakukan oleh beberapa perusahaan 1, YY-1, dan DZN-1 dapat disimpulkan
antara lain, PT. CoreLab Indonesia, bahwa batuan induk yang dapat
dan PT. Robertson Utama Indonesia. menggenerasikan hidrokarbon
Jenis datanya adalah data TOC, Rock- terdapat pada sumur YZD-1 dengan
Eval pirolisis, reflektansi vitrinit, interval kedalaman 6650-9053 kaki
kromatografi gas, kromatografi gas- (Gambar 1-4) dan sumur YY-1 pada
spektrometer massa, dan isotop interval kedalaman 6028-6909 kaki
karbon dari hidrokarbon pada contoh (Gambar 7-10)karena pada kedalaman
batuan induk dan contoh minyak bumi. tersebut sampel memilikikandungan
Penelitian ini dimulai dengan analisis TOC sangat baik yaitu very good- coal
data geokimia untuk menentukan dan kemampuan menggenerasikan
karakteristik minyak bumi dan batuan hidrokarbon yang baik atau potential
induk berdasarkan tiga data sumur yield (S1+S2) ( Peters dan Casa,
dan empat sampel minyak yang 1997), dan juga memiliki tingkat
tersedia Setelah itu diperoleh kualitas kematangan yang baik yang dianalisis
dan kuantitas batuan induk (Waples, berdasarkan análisis vitrinite dan
1985 dan Peter & Cassa,1994), análisis Tmaks. Analisis kematngan
analisis ini menghasilkan juga dilakukan menggunakan analisis
karakteristik batuan induk tertentu, perbandingan antara Tm/Ts dengan
evaluasi yang sama dilakukan pada C30 Moretana/C30 Hopana (Gambar 5
sampel minyak bumi menghasilkan dan Gambar 11) dan menggunakan
karakteristik minyak bumi tertentu. perbandingan antara C29
Integrasi dilakukan untuk αββR+S/αααS+R dengan C29 αααS/R
menghasilkan korelasi antar minyak (Gambar 6 dan Gambar 12)
bumi, maupun antara minyak bumi Sedangkan batuan induk pada sumur
dan batuan induk, terutama DZN-1 tidak dapat menggenerasikan
perbandingan interpretasi lingkungan hidrokarbon karena tingkat
pengendapan (Hunt, 1996; Sofer, kematangan yang buruk sehingga
1984; Huang dan Meinschein, 1979; tidak dilakukan análisis lebih lanjut.
Moldowan, 1993) dan dibantu dengan (Gambar 13)
uji statistik korelasi. Penentuan lingkungan pengendapan
Selanjutnya melakukan permodelan dilakukan melalui beberapa analisis
sejarah pemendaman atau burial antara lain yaitu, Analisis Berdasarkan
history mengunakan data antara lain, Rock-Eval Pyrolisis, Analisis
starigrafi, litologi, umur formasi serta Berdasarkan Kromatografi Gas, Analisa
data geokimia (TOC, rock-eval Berdasarkan Kromatografi Gas –
pyrolisis dan reflektansi vitrinit), Spektometri Massa (GC-MS), dan
gradien geothermal, paleo heat-flow, Analisis Isotop Karbon. Batuan induk
serta fase-fase rifting. pada sumur YZD-1 didominasi oleh
material organik kerogen tipe II-III
dan III-II yang berasal dari material
organik daratan yang bercampur
dengan alga dan cenderung

