ANALISIS KADAR Daun Kelor 11 12 19
ANALISIS KADAR Daun Kelor 11 12 19
ABSTRACT
Alpha-tocopherol, a major vitamin E component, functions as an antioxidant that neutralizes free radicals
in a living organism. Moringa oleifera Lam. leaves are rich source of carotenoids and -tocopherol. This
research was aimed to determine the concentration of α-tocopherol and examine the activity of moringa
leaves (Moringa oleifera L.) crude extracts as an antioxidant. Sample used in this research were juvenile
and adult moringa leaves (Moringa oleifera L), which were taken from seashore of Barru regency and
highland of Soppeng regency. Extraction of the leaves was carried out by reflux method using ethanol as a
solvent, and then evaporated to produce concentrated ethanol extract. Analyzes were detected at
wavelenght of 510.20 nm using UV-Vis Spectroscopy, the results indicated that concentration of α-
tocopherol extracted from juvenile and adult moringa leaves from seashore area were 104.52 mg/100g
and 11.419 mg/100g respectively, whilst the leaves from highland area gave a concentration of 134.4
mg/100g and 114.918 mg/100g. Next, we examined the antioxidant activity of each type of leaf using
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) methods at the wavelength of 515 nm. The IC50 results data showed
that ethanol extract of juvenile and adult leaves from seashore area were 172.71 μg/mL and 258.92 μg/mL
respectively, and categorized as weak antioxidant. Adversely, juvenile leaves from highland area gave a
result of 97.79 μg/mL and categorized as strong antioxidant; while adult leaves from the same area gave a
values of 143.14 μL/mL and categorized as medium antioxidant. Vitamin E and BHT were used as control
and had higher values compared to all samples.
Keywords: α-tocopherol, antioxidant, Moringa oleifera leaves, DPPH, UV-Vis Spectrophotometer.
ABSTRAK
Vitamin E atau α-tokoferol merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan dapat berfungsi sebagai
antioksidan sehingga mampu menetralisir radikal bebas dalam tubuh mahkluk hidup. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kadar α-tokoferol dan menguji aktivitas antioksidan dari daun kelor (Moringa
oleifera L). Ekstraksi senyawa α-tokoferol dilakukan menggunakan metode refluks dengan pelarut etanol
p.a, yang selanjutnya dievaporasi untuk menghasilkan ekstrak etanol kental. Sampel yang digunakan
adalah daun kelor yang muda dan tua yang berasal dari daerah pesisir pantai Kabupaten Barru dan
pegunungan Kabupaten Soppeng. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang (λ) 510,20 nm, menunjukkan: kandungan α-tokoferol pada daun kelor muda dan tua dari
kawasan pesisir pantai adalah 104,52 mg/100g dan 116,419 mg/100g, sedangkan daun kelor muda dan
daun kelor tua dari kawasan pegunungan adalah 134,40 mg/100g dan 114,92 mg/100g. Selanjutnya,
pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) pada panjang
gelombang 515 nm menghasilkan data IC50 sebagai berikut: ekstrak daun kelor muda dan daun kelor tua
pesisir masing-masing adalah 172,71 μg/mL dan 258,92 μg/mL yang dikategorikan sebagai antioksidan
lemah; sedangkan daun kelor muda dari kawasan pegunungan adalah 97,79 μg/mL yang tergolong
antioksidan kuat; dan daun kelor tua dari kawasan pegunungan bernilai 143,14 μg/mL yang dikategorikan
sebagai antioksidan sedang. Sebagai konrol positif untuk antioksidan digunakan Vitamin E dan BHT
dimana nilai IC50 dari Vitamin E dan BHT lebih kuat dibandingkan dengan semua sampel daun kelor.
Kata kunci : α-Tokoferol, Antioksidan, Daun Kelor, DPPH, Spekrtrofotometer UV-Vis.
*)Coresponding author: [email protected]
semakin tinggi, intensitas cahaya matahari memiliki bentuk organ untuk penyimpanan
semakin kecil, lama penyinaran semakin nutrisi. Akibatnya, translokasi nutrisi lebih
singkat. Stres suhu, cahaya, kelembaban, banyak pada daun muda daripada daun
dan lain-lain dapat mempengaruhi tua.
