Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

KLIPING (KELOMPOK IBU PENDAMPING GIZI) SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA MALNUTRISI


DI KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA

Titih Huriah*, Isnina Noor Sakinah**, Noorzanah**, Andinayanti Kunak**


*
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,**Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*
Departemen Keperawatan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, Kampus Terpadu
UMY, Jl. Ringroad Selatan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, Hp. 081392405406, e-mail :
[email protected]

ABSTRACT

Basic Health Research in 2010 showed that the prevalence of malnutrition in Yogyakarta was 1.4%.
WHO since 2007 has socialized a Community-Based Management of Severe Acute Malnutrition
programs to handled the malnutrition problem which one of activities was forming Self Help Group
(SHG) in society. KLIPING is one of the SHG programs to give support each other and share experiences
to mother who has same problem with malnourished children. This research is aimed to improve
nutritient status of children under five with malnutrition by KLIPING program in Mantrijeron Sub
District Yogyakarta.
Quasi-experimental with pretest-posttest control group design was carried out in this study. 25 children
with malnutrition were selected using purposive sampling, 11 children for intervention group and 14
childrens for control group. The analysis conducted used statistic test of Paired t-test and Independent t-
test.
The results showed there is increases of z score in the intervention group with p value 0.030, while there
was no increase in the Z Score differences both of two groups before and after the KLIPING intervention.
During 2 months intervention of KLIPING (Nutrition Supporting Group) there was significant increases
of z score in intervention group.

Keywords : KLIPING, Self Help Group (SHG), Nutrition Status. Malnutrition

ABSTRAK
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk di Daerah Istimewa
Yogyakarta sebesar 1,4 %. WHO sejak tahun 2007 telah mensosialisasikan program Community-Based
Management of Severe Acute Malnutrition untuk menangani masalah malnutrisi yang salah satu
kegiatannya adalah dengan membentuk Self Help Group (SHG) di masyarakat. KLIPING (Kelompok Ibu
Pendamping Gizi) merupakan salah satu program SHG yang bertujuan untuk saling memberikan
dukungan dan berbagi pengalaman pada ibu yang mempunyai masalah dan tujuan yang sama terkait
balita malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita malnutrisi melalui
program KLIPING (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) selama 2 bulan di Kecamatan Mantrijeron
Yogyakarta.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancang pre test dan post test control group
design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling, diperoleh sebanyak 25
orang jumlah sampel ibu dengan balita malnutrisi, 11 ibu sebagai kelompok intervensi dan 14 ibu sebagai
kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji statistik Paired t-test dan Independent t-test.
Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukkan adanya peningkatan Z Score dengan p value
0,030, sedangkan perbandingan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol diperoleh p value
0,114, maka tidak terdapat perbedaan peningkatan Z Score antara kedua kelompok sebelum dan sesudah
diberikan intervensi KLIPING.
Program KLIPING (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) selama 2 bulan dapat meningkatkan skor z balita
malnutrisi pada kelompok intervensi.

