Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa

Desember 2022, Volume 11: Nomor 2


DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
Available Online at https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/paduraksa

ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTUK DAN VARIASI DIMENSI


TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA
GEDUNG KULIAH BERSAMA DAN LABORATORIUM FEB UPN
“VETERAN” JAWA TIMUR

Mochammad Nouval Diva Ramadhan1, Dian Purnamawati Solin1,*, Made Dharma Astawa1
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
*Corresponding authors: [email protected]

Submitted: 11 August 2022, Revised: 14 September 2022, Accepted: 30 September 2022

ABSTRACT: The foundation is the most important parts of the lower structure in a building work. This is because the foundation
has a function as a bearer and load-bearing that is above it. Therefore, careful calculations are needed accompanied by a comparative
analysis of methods to get an efficient type of foundation. In this study, a calculation analysis will be carried out using the conventional
method, namely the Mayerhof, Luciano Decourt and Reese O'Neil method to analyze the bearing capacity of the pile with two types
of pile shapes namely circle and square accompanied by differences in pile dimension data 300 mm, 400 mm, 500mm and 600 mm
with reference to the comparison of the foundation carrying capacity data with the PDA (Pile Driving Analyzer) test. As well as
knowing the settlement of the pile foundation of the Joint Lecture Building and Laboratory of the FEB UPN "Veteran" East Java
using the PLAXIS version 8.2 aid program. from the results of the study obtained the value of the bearing capacity of the foundation,
the smallest deflection and settlement as well as the comparison of the BCR (Bearing Capacity Ratio) value close to 1, the foundation
with variations in the shape of a square cross section with dimensions of 300 x 300 mm is efficient and safe to use.
KEYWORDS: foundation bearing capacity; pile foundation; settlement.

ABSTRAK: Pondasi merupakan bagian struktur bawah terpenting dalam suatu bangunan. Hal ini dikarenakan pondasi memiliki
fungsi sebagai pemikul dan penahan beban yang berada diatasnya. Perhitungan yang matang disertai dengan analisa perbandingan
metode dibutuhkan untuk mendapat jenis pondasi yang efisien. Pada penelitian ini, metode konvesional yakni metode Mayerhof,
Luciano Decourt dan Reese O’Neel digunakan dalam analisa perhitungan daya dukung tiang pancang (pile foundation) dengan dua
jenis bentuk penampang tiang yakni lingkaran dan persegi disertai perbedaan data dimensi penampang tiang yakni 300 mm, 400 mm,
500mm dan 600 mm, dengan acuan perbandingan data daya dukung Pondasi dan test PDA (Pile Driving Analyzer). Serta mengetahui
penurunan dari pondasi tiang pancang gedung perkuliahan bersama dan laboratorium FEB UPN “Veteran” Jawa Timur menggunkan
program bantu. Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai daya dukung pondasi, besar defleksi dan penurunan terkecil serta
perbandingan nilai BCR (Bearing Capacity Ratio) mendekati 1 yakni pondasi dengan variasi bentuk penampang persegi dengan
dimensi 300 x 300 mm efisien dan aman digunakan.
KATA KUNCI: daya dukung pondasi; pondasi tiang pancang, penurunan.

© The Author(s) 2020. This article is distributed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International license.

1 PENDAHULUAN bahwa kondisi lapisan tanah yang dominan dengan


Pembangunan Gedung kuliah Bersama dan lempung diperlukan perkuatan tiang pancang sebagai
laboratorium FEB UPN “Veteran” Jawa Timur alternatif untuk menstabilkan lapisan tanah.
dimaksudkan sebagai solusi kebutuhan ruang belajar Berdasarkan SNI 3.5-4153-2008 mendefinisikan
seiring dengan penambahan peserta didik baru tiap Standart Penetration Test atau pengujian pengeboran
tahun di perguruan tinggi tersebut. Dalam perencanaan merupakan pengujian yang bertujuan untuk
pembangunan pondasi memegang peran penting mengetahui besar perlawanan dinamik serta sifat
sebagai penopang struktur atas guna menyalurkan rekayasa geoteknik dari tanah dengan teknik
beban kedalam tanah. Oleh karena itu diperlukan penumbukan. Besar perlawanan tanah didapat dari
perencanaan pondasi yang baik dan efisien. jumlah penumbukan yang dilakukan pada tanah
Berdasarkan data penyelidikan tanah menggunakan tersebut. Pengujian SPT banyak digunakan karena
metode SPT (Standar Penetration Test) kondisi lapisan dapat menembus lapisan tanah kerikil sehingga data
tanah pada UPN “Veteran” Jawa Timur adalah tanah klasifikasi tanah yang didapatkan lebih lengkap
berlempung. (Priadi & Bakar, 2021) menyebutkan (Anonim, 2008). Selanjutnya dilakukan analisis daya