produksi vitamin tanaman. Ketika tanaman
Hasil Uji Analisis Antioksidan dengan
mengalami stress, maka vitamin E Metode DPPH
mengalami peningkatan (Fatchurrozak, Penentuan daya peredaman radikal
dkk, 2013). bebas dipilih metode DPPH, hal ini
Khusus untuk daerah pegunungan, didasarkan pada beberapa
intensitas cahaya matahari semakin keunggulannya, diantaranya mudah,
berkurang seiring dengan semakin sederhana, cepat, reprodusibel, baik untuk
tingginya suatu tempat, cahaya matahari sampel dengan polaritas tertentu, sensitif,
mempengaruhi tumbuhan berdaun hijau dan hanya membutuhkan sedikit sampel
karena cahaya matahari sangat (Koleva dkk., 2002 dan Kurniasih dkk.,
menentukan proses fotosintesis. 2015). Selain itu, DPPH merupakan
Fotosintesis merupakan proses pada radikal bebas yang relatif stabil jika
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. dibandingkan dengan radikal bebas yang
Makanan yang dihasilkan akan lain dan mudah diperoleh dipasaran yang
menentukan ketersediaan energi untuk siap untuk dilarutkan serta mudah
pertumbuhan dan perkembangan direaksikan dengan larutan uji (Larson,
tumbuhan (Aryulina dkk, 2006 dalam 1997).
Artanti dkk, 2016). Menurut penelitian Ekstrak uji yang digunakan adalah ekstrak
yang dilakukan oleh Ayua dkk (2016), daun kelor dari hasil analisis asam
daun muda aktif secara fisiologis dari askorbat, kemudian dilanjutkan pengujian
daun tua. Daun muda memerlukan lebih antioksidan dengan metode DPPH secara
banyak vitamin, akan tetapi tidak bisa kuantitatif menggunakan spektrofotometer
mengumpulkan cukup vitamin untuk UV pada panjang gelombang 515 nm.
memenuhi proses fisiologisnya. Menurut Molyneux (2004), panjang
Sebaliknya, daun tua memiliki gelombang tersebut dapat digunakan
kemampuan yang tinggi untuk mensintesis sebab panjang gelombang dari absorbansi
vitamin tetapi pemanfaatannya lebih maksimum yang dapat digunakan untuk
rendah. Nutrisi selalu disimpan dalam pengukuran dengan metode DPPH yaitu
daun tua dan kemudian ditransfer ke daun 515-520 nm. Panjang gelombang yang
muda untuk pertumbuhan dan diperoleh selanjutnya digunakan untuk
perkembangannya. Daun muda tidak pengukuran kontrol dan sampel.
30.00%
25.00%
% INHIBISI
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00% ppm
10 20 30 40 50
DKMP 2.79% 5.15% 7.44% 11.16% 14.42%
DKMG 6.05% 10.69% 14.88% 19.53% 26.97%
(a)
25.00%
20.00%
% INHIBISI
15.00%
10.00%
5.00%
0.00% ppm
10 20 30 40 50
DKTP 10.23% 11.63% 12.56% 15.58% 16.28%
DKTG 8.37% 14.97% 16.97% 19.30% 21.16%
(b)
Gambar 1. Grafik Aktivitas Antioksidan (a) Daun Kelor Muda dan (b) Daun Kelor Tua Daerah Pesisir
dan Daerah Pegunungan
(Molyneux, 2004). Persen inhibisi ini 2008). Nilai IC50 ekstrak daun kelor
didapatkan dari perbedaan serapan antara (Moringa oleifera Lam) dan pembanding
absorbansi DPPH dengan aborbansi (kontrol positif) vitamin E dan BHT
sampel yang diukur menggunakan diperoleh berdasarkan perhitungan regresi
spektrofotometer UV-Vis (Andayani dkk, linear dari kurva absorbansi sampel.
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
% INHIBISI
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1 2 3 4 5 ppm
Vitamin E 14.48% 20.09% 25.93% 31.31% 37.85%
BHT 9.65% 18.53% 26.39% 33.76% 39.59%
Gambar 2. Grafik Aktivitas Antioksidan Vitamin E dan BHT
Tabel 2. Nilai IC50 dan Tingkat Kekuatan ekstrak etanol daun kelor dikategorikan
Antioksidan Sampel Daun Kelor dan
Pembanding (Kontrol Positif) sebagai antioksidan lemah. Selain itu,
Sampel/ dapat dilihat dari perubahan warna yang
Nilai IC50 Intensitas
pembanding
Sampel ditimbulkan menurut Molyneux (2004),
DKMP 172,71 μg/mL Lemah
DKTP 258,92 μg/mL Lemah
pada vitamin E terjadi perubahan warna
DKMG 97,79 μg/mL Kuat dari ungu menjadi kuning jernih
DKTG 143,14 μg/mL Sedang
Pembanding (Kontrol Positif) sedangkan untuk ekstrak etanol daun
Vitamin E 7,15 μg/mL Sangat Kuat kelor tidak terjadi perubahan warna seperti
BHT 6,25 μg/mL Sangat Kuat
yang terjadi pada vitamin E. Dapat
Dilihat dari Tabel 2, Jika disimpulkan bahwa daya aktivitas
dibandingkan dengan vitamin E dan BHT antioksidan ekstrak etanol daun kelor
yang merupakan antioksidan sangat kuat, sangat kecil bila dibandingkan dengan
sampel DKMP dan DKTP dikategorikan daya aktivitas antioksidan vitamin E, bila
antioksidan lemah, DKMG dikategorikan dilihat dari nilai IC50.
