2 PB
2 PB
Analysis of the Relationship between Turmeric Production in Indonesia and the Affecting Factors
Abstract
This study aims to analyze the relationship between turmeric production and the factors that influence
it. The variables used in this study include production, export, import, inflation, land area, and exchange
rate. This research is a descriptive research. The data in this study are data obtained from the Central
Bureau of Statistics, Ministry of Agriculture, Ministry of Trade and Bank Indonesia. Research data were
analyzed using regression analysis. The data used are secondary data for a period of 15 years namely
2002-2016. The results showed that the variables of export, import, inflation, land area and exchange
rate together significantly influence the production of turmeric. Partially, the export, inflation and land
area variables significantly influence the production of turmeric. While the import and exchange rate
variables have no significant effect on turmeric production.
Keywords: turmeric production, traditional medicine, turmeric export, turmeric import
Cite this as: Listyana, N. H. 2018. Analisis Keterkaitan Produksi Kunyit di Indonesia dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 33(2), 106-114. doi:
http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v33i2.20782
dipakai di berbagai negara dan sering disebut demikian perlu dilakukan analisis keterkaitan
dalam buku-buku farmasi serta ditulis dalam resep antara produksi dan nilai ekspor impor kunyit
tradisional maupun resep resmi (Hartati, 2013). selama kurun waktu 2002-2016. Tujuan dari
Selain itu, kunyit juga mempunyai efek anti penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
peradangan, antivirus, antibakteri, antioksidan, antara produksi kunyit di Indonesia dan faktor-
aktivitas nematisida dan sebagainya. Komponen faktor yang mempengaruhinya.
utama yang berfungsi sebagai pengobatan adalah
kurkumin (Simanjuntak, 2012). Kunyit juga METODE PENELITIAN
terbukti sebagai anti-inflamasi, antioksidan,
antimutagenik, antidiabetes, antibakteri, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
hepatoprotektif, ekspektoran dan aktivitas Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan
farmakologi antikanker (Krup et al., 2013). gambaran tentang suatu gejala tertentu. Salah satu
Kandungan senyawa kimia dalam kunyit yaitu yang termasuk dalam penelitian deskriptif yaitu
kurkumin (diferuloylmethane; komponen utama penelitian yang mencari hubungan antara dua
berwarna kuning), demetoksikurkumin, dan variabel atau lebih (Sukandarrumidi, 2012). Data
bisdemetoksikurkumin, serta minyak atsiri penelitian berupa data sekunder yang diperoleh
(turmeron, atlanton, dan zingiberen), gula, dari Badan Pusat Statistik, Kementerian
protein, dan resin (Jurenka, 2009). Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Bank
Produksi kunyit Indonesia tahun 2016 sebesar Indonesia. Data yang digunakan berupa data
107.770.473 ton, didominasi dari 5 propinsi yaitu selama kurun waktu 15 tahun terakhir, yaitu tahun
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bengkulu 2002-2016. Faktor-faktor yang digunakan dalam
dan Kalimantan Selatan dengan masing-masing analisis yaitu jumlah ekspor kunyit, jumlah impor
produksi sebesar 33.326.049 kg, 27.632.177 kg, kunyit, inflasi, luas lahan dan nilai tukar rupiah
9.758.569 kg, 4.535.612 kg dan 4.126.455 kg. terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Untuk
Kelima propinsi tersebut memberikan kontribusi mengetahui pengaruh masing-masing variabel
masing-masing sebesar 30,92%, 25,64%, 9,05%, terhadap produksi kunyit menggunakan analisis
4,21% dan 3,83% terhadap total produksi regresi dengan rumus sebagi berikut :
nasional. Luas lahan produksi kunyit kelima
propinsi tersebut yaitu masing-masing 22.534.808 Y = a + b1 X1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + b5 X 5 + e
m2, 11.196.753 m2, 4.753.033 m2, 1.001.035 m2 Keterangan :
dan 2.212.266 m2 (BPS, 2016). Di pasar dunia, Y = jumlah produksi kunyit tahun 2002-2016
India merupakan produsen, konsumen, dan a = konstanta
eksportir kunyit terbesar di dunia. India b1 = koefisien jumlah ekspor kunyit
diperkirakan menyumbang sekitar 80% total X1 = jumlah ekspor kunyit tahun 2002-2016
produksi kunyit didunia dan 60% total ekspor b2 = koefisien jumlah impor kunyit
X2 = jumlah impor kunyit tahun 2002-2016
kunyit di dunia (Nuroho dan Ningsih, 2017).