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
ISSN Print: 2303-2693 245
ISSN Online: 2581-2939
Vol. 11 No. 2 (Desember 2022) PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa

dukung pondasi yang digunakan dalam penentuan


jumlah serta konfigurasi pondasi disetiap titik. Lokasi Penelitian
Analisis daya dukung pondasi dilakukan dengan
membandingkan 3 metode konvensional yakni metode
Meyerhof, Luciano Decourt dan Reese O’neil terhadap
model pondasi dengan ujung tertutup dengan variasi
bentuk tiang yakni persegi dan lingkaran serta variasi
dimensi. Dirgananta (2018) melakukan penelitian
dengan membandingkan nilai daya dukung dan
penurunan tiang rencana dengan metode Aoki De
Alencar, Mayerhoff dan Luciano Decourt dengan data
eksisting. Penelitian lain dilakukan oleh Muthmainnah, Gambar 1. Area Pembangunan Gedung Penelitian UPN
2021 yang melakukan penelitian menggunakan metode “Veteran” Jawa Timur
statis guna menemukan perbandingan nilai daya (Google Earth, 2022)
dukung dan penurunan pondasi rencana dengan
eksisting. 2.2 Data Tanah
Analisis daya dukung pondasi dengan Dalam jurnal ini data tanah yang dimuat adalah
membandingkan variasi bentuk dan dimensi memiliki data yang dibutuhkan dalam perhitungan daya dukung
peran penting untuk mengetahui jenis pondasi yang pondasi, seperti klasifikasi tanah, kedalaman lapisan
paling efisien untuk digunakan dalam perencanaan, dan nilai N-SPT (Tabel 1).
efisensi yang dimaksud adalah perbandingan terkecil
penurunan dengan daya dukung terbesar
Tabel 1. Data Klasifikasi Tanah berdasarkan SPT
(Muthmainnah, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh
Sjachrul Balamba & Sumampouw (2018) Kedalaman Deskripsi Nrerata
menyebutkan bahwa kapasitas dukung pondasi dengan
0–5 Lempung berlanau very soft 0.82
variasi bentuk persegi lebih besar dari pada pondasi
dengan penampang lingkaran. Selanjutnya hasil 6 – 10 Lembung berlanau Soft 2
penelitian dikomparasikan dengan pengujian PDA Lempung berlanau berpasir
11 – 15 2
(Pile Driving Analyze) test sehingga didapat nilai rasio soft
perbedaan nilai daya dukung. Data ini menjadi salah Lempung berlanau berpasir
satu penentu efisiensi variasi bentuk dan variasi 16 – 20 6.6
coklat
dimensi yang akan digunakan. penelitian yang
Lempung berlanau coklat
dilakukan oleh Santoso et al., 2020 menyimpulkan 21 – 25 18.8
soft
nilai daya dukung berdasarkan uji kalendering dan uji
SPT mendekati nilai daya dukung lapangan. Penelitian 26 – 30 Lempung berlaau coklat stiff 16.4
yang dilakukan Lailaningrum et al., 2014 juga
menyimpulkan nilai daya dukung berdasarkan data uji 2.3 Koreksi N-SPT terhadap Muka Air Tanah
SPT lebih mendekati nilai daya dukung berdasarkan Tanah dengan N-SPT lebih dari 15 dan berada
uji PDA dari pada hasil perhitungan statis pada dibawah permukaan tanah serta memiliki klasifikasi
pondasi minipile. Oleh karena itu, pada studi saat seperti pasir berlempung, pasir berlanau dan pasir halus
ini dilakukan analisis perbandingan nilai daya harus dilakukan koreksi N-SPT (Wahyudi, 1999).
dukung berdasarkan variasi bentuk dan variasi Berdasarkan rumus (Terzaghi et al., 1996):
dimensi, berdasarkan data diarea pembangunan
Gedung Perkuliahan Bersama dan laboratorium FEB 𝑁′ = 15 + 0.5(𝑁 – 15) ........................................... (1)
UPN “Veteran” Jawa Timur. dimana N’ adalah nilai SPT terkoreksi dan N adalah
nilai SPT asli lapangan (Tabel 2).
2 METODOLOGI
2.4 Koreksi N-SPT terhadap Overburden Pressure
2.1 Lokasi Penelitian N-SPT lapangan kembali dikoreksi berdasarkan
Penelitian dilakukan di area pembangunan pengaruh tekanan vertikal efektif (overburden
Gedung Perkuliahan Bersama dan Laboratorium FEB pressure). Perhitungan dilakukan berdasarkan formula
UPN “Veteran” Jawa Timur (Gambar 1). Pada saat Youd dan Idris (2001):
penelitian ini dibuat, Gedung perkuliahan bersama dan (N1)60 = Nm x CN x CE x CB x CR x CS ......... (2)
laboratorium FEB UPN “Veteran” Jawa Timur telah
dibangun dengan perencanaan pondasi exsisting dimana: Nm = N-SPT lapangan, CN = faktor
menggunakan tiang pancang dengan variasi bentuk normalisasi Nm dari tegangan overburden, CE =
persegi dimensi 300x300 mm pada kedalaman 25m. koreksi rasio energi penumbuk, CB = koreksi terhadap

