Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

ISSN: 2720-989X

ANALISA KONSUMSI ENERGI DAN SISTEM


PENCAHAYAAN GEDUNG C INSTITUT TEKNOLOGI
SUMATERA
Khoirun Naimah1, Ahmad Rafi A2, Isra D.H1, Philip N3
Teknik Sistem Energi, Indstitut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Indonesia 1,2,3
email: [email protected]

Abstract
The role of energy in meeting the basic needs of human life in national development, especially in educational institutions is very
important, especially electrical energy. The increase or decrease in activities carried out by educational institutions can have an impact
on electricity consumption, such as the Sumatra Institute of Technology campus. Therefore, this study focuses on analyzing and
analyzing the profile of the consumption of electrical energy and lighting systems in Building C of the Sumatra Institute of Technology
which is used as a lecturer and administration room. The method used is qualitative with field observations and interviews with related
parties. The data obtained is then processed so that the IKE value and lighting system information are obtained. The results obtained
indicate that (1) Building C is included in the efficient category (2) The lighting system consumes 7% of the total electricity consumption,
and the lighting level of Building C is in accordance with the SNI 6197: 2011 standard (4) Conservation programs that have been
carried out namely by using intermittent lights, turning off the lights at 10pm and above and only using the lights on the 1st floor at
night, all activities are carried out before 10pm.

Keywords: Energy Consumption, Energy Conservation, Lighting System.

Abstrak
Peran energi dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupan manusia dalam pembangunan nasional khususnya dalam lembaga pendidikan
sangat penting, khususnya energi listrik. Peningkatan maupun penurunan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dapat
memberikan dampak pada konsumsi energi listrik, seperti kampus Institut Teknologi Sumatera. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus
untuk mengetahui dan menganalisis profil konsumsi energi listrik dan sistem pencahayaan di Gedung C Institut Teknologi Sumatera
yang digunakan sebagai ruang dosen dan administrasi. Metode yang digunakan adalah secara kualitatif dengan observasi lapangan dan
wawancara dengan pihak terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah sehinggan diperoleh nilai IKE dan informasi sistem pencahayaan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) Gedung C termasuk dalam kategori efisien (2) Sistem pencahayaan mengkonsumsi energi
listrik 7% dari total konsumsi listrik, dan tingkat pencahayaan Gedung C sudah sesuai dengan standard SNI 6197:2011 (4) Program
konservasi yang sudah dilakukan yaitu dengan menyalakan lampu selang seling, mematikan lampu saat jam 10 malam keatas dan hanya
menggunakan lampu pada lantai 1 ketika malam hari, semua kegiatan pembersihan dilakukan sebelum jam 10 malam.

Kata Kunci: Konsumsi Energi, Konservasi Energi, Sistem Pencahayaan.

I. PENDAHULUAN penggunaan/konsumsi energi dari peralatan elektronik yang


Peran energi dalam memenuhi kebutuhan dasar digunakan per luas bangunan gedung tersebut. Hal ini
kehidupan manusia khususnya dalam pembangunan karena penggunaan energi listrik dalam suatu bangunan erat
ekonomi nasional berkelanjutan sangatlah penting. kaitannya dengan teknologi/peralatan yang digunakan
Peningkatan kebutuhan energi berbanding lurus dengan didalamnya guna memperlancar suatu kegiatan.
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan Teknologi/peralatan yang paling banyak ada didalam suatu
penduduk. Energi fosil seperti minyak bumi, gas bumi, dan gedung adalah pada sistem pencahayaan dan
batubara merupakan salah satu sumber energi tak pendinginan/pengudaraan. Selain itu juga terdapat peralatan
terbarukan, memerlukan waktu ribuan tahun untuk mampu penunjang lain seperti komputer, printer, dan sebagainya
memproduksinya, dan jumlahnya terbatas, sehingga akan yang disesuaikan dengan fungsi gedung di masing-masing
habis dalam kurun waktu tertentu. Selain jumlahnya yang tempat. Standar yang dijadikan acuan untuk menilai IKE
terbatas, dalam proses produksi/konversinya, energi fossil pada suatu bangunan adalah berdasarkan Kriteria IKE dari
cenderung memberikan dampak negatif terhadap lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2004
seperti emisi GRK yang lebih besar dibandingkan energi dan Sistem Pencahayaan berdasarkan Standar Nasional
terbarukan. Namun, penggunaan energi terbarukan tersebut Indonesia (SNI) 6197:2011.
secara kuantitas/volume masih lebih kecil dibandingkan Bangunan gedung yang dipilih dalam penelitian ini
energi fosil, sehingga energi fosil masih akan terus adalah bangunan gedung pendidikan dengan fokus pada
mendominasi hingga tahun 2050 [1]. Sehingga dibutuhkan Gedung C Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung
berbagai upaya untuk mencari sumber energi lain atau Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia. ITERA merupakan
menggunakan sumber energi terbarukan dan yang terpenting Lembaga Institusi Pendidikan yang resmi didirikan pada
adalah efisiensi energi guna melestarikan sumber daya tahun 2014. Sebagai institusi pendidikan baru, pembangunan
energi [2]. sarana dan prasarana penting guna menunjang keberlancaran
Oleh karena itu, untuk mendukung program pemerintah dan kenyamanan dalam beraktivitas. Sehingga, hal tersebut
tentang konservasi energi dan efisiensi energi khususnya tentu harus dipersiapkan dengan matang terutama terkait
pada bangunan gedung maka diperlukan analisis hasil nilai energi listrik. Gedung ini difungsikan sebagai tempat
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) untuk mengetahui perkuliahan untuk mahasiswa dan digunakan untuk ruangan

