Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 2720-989X

ANALISIS VARIASI JUMLAH ANTENA TERHADAP


UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY
DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MULTIPLE INPUT
MULTIPLE OUTPUT (MIMO)
Muhammad Iman Nur Hakim1, Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti2, Nyoman Pramaita3
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Tegal, Indonesia1
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali, Indonesia 2,3
*koresponensi: [email protected]

Abstract
OFDM is a transmission technique using orthogonal multi-carrier which can save bandwidth. While MIMO is a technique of using more
than one antenna for transmitting and receiving. This can increase data transmission capacity without increasing bandwidth. In this study,
an analysis of variations MIMO antennas 2x2, 2x4, 4x2, and 4x4 was carried out to determine the effect of antenna variations on OFDM
MIMO performance. The modulation are BPSK and QPSK with frequency selective fading and AWGN channels. Performance parameters
are Bit error rate (BER) versus Energy Bit per Noise (Eb/No), Power to Average Peak Ratio (PAPR), and eye diagram. The model simulated
using a simulink with a number of input 100,000 bits. The results showed that BER performance compared to Eb/No, in MIMO 2x4 and
4x4 produced better performance than MIMO 2x2 and 4x2. With many receiving antennas, it gets a better signal which can reduce the
occurrence of errors. Meanwhile, in PAPR parameter, 4x2 and 4x4 MIMO produce higher PAPR values than 2x2 and 2x4 MIMO. With
the number of antennas, the PAPR value is distributed over all antennas and increase the PAPR value in the system. In the eye diagram
parameters, the greater the Eb/No value, make a better eye diagram.

Keywords: Bit error rate, Eye diagram, MIMO, OFDM, PAPR.

Abstrak
OFDM merupakan teknik transmisi menggunakan beberapa frekuensi (multi-carrier) saling orthogonal yang dapat menghemat bandwidth.
Sedangkan MIMO merupakan teknik penggunaan antena pemancar dan penerima berjumlah lebih dari satu antena. Hal ini dapat
meningkatkan kapasitas pengiriman data tanpa menambah bandwidth. Pada penelitian ini, dilakukan analisis variasi jumlah antena MIMO
2x2, 2x4, 4x2, dan 4x4 untuk mengetahui pengaruh variasi antena terhadap unjuk kerja OFDM MIMO. Modulasi yang digunakan adalah
BPSK dan QPSK dengan kanal frequency selective fading dan AWGN. Parameter unjuk kerja adalah Bit error rate (BER) berbanding
Energy Bit per Noise (Eb/No), Power to Average Peak Ratio (PAPR), dan eye diagram. Model yang dibuat kemudian disimulasikan
menggunakan simulink dengan jumlah inputan bit sebanyak 100.000 bit. Hasil penelitian menunjukkan unjuk kerja BER berbanding
Eb/No, pada MIMO 2x4 dan 4x4 menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan MIMO 2x2 dan 4x2. Dengan banyak antena
penerima, maka mendapatkan sinyal yang lebih baik yang dapat mengurangi terjadinya error. Sedangkan dalam parameter PAPR, MIMO
4x2 dan 4x4 menghasilkan nilai PAPR yang lebih tinggi dibandingkan MIMO 2x2 dan 2x4. Dengan banyaknya antena yang digunakan,
maka nilai PAPR tersebut terdistribusi pada semua antena dan mengakibatkan peningkatan nilai PAPR dalam sistem. Pada parameter eye
diagram, semakin besar nilai Eb/No, maka semakin baik pula eye diagram yang dihasilkan.

Kata Kunci: Bit error rate, Eye diagram, MIMO, OFDM, PAPR.