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
246 ISSN Print: 2303-2693
ISSN Online: 2581-2939
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Ramadhan et al.

diameter lubang, CR = faktor koreksi dari panjang dimana: Cli = hambatan geser selimut tiang pancang,
batang, dan CS = koreksi untuk benda uji. Cli = Nrerata/2 ton/m2 (tanah lempung) atau Nrerata/5
2.2 ton/m2 (tanah pasir), Asi = keliling selimut tiang
CN = ......................................... (3) pancang, Ap = luas alas tiang pancang, Np = nilai rerata
(1.2 + (σ′vo /Pa ))
N2 pada 8D di atas ujung sampai dengan 4D dibawah
dinama: σ’vo = tekanan efektif tanah (Kpa), dan Pa = ujung tiang.
tekanan atmosfir (100 kpa = 1atm).
Harga (N1)60 harus ≤ 2N1. Jika hasil koreksi 2.5.2 Perhitungan Daya Dukung Metode Luciano
didapat (N1)60 >2N1 maka harga (N1)60 = 2N1. Decourt (1987)
Decourt (2013) membuat perhitungan daya
Tabel 2. Nilai N-SPT Koreksi dukung pondasi tiang pancang tunggal berdasarkan
data SPT dengan formula sebagai berikut:
Kedalaman NSPT NSPT' MAT NSPT' Overburden
Ňs
1 0 0 0 Qu = [α × (Ňp × K) × Ap] + [𝛽 × ( + 1) × As] (5)
3
2 0 0 0
dimana: Np = nilai rata – rata SPT sekitar 4B dibawah
3 1 0 2
hingga 4B diatas dasar tiang, As = panjang tiang dari
4 1.4 0 2 dasar permukaan x keliling tiang pancang (m2), Ns =
5 1.7 0 3 N-SPT rata-rata sepanjang tiang yang tertanam dengan
6 2 0 3 batasan 3 < 50, α = koefisien tiang dasar, dan β =
7 2 0 3 koefisien selimut tiang.
8 2 0 3 2.5.3 Perhitungan Daya Dukung Metode Reese
9 2 0 3 O’neil
10 2 0 3 Qu = 9 x cu x Ap + α x cu x Li x p ...................... (6)
11 2 0 3 dimana: α = koefisien adhesi antara tiang dan tanah, Cu
12 2 0 3 = kohesi undrained, Li = kedalaman lapisan tanah, P =
13 2 0 3 keliling tiang.
14 2 0 3
15 2 0 3
2.6 Perhitungan Daya Dukung Tiang kelompok
16 2 0 3 Untuk perhitungan daya dukung tiang kelompok
hasil perhitungan tiang tunggal harus diakumulasikan
17 2 0 3
dengan efisiensi tiang kelompok dan jumlah pondasi
18 2 0 3 (Hardiyatmo, 2007).
19 10 0 11
20 17 16 18 2.7 Analisis Perhitungan Defleksi Akibat Gaya
21 19 17 19 Lateral
22 19 17 19 Nilai besaran Hu atau daya dukung lateral
23 19 17 18
ultimate diperoleh setelah mengetahui letak titik jepit
(Zf) sehingga didapat besaran momen dan gaya geser
24 19 17 18
yang terjadi (Aulia et al., 2020). Untuk mengetahui
25 18 16.5 16 letak titik jepit dapat digunakan formula sebagai
26 18 16.5 16 berikut:
27 17 16 15 Zf = jarak jepit + f ............................................... (7)
28 16 15.5 12
dimana: f = hasil bagi antara gaya geser horizontal
29 16 15.5 12
dengan momen reaksi tanah.
30 15 15 11
Adapun perhitungan daya dukung lateral pada
31 15 15 11 tanah kohesif dihitung dengan menggunakan Besar
32 15 15 11 nilai defleksi tiang (Y0) yang terjadi menurut (Broms,
1964):
2.5 Perhitungan Daya Dukung Tiang Tunggal 𝐻𝑢 𝑥 β
Y0 = ........................................................... (8)
𝐾ℎ 𝑥 𝐷
2.5.1 Perhitungan Daya Dukung Metode Meyerhof
Mayerhof (1956) mengemukakan formula untuk dimana: Hu = gaya geser horizontal, β = faktor tak
menghitug daya dukung ultimate pondasi sebagai berdimensi defleksi, kh = modulus reaksi tanah arah
berikut: horizontal, D = diameter pondasi. Syarat nilai Y0 < 6
mm.
Qu = Ap x Np x 40 + As x ∑Cli.Asi .................. (4)