71
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

menghasilkan campuran minyak dan menunjukkan lingkungan


gas bumi dengan potensi very good - pengendapan sampel CC-1 DST1 dan
coal serta diendapkan di daerah deep CC-1 DST3 adalah deep lacustrine
lacustrine untuk interval kedalaman dengan asal material organik
8421.9-8450 kaki dengan material tumbuhan darat berupa tumbuhan
organik asal darat dan kondisi oksik. tingkat tinggi dan pada kondisi oksik
Sedangkan pada interval kedalaman Sedangkan untuk sampel FZE-1 DST1,
7949.16 sampai 8383 kaki diendapkan dan FZE-1 DST2 adalah shallow
pada lingkungan terestrial sampai lacustrine atau estuarine dengan asal
estuarine/shallow lacustrine dengan material organik tumbuhan darat
kondisi oksik dan asal material organik berupa tumbuhan tingkat tinggi dan
didominasi oleh tumbuhan darat. campuran alga pada kondisi oksik
Batuan induk pada sumur YY-1 sampai suboksik. Pada análisis
didominasi oleh material organik Triterpana m/z 191 yang dilakukan
kerogen tipe II-III dan III-II yang pada sampel terdapat oleanane yang
berasal dari material organik daratan menunjukan asal tumbuhan
yang bercampur dengan alga dan angiospermae dan bicadinane yang
cenderung menghasilkan campuran berasal dari resina tau getah
minyak dan gas bumi dengan potensi tumbuhan berkayu.
good -coal serta diendapkan di daerah Korelasi Batuan Induk - Minyak Bumi
shallow lacustrine atau estuarine untuk Korelasi batuan induk dengan minyak
interval kedalaman 6898.92-6909 kaki bumi dilakukan dengan
dengan material organik asal darat membandingkan karakteristik batuan
dan alga dan kondisi oksik-suboksik. induk dan karakteristik minyak
Sedangkan pada interval kedalaman bumi untuk selanjutnya di analisis
6028 kaki diendapkan pada lingkungan ada atau tidaknya suatu hubungan
terestrial dengan kondisi oksik dan genetik antara batuan induk dan
asal material organik didominasi oleh minyak bumi tersebut. Korelasi
tumbuhan darat. dibandingkan dengan membandingkan
unsur biomarker yang didapat dari
Karakteristik Minyak Bumi hasil analisis GC, GC-MS serta
Analisis dan evaluasi dilakukan pada menggunakan unsur isotop karbon.
empat buah sampel minyak bumi, Berdasarkan rasio Pristana/n-C17 dan
analisis yang dilakukan diantaranya Fitana/n-C18 keseluruh sampel batuan
adalah sifat fisik (Physical Properties) induk maupun minyak memiliki
,kromatografi gas (GC), kromatografi karakteristik asal material organik
gas – spektometri massa (GC-MS) yang sama, yaitu material organic
dan isotop karbon yang terdapat darat (humic kerogen). (Gambar 14)
pada sumur CC-1, FZE-1. Akan Dari rasio Pr/n-C17dan Pr/Ph dapat
tetapi analisis sifat fisik minyak hanya dilihat bahwa sampel minyak dan
dilakukan pada sampel yang berasal batuan induk diendapkan pada
dari sumur CC-1 karena keterbatasan lingkungan oksik dengan material
data. Dari sampel minyak yang organik berasal dari tumbuhan
didapatkan pada sumur CC-1 tingkat tinggi, terkecuali pada sampel
diketahui memiliki nilai API gravity batuan induk YY-1 6898.92’ dan YY-1
antara 35.8 hingga 42.4 (dapat dilihat 6909’ dan sampel minyak FZE-1 DST1
pada tabel 1) yang merupakan dan FZE-1 DST2 sudah mulai
tergolong fluida dengan berat jenis dipengaruhi oleh lingkungan anoksik
ringan. Minyak pada sampel – hingga suboksik dengan material
sampel tersebut memiliki kandungan organik berupa tumbuhan tingkat
sulfur yang rendah yaitu sekitar 0.07 tinggi. (Gambar 15)
hingga 0.17 kemungkinan dipengaruhi Berdasarkan hasil analisis alkana
lingkungan oksidasi. Hal ini normal yang dilakukan pada masing -
menandakan bahwa minyak ini masing contoh batuan induk dan
kemungkinan lingkungan minyak bumi. Diambil dua pola alkana
pengendapan batuan induknya normal pada masing -masing sampel
berasal dari darat. Hasil analisis yang mewakili karakteristik baik itu

