Pengaruh Hiperkoagulasi Terhadap Mortalitas Astrositoma Pada Pemantauan 12 Bulan
Pengaruh Hiperkoagulasi Terhadap Mortalitas Astrositoma Pada Pemantauan 12 Bulan
ABSTRACT
Introduction: Astrocytoma is the most common primary brain tumor. Hypercoagulable state is one of brain tumor
complications which can cause vein thromboembolism (VTE). Vein thromboembolism incidence is increased in astrocytoma
patients. Hypercoagulable state in astrocytoma could lower patient’s survival.
Aim: To investigate the effect of hypercoagulable state on mortality within 12 months of follow up in astrocytoma
patients.
Methods: This study design was retrospective cohort. This research data was taken from medical records in Cipto
Mangunkusumo General Hospital and Dharmais Cancer Center Hospital on December 2017-February 2018. The subjects
were adult astrocytoma patients who had histopathology and hemostasis examination. The variables investigated in this
study were gender, age, prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), and D-dimer. Data processed
descriptively and analytically using SPSS ver. 20 for Windows.
Results: There were 49 subjects in this research. Around 30 (61.2%) subjects were men and 20 (40.8%) subjects
aged >50 years old. High grade glioma was found in 39 (79.6%) subjects and hypercoagulable state was found in 34
(69.4%) subjects. There were 20 subjects deceased in 12-month follow-up. Subjects with hypercoagulable state had relative
risk (RR) of 3.97 more susceptible to die in 12-month follow-up compared to control (p=0.009).
Discussion: Hypercoagulation was a mortality risk factor in 12-month follow-up in patients with astrocytoma.
Keywords: Astrocytoma, hypercoagulation, mortality within 12-months of follow up
ABSTRAK
Pendahuluan: Astrositoma merupakan tumor otak primer yang paling sering ditemukan. Salah satu komplikasi
dari tumor otak adalah keadaan hiperkoagulasi. Keadaan hiperkoagulasi dapat menyebabkan tromboemboli vena. Insiden
tromboemboli vena meningkat pada astrositoma. Keadaan hiperkoagulasi pada astrositoma dapat menurunkan kesintasan
atau meningkatkan mortalitas pada pasien astrositoma.
Tujuan: Mengetahui pengaruh hiperkoagulasi pada mortalitas pasien astrositoma dalam 12 bulan pemantauan.
Metode: Penelitian kohort retrospektif terhadap pasien tumor otak jenis astrositoma yang dirawat oleh Divisi
Neuroonkologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RS Pusat Kanker Dharmais (RSKD) pada bulan
Desember 2017 hingga Februari 2018. Sumber data adalah data sekunder berupa rekam medis pasien dewasa yang telah
memiliki hasil pemeriksaan histopatologis dan hemostasis. Variabel yang diambil dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,
usia, prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), dan D-dimer. Data diolah secara deskriptif dan
analitik bivariat menggunakan SPSS ver. 20 for Windows.
Hasil: Terdapat 49 subjek dalam penelitian ini yang mayoritas (61,2%) laki-laki, berusia <50 tahun (59,2%), dan
memiliki jenis high grade gliomas (75,8%). Sebagian besar subjek mengalami hiperkoagulasi (69,4%) dan dalam kondisi
hidup (59,2%) pada 12 bulan pascaperawatan. Subjek dengan hiperkoagulasi memiliki risiko relatif (RR) 3,97 kali lebih
rentan mengalami kematian setelah 12 bulan dibandingkan kontrol (p=0,009).
Diskusi: Hiperkoagulasi merupakan salah satu faktor risiko kematian dalam 12 bulan pada pasien astrositoma.
