Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben Pada Alat Pe
Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben Pada Alat Pe
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/277752839
CITATION READS
1 133
3 authors:
Aprilina Purbasari
Universitas Diponegoro
9 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, Available from: M. Djaeni
letting you access and read them immediately. Retrieved on: 20 October 2016
Reaktor, Vol. 13 No. 3, Juni 2011, Hal. 178-184
Abstract
Abstrak
Pengeringan merupakan salah satu proses yang banyak digunakan pada produk pangan. Proses ini
umumnya menyebabkan kerusakan pada bahan pangan, disamping masih rendahnya efisiensi energi.
Salah satu alternatif pada proses pengeringan yaitu penggunaan zeolit sebagai adsorben uap air.
Proses pengeringan dengan menggunakan zeolit sebagai adsorben ini memungkinkan operasi
pengeringan dilakukan pada suhu rendah sehingga sesuai untuk bahan yang tidak tahan panas. Zeolit
alam merupakan salah satu alternatif bahan adsorben. Akan tetapi zeolit ini harus diaktivasi terlebih
dahulu untuk mendapatkan zeolit dengan kemampuan adsorpsi yang tinggi. Proses aktivasi pada zeolit
akan merubah rasio Si/Al zeolit, polaritas serta afinitas zeolit terhadap air dan meningkatkan pori-
pori zeolit Adsorpsi zeolit alam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan NaOH dan dengan panas.
Pada aktivasi dengan NaOH, zeolit dicampur dengan NaOH 0,5-2N selama 2 jam pada suhu 60-900C.
Sementara pada aktivasi fisis, zeolit dipanaskan pada 200-5000C selama 2-5 jam. Untuk mengetahui
perubahan struktur pori zeolit maka dilakukan analisa SEM dan untuk mengetahui kemampuan
adsorpsi zeolit maka dilakukan analisa daya adsorpsi zeolit terhadap uap air pada berbagai suhu dan
berbagai kelembaban relatif. Hasil menujukkan bahwa pada aktivasi dengan NaOH diperoleh kondisi
aktivasi terbaik adalah NaOH 1N pada pemanasan 700C dengan daya adsorpsi 0,171 gr uap air/gr
adsorben. Sementara untuk aktivasi dengan panas, kondisi aktivasi terbaik adalah pemanasan 3000C
selama 3 jam dengan daya adsorpsi 0,137 gr uap air/gr adsorben.
178
Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben ... (Kurniasari dkk.)
179
Reaktor, Vol. 13 No. 3, Juni 2011, Hal. 178-184
adsorben)
selanjutnya dikeringkan dalam oven 1100C selama 4
0.15
jam. Zeolit kemudian didinginkan dalam desikator,
dan selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya 0.125
terhadap uap air dengan menggunakan alat tangki
sorption isotherm. Percobaan diulang untuk 0.1
konsentrasi NaOH 1-2N dan suhu pemanasan 70- 0 0.5 1 1.5 2 2.5
900C. Norm alitas (N)
0.2
Moisture (gr uap air/gr
0.175
adsorben)
0.15
0.125
0.1
50 60 70 80 90 100
Tem perature (C)
Gambar 1. Skema alat sorption isotherm
Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap daya adsorpsi zeolit pada
Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi zeolit proses aktivasi dengan NaOH
alam teraktivasi pada berbagai kondisi udara, maka
dilakukan uji daya adsorpsi pada berbagai kelembaban Pada percobaan ini, proses aktivasi zeolit alam
relatif dan berbagai suhu. Uji pada berbagai suhu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi
dilakukan pada range suhu 30-800C dengan interval zeolit alam terhadap uap air. Untuk zeolit alam yang
100C. Sampel zeolit seberat 20 g dimasukkan ke dalam tidak diaktivasi, kemampuan adsorpsinya sebesar
alat uji adsorpsi yang berisi air dan dipertahankan 0,077 g uap air/g adsorben. Aktivasi dengan basa,
pada suhu tertentu sesuai variabel. Zeolit dikontakkan dalam hal ini adalah NaOH, terbukti dapat
dengan uap air sampai diperoleh berat konstan. Berat meningkatkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap
ini menunjukkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap uap air. Pada proses aktivasi dengan NaOH, akan
uap air telah maksimal. Penambahan berat yang terjadi proses pelarutan silika yang merupakan salah
diperoleh selanjutnya digunakan untuk pembuatan satu komponen dalam kerangka zeolit (Jozefaciuk dan
kurva kesetimbangan sistem zeolit-uap air. Bowanko, 2002). Pelarutan silika akan menyebabkan
Uji yang kedua dilakukan pada berbagai perubahan struktur zeolit serta berkurangnya silika
kelembaban relatif. Sampel zeolit sebanyak 20 g dalam kerangka zeolit sehingga rasio Si/Al menurun.