antioksidan kuat dan DKTG dikategorikan Hasil yang diperoleh menunjukkan
antioksidan sedang. Berdasarkan bahwa ekstrak daun muda mempunyai
penelitian yang dilakukan oleh Hasanah daya peredam radikal bebas yang lebih
dkk (2016), nilai IC50 dari ekstrak etanol besar dibanding ekstrak daun tua. Hal ini
sebesar 363,75 μg/mL sedangkan terjadi karena kandungan vitamin pada
pembandingnya yaitu vitamin E sebesar daun dapat berbeda-beda karena
4,91 μg/mL. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan umur dan bagian tanaman
(Achakzai dkk, 2009). Daun muda matahari (Hidayah, 2011). Hal ini sesuai
umumnya memiliki kandungan vitamin dan dengan penelitian yang dilakukan oleh
enzim yang tinggi karena diperlukan Hidayah (2011), pengaruh ketinggian
dalam proses pertumbuhan, tempat tumbuh yang berbeda
perkembangan, dan pembelahan sel-sel mempengaruhi aktivitas antioksidan teh
daun tersebut. Pada perkembangannya kombucha rosella. Aktivitas antoksidan
konsentrasi metabolit sekunder tanaman pada ketinggian tempat 21 mdpl (66,88%)
akan berangsur menurun seiring lebih tinggi dibandingkan ketinggian 1100
penurunan aktivitas perkembangan daun mdpl (53,60%).
tersebut (Prayitno & Nuryandani, 2011). Tanaman kelor (Moringa oleifera
Hal ini sesuai dengan penelitian yang Lam) yang tumbuh di daerah pesisir (Kab.
dilakukan oleh Harahap (2015), bahwa Barru) dan pegunungan (Kab. Soppeng)
aktivitas antioksidan daun gaharu memiliki kandungan antioksidan yang
(Aquilaria malaccensis Lamk) dengan berbeda dikarenakan pengaruh cahaya
menggunakan spektrofotometer sinar terhadap fotosintesis sebagian besar
tampak diperoleh IC50 daun muda sebesar sangat bergantung kepada intensitas yang
39,70 ppm dan 40,03 ppm daun tua dari mempengaruhi pertumbuhan. Dapat
daerah Langka, sedangkan daun muda dipahami perbedaan respons dalam hal ini
dan daun tua dari Arboretum Universitas terletak pada perbedaan stres lingkungan
Sumatera Utara memiliki IC50 sebesar yang diperoleh tanaman. Fitter & Hay
30,65 ppm dan 43,20 ppm. (1991) menerangkan bahwa respons
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pertumbuhan tanaman
didapatkan bahwa ekstrak daun kelor terhadap temperatur muncul karena
daerah pesisir memiliki nilai IC50 lebih tingginya temperatur mempengaruhi
tinggi dibandingkan daun kelor daerah proses biokimia. Dengan naiknya
pegunungan, artinya daun kelor daerah temperatur sel tanaman, kecepatan
pegunungan memiliki aktivitas antioksidan pergerakan (vibrasi, rotasi, dan translasi
lebih tinggi dibandingkan daerah pesisir. dari molekul-molekul yang bereaksi
Perbedaan ketinggian tempat bertambah), menyebabkan tabrakan antar
berpengaruh terhadap kelembaban, suhu, molekul yang semakin sering, dan laju
intensitas cahaya, dan curah hujan. reaksi yang semakin cepat. Semua reaksi
Semakin tinggi dataran/daerah, maka yang terjadi di dalam sel dipercepat oleh
semakin rendah suhu udaranya, dan enzim. Dengan naiknya temperatur,
intensitas cahaya matahai akan semakin peningkatan rangsangan molekuler
berkurang, sehingga mempengaruhi cenderung merusak struktur, yang diikuti
proses fisiologis tanaman, karena proses oleh penurunan aktivitas enzim dan laju
fisiologi tanaman bergantung pada cahaya reaksi.