72
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

batuan induk maupun minyak bumi yang berasosiasi dengan sampel


tersebut. Kedua alkana normal baik itu batuan induk tersebut. (Gambar 19)
dari sampel batuan induk maupun Untuk memperkuat korelasi batuan
minyak bumi memiliki pola yang sama induk dengan minyak bumi juga
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dibantu menggunakan rumus statistik
korelasi antara batuan induk dan korelasi antara masing – masing
minyak bumi tersebut positif. (Gambar contoh batuan induk dan minyak bumi.
17 dan 18) Dari kesuluruhan korelasi
Berdasarkan data GC-MS sterana m/z menggunakan statistic didapat hasil
217 dilakukan analisis mengenai korelasi cukup hingga sangat kuat.
distribusi dari sterana C27, C28, dan (Tabel 2-6)
C29 yang menunjukkan bahwa Dengan mengintegrasikan analisis
terdapat tiga kelompok, yaitu dengan menggunakan parameter
kelompok deep lacustrine, kelompok alkana normal, triterpana, dan
shallow lacustrine, dan kelompok sterana dapat diketahui korelasi
terrestrial. Kelompok deep lacustrine antara batuan induk dan minyak
terdiri dari dari sampel batuan induk bumi. Keseluruhuan batuan induk
YZD-1 8421.9’, YZD-1 8422.3’, YZD-1 dan minyak bumi menunjukkan
8441.7’, YZD-1 8450’ dan sampel karakteristik asal material organik
minyak CC-1 DST1 dan CC-1 DST3. berupa material darat dengan
Maka dari itu berdasarkan distribusi lingkungan pengendapan yang
sterana dapat disimpulkan bahwa berbeda. Terdapat lingkungan
sampel minyak CC-1 DST1 dan CC-1 pengendapan deep lacustrine, shallow
DST3 memiliki korelasi dengan sampel lacustrine/estuarine, dan terrestrial.
batuan induk YZD-1 8421.9’, YZD-1 Pada lingkungan deep lacustrine
8422.3’, YZD-1 8441.7’, dan YZD-1 diendapkan batuan induk pada sumur
8450’ yaitu sama-sama berada pada YZD-1 8421.9’, YZD-1 8422.3’, YZD-1
lingkungan pengendapan deep 8441.7’, dan YZD-1 8450’ yang
lacustrine atau danau dalam, yang berkorelasi positif dengan sampel
memang sesuai dengan geologi minyak CC-1 DST1 dan CC-1 DST3.
regional bahwa pada interval Kemudian terdapat lingkungan
kedalaman tersebut pada sumur YZD- pengendapan shallow lacustrine/
1 yaitu berada pada Formasi Basal estuarine yaitu sampe batuan induk
Talang Akar (BTAF) yang memiliki YY-1 6898.92’, YY-1 6909’, dan YY-1
lingkungan pengendapan lacustrine. 6909’ yang berkorelasi positif dengan
Kelompok shallow lacustrine terdiri sampel minyak FZE-1 DST1 dan FZE-1
dari sampel batuan induk YY-1 DST2.
6898.92’ dan YY-1 6909’,dan sampel
minyak FZE-1 DST1, dan FZE-1 DST2. Burial History Modelling
Maka dari itu berdasarkan distribusi Terlihat bahwa tingkat kematangan
sterana dapat disimpulkan bahwa batuan induk dimulai pada kedalaman
sampel minyak FZE-1 DST1 dan FZE-1 sekitar 6500 kaki (early mature),
DST2 memiliki korelasi dengan sampel interval kedalaman sekitar 8000 kaki
batuan induk, YY-1 6898.92’, YY-1 merupakan kematangan menengah
6909’, dan YY-1 6909’ yaitu sama- (mid-mature). Berdasarkan burial
sama berada pada lingkungan history, kemungkinan minyak bumi
pengendapan shallow lacustrine atau telah digenerasikan pada batuan
danau dangkal, dan hal tersebut induk di Formasi Basal Talang Akar
sesuai dengan geologi regional bahwa (DTAF) pada umur Miosen sekitar 20
pada interval kedalaman tersebut pada juta tahun yang lalu, dan mulai
sumur YY-1 yaitu berada pada Formasi mengalami kematangan puncaknya
Basal Talang Akar (BTAF) yang mulai dari sekitar 10 juta tahun yang
memiliki lingkungan pengendapan lalu hingga saat ini. Sedangkan pada
lacustrine. Kelompok terrestrial terdiri Formasi Deltaic Talang Akar (DTAF)
dari sampel YZD-1 7957’, YZD-1 mulai menggenerasikan minyak pada
8213.58’, YZD-1 8383’ dan YY-1 umur Pliosen sekitar 12 juta tahun
6028’. Tidak terdapat sampel minyak yang lalu. Dan tidak menutup