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
ISSN Print: 2303-2693 247
ISSN Online: 2581-2939
Vol. 11 No. 2 (Desember 2022) PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa

2.8 Perhitungan penurunan tiang kelompok dukungnya. Pondasi dengan penampang persegi juga
Untuk menganalisa penurunan tiang (Δs) perlu memiliki nilai daya dukung yang lebih besar dari
terlebih dahulu mengetahui konfigurasi tiang yang pondasi dengan penampang lingkaran. Hasil
digunakan dalam titik pemancangan sehingga bisa perhitungan daya dukung pondasi tiang untuk tiap -
digunakan formula perhitungan yang sesuai. Dalam tiap metode dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.
penelitian ini penurunan dihitung berdasarkan tiang 3.1.1 Perbandingan daya dukung metode Meyerhof
kelompok. Penurunan tiang kelompok terbagi menjadi
Gambar 2 menjelaskan tentang grafik dari
dua yakni penurunan segera dan penurunan
perbandingan antara besar daya dukung tiang pancang
konsolidasi.
pondasi yang dihitung dengan rumus Meyerhof
2.8.1 Penurunan Segera ditunjukan pada sumbu X dengan faktor dimensi
Penurunan yang bersifat plastis yang dihasilkan penampang tiang yang ditunjukan pada sumbu Y. Daya
oleh perubahan karakteristik (distorsi) tanah yang dukung terbesar pada pondasi dengan variasi bentuk
tertekan, dan terjadi pada volume konstan disebut persegi 600 x 600 mm pada kedalaman 25 m.
penurunan segera (Hardiyatmo, 2007).
μ1 x μ0 x qn x B
Si = ................................................ (9)
𝐸𝑢

dimana: Si = penurunan segera (m), μ1 = faktor koreksi


untuk lapisan tanah dengan tebal H, μ0 = faktor koreksi
kedalaman pondasi, B = lebar fondasi (m), q = tekanan
netto pondasi (pondasi dipermukaan q = qn) (kN/m2),
dan E = modulus elastis tanah (kN/m2).
2.8.2 Penurunan Konsolidasi
Penurunan yang terjadi mulai dari permukaan
tanah pada arah vertikal saat aliran air mulai berhenti Gambar 2. Nilai Daya Dukung Ijin Tiang Pancang
pada zona tertekan yang diikuti oleh pengurangan Persegi dan Lingkararan Metode Meyerhof
kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure)
akibat pengurangan volume tanah disebut Penurunan 3.1.2 Perbandingan daya dukung metode Luciano
Konsolidasi (Hardiyatmo, 2007). Decourt
qp
Δp = ................................................. (23) Gambar 3 menjelaskan tentang grafik dari
(𝐵+𝑧) 𝑥 (𝐿+𝑧)
perbandingan antara besar daya dukung tiang pancang
Sc= Δp1 x mv x H ............................................... (24) pondasi yang dihitung dengan rumus Luciano Decourt
dimana: Δp = total tegangan yang terjadi pada tanah ditunjukan pada sumbu X dengan faktor dimensi
(kN/m2), q = tekanan neto pondasi (pondasi penampang tiang yang ditunjukan pada sumbu Y. Daya
dipermukaan q = qn) (kN/m2), B = lebar pile cap (m), dukung terbesar pada pondasi dengan variasi bentuk
L = panjang pile cap (m), Z = setengah Panjang tanah persegi 600 x 600 mm pada kedalaman 25 m.
yang ditinjau (m), mv = koefisien perubahan volume
tanah lempung (m2/kN), H = kedalaman lapisan tanah
yang ditinjau (m).
Selanjutnya untuk mengetahui nilai penurunan
total pondasi tiang kelompok dilakukan akumulasi
antara nilai penurunan segera dan penerunan
konsolidasi.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan daya dukung pondasi tiang