dimasukkan pada alat uji adsorpsi kosong yang Penurunan rasio ini akan meningkatkan kapasitas
dipertahankan pada suhu tertentu, namun suhu udara
180
Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben ... (Kurniasari dkk.)
adsorpsi dan selektivitas zeolit terhadap molekul- Metode aktivasi zeolit alam yang kedua adalah
molekul polar seperti uap air (Bonenfant dkk., 2008). dengan pemanasan (metode fisis). Gambar 4 dan 5
Polaritas molekul yang teradsorp oleh zeolit menunjukkan kemampuan adsorpsi uap air dari zeolit
juga mempunyai peranan yang cukup penting yang yang diaktivasi dengan panas. Kondisi aktivasi terbaik
mempengaruhi interaksinya dengan bidang listrik diperoleh pada pemanasan 3000C selama 3 jam dengan
zeolit. Untuk molekul-molekul polar seperti uap air, kemampuan adsorpsi sebesar 0,137 g uap air/gr
maka gaya yang bekerja adalah gaya elektrostatis. adsorben.
Molekul yang polar seperti air akan berinteraksi secara
kuat dengan bidang listrik zeolit, sehingga proses 0.15
adsorben)
0.1
mempunyai bidang listrik yang lebih tinggi yang 0.075
disebabkan oleh meningkatnya ”charge site” pada 0.05
permukaan zeolit. Peningkatan bidang listrik pada 0.025
permukaan zeolit ini terutama disebabkan oleh 0
meningkatnya jumlah kation yang dapat dipertukarkan 1 2 3 4 5 6
(exchangeble cation). Waktu (jam )
Selain penurunan Si/Al rasio, aktivasi dengan
NaOH juga bertujuan untuk menghilangkan ion-ion Gambar 4. Pengaruh waktu pemanasan terhadap daya
tertentu dari kerangka zeolit dan menggantinya dengan adsorpsi zeolit pada proses aktivasi fisis
ion Na+ sehingga zeolit alam mempunyai kondisi yang
semakin mendekati bentuk homoionik (Inglezakis
dkk., 2001). Dengan bentuk homoionik, molekul zeolit 0.15
Moisture (gr uap air/gr
jenis pori, yaitu mikropori (ukuran sampai 2 nm) dan Tem peratur (C)
181
Reaktor, Vol. 13 No. 3, Juni 2011, Hal. 178-184
struktur masing-masing zeolit (Ackley dkk., 2003; Tabel 1. Komposisi zeolit alam tanpa aktivasi dan dengan
Payra dan Duta, 2003). aktivasi
Hasil analisa SEM untuk zeolit alam sebelum Tanpa Aktivasi Aktivasi
Komponen
dan sesudah mengalami perlakuan dapat dilihat pada aktivasi (%) NaOH(%)a fisis(%)b
C 6,17 5,75 5,08
Gambar 6, sedangkan analisa komposisinya dengan
Na2O 0,75 4,10 0,56
EDX dapat dilihat pada Tabel 1. Dari gambar tersebut Al2O3 9,68 10,55 10,63
dapat dilihat bahwa setelah mengalami perlakuan atau SiO2 74,88 61,95 75,08
aktivasi terjadi perubahan pada morfologi zeolit, dan K2O 4,98 7,11 6,76
dimungkinkan terjadi pula perubahan struktur zeolit. CaO 3,55 10,53 1,88
Ukuran kristal zeolit setelah aktivasi menjadi lebih Keterangan:
kecil dari sekitar 3,9 µm menjadi sekitar 2,2-2,7µm, a
= Zeolit aktivasi NaOH adalah zeolit alam yang
sehingga diharapkan terjadi peningkatan volume pori. diaktivasi dengan NaOH 1N pada suhu 700C
Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat b
= Zeolit aktivasi fisis adalah zeolit alam yang
menyebabkan peningkatan kemampuan adsorpsi zeolit diaktivasi dengan panas 3000C selama 3 jam.
setelah mengalami aktivasi. Namun pada aktivasi
dengan panas (fisis) ukuran kristal zeolit relatif kurang Analisa komposisi dilakukan dengan
seragam bila dibandingkan dengan zeolit yang menggunakan alat EDX.