Kata Kunci: KLIPING, Kelompok Swabantu, Status Gizi, Malnutrisi

Kliping (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) Sebagai Upaya Peningkatan Status Gizi Balita 43
Malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta
Titih Huriah, Isnina Noor Sakinah, Noorzanah, Andinayanti Kunak
PENDAHULUAN memperlihatkan bahwa semakin rendah
Malnutrisi disebut sebagai “ínvisible tingkat pengeluaran rumah tangga per
emergency” karena kejadian malnutrisi kapita, semakin tinggi prevalensi balita gizi
seperti fenomena gunung es, merupakan buruk dan prevalensi balita gizi kurang8.
ancaman yang mematikan namun sedikit Penelitian Goudet et al9 memberikan
yang terlihat1. Malnutrisi adalah pembunuh kesimpulan bahwa akar permasalahan
utama pada anak usia balita2. Setiap tahun malnutrisi pada bayi adalah ketidaktepatan
malnutrisi menyumbangkan sekitar 40% asuhan, lingkungan yang tidak mendukung,
dari 11 juta kematian anak balita di negara dan makanan yang tidak tepat atau tidak
berkembang. Angka malnutrisi pada anak di sesuai dengan fase tumbuh kembang.
dunia mencapai 115 juta anak3. Pengukuran Pada hakekatnya masalah gizi dapat
antropometri menunjukkan seperempat diselesaikan dalam waktu relatif singkat.
balita di negara berkembang mengalami Intervensi paket kegiatan untuk mengatasi
kurang nutrisi4. masalah tersebut dilaksanakan melalui
Pada tahun 2007 prevalensi anak pelayanan berkelanjutan (continuum care)
balita yang mengalami gizi kurang adalah pada periode kesempatan emas kehidupan.
18,4% sehingga Indonesia termasuk di Penanganan malnutrisi dapat ditangani di
antara 36 negara di dunia yang memberi dua setting yaitu residential care (hospital)
90% kontribusi masalah gizi dunia5. Pada atau non-residential care. Residential care
tahun 2010 prevalensi gizi kurang menurun adalah tatalaksana anak gizi buruk rawat
menjadi 17,9%. Data Riset Kesehatan inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit
Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa dan Pusat Pemulihan Gizi (Therapeutic
prevalensi gizi buruk di Daerah Istimewa Feeding Center) sedangkan gizi buruk
Yogyakarta sebesar 1,4%. Pada tahun 2010 tanpa komplikasi dilakukan perawatan di
angka kejadian balita gizi buruk berturut- non-residential care yaitu rawat jalan di
turut di kabupaten di DIY adalah : Puskesmas, Poskesdes dan Pos pemulihan
Kulonprogo 0,88%, Bantul 0,58%, Gunung gizi berbasis masyarakat10.
Kidul 0,70%, Sleman 0,66% dan Kota WHO sejak tahun 2007 telah
Yogyakarta 1,01% dari 17.676 balita yang mensosialisasikan program Community-
ditimbang6. Based Management of Severe Acute
Berdasarkan data pemantauan status Malnutrition. Hal ini dilatarbelakangi oleh
gizi balita (PSG) di Kota Yogyakarta tahun beberapa penelitian yang menunjukkan
2007 diketahui dari jumlah balita yang bahwa balita malnutrisi tanpa komplikasi
diukur yaitu sejumlah 19.424 anak ternyata sebenarnya dapat ditangani di masyarakat
ditemukan 214 anak (1,10%) gizi buruk, tanpa harus dibawa ke fasilitas pelayanan
1920 anak (9,88%) gizi kurang, dan 16.636 kesehatan.
anak (85,65%) gizi baik serta 654 anak Salah satu penanganan masalah
(3,37%) gizi lebih. Indikator yang untuk meningkatkan status gizi pada balita
digunakan pada pemantauan status gizi ini malnutrisi yang ditawarkan adalah dengan
adalah berat badan menurut umur (BB/U)7. terapi kelompok kepada orang tua yang
Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memiliki balita malnutrisi. Terapi
menyebutkan bahwa pada tahun 2011 dari kelompok merupakan terapi yang dilakukan
18 Puskesmas yang tersebar di Kota pada beberapa individu yang mempunyai
Yogyakarta, status gizi buruk dengan masalah dan tujuan yang sama, tergabung
prevalensi tertinggi yakni terdapat di dalam suatu kelompok dengan saling
Puskesmas Mantrijeron yaitu 2,83%. memberikan dukungan, dan berbagai
Masalah gizi kurang dan buruk pengalaman untuk membantu
dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi menyelesaikan masalah yang mereka
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak alami11. Diharapkan melalui terapi
langsung dipengaruhi oleh pola asuh, kelompok ini, dukungan untuk merubah
ketersediaan dan konsumsi pangan perilaku maladaptif menjadi adaptif akan
beragam, faktor sosial-ekonomi, budaya mudah diperoleh klien. Salah satu bentuk
dan politik. Hasil penelitian terapi kelompok adalah Self Help Group