I. PENDAHULUAN sistem RX diversity yakni dua antena pada penerima yang


Dengan masuknya internet dalam perangkat seluler, menangkap dua sinyal dari jalur yang berbeda kemudian
maka layanan komunikasi data dan multimedia dapat dilayani membandingkan kedua runtut bit agar dapat diperkuat dan
oleh perangkat selular bandwidth merupakan sumber daya saat ini digunakan teknologi multi antena yang terdapat baik
yang terbatas, maka diperlukan teknologi yang dapat pada pengirim (Tx) maupun penerima (Rx) [2]. Performansi
meningkatkan kecepatan internet tanpa menambah dan MIMO sendiri dipengaruhi oleh kombinasi jumlah antena
memperbesar nilai bandwidth. Secara umum, ada beberapa pada pengirim dan penerima dan juga metode/algoritma
deteksi MIMO-nya. [3].
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecepatan internet pada telekomunikasi seluler tanpa OFDM merupakan sebuah teknik transmisi
memperbesar nilai bandwidth. Metode tersebut diantaranya menggunakan beberapa frekuensi (multi-carrier) yang saling
adalah pemilihan teknik modulasi, peningkatan kualitas orthogonal atau tegak lurus [4]. Dengan sifat orthogonal
sinyal dan kuat sinyal, juga pemilihan model antenna. Pada yang dimiliki OFDM, maka berpengaruh terhadap efisiensi
perkembangan teknologi selular saat ini, metode yang bandwidth yang digunakan karena sinyal-sinyal saling
diimplementasikan guna meningkatkan kecepatan internet berhimpitan antara satu dengan yang lainnya dan membuat
dan unjuk kerja di telekomunikasi seluler adalah penggunaan space dari bandwidth tidak banyak terpakai. Pada pengiriman
antena Multiple Input Multiple Output (MIMO). Selain itu, data serial maka tiap bit mempunyai durasi satu detik.
digunakan pula Orthogonal Frequency Division Multiplexing Pengiriman informasi yang terdiri atas data empat bit yang
(OFDM) dikirimkan dengan waktu empat detik. Sedangkan jika
pengiriman data dengan menggunakan OFDM, data tersebut
MIMO pertama kali diperkenalkan oleh Jack Winters
akan dibagi menjadi paralel dan dikirim secara bersamaan
dari Bell Laboratories pada tahun 1984 dengan maksud untuk
[5]. Data hasil konversi serial to parallel berbentuk matriks
mengatasi multipath fading [1]. Lalu diperkenalkan adanya
JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 20
Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022
ISSN: 2720-989X