tunggal
Gambar 3. Nilai Daya Dukung Ijin Tiang Pancang
Perhitungan nilai daya dukung pondasi dilakukan Persegi dan Lingkararan Metode Luciano Decourt
dengan metode konvensional yakni perhitungan daya
dukung dengan acuan angka keamanan (SF) yang telah
3.1.3 Perbandingan daya dukung metode Reese
ditentukan. Berdasarkan Gambar 2, 3 dan 4 didapat
O’neil
nilai daya dukung pondasi dipengaruhi oleh faktor
kedalaman pemancangan, variasi bentuk dan variasi Gambar 4 menjelaskan tentang grafik dari
dimensi. Semakin dalam dan lebar penampang pondasi perbandingan antara besar daya dukung tiang pancang
yang dipancang maka semakin besar juga daya pondasi yang dihitung dengan rumus Reese O’Neil

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
248 ISSN Print: 2303-2693
ISSN Online: 2581-2939
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Ramadhan et al.

ditunjukan pada sumbu X dengan faktor dimensi Berdasarkan Tabel 3 nilai daya dukung
penampang tiang yang ditunjukan pada sumbu Y. Daya berdasarkan data SPT didapat bahwa perhitungan
dukung terbesar pada pondasi dengan variasi bentuk dengan metode Meyerhof menghasilkan daya dukung
persegi 600 x 600 mm pada kedalaman 25 m. terbesar dibanding dengan hasil perhitungan metode
Luciano Decourt dan Reese O’neil. Hal ini dikarenakan
dalam perhitungan Meyerhof nilai K yang terpakai
adalah 40 t/m2 (Meyerhof, 1956), nilai K untuk metode
Luciano Decourt adalah 12 t/m2 (Decourt, 2013) dan K
untuk metode Reese O’neil adalah 9 (Wahyudi, 1999).
Nilai Np atau harga rerata N-SPT yang disyaratkan oleh
metode Meyerhof adalah nilai yang berada di 4D
bawah dan 8D atas tiang (Meyerhof,1956), pada
metode Luciano Decourt Np yang disyaratkan adalah
4D atas dan 4D bawah tiang (Decourt, 2013)
sedangkan pada metode Reese O’neil menggunakan
nilai Cu atau kohesi undrained tanah (Wahyudi, 1999).
Selanjutnya berdasarkan variasi bentuk, pondasi tiang
Gambar 4. Nilai Daya Dukung Ijin Tiang Pancang dengan penampang persegi memiliki nilai daya dukung
Persegi dan Lingkararan Metode Reese O’Neil yang lebih besar dari pondasi penampang lingkaran.
Hal ini dipengaruhi oleh keliling penampang pada
3.2 Perbandingan Daya Dukung Metode perhitungan daya dukung selimut tiang untuk
Konvensional penampang persegi friksi atau daya lekat yang terjadi
Hasil perhitungan nilai daya dukung dengan lebih besar daripada penampang lingkaran.
menggunakan metode konvensional dapat dilihat pada
Tabel 3. 3.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Kelompok
3.3.1 Perbandingan daya dukung tiang kelompok
Tabel 3. Hasil Perhitungan Nilai Daya Dukung Metode metode Meyerhof
Konvensional
Gambar 5 menjelaskan diagram batang yang
Dimensi Daya Dukung menggambarkan perbandingan antara niai daya
Metode Bentuk
(mm) (Ton) dukung tiang kelompok ditujunjukan pada sumbu X
300 42.8 yang dihitung berdasarkan rumus Meyerhof dengan
400 63.3 variasi dimensi pada arah Y. dapat diketahui bahwa
Lingkaran
500 86.0 pondasi dengan penampang persegi dengan dimensi
Qu 600 112.4 600 x 600 pada AS D3 memiliki daya dukung terbesar.
Meyerhof 300 54.5
400 80.6
Persegi
500 109.5
600 143.2
300 30.9
400 43.2
Lingkaran
500 56.7
Qu 600 70.8
L.Decourt 300 39.3
400 55.1
Persegi Gambar 5. Nilai Daya Dukung Tiang Pancang
500 72.2
Kelompok Persegi dan Lingkararan Metode Meyerhof
600 90.2
300 41.8
3.3.2 Perbandingan daya dukung tiang kelompok
400 58.5
Lingkaran metode Luciano Decourt
500 76.7
Gambar 6 menjelaskan diagram batang yang
Qu Reese 600 96.3
menggambarkan perbandingan antara niai daya
O'Neil 300 53.2
dukung tiang kelompok ditujunjukan pada sumbu X
400 74.6 yang dihitung berdasarkan rumus Luciano Decourt
Persegi
500 97.7 dengan variasi dimensi pada arah Y. dapat diketahui
600 122.7 bahwa pondasi dengan penampang persegi dengan