44 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 43-51


(SHG) atau kelompok swabantu. kelompok yaitu 11 orang ibu kelompok
Self Help Group merupakan suatu intervensi dan 14 orang ibu kelompok
bentuk terapi kelompok yang dapat kontrol.
dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi, Variabel penelitian ini adalah
terdiri dari dua orang atau lebih yang intervensi KLIPING terhadap peningkatan
memiliki masalah serupa untuk saling status gizi balita malnutrisi. Intervensi
berbagi pengalaman dan cara mengatasi KLIPING merupakan program
masalah yang dihadapinya. Anggota pendampingan pada ibu yang mempunyai
kelompok ini berpegangan pada pandangan balita malnutrisi yang dilakukan selama 2
bahwa orang-orang yang mengalami bulan pada balita malnutrisi yang berupa
masalah dapat saling bantu membantu satu pertemuan berkala untuk mendiskusikan
sama lain dengan empati yang lebih besar terkait topik kesehatan balita, status gizi,
dan lebih membuka diri12. cara pengukuran status gizi, dan
Penelitian ini secara umum bertujuan penanganan balita malnutrisi. Rasio berat
untuk meningkatkan status gizi balita badan menurut tinggi badan atau panjang
malnutrisi melalui program KLIPING badan (BB/TB atau PB) menurut nilai Z
(Kelompok Ibu Pendamping Gizi) di score. Data diolah dengan menggunakan
Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta. WHO Anthro. Peningkatan status gizi balita
dilihat dengan mengukur berat badan dan
METODE tinggi badan saat pre test dan post test. Uji
Penelitian ini menggunakan metode statistik yang dipakai pada analisis ini
penelitian kuantitatif yaitu pemberian adalah t test dengan taraf kepercayaan 95%.
intervensi KLIPING pada ibu balita Uji t digunakan untuk tujuan melihat
malnutrisi. Penelitian yang dilakukan perbedaan dua sampel bebas dengan jumlah
merupakan studi intervensi dengan rancang besar dengan skala data rasio. Data diolah
pre test-post test control group design. dengan menggunakan program stata 12.
Subjek penelitian untuk kelompok
intervensi adalah balita malnutrisi di HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelurahan Mantrijeron dan Tabel 1.
Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron Distribusi frekuensi karakteristik responden
Kota Yogyakarta. Kelompok kontrol adalah ibu tentang peningkatan status gizi balita
balita malnutrisi yang berada di Kelurahan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan
Gedong Kiwo Kecamatan Mantrijeron Kota pekerjaan
Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel Karakteristik Kelompok Kelompok
adalah dengan consecutive sampling baik Responden Intervensi Kontrol
pada kelompok intervensi maupun pada n % n %
kelompok kontrol dikarenakan jumlah Usia
kasus balita malnutrisi yang terbatas. <25 tahun 1 9,1 1 7,1
25-35 tahun 7 63,6 8 57,1
Populasi penelitian pada tahap >35 tahun 3 27,3 5 35,7
pertama adalah semua ibu yang memiliki Tingkat
balita malnutrisi akut sedang dengan indeks Pendidikan
BB/TB yang rendah, diantara -2 sampai Tamat SD 0 0 0 0
Tamat SMP 3 6 42,9
dengan -3 SD dibawah nilai mean13 berusia 27,3
6-60 bulan. Berdasarkan data Agustus 2013 Tamat 7 6 42,9
balita malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron SMA/SMK 63,6
Kota Yogyakarta berjumlah 60 orang balita, Tamat 1 9,1 2 14,3
tetapi dengan ketidaksediaan ibu untuk Perguruan Tinggi
Pekerjaan
menjadi responden, total responden yang Ibu Rumah 9 14 100
bersedia hanya 25 orang. Batasan usia Tangga 81,8
balita adalah 6-60 bulan dengan Swasta 0 0 0 0
pertimbangan pengelompokkan tata laksana Wiraswasta 2 0 0
18,2
malnutrisi dari WHO yang berdasarkan Buruh 0 0 0 0
klasifikasi usia. Sampel akan dibagi dua