diaktivasi dengan NaOH, sehingga menyebabkan Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa setelah
kemampuan adsorpsi zeolit ini lebih rendah. proses aktivasi terjadi penurunan rasio SiO2/Al2O3
zeolit. Rasio mula-mula 7,74 dan turun menjadi 5,87
pada proses aktivasi dengan NaOH serta 7,06 pada
proses aktivasi dengan panas. Semakin rendah rasio
Si/Al, maka zeolit menjadi lebih hidrofilik. Hal ini
menyebabkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap
uap air lebih besar. Dari tabel tersebut juga terlihat
bahwa zeolit alam, baik sebelum maupun sesudah
aktivasi masih mengandung zat-zat organik (adanya
atom C), yang tentu saja akan mempengaruhi
kemampuan adsorpsi zeolit terhadap uap air. Namun
hasil analisa komposisi dengan EDX ini umumnya
masih memberikan persentase kesalahan yang cukup
(a) tinggi, sehingga untuk memberikan analisa komposisi
yang lebih akurat disarankan untuk menggunakan alat
atomic absorption spectrophotometer (AAS)
0.16
M o istu re (g r u a p air/g r a d so rb en )
0.14
0.12
y = 0.0202x 0.4105 y = 0.0099x 0.5429
0.1
0.06
Data Zeolit Akt NaOH, T=80 C
0.04
Data Zeolite Akt Fisis, T= 80 C
0.02 Data zeolite Akt NaOH, T=60 C
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
RH (%)
(c)
Gambar 6. Analisa SEM pada (a) Zeolit alam tanpa aktivasi Gambar 7. Kurva kesetimbangan adsorpsi pada kelembaban
(b) Zeolit alam dengan aktivasi NaOH relatif yang berbeda
(c) Zeolit alam dengan aktivasi fisis/panas
182
Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben ... (Kurniasari dkk.)
Dari Gambar 7 terlihat bahwa semakin besar Adapun model yang paling mendekati hasil percobaan
nilai RH maka kemampuan adsorpsi zeolit semakin untuk kedua metode aktivasi adalah model Freunlich.
besar pula. Kecenderungan ini berlaku pada berbagai
jenis zeolit, baik zeolit alam maupun sintetis (Pires Tabel 2. Persamaan Model Adsorpsi
dan Carvalho, 1997; Kim dkk., 2005; Ozkan dan Ulku, Metode Model
2008). Kurva kesetimbangan adsorpsi uap air dan Persamaan SSE
Aktivasi Adsorpsi
zeolit menurut klasifikasi BET termasuk dalam tipe I, NaOH Freunlich y = 0,0098x 0,54
0,00061
dengan slope terbesar mendekati RH = 0 dan semakin Langmuir 0,0016x 0,0022
datar pada RH tinggi. Kondisi ini mengindikasikan y=
1 + 0,0016x
permukaan yang hidrofilik serta mikroporositas. Slope
Fisis Freunlich y = 0,0066x0,56 0,0009
yang besar pada awal kurva menunjukkan tingginya Langmuir 0,0018
afinitas air dengan zeolit. Afinitas yang tinggi 0,0011x
y=
menyebabkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap 1 + 0,0011x
uap air juga tinggi. Nilai afinitas ini salah satunya Keterangan :
dipengaruhi oleh rasio Si/Al, dimana nilai afinitas uap y = jumlah moisture
air dan zeolit berbanding terbalik dengan rasio Si/Al x = kelembaban relatif
pada framework zeolit (Pires dan Carvalho, 1997). SSE = sum of square error = Σ(xperc – xperhit)2
Oleh karena proses aktivasi dengan NaOH
memberikan rasio Si/Al yang lebih rendah dibanding KESIMPULAN
aktivasi fisis, maka aktivasi dengan NaOH akan Metode aktivasi zeolit alam sebagai adsorben
memberikan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi uap air dapat dilakukan dengan menggunakan basa
pada RH yang sama. Peningkatan tekanan parsial juga yaitu NaOH dan dengan menggunakan panas. Aktivasi
dapat menyebabkan penetrasi uap air lebih jauh ke dengan NaOH 1N suhu 700C memberikan kemampuan
dalam sambungan kecil zeolit sehingga menyebabkan adsorpsi sebesar 0,171 g uap air/gr adsorben,
interaksi antara uap air dengan zeolit menjadi lebih sedangkan daya adsorpsi pada aktivasi fisis/
kuat. pemanasan 3000C selama 3 jam sebesar 0,137 g uap
Gambar 8 merupakan kurva kesetimbangan air/gr adsorben. Proses aktivasi akan mempengaruhi
adsorpsi zeolit alam pada berbagai suhu. Dari Gambar kemampuan adsorpsi uap air oleh zeolit, dimana faktor
8 terlihat bahwa kemampuan adsorpsi zeolit terhadap yang berpengaruh pada aktivasi dengan NaOH adalah
uap air menurun dengan kenaikan suhu. Dengan konsentrasi dan suhu, sedangkan pada aktivasi dengan
kenaikan suhu akan terjadi peningkatan mobilitas panas faktor yang berpengaruh adalah suhu dan waktu
molekul teradsorp dalam lubang zeolit (Bonenfant pemanasan. Kurva kesetimbangan adsorpsi pada
dkk., 2008). Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai kelembaban relatif (RH) menunjukkan
penurunan interaksi antara adsorben dengan adsorbat bahwa daya adsorpsi berbanding lurus dengan nilai
sehingga dapat mempengaruhi harga kesetimbangan RH, akan tetapi berbanding terbalik dengan suhu.