b3 = koefisien tingkat inflasi
Berdasarkan data BPS, nilai produksi kunyit X3 = tingkat inflasi tahun 2002-2016
selama kurun waktu 2002-2016 mengalami b4 = koefisien luas lahan
pasang surut. Produksi tertinggi terjadi pada tahun X4 = luas lahan tahun 2002-2016
2009 yaitu sebesar 124.000.000 kg sedangkan b5 = koefisien nilai tukar rupiah
produksi terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu X5 = nilai tukar rupiah 2002-2016
sebesar 7.355.584 kg. Selain untuk memenuhi e = error
kebutuhan industri di dalam negeri produksi
kunyit di Indonesia sebagian juga digunakan Tujuan dari analisis regresi adalah untuk
untuk mencukupi kebutuhan industri luar negeri. membuat prediksi nilai suatu variabel terikat
Ekspor kunyit terbesar yaitu ke negara India berdasarkan nilai variabel bebas (Rachmad,
dengan volume ekspor sebesar 6.091 ton BPS, 2012). Dalam penelitian ini yang merupakan
2016). Selain mampu melakukan ekspor, ternyata variabel bebas yaitu jumlah produksi kunyit.
Indonesia juga masih melakukan impor kunyit Sedangkan variabel terikat terdiri dari jumlah
dari luar negeri di waktu yang bersamaan. Dengan ekspor kunyit, jumlah impor kunyit, tingkat
inflasi, luas lahan dan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan Table 1, hasil produksi kunyit di mengalami penurunan. Pada tahun 2013 luas
Indonesia mengalami pasang surut. Produksi lahan dan jumlah produksi mengalami kenaikan
terendah terlihat di tahun 2002 yaitu sebesar yang signifikan namun pada tahun 2014 kembali
23.993.017 kg. Jumlah tersebut terus mengalami mengalami penurunan.
kenaikan namun pada tahun 2008 sempat Menurut Makruf et al. (2012), faktor yang
mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2009 mempengaruhi produktivitas yaitu luas lahan,
terlihat bahwa produksi kunyit berada pada posisi jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja, jumlah
tertinggi. Namun, pada tahun berikutnya kembali pestisida, dan jumlah benih. Sedangkan menurut
mengalami penurunan. Tinggi rendahnya Sesbany (2011), faktor yang paling berpengaruh
produksi kunyit tidak selalu sebanding dengan terhadap produktivitas yaitu varietas tanaman
tinggi rendahnya produktivitas. yang digunakan, jarak tanam dan populasi
Tinggi rendahnya produktivitas selain tanaman. Sedangkan menurut Thamrin (2014),
dipengaruhi oleh jumlah produksi juga faktor yang paling berpengaruh yaitu besarnya
dipengaruhi luas lahan yang ada. Berdasarkan penggunaan pupuk dan faktor tenaga kerja.
Table 1. produktivitas tertinggi dicapai pada tahun
2007 dengan total produktivitas 2,7 kg/m2. Nilai Ekspor dan Impor Kunyit di Indonesia
Kenaikan produksi sejalan dengan bertambahnya Perdagangan (ekspor dan impor) merupakan
luas lahan yang digunakan untuk budidaya kunyit. salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi suatu
Luas lahan terus bertahan dari tahun ke tahun negara disamping konsumsi, investasi, dan
namun pada tahun 2009 mengalami penurunan, pengeluaran pemerintah. Secara historis,
namun penurunan lahan tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju
penurunan produktivitas. Luasan lahan kembali sangat didukung oleh pertumbuhan ekspor
bertambah di tahun 2012 namun produktivitas sehingga negara tersebut menguasai pangsa
ekspor dunia. Sejalan dengan hal tersebut, impor kunyit (Table 2), kenaikan jumlah ekspor
pemerintah Indonesia juga menempatkan ekspor kunyit tidak mampu menurunkan jumlah impor
sebagai salah satu lokomotif pertumbuhan kunyit di Indonesia. Menurut Rahmanda (2017),
ekonomi Indonesia. Agar target ekspor tersebut impor dan ekspor dilakukan pada saat yang
dapat dievaluasi dan sekaligus untuk merumuskan bersamaan disebabkan oleh kendala teknis
upaya-upaya antisipasi, maka perlu dilakukan komoditas yang tidak sesuai untuk mencukupi
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan domestik. Sehingga komoditas
ekspor Indonesia. Faktor tersebut secara garis tersebut harus diekspor ke luar negeri dan
besar dapat dibagi menjadi faktor domestik dan selanjutnya akan diimpor kembali ke Indonesia
faktor pasar internasional. Faktor domestik antara dalam bentuk olahan yang lain.
lain mencakup kapasitas produksi, harga di pasar
domestik dan berbagai kebijakan domestik. Disisi Nilai Inflasi di Indonesia
lain, faktor yang bersumber dari pasar Menurut data Bank Indonesia (2018), inflasi
internasional antara lain mencakup harga pasar diartikan sebagai kenaikan harga secara umum
internasional, nilai tukar, dan sisi permintaan dari dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
negara importir produk Indonesia. Sisi permintaan Inflasi yang terjadi di Indonesia selama kurun
negara importir antara lain kondisi pertumbuhan waktu 2002-2016 dapat dilihat pada Table 3.
