Royani, J
Royani, J
net/publication/323010817
CITATIONS READS
2 1,409
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dudi Hardianto on 17 April 2018.
JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA
ABSTRACT
Concentration of active compounds contained in medicinal plants is determined by genetic factors as
well as growth environment. In sambiloto plants both factors have major impacts on the formation of
diterpene lactone, andrographolide. Variation of sampling time, cultivation, and processing methods
causes variation in the content of active compounds of the same plant. The purpose of this study was
to determine andrographolide concentration of sambiloto plants obtained from 12 different locations
with various planting conditions in Java Island. andrographolide content of sambiloto was extracted by
methanol and analyzed using HPLC. The results showed that the concentrations of andrographolide
varied from 0.29 to 4.44% with an average of 2.19% on dry weight basis. The highest concentration of
4.44% was detected in sambiloto accession from Wonokaton Village, Pasuruan Regency while the
lowest one was from Conggeang Kulon Village, Sumedang Regency. Three sambiloto accessions
had potential to be further developed as their andrographolide concentrations were above 3%, which
was higher than those from all the others.
ABSTRAK
Kadar senyawa aktif yang terkandung pada tanaman obat selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tumbuhnya. Pada tanaman sambiloto kedua faktor tersebut
berpengaruh sangat besar pada pembentukan diterpen lakton, andrographolide. Adanya variasi pada
waktu pengambilan sampel, tempat penanaman, metode pengolahan dan lain sebagainya berakibat
pada perbedaan dalam kandungan senyawa aktif pada tanaman yang sama. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kadar andrographolide dari tanaman sambiloto yang diambil dari 12 lokasi
tumbuh dengan kondisi penanaman yang berbeda di Pulau Jawa. Daun tanaman sambiloto diekstrak
dengan methanol kemudian dianalisis kandungan andrographolide menggunakan HPLC. Kadar
andrographolide yang dihasilkan bervariasi berkisar antara 0,29-4,44% dengan kadar rata-rata adalah
2,19% berat kering. Kadar tertinggi didapatkan pada aksesi dari Desa Wonokaton Kabupaten Pasuruan
dengan kadar andrographolide adalah 4,44% sedangkan kadar yang terendah didapatkan pada aksesi
dari Desa Conggeang Kulon, Kab. Sumedang. Berdasarkan data kandungan andrographolide,
diperoleh 3 aksesi sambiloto yang potensial untuk dikembangkan menjadi aksesi unggulan karena
kadar andrographolidenya di atas 3%, melebihi semua yang lain.
Kata kunci: Andrographis paniculata, andrographolide, senyawa aktif, HPLC, pulau Jawa
15
Analisa Kandungan Andrographolide… Royani et al.
16
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 1 No 1 Thn 2014 Hal 15-20
mutu simplisia tanaman obat. Secara umum pelarut metanol pro-analisis dalam labu ukur
kualits dari tanaman obat diakibatkan oleh 50 ml. Ekstraksi dilakukan dua tahap yaitu
beberapa faktor, termasuk perubahan cuaca, pada tahap pertama dilakukan dengan
waktu panen, budidaya, proses paska panen, menggunakan etanol dengan perbandingan
dan prosedur ekstraksi serta preparasi serbuk sambiloto: etanol adalah 1:5 dan pada
simplisia (Li et al. 2007). tahap kedua dilakukan ekstraksi dengan
Telah banyak penelitian yang perbandingan serbuk sambiloto: etanol adalah
dilakukan untuk melihat variasi kandungan 1:2. Lama ekstraksi (pengocokan)
senyawa aktif pada tanaman obat dari berlangsung lebih kurang selama 2 jam. Hasil
berbagai lokasi penanaman. Analisa ekstraksi kemudian disaring dengan kertas
fitokimia untuk membandingkan kandungan saring whatman 41. Ekstrak hasil saringan dari
senyawa aktif pada aksesi tanaman obat kertas saring Whatman kemudian disaring
dari berbagai lokasi juga telah dilaporkan kembali dengan kertas Milipore berukuran 0,2.
pada Asterachanta longifolia Ness (Sunita
dan Abhishek 2008), Ocimum selloi Benth Deteksi menggunakan HPLC
(Moraes et al. 2002), dan juga pada A. Ekstrak yang sudah didapatkan
paniculata (Patarapanich et al. 2007; selanjutnya dilakukan preparasi untuk deteksi
Sharma et al. 2009; Cui et al. 2009). kadar andrographolide menggunakan alat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk HPLC. Larutan ekstrak yang dihasilkan dari
mengetahui kadar andrographolide dari saringan terakhir diinjeksikan ke kolom HPLC
tanaman sambiloto yang diambil dari sebanyak 10 μl. Eluen yang digunakan
beberapa lokasi tempat tumbuh di 12 lokasi berupa metanol: asetonitril: asam asetat
yang berbeda di Indonesia dengan dengan perbandingan 70:30:0,6% dan
menggunakan HPLC. ekstrak hasil saringan Milipore diinjeksikan
pada colom C18 carbowax lichrocart 250-4
BAHAN DAN METODE dengan menggunakan absorban 254 uv.