adsorpsi.
DAFTAR PUSTAKA
0.2
Ackley, M.W., Rege, S.U., and Saxena, H., (2003),
M o is tu re (g r u a p a ir/g r
183
Reaktor, Vol. 13 No. 3, Juni 2011, Hal. 178-184
Resource, Journal of The University of Chemical Pires, J. and Carvalho, M.B., (1997), Water
Technology and Metallurgy, 43(1), pp. 109-112. Adsorption in Aluminium Pillared Clays and Zeolites,
J. Mater.Chem, 7(9), pp. 1901-1904
Inglezakis, V.J., Papadeas, C.D., Loizidou, M.D., and
Grigoropoulou, H.P., (2001), Effects of Pretreatment Rosita, N., Erawati, T., and Moegihardjo, M., (2004),
on Physical and Ion Exchange Properties of Natural Pengaruh Perbedaan Metode Aktivasi Terhadap
Clinoptilolite, Environmental Technology, 22, pp. 75- Efektivitas Zeolit sebagai Adsorben, Majalah Farmasi
82. Airlangga, 4(1).
Jozefaciuk, G. and Bowanko, G., (2002), Effect of Senda, S.P., Saputra, H., Sholeh, A., Rosjidi, M., and
Acid and Alkali Treatments on Surface Areas and Mustafa, A., (2006), Prospek Aplikasi Produk
Adsorption Energies of Selected Minerals, Journal Berbasis Zeolit untuk Slow Release Substances (SRS)
Clays and Clay Minerals, 50(6), pp. 771-783. dan Membran, Artikel Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Indonesia, ISSN 1410-9891.
Kim, M.B., Ryu, Y.K., and Lee, C.H., (2005),
Adsorption Equilibria of Water Vapor on Activated Suardana, I.N., (2008), Optimalisasi Daya Adsorpsi
Carbon and DAY Zeolite, J.Chem Eng Data, 50, pp. Zeolit Terhadap Ion Kromium(III), Jurnal Penelitian
951-955 dan Pengembangan Sains & Humaniora, Lembaga
Penelitian Undiksha, 2(1), pp. 17-33.
Ozkan, F.C. and Ulku, S., (2005), The Effect of HCl
Treatment on Water Vapor Adsorption Characteristics Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying, Z., Shuhua,
of Clinoptilolite Rich Natural Zeolite, Journal S., and Qing, H.E., (2009), The Effect of Hydrophobic
Microporous and Mesoporous Materials, 77, pp. 47- Modification of Zeolites on CO2 Absorption
53. Enhancement, Chinese Journal of Chemical
Engineering, 17(1), pp. 36-41.
Ozkan, F.C. and Ulku, S., (2008), Diffusion
Mechanism of Water Vapour in A Zeolitic Tuff Rich Ulku, S. and Cakicioglu, F., (1991), Energy Recovery
in Clinoptilolite, Journal of Thermal Analysis and in Drying Application, Renewable Energy, 1(5/6), pp.
Calorimetry, 94, pp. 699-702. 695-698.
Payra, P. and Dutta, P.K., (2003), Zeolites : A Primer,
Handbook of Zeolite Science and Technology, Marcel
Dekker, Inc.
184