Kliping (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) Sebagai Upaya Peningkatan Status Gizi Balita 45
Malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta
Titih Huriah, Isnina Noor Sakinah, Noorzanah, Andinayanti Kunak
Penghasilan intervensi maupun kelompok kontrol yaitu
Orang Tua 3 5 masing-masing 9 orang (81,8%) dan 14
>1.065.000 27,3 35,7 orang (100%). Menurut penelitian
<1.065.000 8 9
72,7 64,3 Isnansyah17 menunjukkan bahwa adanya
Jumlah 11 100 14 100 hubungan yang positif dan signifikan antara
Sumber: Data Primer pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Ibu
yang tidak bekerja secara otomatis tidak
Karakteristik usia responden yang akan mendapatkan penghasilan sehingga
paling banyak antara 25-35 tahun baik pada ada kemungkinan kurang mencukupi
kelompok intervensi maupun kelompok kebutuhan gizi balita sehari-hari, padahal
kontrol yaitu masing-masing 7 orang asupan nutrisi yang dikonsumsi
(63,6%) dan 8 orang (57,1%). Dalam kemungkinan besar dapat mempengaruhi
penelitian yang dilakukan oleh Devi14 status gizi balita, sehingga butuh
bahwa persentase status gizi kurang lebih pengawasan dari keluarga agar dapat
tinggi daripada status gizi baik pada balita memberikan asupan makanan yang cukup
dari ibu yang kisaran usia kurang dari 19 dan bergizi.
tahun dan ibu dengan usia di atas 40 tahun.
Tingkat pendidikan responden Tabel 2.
mayoritas pada jenjang SMA/SMK yang Distribusi frekuensi karakteristik
berjumlah 7 orang (63,6%) pada kelompok responden balita tentang peningkatan
intervensi, sedangkan jumlah yang sama status gizi balita berdasarkan usia dan
pada jenjang SMP dan SMA/SMK yaitu 6 jenis kelamin
orang (42,9%) pada kelompok kontrol. Sen, Karakteristik Kelompok Kelompok
Bharati, Som, Pal, & Bharati15 Responden Intervensi Kontrol
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan n % n %
merupakan satu-satunya variabel yang Usia
ditemukan yang dapat mempengaruhi gizi 0-12 bulan 0 0 0 0
anak. Tingkat pendidikan ibu menjadi 13-36 bulan 9 75 12 85,7
prioritas utama untuk mengurangi 37-60 bulan 3 25 2 14,3
Jenis Kelamin
prevalensi gizi kurang dan terhentinya
Laki-Laki 6 50 7 50
pertumbuhan pada anak. Penelitian Perempuan 6 50 7 50
Kristianto dan Sulistyarini16 menyebutkan Jumlah 12 100 14 100
bahwa tingkat pendidikan diperlukan untuk
Sumber: Data Primer
mendapat informasi termasuk yang
menunjang kesehatan, sehingga dapat
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi
bahwa usia balita yang paling banyak yaitu
tingkat pendidikan seseorang maka makin
antara usia 13-36 baik pada kelompok
mudah baginya untuk menerima informasi
intervensi maupun kelompok kontrol,
sehingga makin banyak pengetahuan yang
masing-masing 9 orang (75%) dan 12 orang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
(85,7%). Berdasarkan jenis kelamin pada
kurang akan menghambat perkembangan
kelompok intervensi menunjukkan hasil
seseorang terhadap nilai-nilai yang
yang sama pada laki-laki dan perempuan
diperlukan. Dalam penelitian ini,
dengan jumlah masing-masing 6 orang
pendidikan responden mayoritas adalah
(50%), sedangkan pada kelompok kontrol
SMA/SMK dimana jenjang SMA/SMK
juga menunjukkan hasil yang sama pada
dapat dikatakan sebagai pendidikan lanjut,
laki-laki dan perempuan dengan jumlah
sehingga tingkat pengetahuan responden
masing-masing 7 orang (50%).
juga meningkat sebanding dengan jenjang
Jenis kelamin balita berpengaruh
pendidikan yang telah ditempuh.
pada status gizi balita. Data karakteristik
Karakteristik pekerjaan orang tua
menunjukkan jumlah yang sama yaitu 13
responden mayoritas adalah Ibu Rumah
balita laki-laki dan 13 balita perempuan
Tangga (IRT) baik pada kelompok
dengan masing-masing 6 balita pada