73
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

kemungkinan seiring dengan organik didominasi oleh tumbuhan


bertambahnya kematangan dapat darat.
berpotensi menghasilkan gas. 4. Seluruh menunjukkan bahwa
(Gambar 21) terdapat korelasi positif antara
sampel – sampel tersebut yang
KESIMPULAN ditunjukkan dengan analisis sifat
1. Hasil analisis pada sampel batuan fisik, biomarker, maupun isotop
induk yang terdapat pada sumur karbon, dan ditunjang dengan
YZD-1, YY-1, dan DZN-1 dapat analisis menggunakan statistik
disimpulkan bahwa batuan induk korelasi. Hasil analisis menunjukkan
yang dapat menggenerasikan lingkungan pengendapan sampel
hidrokarbon terdapat pada sumur CC-1 DST1 dan CC-1 DST3 adalah
YZD-1 dengan interval kedalaman deep lacustrine dengan asal
6650-9053 kaki dan sumur YY-1 material organik tumbuhan darat
pada interval kedalaman 6028-6909 berupa tumbuhan tingkat tinggi dan
kaki. Sedangkan batuan induk pada pada kondisi oksik. Sedangkan
sumur DZN-1 tidak dapat untuk sampel FZE-1 DST1, dan
menggenerasikan hidrokarbon FZE-1 DST2 adalah shallow
karena tingkat kematangan yang lacustrine atau estuarine dengan
buruk. asal material organik tumbuhan
2. Batuan induk pada sumur YZD-1 darat berupa tumbuhan tingkat
didominasi oleh material organik tinggi dan campuran alga pada
kerogen tipe II-III dan III-II yang kondisi oksik sampai suboksik.
berasal dari material organik 5. Berdasarkan karakteristik geokimia,
daratan yang bercampur dengan sampel minyak yang diambil dari
alga dan cenderung menghasilkan sejumlah sumur tersebut
campuran minyak dan gas bumi berkorelasi positif dengan sampel
dengan potensi very good -coal batuan induk. Hal ini ditunjukkan
serta diendapkan di daerah deep dengan analisis biomarker terhadap
lacustrine untuk interval kedalaman lingkungan pengendapan dan asal
8421.9-8450 kaki dengan material material organik. Sampel minyak
organik asal darat dan kondisi CC-1 DST1dan CC-1 DST3 memiliki
oksik. Sedangkan pada interval korlasi positif dengan batuan induk
kedalaman 7949.16-8383 kaki pada sumur YZD-1 di interval
diendapkan pada lingkungan kedalaman 8421.9-8450 kaki.
terestrial sampai estuarine/shallow Sedangkan sampel minyak FZE-1
lacustrine dengan kondisi oksik dan DST1 dan FZE-1DST2 memiliki
asal material organik didominasi korelasi positif dengan batuan induk
oleh tumbuhan darat. pada sumur YY-1 pada interval
3. Batuan induk pada sumur YY-1 kedalaman 6898.92-6909 kaki.
didominasi oleh material organik 6. Dari permodel sejarah pemendaman
kerogen tipe II-III dan III-II yang (Burial History) dapat diketahui
berasal dari material organik bahwa generasi minyak pada
daratan yang bercampur dengan Formasi Basal Talang Akar (BTAF)
alga dan cenderung menghasilkan di area ini dimulai pada Miosen Awal
campuran minyak dan gas bumi hingga saat ini. Dan padaFormasi
dengan potensi good -coal serta Deltaic Talang Akar (DTAF) di mulai
diendapkan di daerah shallow pada Miosen Tengah hingg saat ini.
lacustrine atau estuarine untuk
interval kedalaman 6898.92-6909 UCAPAN TERIMAKSIH
kaki dengan material organik asal Terimakasih kepada PT. Pertamina
darat dan alga dan kondisi oksik- Hulu Energi Abar yang telah
suboksik. Sedangkan pada interval memberikan bimbingan dan
kedalaman 6028 kaki diendapkan kesempatan dalam pelaksanaan
pada lingkungan terestrial dengan penelitian ini.
kondisi oksik dan asal material