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
ISSN Print: 2303-2693 249
ISSN Online: 2581-2939
Vol. 11 No. 2 (Desember 2022) PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa

dimensi 600 x 600 pada AS D3 memiliki daya dukung horizontal dinyatakan aman karena besarannya tidak
terbesar. melebihi besar defleksi ijin dari tiang pancang kepala
terjepit yakni 6 mm, aturan yang digunakan dalam
penentuan besar defleksi tiang tertera pada Peraturan
Perkadis P2B No 50 Tahun 2007 (P2B Prov. DKI
Jakarta, 2007). Berdasarkan Tabel 4 nilai titik jepit (Zf)
dipengaruhi oleh variasi dimensi semakin besar
penampang pondasi maka semakin dalam letak titik
jepitnya. Sedangkan untuk besar defleksi dipengaruhi
oleh variasi bentuk dan variasi dimensi. Semakin besar
penampang pondasinya maka semakin kecil defleksi
yang terjadi, pondasi dengan penampang persegi
memiliki defleksi yang lebih kecil daripada pondasi
dengan penampang lingkaran sehingga dapat
Gambar 6. Nilai Daya Dukung Tiang Pancang disimpulkan pondasi dengan penampang pesegi
kelompok Persegi dan Lingkararan Metode L. Decourt diameter 300x300 mm efisien digunakan karena nilai
defleksi kecil dan letak titik jepit tidak terlalu dalam
3.3.3 Perbandingan daya dukung tiang kelompok sehingga penulangan tiang pancangnya menggunakan
metode Reese O’Neil diameter besi yang relative kecil.
Gambar 7 menjelaskan diagram batang yang
menggambarkan perbandingan antara niai daya Tabel 4. Nilai Defleksi dan Letak Titik Jepit Pondasi
dukung tiang kelompok ditujunjukan pada sumbu X Diameter Y0
Bentuk Zf (m)
yang dihitung berdasarkan rumus Reese O’Neil dengan (mm) (mm)
variasi dimensi pada arah Y. dapat diketahui bahwa 300 1.793 3.598
pondasi dengan penampang persegi dengan dimensi
400 2.362 1.842
600 x 600 pada AS D3 memiliki daya dukung terbesar. Lingkaran
500 2.850 1.569
600 3.434 1.126
300 1.793 1.085
400 2.234 1.044
Persegi
500 2.839 0.569
600 3.419 0.509

3.5 Perhitungan Penurunan Tiang


Hasil perhitungan penurunan tiang kelompok
dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 7. Nilai Daya Dukung Tiang Pancang
kelompok Persegi dan Lingkararan Metode R. O’Neil
Tabel 6. Besar Penurunan Tiang Kelompok
Analisis dihitung berdasarkan daya dukung pada Diameter si sc Δs Standar
Bentuk
AS A3, D3 dan G3 dengan tujuan mengetahui (mm) (mm) (mm) (mm) izin (m)
perbandingan nilai daya dukung tiang kelompok pada
300 23.36 13.47 36.83 65
tepi dan tengah Gedung. Dari hasil analisis yang tertera
pada Gambar 5,6 dan 7 didapat nilai daya dukung 400 18.72 12.12 30.84 65
Lingkaran
pondasi kelompok dipengaruhi oleh besar efisiensi 500 18.17 10.57 28.67 65
berdasarkan jumlah pondasi pada setiap titik atau As 600 17.16 10.06 27.22 65
pondasi. Semakin banyak jumlah pondasi maka daya
300 23.36 13.47 36.83 65
dukungnya semakin besar.
400 18.72 12.12 30.84 65
Persegi
3.4 Perbandingan Besar Defleksi dan Letak Titik 500 18.17 10.57 28.67 65
Jepit Pondasi 600 17.16 10.06 27.22 65
Letak titik jepit berada pada kedalaman tertentu
dari dasar permukaan tanah, titik jepit pada pondasi
yang terpendam keseluruhan dalam tanah tidak terlalu Penurunan tiang yang terjadi pada penelitian ini
berpengaruh pada penulangan tiang pancang, hal ini adalah penurunan tiang kelompok, besar penurunan
dikarenakan momen yang terjadi relative kecil, hal ini dipengaruhi oleh lapisan tanah disekitar pondasi dan
juga mengakibatkan defleksi pada tiang searah dimensi penampang tiang. Semakin besar dimensi