46 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 43-51


kelompok intervensi dan 7 balita pada Tabel 4.
kelompok kontrol. Penelitian yang Deskriptif Statistik Skor-z Setelah
dilakukan oleh Magadi, 2011; Fotso, et al, dilakukan KLIPING Responden
2012; Abuya, et al, 201218 menunjukkan Kelompok Intervensi dan Kelompok
bahwa anak laki-laki lebih cenderung Kontrol
mengalami malnutrisi daripada anak Skor-z BB/TB Kelompok Kelompok
perempuan. Apabila dikaitkan dengan usia, Intervensi Kontrol
karakteristik perkembangan usia toddler
adalah tidak bisa diam, aktif dan penuh rasa n=11 n=14
ingin tahu. Permainan anak laki-laki lebih
aktif daripada anak perempuan dan Mean±SD -1,68±0,99 -1,34±0,91
membutuhkan energi yang lebih banyak. Min -3,33 -3,59
Apabila aktivitas ini tidak diimbangi Maks -0,28 -0,27
dengan nutrisi yang cukup maka akan Sumber: Data Primer
menjadi faktor resiko kejadian malnutrisi.
Adisasmiti19 menyatakan bahwa jenis Tabel 4 menggambarkan deskriptif
kelamin merupakan faktor yang statistik nilai Z Score status gizi balita
mempengaruhi lingkungan, pemberian ASI kelompok intervensi dan kelompok kontrol
eksklusif, status gizi, serta perilaku dan setelah dilakukan KLIPING. Nilai rata-rata
pengetahuan ibu. (mean) dan SD pada kelompok intervensi
serta kelompok kontrol tidak jauh berbeda
Analisis Univariat yaitu masing-masing -1,68 dan 0,99 pada
Tabel 3. kelompok intervensi, serta -1,34 dan 0,91
Deskriptif Statistik skor-z BB/TB pada kelompok kontrol.
sebelum dilakukan KLIPING pada Tabel di atas menunjukkan semua
Kelompok Intervensi dan Kelompok balita malnutrisi baik pada kelompok
Kontrol intervensi maupun kelompok kontrol
termasuk malnutrisi akut sedang. Malnutrisi
Skor-z BB/TB Kelompok Kelompok akut sedang didefinisikan dengan indeks
Intervensi Kontrol BB/TB yang rendah, diantara -2 sampai
dengan -3 SD dibawah nilai mean.
n = 11 n = 14 Pada anak balita, malnutrisi dapat
Mean±SD -1,04±1,27 -1,25±0,79 diklasifikasikan menjadi dua yaitu
Min -3,78 -2,75 malnutrisi sedang (moderate malnutrition)
Maks 0,62 0,07 dan malnutrisi berat (severe malnutrition).
Sumber: Data Primer Malnutrisi sedang seringkali dinamakan
malnutrisi akut sedang (moderate acute
Tabel 3 menggambarkan deskriptif malnutrition), yaitu nilai Z score BB/TB
statistik nilai Z Score status gizi balita diantara -2 sampai dengan -3 SD dibawah
kelompok intervensi dan kontrol sebelum nilai mean. Malnutrisi akut berat (severe
dilakukan KLIPING. Nilai rata-rata (mean) acute malnutrition) yaitu nilai Z score
dan SD kelompok intervensi serta BB/TB adalah -3 SD dibawah nilai mean
kelompok kontrol tidak jauh berbeda yaitu atau lingkar lengan atas kurang dari 115
masing-masing -1,04 dan 1,27 pada mm20.
kelompok intervensi, sedangkan -1,25 dan Pada penelitian ini, identifikasi balita
0,79 pada kelompok kontrol. malnutrisi (indeks BB/TB) dengan
menggunakan pemeriksaan antropometri
Nilai Z Score status gizi balita setelah dengan mengukur tinggi badan dan berat
dilakukan KLIPING (Kelompok Ibu badan. Hasil penelitian pada balita
Pendamping Gizi) malnutrisi setelah dilakukan program self
help group selama 2 bulan menunjukkan
peningkatan berat badan kelompok