Kata kunci: Astrositoma, hiperkoagulasi, mortalitas 12 bulan
*FK Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin; **Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, ***SMF Neurologi RS Pusat Kanker Dharmais, Jakarta. Korespondensi: [email protected].
mengenai studi tentang HGG yang jumlah laki laki grade, termasuk GBM, bukan hanya GBM.18
lebih banyak 1,6 kali dibandingkan perempuan.1 Terdapat kecenderungan koagulopati pada
Sesuai dengan hasil studi Central Brain Tumor laki-laki (58,8%) dibandingkan perempuan (42,4%)
Registry of the United States (CBTRUS) pada tumor meskipun tidak ada perbedaan proporsi yang
otak primer, terdapat predominasi jenis kelamin signifikan (p=0,424). Subjek berusia >50 tahun lebih
tertentu terhadap jenis tumor primer. Perempuan banyak mengalami koagulopati dibandingkan subjek
terutama ditemukan pada meningioma (81,8%) dan yang lebih muda (52,9% vs 47,1%; p=0,009). Hal
laki-laki pada astrositoma (63,6%) secara signifikan.15 ini sejalan dengan penelitian Budikayanti dkk yang
Menurut Bondy dkk, kejadian tumor otak menyatakan terdapat 72% subjek yang mengalami
primer di negara berkembang lebih banyak laki-laki koagulasi intravaskular di rentang umur yang sama.11
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 3:2,1 Pada penelitian ini didapatkan frekuensi
per 100.000 penduduk.16 Hal ini berbeda dengan kejadian HGG disertai hiperkoagulasi lebih
data dari Baglitbang RSKD tahun 2003-2007 yang banyak bermakna dibanding LGG yang mengalami
menyatakan jumlah pasien yang datang berobat ke hiperkoagulasi. Hal ini sesuai dengan Eppy dkk
RSKD lebih banyak perempuan daripada laki-laki bahwa kejadian hiperkoagulasi cenderung lebih
dengan perbandingan hampir 1:2.17 tinggi pada kelompok pasien dengan keganasan/
Sebagian besar subjek penelitian ini berusia stadium tinggi.19 Terdapat beberapa studi yang
18-50 tahun, sesuai dengan populasi pada Budikayanti menghubungkan keganasan dengan profil koagulasi.
dkk.11 Demikian pula sebagian besar pasien kanker Berdasarkan analisis pada seluruh subjek, didapatkan
di RSKD berusia >39 tahun (75,86%). Sebaran usia bahwa sebagian besar subjek mengalami koagulopati,
pasien kanker di RSKD menunjukkan peningkatan yaitu memiliki minimal salah satu penanda koagulasi
pada usia 25 tahun dengan puncak kasus usia 45 tahun yang abnormal.5 Penelitian Amer terhadap 1874
(15,41%) untuk perempuan dan 50 tahun (13,14%) pasien kanker, 16,4% diantaranya mengalami
untuk laki-laki. Terjadinya penurunan jumlah kasus perkembangan trombosis selama hidup.20 Di RSKD,
di Indonesia untuk perempuan menjadi 65 tahun dan dilakukan pengkajian koagulopati dengan aPTT dan
laki-laki 67 tahun dipengaruhi oleh angka harapan D-dimer pada pasien dengan astrositoma. Namun,
hidup pada astrositoma. belum ada pengkajian mengenai pembuluh darah
High grade glioma (79,6%) lebih banyak yang mengalami trombosis.17
ditemukan dibandingkan LGG (20,4%). Pada studi Hasil evaluasi terhadap subjek meninggal yang
tentang glioblastoma, sekitar 60% adalah high-grade disertai hiperkoagulasi sebanyak 90% mengalami
terutama pada usia dekade ke-5 sampai ke-7 yang hiperkoagulasi. Keadaan hiperkoagulasi lebih tinggi
insidennya meningkat seiring bertambahnya usia.1 ditemukan pada subjek yang mengalami kematian
Dalam penelitian ini ditemukan 69,4% subjek dibandingkan pasien yang masih hidup pada 12 bulan
mengalami hiperkoagulasi saat perawatan. Hasil pengamatan. Hal ini senada dengan Tehrani dkk
ini lebih rendah dibandingkan Tehrani dkk bahwa bahwa keempat pasien (100%) dengan astrositoma
92% pasien GBM ditemukan hiperkoagulasi, karena anaplastik yang baru didiagnosis yang disertai
subjek penelitian ini bercampur antara low dan high trombosis/koagulasi memiliki harapan hidup kurang