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
250 ISSN Print: 2303-2693
ISSN Online: 2581-2939
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Ramadhan et al.

penampang maka semakin besar juga penurunannya. Tabel 6. Nilai BCR Daya Dukung Pondasi
Dalam penelitian ini perhitungan penurunan tiang Metode Bentuk Dimensi (mm) BCR
menggunakan rumus berdasarkan buku (Wahyudi,
300 0.70
1999) tentang Daya Dukung Pondasi Dalam dimana
variasi bentuk penampang tidak memiliki pengaruh 400 1.03
Lingkaran
kedalam perhitungan penurunan. 500 1.40
Qu 600 1.84
3.6 Perbandingan Penurunan Tiang Kelompok Meyerhof 300 0.89
dan Penurunan Mohr Columb
400 1.32
Rasio Perbandingan antara penurunan hasil Persegi
500 1.79
perhitungan manual didapat bahwa pondasi dengan
penampang persegi memiliki penurunan yang lebih 600 2.34
kecil dibanding pondasi dengan penampang lingkaran 300 0.50
(Gambar 8). Faktor lain yang mempengaruhi 400 0.71
penurunan adalah variasi dimensi, semakin besar Lingkaran
500 0.93
dimensi penampang tiang maka semakin besar juga 600 1.16
Qu
kemampuan pondasi dalam melawan friksi atau
L.Decourt 300 0.64
hambatan selimut yang terjadi pada tiang. Perencanaan
pondasi yang dihitung menurut metode Luciano 400 0.90
Persegi
Decourt memiliki besar penurunan yang lebih kecil 500 1.18
disbanding metode Meyerhof dan Reese O’Neil. 600 1.47
300 0.68
400 0.96
Lingkaran
500 1.25
Qu Reese 600 1.57
O'Neil 300 0.87
400 1.22
Persegi
500 1.60
600 2.00

4 KESIMPULAN
Gambar 8. Grafik Daya Dukung Tiang Pancang
Berdasarkan Analisis pengaruh daya dukung
pondasi tiang pancang dengan variasi bentuk dan
3.7 Rasio Daya Dukung variasi dimensi berdasarkan data SPT, dapat
Rasio Daya Dukung atau Bearing capacity ratio disimpulkan bahwa:
(BCR) adalah rasio antara daya dukung maksimum 1. Nilai daya dukung pondasi pada kedalaman 25
tanah pondasi metode konvensional berdasarkan data m dengan metode Meyerhof lebih besar dari
SPT dengan hasil penyelidikan daya dukung pondasi metode Luciano Decourt dan metode Reese
metode PDA (pile driving analyzer). Nilai BCR O’neil, nilai daya dukungnya berturut turut
menjadi acuan untuk menentukan daya dukung dari adalah 143.2 ton, 90.2 ton dan 127.2 ton untuk
metode yang dipakai dapat mendekati daya dukung penampang persegi dan 112.4 ton, 70.8 ton
pengujian lapangan dengan PDA test. Batas nilai BCR dan 96.3 ton untuk penampang lingkaran.
adalah 1 yang dianggap sesuai dengan daya dukung 2. Kapasitas pondasi tiang tunggal menahan
pengujian lapangan (Prama et al., 2015). Tabel nilai beban maksimum dipengaruhi oleh variasi
perbandingan daya dukung metode konvensional bentuk dan variasi dimensinya. Semakin besar
dengan daya dukung lapangan dapat dilihat pada Tabel penampang tiang maka semakin besar juga
6. nilai daya dukung pondasinya, pondasi dengan
Berdasarkan Tabel 6 didapat bahwa Berdasarkan penampang persegi memiliki nilai daya
nilai komparasi BCR antara daya dukung ultimate dukung selimut yang lebih besar dari pondasi
metode konvensional yakni metode Meyerhof, Luciano dengan penampang lingkaran.
Decourt dan Reese O’neil dengan pengujian lapangan 3. Berdasarkan nilai daya dukung pondasi, besar
yakni PDA test dapat disimpulkan bahwa nilai BCR defleksi dan penurunan terkecil serta
pada metode Luciono Decourt mendekati 1 artinya perbandingan nilai BCR mendekati 1, pondasi
daya dukung yang dihasilkan mendekati daya dukung dengan variasi bentuk penampang persegi
lapangan. dengan dimensi 300 x 300 mm efisien dan
aman digunakan.