bit-bit dengan jumlah baris menyatakan jumlah subcarrier nilai dan grafik Bit Error Rate (BER) berbanding Energy Bit
yang akan digunakan dan jumlah kolom menyatakan jumlah per Noise (Eb/No). Penelitian tersebut juga dilakukan untuk
simbol data yang dikirimkan pada tiap subcarrier [6]. mengetahui pengaruh Spreading Factor (SF) pada sistem
Namun, dalam teknik OFDM itu sendiri terdapat beberapa MCSS MIMO ditinjau dari nilai dan grafik. BER berbanding
kelemahan, salah satunya adalah nilai Peak Average Power Eb/No. Jumlah antena MIMO yang digunakan adalah antenna
Ratio (PAPR) yang tinggi. Pengiriman data dalam teknologi 2x2. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa unjuk kerja
seluler dapat dilakukan dengan menggunakan teknik MC-SS MIMO lebih baik dibandingkan OFDM-MIMO.
modulasi BPSK dan QPSK.
Modulasi BPSK adalah modulasi PSK yang III. METODE
menggunakan 2 macam perubahan fasa, yaitu 0° dan 180° [7]. Secara umum dalam penelitian ini digunakan simulasi
Sedangkan dalam modulasi QPSK menggunakan teknik dengan membangun permodelan Simulink OFDM MIMO
pengkodean M-ary dimana M = 4 (Quartenary) [8]. Terdapat dengan variasi antena pada kanal frequency selective fading
empat level sinyal yang merepresentasikan empat kode biner dan AWGN. Model simulink yang nantinya akan dibuat
dengan perbedaan fasa 90o [9]. Dalam pengiriman data mencakup pembangkitan bit secara random, pengubahan
tersebut akan dilalui pada kanal frequency selective fading sinyal atau modulasi BPSK dan QPSK, menjalankan proses
dan AWGN serta akan dilihat bit data hasil pengiriman sistem OFDM dan MIMO dengan variasi antena yang
dengan parameter bit error rate (BER) dan Eb/No, CCDF dan dilewatkan melalui kanal frequency selective fading dan
PAPR serta eye diagram. BER secara umum merupakan AWGN serta melakukan demodulasi dan menghitung nilai
jumlah kesalahan bit dibagi dengan jumlah total bit yang BER, PAPR, dan eye diagram. Variasi antena yang akan
dikirim selama interval waktu tertentu [10]. Parameter CCDF digunakan yaitu antena 2x2, 2x4, 4x2, dan 4x4.
dan PAPR akan ditampilkan dalam Grafik CCDF yang
menunjukkan seberapa sering sinyal mencapai atau bahkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
melewati nilai threshold tertentu serta eye diagram yang
merupakan sebuah diagram untuk mengetahui kualitas sinyal Penelitian diawali dengan pembuatan pemodelan
digital setelah transmisi melalui non-ideal path transmission. Simulink system OFDM MIMO dan dilanjutkan dengan
membandingkan unjuk kerja yang didapat.
II. PENELITIAN TERKAIT A. Pemodelan OFDM MIMO
Input awal yang diberikan pada sistem merupakan
Pada tahun 2015 dilakukan Analisis Unjuk Kerja
input-an biner yang dibangkitkan oleh bernoulli generator
Teknik MIMO STBC dan V-BLAST pada Sistem
yang kemudian masuk dalam modulator. Modulasi yang
Orthogonal Frequency Division Multiplexing [8]. Metode
digunakan dalam penelitian ini adalah modulasi BPSK dan
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah simulasi
QPSK. Setelah melewati modulator, selanjutnya akan masuk
menggunakan software MatLab dengan antena MIMO 2x2.
kedalam berbagai tahapan OFDM yang diantaranya adalah
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja
serial to parallel convertion, penambahan zero padding,
dari sistem OFDM pada kanal Additive White Gaussian Noise
IFFT, serta penambahan cyclic prefix.
(AWGN) dan Rayleigh fading, untuk mengetahui unjuk kerja
sistem OFDM-MIMO dengan teknik MIMO Space Time
Block Code (STBC) dan untuk mengetahui unjuk kerja sistem
OFDM-MIMO teknik MIMO Vertical-Bell Layered Space
Time (V-BLAST) dengan deteksi Zero Forcing (ZF) dan
Minimum Mean Square Error (MMSE). Parameter unjuk
kerja hasil penelitian adalah perbandingan nilai Bit Error
Rate (BER) terhadap Energy Bit per Noise (Eb/No). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa unjuk kerja pada teknik
MIMO STBC lebih baik dibandingkan dengan teknik MIMO
ZF V-BLAST dan MIMO MMSE V-BLAST. Gbr 1. Blok Diagram Sistem OFDM MIMO
Dilakukan pula penelitian Analisis Kapasitas Kanal
Terhadap Jumlah Antena Pada Sistem Multiple Input Analisis jumlah antena terhadap unjuk kerja system
Multiple Output (MIMO) [3]. Metode yang digunakan dalam OFDM MIMO digunakan empat variasi antenna, antena 2x2,
penelitian ini adalah simulasi dan penelitian ini menggunakan 2x4, 4x2, dan 4x4 dengan modulasi BPSK dan QPSK.
antena SISO 1x1, MISO 4x1, SIMO 1x4 dan MIMO 4x4. Sedangkan pada blok kanal transmisi, digunakan frequency
Didapatkan bahwa semakin banyak antena maka kapasitas selective fading dan AWGN. Setelah melewati kanal
sistem akan semakin besar. transmisi, maka akan masuk kedalam proses di sisi penerima
Pada tahun 2016 dilakukan penelitian Analisis yang merupakan proses kebalikan dari sisi pengirim yang
Perbandingan Performansi Sistem MC-SS MIMO dengan diantaranya adalah proses decoder, OFDM demodulator,
OFDM-MIMO pada Kanal Fading [11]. Metode dalam dan demodulasi sinyal.
penelitian tersebut adalah metode simulasi dengan Parameter – parameter yang digunakan untuk
mengunakan software MatLab. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui unjuk kerja sistem adalah BER vs Eb/No, CCDF
untuk mengetahui perbandingan unjuk kerja sistem OFDM- vs PAPR, dan eye diagram. Untuk parameter BER vs Eb/No,
MIMO dengan Multicarrier Spread Spectrum (MC-SS) digunakan blok error rate calculation guna mendapatkan
MIMO pada kanal Additive White Gaussian Noise (AWGN), nilai error yang dihasilkan oleh sistem. Untuk parameter
flat fading, dan frequency selective fading yang ditinjau dari CCDF vs PAPR, digunakan spectrum analyzer untuk
JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 21
Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022
ISSN: 2720-989X

melihat nilai yang dihasilkan oleh sistem. Sedangkan untuk


melihat eye diagram, digunakan blok eye diagram itu sendiri
dalam menampilkan eye diagram yang dihasilkan oleh
sistem.

B. Unjuk kerja OFDM MIMO Modulasi BPSK


Dilakukan simulasi terhadap sistem OFDM MIMO
dengan variasi antena MIMO 2x2, 2x4, 4x2, 4x4
menggunakan modulasi BPSK. Parameter unjuk kerja terdiri
atas BER vs Eb/No, CCDF vs PAPR, dan eye diagram.