Kliping (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) Sebagai Upaya Peningkatan Status Gizi Balita 47
Malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta
Titih Huriah, Isnina Noor Sakinah, Noorzanah, Andinayanti Kunak
intervensi lebih baik daripada kelompok Tabel 6 menunjukkan hasil uji Paired
kontrol. T-Test kelompok intervensi dan kelompok
kontrol terhadap Z Score BB/TB balita
Analisis Bivariat malnutrisi di Yogyakarta. Berdasarkan data
Tabel 5. tabel dengan menggunakan SPSS 15, hasil
Test Normalitas Variabel skor-z BB/TB uji analisis pada balita malnutrisi kelompok
pada Kelompok Intervensi dan kontrol menunjukkan p value 0,667 artinya
Kelompok Kontrol tidak ada pengaruh antara sebelum
Skor-z BB/TB Shapiro- intervensi dan setelah intervensi. Hasil uji
Wilk analisis pada kelompok intervensi
Statistic df menunjukkan p value 0,030 artinya terdapat
Sig. peningkatan status gizi balita malnutrisi
kelompok intervensi setelah diberikan
Pre-Intervensi ,951 12 intervensi KLIPING selama 2 bulan.
,656 Hasil penelitian pada balita
Post-Intervensi ,944 12 malnutrisi setelah dilakukan program
,553 KLIPING selama 2 bulan menunjukkan
Pre-Control ,973 12 peningkatan berat badan kelompok
,937 intervensi lebih baik daripada kelompok
Post-Control ,922 12 kontrol. Peningkatan status gizi balita pada
,307 kelompok intervensi ini dapat disebabkan
karena tersedianya sumber koping berupa
Tabel 5 menunjukkan uji test dukungan sosial dari kelompok ibu yang
normalitas Shapiro-Wilk didapatkan hasil p melakukan intervensi KLIPING.
> 0,005 dapat dikatakan bahwa sebaran data Ketersediaan dukungan sosial sebagai
normal, maka dilakukan uji hipotesis sumber koping dapat merubah keyakinan
pengaruh KLIPING terhadap peningkatan dan emosi terhadap stresor sehingga koping
status gizi balita malnutrisi dengan pun dapat menjadi lebih efektif21.
menggunakan analisis Paired T-Test untuk Sumber dukungan dapat diperoleh
mengetahui pengaruh dari hasil sebelum dalam bentuk formal dan informal.
dan sesudah pada kelompok intervensi serta Dukungan sosial dalam bentuk formal
kelompok kontrol dan juga menggunakan didapat dari tenaga-tenaga profesional
analisis Independent T-Test untuk seperti psikolog atau dokter, sedangkan dari
mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah informal biasanya dari teman, tetangga,
perlakuan pada kedua kelompok. atau keluarga. Dukungan dalam bentuk
informal ini bisa didapatkan dengan
Analisis Paired T-Test membentuk suatu kelompok. Menurut
Tabel 6. Townsend22 salah satu jenis kelompok yang
Hasil Uji Paired T-Test skor-z BB/TB dapat berfungsi sebagai sistem pendukung
pada Kelompok Intervensi dan adalah Self Help Group (SHG).
Kelompok Kontrol balita malnutrisi di Dalam Self Help Group ini, orang tua
Yogyakarta dapat menceritakan masalah yang berkaitan
dengan anaknya, kemudian orang tua
Variabel Kelompok Kelompok sebagai anggota yang lainnya dapat
Intervensi Kontrol memberikan ide-ide untuk membantu
t t penyelesaian permasalahan dari anggota
p p tersebut, dengan kata lain anggota lainnya
Skor-z BB/TB 2,483 0,441 dapat memberikan informasi yang
0,030 0,667 bermanfaat bagi anggota yang
membutuhkan. Dalam kelompok self help
Sumber: Data Primer
group ini, anggota kelompok tidak akan
merasa sendiri dan mempunyai kesempatan