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 1


Vol. 02, No. 02, April, 2021
ISSN: 2720-989X

tendik atau dosen. Sehingga, gedung ini terdiri dari 3 lantai Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan
dan memuat ribuan mahasiswa. Gedung ini beroperasi pada Pengawasannya di Lingkungan Departemen Pendidikan
hari kerja senin-jumat dari pukul 07.00-18.00. Adapun jam Nasional nilai IKE dari suatu bangunan gedung
operasional tambahan diberlakukan berdasarkan kebutuhan digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-
tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk AC dan bangunan tidak ber- AC. Tabel 1. menunjukkan
mengetahui dan menganalisis profil penggunaan kriteria IKE bangunan berdasarkan Kriteria IKE
energi/konsumsi energi listrik pada gedung C dan program Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
konservasi energi yang sudah dan/atau harus dilakukan 2004.
khususnya pada sistem pencahayaan gedung C ITERA. Tbl 1 IKE standar pada bangunan AC dan non-AC [4]
Ruangan AC Ruangan non AC
II. KAJIAN PUSTAKA Kriteria
(kWh/m2/bulan) (kWh/m2/bulan)
A. Konservasi Energi
Sangat Efisien 4,17 – 7,92 0,84 – 1,67
Regulasi dari program Konservasi Energi telah
ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 Efisien 7,92 – 12,08 1,67 – 2,5
tentang Konservasi Energi yang merupakan suatu upaya Cukup Efisien 12,08 – 14,48 -
sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan Agak Boros 14,48 – 19,17 -
sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan
efisiensi pemanfaatannya. Sehingga, konservasi energi Boros 19,17 – 23,75 2,5 – 3,34
lebih mengarah pada upaya yang dilakukan oleh manusia Sangat Boros 23,75 – 37,75 3,34 – 4,17
untuk meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan energi
pada suatu sistem dengan tetap menggunakan energi secara C. Sistem Pencahayaan
rasional tapi tetap mempertahankan produktifitas. Sistem pencahayaan pada suatu bangunan terdiri atas
Peluang konservasi energi menurut Standar Nasional sistem pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami
Indonesia (SNI) 6196:2011 diartikan sebagai peluang yang adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya matahari dan
mungkin bisa diperoleh dalam rangka penghematan energi harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
dengan cara perbaikan dalam pengoperasian dan mengurangi energi listrik pada bangunan [5]. Pencahayaan
pemeliharaan, atau melakukan tindakan konservasi energi alami memiliki dampak terhadap meningkatnya suhu
pada fasilitas energi. Peluang konservasi energi merupakan ruangan dikarenakan radiasi matahari. Pencahayaan buatan
langkah lanjutan dalam penghematan energi yang mengatur merupakan pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
kinerja enmulai dari pengadaan, pemeliharaan operasional, cahaya buatan manusia. Pencahayaan buatan diperlukan
sampai pada titik penggantian energi ulang. apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami.
B. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Kualitas pencahayaan pada suatu permukaan atau bidang
Teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya kerja dinyatakan dengan satuan lux. Tingkat pencahayaan
konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali minimum yang direkomendasikan pada lembaga
cara-cara untuk penghematannya. Intensitas Konsumsi pendidikan ditunjukkan pada tabel 2.
Energi (IKE) Listrik adalah pembagian antara konsumsi Tbl 2 Tingkat pencahayaan minimum pada lembaga pendidikan [6]
energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas Tingkat
bangunan gedung. Indikator utama penghematan energi di Fungsi Ruangan
Pencahayaan (lux)
sebuah gedung umumnya menggunakan Intensitas Ruang Kelas 350
Konsumsi Energi (IKE). IKE menunjukkan besarnya
Laboratorium 500
konsumsi energi (kwh) per meter persegi (m2) setiap bulan.
Angka IKE (kwh/m2/bulan) diperoleh dengan membagi Ruang praktek komputer 500
jumlah kwh penggunaan listrik selama sebulan dengan luas Ruang laboratorium bahasa 300
bangunan yang digunakan. Perhitungan nilai IKE bangunan Ruang guru 300
Gedung disesuaikan dengan jenis gedung tersebut apakah Lobby 350
tergolong kedalam bangunan gedung ber-AC, tanpa AC,
atau ber-AC dan tanpa AC [3]. Sehingga perhitungan Standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan
IKE/Konsumsi Energi Spesifik gedung tersebut dapat pada bangunan gedung untuk memperoleh sistem
terlihat pada pers (1) dan (2). pencahayaan dengan pengoperasian yang optimal sehingga
penggunaan energi lebih efisien tanpa harus mengurangi
a. Lantai ber-AC dan atau mengubah fungsi bangunan, kenyamanan dan
𝑎 𝑐−𝑎
𝐼𝐾𝐸 = 𝑥 (1) produktivitas penghuni, serta mempertimbangkan aspek
𝑏 𝑑
ramah lingkungan.
Ket. Selain tingkat pencahayaan, renderasi warna juga perlu
a = Konsumsi energi dari AC (kWh) untuk diketahui. Renderasi warna atau color rendering
b = Luas Ruangan ber AC (m2) index (CRI) merupakan efek psikofisik suatu sumber
c = Total Konsumsi energi listrik (kWh) cahaya atau lampu terhadap warna objek yang diterangi
d = Total Luas Ruangan (m2) (SNI 03-6575-2001). CRI dinyatakan dalam suatu angka
indeks yang diperoleh berdsarkan perbandingan dengan
b. Lantai tanpa-AC efek warna sumber cahaya referensi pada kondisi yang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝐾𝑤ℎ)
𝐼𝐾𝐸 = 2 (2) sama. Nilai maksimum teoritis dari indeks renderasi warna
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝐴𝐶(𝑚 )