Gbr 3. Grafik CCDF Berbanding PAPR Modulasi BPSK

Grafik CCDF vs PAPR dari variasi antena 2x2 dan 2x4


Gbr 2. Grafik BER Berbanding Eb/No Modulasi BPSK menampilkan gambar yang sama, begitu pula dengan
gambar pada variasi antena 4x2 dan 4x4. Pada Gambar 3
Hasil dari pengujian BERvs Eb/No dapat dilihat pada ditampilkan grafik nilai PAPR threshold 12,102 dB dengan
Gambar 2 yang merupakan grafik BER berbanding Eb/No jumlah antena transmisi sebanyak 2 antena ditampilkan
dari keempat variasi antena MIMO dengan modulasi BPSK. grafik grafik nilai PAPR threshold 15,112 dB dengan jumlah
Pada awal pengujian dengan nilai Eb/No adalah 0, nilai BER antena transmisi sebanyak 4 antena.
yang dihasilkan cukup tinggi. Namun, seiring dengan Parameter unjuk kerja ketiga adalah eye diagram. Eye
bertambahnya nilai Eb/No, maka nilai BER pun menurun. diagram akan menampilkan kualitas sinyal dengan melihat
kecenderungan bentuk mata pada diagram yang ditampilkan.
Apabila terjadi degradasi kualitas sinyal, maka mata akan
cenderung menutup dan sebaliknya, mata akan cenderung
terbuka apabila kualitas sinyal yang dihasilkan cukup baik.
Pada modulasi BPSK, digunakan dua sample nilai Eb/No, 10
dan 20, untuk mendapatkan gambar dari eye diagram pada
masing – masing variasi antena. Digram mata yang
dihasilkan dari masing-masing nilai Eb/No dapat dilihat pada
Gambar 4 dan 5.

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 22


Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022
ISSN: 2720-989X

Gbr 4. Eye diagram Eb/No=10 Modulasi BPSK

Pada Gambar 4 terlihat eye diagram yang dihasilkan


Gbr 6. Grafik BER Berbanding Eb/No Modulasi QPSK.
saat Eb/No bernilai 10. Terlihat bentuk eye diagram yang
sudah terbuka, walaupun memang belum sepenuhnya
Sama seperti hasil dari pengujian sebelumnya, dapat
sempurna. Pada Gambar 5, eye diagram yang dihasilkan
dilihat pada Gambar 6 yang merupakan grafik BER
sudah sangat baik. Gambar tersebut didapat saat Eb/No
berbanding Eb/No dari keempat variasi antena MIMO
bernilai 20.
dengan modulasi QPSK. Pada awal pengujian dengan nilai
Eb/No adalah 0, nilai BER yang dihasilkan cukup tinggi. Hal
ini menujukkan bahwa kinerja sistem tidak baik. Namun,
seiring dengan bertambahnya nilai Eb/No, maka nilai BER
pun menurun.

Gbr 5. Eye diagram Eb/No=20 Modulasi BPSK

C. Unjuk kerja OFDM MIMO Modulasi QPSK


Selanjutnya Dilakukan simulasi terhadap system
OFDM MIMO dengan variasi antena MIMO 2x2, 2x4, 4x2,
4x4 menggunakan modulasi QPSK. Parameter unjuk kerja
terdiri atas BER vs Eb/No, CCDF vs PAPR, dan eye
diagram.

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 23


Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022
ISSN: 2720-989X

Pada Gambar 8 terlihat eye diagram yang dihasilkan


saat Eb/No bernilai 10. Terlihat bentuk eye diagram yang
sudah terbuka, walaupun walaupun masih tidak beraturan.
Berbeda denngan Gambar 9, eye diagram yang dihasilkan
jauh lebih baik. Gambar tersebut dihasilkan saat Eb/No
bernilai 20.

Gbr 7. Grafik CCDF Berbanding PAPR Modulasi QPSK.

Pada Gambar 7 ditampilkan grafik CCDF vs PAPR dari


variasi antena modulasi QPSK. Grafik yang dihasilkan oleh
variasi antena 2x2 sama dengan variasi antena 2x4 dan grafik
yang dihasilkan oleh variasi antena 4x2 sama dengan grafik
yang dihasilkan oleh variasi antena 4x4. Hal ini dikarenakan
penghitungan nilai terjadi sebelum masuk kedalam
transmisi, maka antena penerima tidak mempengaruhi nilai
parameter yang didapat. Dari variasi antena 2x2 dan 2x4,
didapat nilai PAPR threshold 11,257 dB sedangkan dari
variasi antena 4x2 dan 4x4, didapat nilai PAPR threshold
14,267 dB.
Dalam parameter unjuk kerja eye diagram, pada
modulasi QPSK, digunakan pula dua sample nilai Eb/No, 10
dan 20, untuk mendapatkan gambar dari eye diagram pada
masing – masing variasi antena. Digram mata yang
dihasilkan dari masing-masing nilai Eb/No dapat dilihat pada
Gambar 8 dan 9.