48 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 43-51


untuk mengamati koping dan penguasaan kelompok kontrol ini bisa karena beberapa
model peran dari anggota lain23. faktor.
Salah satu faktor yang Menurut Gilden, 1992 dalam Sari,
mempengaruhi efektivitas self help group 201224 berdasarkan hasil penelitian yang
dapat dilihat dari tujuan yang diinginkan dilakukan, peserta self help group memiliki
oleh peserta kelompok. Selain itu, keaktifan pengetahuan yang lebih baik dan kualitas
peserta juga sangat mempengaruhi hidup yang baik serta tingkat depresi yang
keberhasilan self help group. Terbukti dari lebih rendah dibandingkan dengan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok non self help group. Pada
adanya pengaruh program KLIPING kelompok self help group ini lebih efektif
terhadap peningkatan status gizi balita pada dilakukan selama 6 sesi pertemuan yang
kelompok intervensi dengan alat bantu difokuskan pada keterampilan koping,
berupa buku panduan KLIPING. diskusi kelompok, dan kegiatan sosial
Menurut pengamatan peneliti, terstruktur. Tetapi dalam penelitian ini self
keefektifan KLIPING pada kelompok help group hanya dilakukan selama 4 sesi
intervensi dikarenakan pengetahuan pertemuan dalam 2 bulan karena
responden semakin bertambah seiring keterbatasan waktu penelitian.
berjalannya program tersebut, sedangkan Selain terkait dengan waktu, self help
bila dibandingkan dengan kelompok group memiliki kualitas yang lebih positif
kontrol, responden tidak mendapatkan karena kelompok ini berkaitan dengan
informasi tambahan terkait dengan hubungan sosial. Tercapainya tujuan yang
peningkatan nutrisi balita. diinginkan dalam self help group ditentukan
dengan dinamika kelompok itu sendiri. Jika
Analisis Independent T-Test kelompok utama dalam self help group
Tabel 7. yaitu kekuatan hubungan interpersonal dari
Hasil Uji Independent T-Test skor-z semua anggota kurang, maka tujuan
BB/TB antara Kelompok Intervensi dan kelompok tersebut tidak akan tercapai.
Kelompok Kontrol pada balita Sebaliknya jika hubungan interpersonal dari
malnutrisi di Yogyakarta masing-masing anggota erat, mereka saling
memiliki dan saling mendukung, maka
Variabel Kelompok tujuan kelompok tersebut akan tercapai.
Intervensi dan Keberhasilan dari self help group ini dapat
Kontrol dilihat dari tercapainya tujuan yang
t diharapkan dari kelompok.
p value
KESIMPULAN DAN SARAN
Skor-z BB/TB -1,639
Kesimpulan dari hasil penelitian ini
0,114 adalah status gizi balita malnutrisi pada
Sumber: Data Primer kelompok intervensi diperoleh p value
0,030 maka terdapat peningkatan nilai Z
Tabel 7 menunjukkan hasil Uji Score pada balita malnutrisi setelah
Independent T-Test antara kelompok diberikan intervensi KLIPING selama 2
intervensi dan kelompok kontrol terhadap Z bulan, sedangkan status gizi balita
Score BB/TB pada balita malnutrisi di malnutrisi antara kelompok intervensi dan
Yogyakarta. Berdasarkan data tabel kelompok kontrol diperoleh hasil p value
tersebut, uji Independent T-Test antara 0,114 maka tidak terdapat perbedaan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol peningkatan nilai Z Score balita malnutrisi
diperoleh p value 0,114 maka tidak terdapat sebelum dan setelah diberikan intervensi
perbedaan peningkatan nilai Z Score balita KLIPING selama 2 bulan.
malnutrisi setelah diberikan intervensi Peningkatan kesadaran pada ibu
KLIPING selama 2 bulan antara kedua dengan balita malnutrisi sangat diperlukan
kelompok. Tidak adanya perbandingan untuk memberikan nutrisi yang terbaik bagi
pengaruh antara kelompok intervensi dan balita dengan memodifikasi makanan atau