Proses pada alat berlangsung selama 30
Bahan yang digunakan adalah daun menit. Hasil proses berupa kromatogram
tanaman sambiloto (A. paniculata) yang dibandingkan dengan standar
berasal dari 12 daerah di Jawa dengan andrographolide 200 ppm untuk mengetahui
kondisi tanaman belum berbunga atau masih kandungan andrographolide. Peak
dalam fase vegetatif. Alat yang digunakan kromatografi diidentifikasi dengan cara
adalah High Performance Liquid membandingkan retention time dari standar
Chromatography (HPLC) dengan alat tersebut. Injeksi tunggal dari solven (blanko)
Hitachi-D7000 dan colom C18 carbowax digunakan sebagai standar retention time dari
lichrocart 250-4. solven. Untuk mengetahui variasi kandungan
andrographolide antar nomor aksesi
Sampling tanaman sambiloto dilakukan analisa rataan dan standar deviasi.
Sampling dilakukan di 12 daerah di
Propinsi Banten, Propinsi Jawa Barat dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Propinsi Jawa Timur (Table 1) dari bulan Juni
sampai bulan September 2010. Tanaman Pada penelitian ini aksesi dikoleksi dari
sambiloto diambil dari beberapa tempat yang beberapa tempat dengan berbagai sumber
meliputi pekarangan masyarakat, kebun dan aksesi diantaranya dari kebun tak terurus,
lahan yang tak terawat serta koleksi herbalis. pekarangan masyarakat, pinggir jalan,
herbalis/tukang jamu dan di kawasan hutan
Ekstraksi daun sambiloto (Tabel 1) dengan kondisi sesuai dengan
Ekstraksi daun sambiloto dilakukan tempat tumbuhnya (existing). Pada
dengan cara daun sambiloto dikeringkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sabu et
dalam ruang bersuhu 25-28°C selama 14 hari al. (2011), Raina et al. (2007) dan Sharma
sampai didapatkan simplisia kering. Simplisia et al. (2009), aksesi sambiloto yang
kering dihaluskan dengan grinder dan diayak digunakan berasal dari agroklimat yang
menggunakan ayakan dengan ukuran 60 berbeda yang diperoleh dari petani, industri,
mesh. Serbuk halus sambiloto tersebut nursery pemerintah dan kebun tak terurus
kemudian diekstraksi dengan menggunakan yang kemudian bijinya ditumbuhkan
17
Analisa Kandungan Andrographolide… Royani et al.
pada kondisi yang sama untuk kemudian pada kondisi standar sesuai dengan
dilakukan analisa kadar andrographolide. penelitian Sharma et al. (1992) yaitu 2,39%.
Hasil analisa kadar andrographolide Hasil penelitian pada 12 aksesi dari beberapa
yang didapatkan pada ke 12 aksesi hasil daerah di Jawa masih lebih baik
sampling (existing), dapat dilihat pada Gambar dibandingkan dengan penelitian yang telah
2. Kadar andrographolide yang dihasilkan dilakukan oleh beberapa penelitian yang lain.
bervariasi berkisar antara 0,29-4,44% dengan
kadar rata-rata adalah 2,19% berat kering. 5.00
5,00
4,44
Pada penelitian ini kadar tertinggi didapatkan
pada aksesi dari Desa Wonokaton Kec.
Kadar Andrographolide (%)
4.00
4,00
Nguling Kabupaten Pasuruan dengan kadar 3,27
3,11
andrographolide adalah 4,44% sedangkan 3,00 2,86 2,84
3.00
kadar yang terendah didapatkan pada aksesi 2,3
dari Desa Conggeang Kulon, Kec. Conggeang 2,15
1,95
Kab. Sumedang. Dari data ini diketahui bahwa 2.00
2,00
1,37
kadar andrographolide bervariasi pada sampel 1,11
yang diambil dari 12 lokasi tersebut. Hal ini 1,00
1.00 0,6
kemungkinan dipengaruhi oleh tempat tumbuh 0,29
yang berbeda dengan kondisi iklim dan
0.00
0,00
edaphik yang bervariasi dan kemungkinan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari Lokasi no.
aksesi tersebut.
Dari data tersebut terlihat bahwa rata- Gambar 2. Variasi kandungan kadar andrographolide
rata hasil andrographolide masih berada pada 12 lokasi sambiloto di pulau Jawa
18
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 1 No 1 Thn 2014 Hal 15-20
19
Analisa Kandungan Andrographolide… Royani et al.
20