Gbr 9. Eye diagram Eb/No=20 Modulasi QPSK.

D. Perbandingan Variasi Antena dan Jenis Modulasi


Setelah didapat nilai unjuk kerja dari masing masing
modulasi dan variasi antena, selanjutnya hasil tersebut akan
dibandingkan dan dilihat bagaimana unjuk kerja dari
masing-masing modulasi dan variasi antena dari sistem
OFDM MIMO.
Pada unjuk kerja BER berbanding Eb/No, Melihat dari
grafik yang dihasilkan pada Gambar 2 dan Gambar 6,
banyaknya antena penerima memberikan unjuk kerja yang
lebih baik dibandingkan dengan banyaknya antena pengirim.
MIMO dengan variasi antena 2x4 dan 4x4 menghasilkan
unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan MIMO 2x2 dan
4x2. Hal ini dikarenakan dengan banyak antena penerima,
maka semakin banyak juga peluang untuk mendapatkan
sinyal yang lebih baik dan dapat mengurangi terjadinya error
sedangkan penggunaan modulasi BPSK maupun QPSK
didalam sistem OFDM MIMO, menghasilkan unjuk kerja
yang tidak jauh berbeda.
Pada unjuk kerja CCDF berbanding PAPR, jumlah
antena pengirim mempengaruhi nilai PAPR yang dihasilkan.
Nilai PAPR lebih besar dihasilkan oleh variasi antenna 4x2
dan 4x4. Dengan banyaknya antena pengirim yang
Gbr 8. Eye diagram Eb/No=10 Modulasi QPSK.
digunakan, maka nilai PAPR tersebut terdistribusi pada
semua antena dan mengakibatkan peningkatan PAPR dalam
sistem. Sedangkan antena penerima tidaklah berpengaruh.
Antara modulasi BPSK dengan QPSK, dihasilkan nilai