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
ISSN Print: 2303-2693 251
ISSN Online: 2581-2939
Vol. 11 No. 2 (Desember 2022) PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang


lebih optimal maka penulis menyarankan untuk
melakukan analisis daya dukung tiang pancang
menggunakan data sondir dengan perbandingan
beberapa metode perhitungan seperti metode Vesic,
Poulus dan sebagainya, serta melakukan analisis
rencana anggaran biaya untuk menentukan jenis
pondasi dan variasi dimensi yang paling efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Lukman, H., & Penta, T. (2020). Analisis Gaya
Lateralpada Pondasi Tiang Pancang Square. Proram
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Anonim. (2008). SNI 4153-2008 tentang Tata Cara uji penetrasi
lapangan dengan SPT. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
Decourt, L. (2013). Prediction of load-settlement relationships
for foundations on the basis of the SPT. Int. J. of Geomate,
4(2), 560-564.
Dirgananta, M. F. (2018). Perencanaan Ulang Pondasi Tiang
Pancang Dengan Variasi Diameter menggunakan Metode
Meyerhoff, Aoki & De Alencar, dan Luciano Decourt.
Universitas Islam Indonesia
Hardiyatmo, C. H. (2007). Analisis dan Perancangan Fondasi
II (keempat). Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.
Lailaningrum, S. R., Surjandari, N. S., & Purwana, Y. M.
(2014). Perbandingan Kapasitas Dukung Pondasi Minipile
Dengan Rumus Statis, Hasil Uji SPT, dan Hasil Uji PDA.
E-Jurnal Matriks Teknik Sipil, 369.
Meyerhof, G. G. (1956). Penetration Test and Bearing Capacity
of Cohesi on less Soil. Journal of the Soil Mechanics and
Foundations Division, 82, 1- 19.
Muthmainnah, M. (2021). Bearing Capacity and Sattlement
Analysis of Spun Pile Foundation with Various Dimention.
Universitas Islam Indonesia.
P2B Prov. DKI Jakarta. Perkadis P2B No. 50 Tahun 2007
(Pedoman Perencanaan Struktur dan Geoteknik
Bangunan). DKI Jakarta.
Prama, H., Muslih, Y., & Djarwanti, N. (2015). Perbandingan
Analisis Kapasitas Dukung Tiang Tunggal Pondasi
Minipile Menggunakan Rumus Dinamik, Hasil Uji SPT
dengan Hasil Uji PDA. E-Jurnal MATRIKS TEKNIK
SIPIL, 570.
Priadi, E., & Bakar, A. (2021). Kajian Efisiensi Grup Pada
Kelompok Tiang Dengan Konfigurasi Empat-Empat.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Santoso, H. T., Hartono, J., Teknologi, P., Jalan, K., Jembatan,
D., Umum, P., & Soedharto, J. (2020). Analisis
Perbandingan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
Berdasar Hasil Uji SPT dan Pengujian Dinamis. Jurnal
Riset Rekayasa Sipil, 4(1).
Sjachrul, B. H., & Sumampouw, J. E. R. (2018). Pengaruh Jenis
Tanah Dan Bentuk Tiang Pancang Terhadap Kapasitas
Daya Dukung Tiang Pancang Grup Akibat Beban
Vertikal. Jurnal Sipil Statik, 6(5), 339–352.
Terzaghi, K., Peck, R., & Mesri, G. (1996). Soil Mechsoil
Mechanics In Engineering Practiceanics In Engineering
Practice (Third Edition). John Wiley & S.
Wahyudi, H. (1999). Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya:
ITS.
Youd, T. L., & Idriss, I. M. (2001). Liquefaction Resistance of
Soils: Summary Report from the 1.Geotechnical and
Geoenvironmental Eng. ASCE, 127(10), 817-833.

DOI 10.22225/pd.11.2.5628.245-252
252 ISSN Print: 2303-2693
ISSN Online: 2581-2939

Anda mungkin juga menyukai