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 2


Vol. 02, No. 02, April, 2021
ISSN: 2720-989X

dalah 100 dan dinyatakan dengan Ra. Ada empat kelompok IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
renderasi warna yang dapat dipakai. Tabel 3 A. Hasil
memperlihatkan pengelompokkan CRI [7]. 1) Data Bangunan Gedung
Tbl 3 Pengelompokkan renderasi warna Tbl 4 Fungsi dan orientasi bangunan gedung C
Kel. Indeks Aplikasi Nama
Saat CRI yang akurat sangat Fungsi Gedung Orientasi
Gedung
1A Ra > 90 diperlukan, seperti inspeksi Ruang kelas, dosen dan
pencetakkan warna Gedung C Utara
administrasi
Saat CRI yang baik
dipertimbangkan untuk
1B 80 > Ra > 90 Tbl 5 Luas bangunan gedung C
keperluan tampilan, seperti
display lighting Ruangan Total
No. Lantai
2 60 > Ra >80
Saat rendering warna yang AC (m2) Non AC (m2) (m2)
sedang diperlukan 1 1 665 423 1088
kapan pun rendering warna tidak 2 2 354.4 698.6 1053
3 40 >Ra > 60 terlalu penting tetapi distorsi warna
3 3 851.2 180 1031.2
yang ditandai tidak dapat diterima
Total 1870.6 1301.6 3172.2
kapan pun rendering warna tidak
4 20 > Ra > 40 penting sama sekali dan distorsi
warna yang ditandai dapat diterima 2) Data Pemakaian Energi Listrik Gedung C
Tbl 6 Pemakaian energi listrik bangunan gedung C
III. METODE Total Konsumsi Konsumsi Energi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah No. Lantai Energi Listrik Listrik dari AC
secara kualitatif dengan observasi secara langsung di (Kwh/bulan) (Kwh/bulan)
lapangan dan wawancara dengan pihak terkait. Obyek 1 1 7452.4 6229.8
dalam penelitian ini adalah konsumsi energi listrik dan 2 2 3955.6 3454.2
program/upaya konservasi energi pada sistem pencahayaan 3 3 335.1 -
pada bangunan gedung C bulan Desember 2020. Flowchart Total 11743.1 9684
penelitian ini terlihat pada Gambar 1.
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Penelitian dimulai 3) Data Sistem Pencahayaan Aktif Gedung C
dengan start dengan kegiatan studi literature, lalu
Tbl 7 Lighting level of C Building
dilanjutkan dengan pengumpulan data bangunan melalui
observasi langsung di lapangan berupa luas bangunan, Lighting
orientasi bangunan, daya alat elektronik, dan intensitas Lantai Fungsi Luas (m2) Level CRI
cahaya (lux). Kemudian, dilanjutkan dengan wawancara (Lux)
dengan pihak terkait agar dapat dihasilkan data konsumsi Dosen C104 112.5 260 85
1
energi listrik. Data dikumpulkan secara kolektif tiap lantai Dosen C110 151.8 260 85
pada gedung C ITERA. Instrumen atau alat yang digunakan Dosen C204 112.5 260 85
untuk mengumpulkan data diantaranya adalah kompas, 2
Dosen C210 151.8 260 85
meteran, luxmeter, dan Microsoft excel. Data yang
dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sehingga B. Pembahasan
diperoleh kesimpulan dan selesai. 1) Karakteristik Bangunan Gedung
Secara orientasi, bangunan gedung C sebagaimana
terdapat pada Table 3. yaitu menghadap utara
yangmana orientasi ini memiliki faktor radiasi
matahari yang cukup besar sehingga dapat dengan
mudah memperoleh sinar matahari secara langsung.
Fungsi bangunan gedung C sebagai tempat
perkuliahan, ruang dosen, dan administrasi. Secara
rinci dari fungsi ruangan. yaitu sebagian besar adalah
ruang dosen, ruang kelas, dan ruang lab. Namun, untuk
kondisi saat ini hanya ruang dosen yang sering
digunakan karena perkuliahan dilakukan secara daring.
Adapun tampak depan dan belakang dari bangunan
gedung C dapat dilihat pada Gambar 2.