Kliping (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) Sebagai Upaya Peningkatan Status Gizi Balita 49
Malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta
Titih Huriah, Isnina Noor Sakinah, Noorzanah, Andinayanti Kunak
melakukan pola yang lebih kreatif agar Ilmu Keperawatan Universitas
pemenuhan nutrisi balita tetap terpenuhi. Indonesia.
Myatt, et al. (2006). A review of methods
DAFTAR PUSTAKA to detect cases of severely
UNICEF. (2011). The Big Picture. Diakses malnourished children in the
tanggal 5 Januari 2012, dari community for their admission into
www.unicef.org/nutrition/index_bigpic community-based therapeutic care
ture.html programs, Food and Nutrition Bulletin,
WHO. (2007). Community-Based Vol 27. No. 3 The United Nations
Management of Severe Acute University.
Malnutrition, World Health Devi, Mazarina. (2010, September).
Organization, ISBN 978 92 806 4147 9 Analisis Faktor-Faktor yang
WHO. (2010). Underweight and Stunting, Berpengaruh terhadap Status Gizi
in World Health Statistics 2010, Balita di Pedesaan. Diakses 27 Mei
Geneva 2014, dari
Svedberg, Peter. (2011). How many people http://journal.um.ac.id/index.php/tekno
are malnourished? Annual Review of logi-
Nutrition. 2011, 31:263-83. kejuruan/article/viewFile/3054/426
BAPPENAS/Kementerian Perencanaan Sen, P., Bharati, S., Som, S., Pal, M., &
Pembangunan Nasional. (2011). Bharati, P. (2011). Growth and
Rencana Aksi Nasional Pangan dan nutritional status of preschool children
Gizi 2011-2015 in India: a study of two recent time
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset periods. Food And Nutrition Bulletin,
Kesehatan Dasar 2010. 32(2), 84-93. Retrieved 26 Oktober
Dinkes Provinsi DIY. (2008). Profil 2013, from
Kesehatan DIY Tahun 2008, Dinas http://web.ebscohost.com/ehost/pdfvie
Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa wer/pdfviewer?sid=e3e6b1aa-8a43-
Yogyakarta 4d74-a50a-
Kementerian Kesehatan RI. (2011). bda6c970398e%40sessionmgr111&vid
Keputusan Menteri Kesehatan =1&hid=121
Republik Indonesia Nomor : Kristianto dan Sulistyarini. (2013). Faktor
1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu
Standar Antropometri Penilaian Status Dalam Pemberian Makanan
Gizi Anak, Dirjen Bina Gizi dan Pendamping Asi Pada Bayi Umur 6 –
Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat 36 Bulan. STIKES RS. Baptis Kediri.
Bina Gizi. Diakses tanggal 21 Mei 201 Jam 06.41
Goudet, Sophie. et al. (2011). Pregnant Isnansyah, Y. (2006). Faktor-faktor yang
women’s and community health berhubungan dengan status gizi anak
workers’ perceptions of root causes of bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya
malnutrition among infants and young Kecamatan Jatilawang Kabupaten
children in the slums of Dhaka, Banyumas.KTI : Universitas Jenderal
Bangladesh, American Journal of Soedirman, Purwokerto.
Public Health, Vol 101, No. 7. July Abuya, B.A., Ciera, J.M., & Kimani-
2011. Murage, E. (2012). Effect Of Mother’s
Minarto. (2011). Rencana Aksi Pembinaan Education On Child’s Nutritional
Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun Status In The Slums Of Nairobi. Bmc
2010-2014, DirJen Bina Gizi, Ditjen Pediatrics, 12:80
Bina Gizi dan KIA. Adisasmito. Wiku. (2007). Faktor Risiko
Stuart, G., & Laraia, M. (1998). Principles Diare Pada Bayi Dan Balita Di
And Practice Of Psychiatric Nursing. Indonesia: Systematic Review
Keliat, Budi A, Utami, Tantri, W, Farida P, Penelitian Akademik Bidang
Akemat. (2008). Modul Kelompok Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Swabantu (Self Help Group). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

50 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 43-51


Indonesia Mental Health Nursing, Third Edition.
Collins & Yates. (2003). The need to Philadelpia : F.A. Davis Company.
update the classification of acute Wong, et., al. (2008). Buku Ajar
malnutrition, The Lancet, Volume 362, Keperawatan Pediatrik. Volume 1 edisi
Issue 9379, Page 249, 19 July 2003 6. (Agus sutarna, et al., Penerjemah).
Ririnisahawaitun. (2010). Pengaruh Jakarta: EGC
Kelompok Swabantu (Self Help Group) Purwaningrum Sari, Wardani Yuniar.
Terhadap Tingkat Stress Orang Tua (2012). Hubungan Antara Asupan
dengan Anak Retardasi Mental di SLB Makanan dan Status Kesadaran Gizi
Negeri 3 Yogyakarta. KTI : Keluarga dengan Status Gizi Balita di
Universitas Muhammadiyah Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I,
Yogyakarta Bantul. KTI.Universitas Ahmad
Townsend, M.C. (2005). Psychiatric Dahlan

Kliping (Kelompok Ibu Pendamping Gizi) Sebagai Upaya Peningkatan Status Gizi Balita 51
Malnutrisi di Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta
Titih Huriah, Isnina Noor Sakinah, Noorzanah, Andinayanti Kunak

Anda mungkin juga menyukai