74
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

DAFTAR PUSTAKA Peters, K.E., dan Moldowan, M.J, 1993.


Bissada, K.K., Elrod, L.W., Darnell, The Biomarker Guide :
L.M., Szymczyk, H.M., dan Interpreting Molecular Fossils in
Trostle, J.L., 1993.Geochemical Petroleum and Ancient
Inversion-A Modern Approach Sediments. Prentice Hall, New
to Inferring Source Rock Jersey.
Identity from Characteristics of Peters, K.E., Walters, C.C., dan
Accumulated Oil and Gas. Moldowan, J.M., 2005. The
Hydrocarbon Exploration v.11, Biomarker Guide Volume 1:
hal. 295-328. Biomarkers And Isotopes In The
Bishop, M. G., 2000. Petroleum Environment And Human
System of The Northwest Java History. Cambride, United
and Offshore Southeast Kingdom.
Sumatra, Indonesia. USGS, Robinson, K. M., 1987. An
Denver, Colorado Overview of Source Rocks
Cox, H. C., J. W. de Leeuw, P. A. and Oils in Indonesia.
Schenck, H. van Koningsveld, J. Proceedings 16th Annual
C. Jansen, B. van de Graaf, V. Convention, Indonesian
J. van Geerestein, J. A. Kanters, Petroleum Association, Jakarta,
C. Kruk, and A. W. H. Jans hal.97-122.
(1986) Bicadinane, a C30 Sofer, Z., 1984. Stable Carbon Isotope
pentacyclic isoprenoid Compositions of Crude Oils:
hydrocarbon found in crude oil: Application to Source
Nature, v. 319, p. 316-318. Depositional Environments and
Huang, W.Y. and Meinschein, W.G. Petroleum Alteration. AAPG
1979. Sterols as Ecological Buletinl. V. 68, 31-72
Indicators. Dalam : Petroleum Tissot, B.P., dan Welte, D.H ,1984.
Geochemistry. 2004. A.H Petroleum Formation and
Satyana, Pre-Convention short Occurence. Springer-Verlag,
course IAGI, Bandung. Berlin.
Hunt, J. M., 1996. Petroleum Waples, D.W dan Machihara, T, 1991.
Geochemistry And Geology, Biomarkers for Geologist-A
Second Edition. W.H. Freeman Practical Guide to the
and Company, New York. Application of Steranes and
Noble, Ron. Et. Al.,1997. Petroleum Triterpanes in Petroleum
System of Onshore and Geology. dalam AAPG Methods
Offshore Northwest Java, in Exploration series No. 9,
Indonesia. Atlantic Richfield American Association Petroleum
Indonesia, Inc – Pertamina – Geologist, Tulsa Oklohoma
BPPKA, Jakarta USA.
Peters, K.E., dan Cassa, M.R., 1994. Waples, D.W., 1985. Geochemistry in
Applied Source Rock Petroleum Exploration.
Geochemistry. The Petroleum International Human Resources
System From Source to Trap, Development Corporation,
AAPG Memoir no. 60. Boston, 232 h.