Gbr 1 Diagram Alir Penelitian

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 3


Vol. 02, No. 02, April, 2021
ISSN: 2720-989X

dan 3. Sesuai dengan standar dari Departemen


Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2004 maka
kategori pengunaan listrik untuk gedung C lantai 1
adalah efisien, kemudian untuk lantai 2 dan 3 adalah
sangat efisien. Hal ini dikarenakana banyak AC, lampu,
dan beberapa peralatan elektronik seperti lift yang
(a) (b) tidak dipakai karena tidak ada kegiatan atau aktivitas
Gbr 2 (a) Tampak depan (b) tampak belakang Gedung C di gedung C akibat pandemi. Profil penggunaan energi
listrik di Gedung C dapat erlihat pada Gambar 3. Dari
Gambar 3. terlihat bahwa sebagian besar atau 78,78%
Total luas bangunan gedung C sebagaimana terdapat konsumsi energi listrik adalah dari sistem AC.
dalam Table 4. adalah 3172.2 m2 dengan ruangan AC
memiliki luas 1870.6 m2 dan Non-AC 1301.6 m2,
sehingga dapat dikategorikan bahwa gedung C
termasuk dalam kategori gedung ber-AC. Data ini
digunakan untuk membandingkan dengan standar yang
akan digunakan untuk menilai Intensitas Konsumsi
Energi.