ekonomi, produk pesaing, serta kebijakan terkait
di negara importir (Lubis, 2013). Table 3. Inflation Value in Indonesia in 2002-
2016
Table 2. Number of Turmeric Exports and Tahun Inflasi (%)
Imports in Indonesia in 2002-2016 2002 10,03
Tahun Ekspor (kg) Impor (kg) 2003 5,06
2002 40.753 16.680 2004 6,40
2003 135.743 4.963 2005 17,11
2004 206.764 1.132 2006 6,60
2005 1.329.863 2.881 2007 7,36
2006 2.646.818 951 2008 5,47
2007 1.182.013 94.616 2009 2,78
2008 987.540 72.296 2010 6,96
2009 2.664.656 59.998 2011 3,79
2010 6.118.557 21.712 2012 4,30
2011 2.672.115 269.541 2013 8,38
2012 1.212.312 119.373 2014 8,36
2013 249.491 475.280 2015 3,35
2014 225.413 291.984 2016 3,02
2015 152.966 299.930 Sumber : Bank Indonesia, 2018
2016 275.309 411.984
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017, 2018; Berdasarkan Table 3, inflasi tertinggi terjadi
Kementerian Pertanian, 2015 pada tahun 2005 yaitu sebesar 17,11% sedangkan
inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu
Jumlah ekspor dan impor kunyit di Indonesia sebesar 2,78%. Jika harga barang dan jasa di
sangat fluktuatif (Table 2). Ekspor tertinggi dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 6.118.557 kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
kg sedangkan ekspor terendah terjadi pada tahun menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan
2002 yaitu sebesar 40.753 kg. Jumlah impor demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan
475.280 kg dan terendah pada tahun 2006 yaitu jasa secara umum.
sebesar 951 kg. Berdasarkan data ekspor dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut
Serikat dengan kurs adalah harga satu unit mata uang
asing dalam mata uang domestik atau dapat juga
Table 4. Rupiah Exchange Rate (IDR) against dikatakan harga mata uang domestik terhadap
United States Dollar (USD) / 1, year mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004).
2002-2016 Berdasarkan Table 4. nilai tukar rupiah terhadap
Tahun Nilai Tukar (dalam IDR) dolar Amerika Serikat mengalami fluktuasi. Pada
2002 9.261 tahun 2009 nilai tukar rupiah melemah terhadap
2003 8.571 dolar Amerika Serikat. Kemudian tahun 2010
2004 9.030 rupiah kembali menguat, namun sejak tahun 2012
2005 8.909 nilai tukar rupiah kembali melemah.
2006 9.141
2007 9.142 Nilai Uji Regresi
2008 9.771 Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai
2009 10.356 koefisien korelasi sebesar 0,998. Hal ini berarti
2010 9.078 bahwa antara variabel bebas secara bersama-sama
2011 8.873 mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel
2012 9.418 terikat (produksi kunyit). Suatu variabel
2013 10.562 mempunyai hubungan yang kuat ditunjukkan
2014 11.884 dengan nilai r ≥ 0,5 (Rachmad, 2012). Sedangkan
2015 13.457 hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai
2016 13.329 R2 sebesar 0,997. Artinya variabel produksi
Sumber : Kementerian Perdagangan Republik terikat mampu menjelaskan variabel ekspor
Indonesia, 2018 terikat sebesar 99,7% dan sisanya yaitu sebesar
0,3% dijelaskan oleh faktor lain.
Berdasarkan hasil analisis Table 5. dapat Berdasarkan Table 5 dan Table 6, seluruh
dibuat persamaan regresi sebagai berikut : variabel secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap produksi kunyit di Indonesia. Sedangkan
Y = -1,315 + 4,129X1 + 6,167X2 – 1,061X3 + secara parsial hanya tiga variabel yang
2,058X4 + 1139,22X5 berpengaruh nyata terhadap produksi, yaitu
ekspor, luas lahan dan inflasi.
Table 6. Rupiah Exchange Rate (IDR) against Produksi kunyit di Indonesia dipengaruhi oleh
United States Dollar (USD) / 1, year ekspor. Meningkatnya permintaan dari luar
2002-2016 mengakibatkan petani untuk berbondong-
Df Fhitung Signifikansi bondong membudidayakan kunyit. Semakin
Regesi 5 513.598 .000* bertambahnya minat petani yang
Residual 9 membudidayakan kunyit atau bertambahnya luas
Total 14 lahan budidaya kunyit akan meningkatkan
Keterangan : * = berpengaruh nyata volume produksi. Dengan bertambahnya volume
produksi maka kebutuhan dalam negeri akan negatif signifikan terhadap nilai tukar petani.