75
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 1 Perbandingan antara Potential Yield dengan %TOC pada sumur YZD-1
(Peters dan Cassa,1997).

Gambar 2 Perbandingan antara HI dengan %TOC pada sumur YZD-1 (Peters dan
Cassa, 1997).

76
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 3 Perbandingan antara interval kedalaman dengan nilai reflektansi vitrinit


pada sumur YZD-1 (setelah McKenzie, 1984)

Gambar 4 Perbandingan antara Indeks Hidrogen dengan Suhu Maksimum


(Tmaks) pada sumur YZD-1 (Modifikasi Diagram Van Krevelen dalam Hunt, 1996)

77
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 5 Perbandingan antara Tm/TS dengan C30 Moretana/C30 Hopana pada


sumur YZD-1

Gambar 6 Perbandingan antara C29 αββR+S/αααS+R dengan C29 αααS/R pada


sumur YZD-1

78
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 7 Perbandingan antara Potential Yield dengan %TOC pada sumur YY-1
(Peters dan Cassa,1997).

Gambar 8 Perbandingan antara HI dengan %TOC pada sumur YY-1 (Peters dan
Cassa, 1997).

79
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 9 Perbandingan antara interval kedalaman dengan nilai reflektansi vitrinit


pada sumur YY-1 (setelah McKenzie, 1984)

Gambar 10 Perbandingan antara Indeks Hidrogen dengan Suhu Maksimum


(Tmaks) pada sumur YY-1 (Modifikasi Diagram Van Krevelen dalam Hunt, 1996)

80
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 11Perbandingan antara Tm/TS dengan C30 Moretana/C30 Hopana pada


sumur YY-1

Gambar 12 Perbandingan antara C29 αββR+S/αααS+R dengan C29 αααS/R pada


sumur YY-1

81
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 13 Perbandingan antara Indeks Hidrogen dengan Suhu Maksimum


(Tmaks) pada sumur DZN-1 (Modifikasi Diagram Van Krevelen dalam Hunt,
1996)

Gambar 14 Perbandingan antara rasio Pr/n-C17 dan Ph/n-C18 pada sampel batuan
induk dan minyak bumi (dalam Hunt, 1996)

82
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Gambar 15 Perbandingan antara rasio Pr/n-C17dan Pr/Ph pada sampel batuan


induk dan minyak bumi (Hwang, 1988)

Gambar 16 Perbandingan antara Hopana/Sterana dengan Pr/Ph pada sampel


batuan induk dan minyak bumi.

83
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

A B

Gambar 17 Biomarker alkana normal dan isoprenoid pada salah satu sampel
batuan induk YZD-1 8422.3’ (A) dan sampel minyak CC-1 DST1 (B)

A B

Gambar 18 Biomarker alkana normal dan isoprenoid pada salah satu sampel
batuan induk YZD-1 8441.7’ (A) dan sampel minyak CC-1 DST3 (B)

Gambar 19 Diagram segitiga sterana C27, C28, dan C29 pada sampel minyak dan
batuan induk (Huang dan Meinschein, 1979)

84
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

Bicadinane

Bicadinane
Hopane

Oleanane
Hopane

Norhopane
A B

Ts

Oleanane
Tm
Ts

Moretane

Tm

Moretane
Gambar 20 Triterpana (m/z 191) pada salah satu sampel minyak bumi (A) dan
batuan induk (B)

Gambar 21 Sejarah pemendaman yang terdapat pada sumur YZD-1

Tabel 1 Sifat Fisik Minyak


API Wt% KETERANGAN
Oil Sample Name Minyak Ringan (API>31.1)
Gravity Sulphur
Minyak Sedang (API 22.3-31.1)
CC-1 (DST-1) 35.8 0.17
CC-1 (DST-3) 42.4 0.07 Marin Karbonat (S>1%)
FZE-1 (DST-1) - - Marin Non Karbonat (S: 0-1%)
FZE-1 (DST-2) - - Terestrial (S relatif sangat Kecil)

85
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 69 – 86

86

Anda mungkin juga menyukai