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 24


Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022
ISSN: 2720-989X

PAPR yang lebih rendah dalam modulasi QPSK. Hal ini Sequence. IncomTech, Jurnal Telekomunikasi dan
berkaitan dengan banyaknya jumlah bit dalam satu simbol. Komputer Vol.3 No.1:pp.85-111.
Modulasi QPSK mempunyai 2 bit dalam satu simbol, [2] Wardhana, Lingga., Aginsa, Bagus Facsi., dkk. 2014.
sedangkan modulasi BPSK 1 bit dalam 1 simbol. Walaupun 4G Handbook edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
demikian, nilai PAPR masih perlu direduksi dengan www.nulisbuku.com
beberapa metode reduksi guna mendapatkan nilai PAPR [3] Ahmadi, C. 2015. Analisis Kapasitas Kanal terhadap
yang lebih rendah lagi. Jumlah Antena Pada Sistem MIMO (Multiple Input
Melihat hasil dari eye diagram pada modulasi BPSK Multiple Output). Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA vol.5
dan QPSK serta variasi antenna didalamnya bahwa dengan No.1: pp.37–48.
nilai Eb/No 10, pada gambar 4, dan gambar 8, ditampilkan [4] Pratiarso, A., Vernanda, D., Moegiharto, Y., Briantoro,
hasil yang tidak terlalu berbeda. Dari eye diagram tersebut H. 2016. Reduksi Peak-To-Average Power Ratio pada
dapat dilihat bahwa masih banyaknya pola garis-garis tak Sinyal OFDM Menggunakan Skema Hybrid Enhanced
beraturan yang saling tumpang tindih. Pola garis-garis Partial Transmit Sequence-Tone Reservation.
tersebut terjadi akibat jitter dan hal ini menandakan bahwa Prosiding SENTIA Vol.8: pp.8–14.
ISI masih mempengaruhi penerimaan sinyal di dalam sistem. [5] Astuti, D.W., 2012. Analisa Simulasi Performansi
Sedangkan pada gambar 5 dan gambar 9, dengan nilai Eb/No Penggunaan Orthogonal Frequency Division
20, pola garis eye diagram sudah menunjukkan pola yang Multiplexing Pada Sistem Digital Video Broadcasting-
teratur. Hal ini menandakan bahwa pengaruh ISI sudah tidak Terrestrial. IncomTech, Jurnal Telekomunikasi dan
ada. Melihat dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa variasi Komputer Vol. 3 No.1:pp. 62-83
antena tidak terlalu memberikan perbedaan yang besar [6] Wael, C.B.A., Desvasari, W., Adji, R.P.H. 2015.
terhadap hasil unjuk kerja eye diagram. Teknik Reduksi PAPR pada Sistem OFDM dengan
Partial Transmit Sequence (PTS) dan Selected
V. KESIMPULAN Mapping (SLM). Jurnal Elektronika dan
Variasi antena 2x4 dan 4x4, menghasilkan nilai BER Telekomunikasi Vol. 15 No. 2
yang lebih baik dibandingkan dengan variasi antena variasi [7] Susilo, D. Murtianta, B., Pramono A.A.D. 2016.
antena 2x2 dan 4x2. Hal ini dikarenakan dengan banyak Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift
antena penerima, maka semakin banyak juga peluang untuk Keying. Techne Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 15
mendapatkan sinyal yang lebih baik yang dapat mengurangi No.1: pp.77–89.
terjadinya error. Sedangkan, dalam unjuk kerja yang [8] Purwanto, Teguh Bayu. 2015. “Analisis Unjuk Kerja
dihasilkan berdasarkan parameter CCDF vs PAPR didapat Teknik MIMO STBC dan V-BLAST Pada Sistem
bahwa jumlah antenna pemancar mempengaruhi nilai PAPR Orthogonal Frequency Division Multiplexing”
yang dihasilkan. Semakin banyak antenna pemancar yang Denpasar: Universitas Udayana.
digunakan, maka semakin besar pula nilai PAPR yang [9] Elvia, D. & Suryani, T., 2015. Implementasi dan
dihasilkan. Nilai PAPR terdistribusi pada semua antena dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi
mengakibatkan peningkatan nilai PAPR dalam sistem. Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan
WARP. Jurnal Teknik ITS Vol.4 No.1: pp.48–52.
Secara keseluruhan, dengan membandingkan semua
[10] Fauzia, D. 2017. “Manajemen Interferensi pada
variasi antena yang ada, baik itu dalam modulasi BPSK
Transmisi Downlink Jaringan Seluler Two-Tier
maupun QPSK, unjuk kerja terbaik dihasilkan oleh variasi
Berbasis 4G LTE-Advanced dengan Menggunakan
antena 4x4. Walaupun variasi antena 4x4 memiliki nilai
Metode Power Control” Bandar Lampung: Universitas
PAPR yang lebih tinggi dibandingkan variasi antena 2x2
Lampung
atau 2x4, unjuk kerja BER dari variasi antena 4x4 tetap lebih
[11] Yuniari, N.P.E.A. 2016. :Analisis Perbandingan
baik dibandingkan variasi antena 2x2, 2x4, dan 4x2. Hal ini
Performansi Sistem MC-SS MIMO dengan OFDM
menunjukkan bahwa error yang terjadi pada antena 4x4
MIMO pada Kanal Fading” Bukit Jimbaran:
lebih kecil dibandingkan pada antena 2x2, 2x4, maupun 4x2.
Universitas Udayana.
Last but not least, dalam penelitian ini nilai PAPR yang
dihasilkan masih tinggi. Penambahan teknik reduksi PAPR BIOGRAFI PENULIS
diharapkan dapat mereduksi nilai PAPR dan meningkatkan
Muhammad Iman Nur Hakim, lahir di
serta memperbaiki unjuk kerja dari sistem yang dibangun.
Bogor, 04 Januari 1993, berkuliah S1 dan
S2 jurusan Teknik Elektro di Universitas
UCAPAN TERIMA KASIH Udayana. Saat ini penulis bekerja sebagai
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan pengajar di Politeknik Keselamatan
peneliti dua dan tiga, serta kepada rekan lain yang tidak dapat Transportasi Jalan - Tegal.
saya sebutkan satu persatu, dukungan, bantuan, serta saran
yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

REFERENSI
[1] Maddanaca, A. 2012. Reduksi Peak-To-Average
Power Ratio Pada Sistem STBC MIMO-OFDM
dengan Metode Selected Mapping dan Partial Transmit

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 25


Vol. 04, No. 01, Oktober), 2022

Anda mungkin juga menyukai