terpenuhi dan sisa produksi dapat diekspor. Sedangkan berdasarkan penelitian Retnasari,
Menurut Anshari et al. (2017), tingkat inflasi dan (2015), jika nilai tukar petani meningkat maka
nilai tukar mata uang berpengaruh secara akan terjadi inflasi.
signifikan terhadap ekspor. Sedangkan Luas lahan berpengaruh nyata terhadap
berdasarkan penelitian Putra dan Sutrisna (2017), produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
tingkat inflasi tidak berpengaruh langsung dilakukan oleh Fitri et al. (2015), yang
terhadap ekspor. menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh nyata
Berdasarkan penelitian Wibowo (2013); terhadap produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini
Zaeroni dan Rustariyuni (2016), kenaikan dan semakin diperkuat dengan hasil penelitian
penurunan nilai ekspor secara tidak langsung Fadwiwati dan Tahir (2013) yang menyatakan
mempunyai pengaruh terhadap produksi. bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap
Penurunan nilai ekspor menyebabkan terjadinya produksi jagung. Semakin luas lahan yang
penurunan jumlah tenaga kerja yang bekerja di digunakan untuk budidaya akan meningkatkan
sektor pertanian. Penurunan jumlah tenaga kerja jumlah komoditas yang dihasilkan.
akan menurunkan jumlah produksi. Sebaliknya, Ditinjau dari sisi budidaya, naungan tidak
kenaikan nilai ekspor akan meningkatkan jumlah berpengaruh terhadap berat segar dan berat kering
kebutuhan tenaga kerja serta akan meningkatkan tanaman. Naungan menurunkan panjang akar,
volume produksi. berat segar dan kering rimpang. Cekaman
Nilai tukar mata uang mempengaruhi nilai kekeringan tidak berpengaruh terhadap
ekspor (Ginting, 2013; Wardani dan Sudirman, pertumbuhan dan hasil produksi kunyit (Ratri et
2014; Fajar et al., 2017). Acuan dalam al., 2015). Sedangkan hasil penelitian Samanhudi
perdagangan dunia umumnya menggunakan mata et al. (2018) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
uang Dolar Amerika Serikat (USD). Ketika nilai kandang ayam berpengaruh terhadap jumlah
dolar naik biasanya minat eksportir untuk menjual daun, jumlah anakan, dan bobot segar rimpang
barang keluar negeri akan naik. Sebaliknya ketika kunyit. Penambahan kotoran (ayam, kambing,
nilai dolar turun maka minat eksportir untuk sapi) dapat meningkatkan semua variabel
menjual barang keluar negeri ikut turun. Faktor pertumbuhan tanam yang meliputi tinggi
lain yang berpengaruh yaitu pertumbuhan tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot
ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi suatu segar tanaman, berat kering tanaman, dan bobot
negara membaik, kecenderungan ekspor juga segar rimpang.
akan turut meningkat. Sebaliknya ketika
pertumbuhan ekonomi terpuruk nilai ekspor juga KESIMPULAN
akan menurun. Berdasarkan persamaan regresi,
ketika terjadi kenaikan ekspor maka akan diikuti Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan kenaikan produksi. disimpulkan bahwa variabel ekspor, impor,
Berdasarkan penelitian Pamungkas (2013), inflasi, luas lahan dan nilai tukar secara bersama-
bahwa semakin meningkatnya impor sama berpengaruh secara signifikan terhadap
mengakibatkan menurunnya produksi dan produksi kunyit. Secara parsial, variabel ekspor,
berdampak pada harga komoditas lokal yang inflasi dan luas lahan berpengaruh secara
meningkat. Terjadinya impor karena adanya pola signifikan terhadap produksi kunyit. Sedangkan
konsumsi yang terus-menerus serta semakin variabel impor dan nilai tukar tidak memberikan
meningkatnya impor ternyata juga diikuti dengan pengaruh yang signifikan terhadap produksi
meningkatnya konsumsi di masyarakat. kunyit.
Sedangkan berdasarkan penelitian Utomo (2012),
ekspor dan impor berpengaruh terhadap produksi. DAFTAR PUSTAKA
Tingkat inflasi yang terjadi juga berpengaruh
nyata terhadap produksi. Variabel inflasi Ahmad, W., Hasan, A., Abdullah, A., &
mempunyai koefisien negatif, artinya ketika Tarannum, T. 2010. Curcuma longa, Linn – A
terjadi peningkatan inflasi maka produksi akan Review. Hippocratic Journal of Unani
turun. Inflasi berkaitan erat dengan nilai tukar Medicine, 5(4), 179–190. Retrieved from
petani. Berdasarkan penelitian Faridah dan https://www.researchgate.net/publication/215
Syechalad (2016), bahwa inflasi berpengaruh 519165_Curcuma_longa_Linn_-_A_Review