2) Pemakaian Energi Listrik Gedung C


Pemakaian energi listrik/konsumsi energi listrik
digunakan untuk melihat profil pemakaian/konsumsi
energi listrik dan penilaian Intensitas Konsumsi Energi
gedung C. Dari data pada Table 5. Dapat dilihat bahwa
Gbr 3 Profil konsumsi energi listrik di gedung C
konsumsi energi listrik gedung C adalah 11743.1
Kwh/bulan, dengan porsi paling besar adalah lantai 1
yaitu 7452.4 Kwh/bulan. Hal ini karena selama bulan Dari Gambar 3. dapat dianalisis bahwa pengunaan
Desember dengan 20 hari kerja, lantai 1 merupakan energi listrik pada gedung C terbesar adalah AC 2.5
lantai dengan ruangan yang paling sering digunakan PK, yang kemudian disusul oleh lampu TL. Lampu TL
untuk beraktivitas dengan 9 ruang aktif yaitu 3 ruang digunakan pada tiap tiap ruangan, dan lobby.
dosen, 1 ruang adm, 1 ruang pengadaan, 1 ruang Sementara itu, lampu LED downlight hanya digunakan
panel, dan 3 toilet. Sedangkan dilantai 2 hanya 5 ruang di toilet. Pengunaan PC/laptop dihitung hanya ketika
aktif yaitu 2 ruang dosen, 2 toilet, dan 1 ruang panel. Laptop tersebut di charge, Dispenser yang ada pada
Sementara di lantai 3 penggunaan energi listrik sangat tiap tiap ruang dosen diasumsikan hanya digunakan
kecil dibanding lantai 1 maupun 2, karena tidak ada selama 3 jam perhari yang di gunakan hanya ketika
kegiatan akibat pandemi, Sementara itu, pompa hanya ingin memanaskan air. Printer hanya di nyalakan
di gunakan ketika tanki penyimpanan air mendekati ketika hanya ingin mencetak dokumen. Fan/exhaust
habis. dihubungkan seri dengan sakelar lampu, jika lampu
Untuk mengetahui performa bangunan gedung boros toilet dinyalakan, maka fan tersebut juga menyala.
atau efisien maka dilakukan perhitungan nilai Gedung C memiliki 3 lampu sorot yang posisinya dua
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sesuai dengan lampu dipasang di depan gedung menghadap ke
criteria bangunan tersebut. Pada penelitian ini, pada parkiran motor gedung C, satunya lagi dipasang
lantai 1 dan 2 merupakan lantai yang masih sering menghadap gladiator/embung C. Gedung C juga
digunakan untuk aktivitas kerja, sedangkan lantai 3 memiliki satu unit pompa untuk mensuplai air di
tidak pernah digunakan selama kondisi pandemic, gedung C dan Gedung D dan satu lift yang
sehingga AC yang terdapat pada ruangan-ruangan di pengoperasiannya jarang di gunakan.
lantai 3 tersebut juga tidak digunakan. Perhitungan
nilai IKE bangunan Gedung disesuaikan dengan jenis 3) Sistem Pencahayaan Gedung C
gedung tersebut apakah tergolong kedalam bangunan Beban pencahayaan buatan yang digunakan pada
gedung ber-AC, tanpa AC, atau ber-AC dan tanpa AC. bangunan gedung C rata- rata adalah jenis lampu TL 18
Dalam penelitian ini, Gedung C tergolong kedalam watt dan LED downlight bulb 9 watt. Jenis lampu tersebut
bangunan gedung ber-AC dan tanpa AC. Hasil merupakan jenis lampu yang efisien dan memiliki umur yang
perhitungan nilai IKE tersebut dapat terlihat pada > 35.000 jam dibanding jenis lainnya, sehingga sudah tepat
Tabel 8. pihak ITERA dalam memilih jenis lampu yang digunakan
Tbl 8 Nilai IKE Gedung C
untuk bangunan gedung tersebut. Namun, lampu LED lebih
ramah lingkungan dibanding jenis TL karena tidak
Intensitas Konsumsi Energi mengandung merkuri sedangkan lampu TL masih
No Lantai
Listrik (Kwh/bulan/m2) mengandung sedikit merkuri. Pengukuran intensitas
1 1 10.49 pencahayaan dilakukan langsung di dibawah objek
2 2 4.64 penelitian (lampu) dengan menggunakan titik
3 3 2.57 pengukuran penerangan umum (pengukuran seluruh
Dari Tabel 8. maka dapat dilihat bahwa lantai 1 area ruangan) setara tinggi meja kantor [8].
memiliki nilai IKE yang lebih besar dibanding lantai 2
JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 4
Vol. 02, No. 02, April, 2021
ISSN: 2720-989X

Total beban pencahayaan terpasang di gedung C V. KESIMPULAN


adalah 822,4 kW. Sehingga didapatkan persentase Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat
pemakaian energi listrik untuk sistem pencahayaan disimpulkan bahwa performa energi pada bangunan gedung
adalah 7%. Dari Table 6. juga dapat dilihat bahwa C ITERA memiliki nilai IKE yang sangat efisien dengan
untuk ruangan dosen yang berada di lantai 1 maupun nilai 3,70 kWh/m2 /bulan. Penggunaan energi didominasi
lantai 2 dari segi tingkat pencahayaan berada dibawah oleh sistem AC sebesar 78.78%, dan dari sistem
batas standar SNI 6197:2011 yang direkomendasikan, pencahayaan berada dibawah Standar SNI 6197:2011 tetapi
sedangkan daya maksimum sudah berada dibawah dari masih bisa dicari peluang untuk konservasi energi yaitu
daya maksimum yang diizinkan oleh SNI 6197:2011. mengganti lampu TL ballast Konvensional dengan ballast
Hal ini karena orientasi bangunan tersebut memiliki elektronik dan tetap mempertahankan upaya konservasi
sisi kemudahan masuknya sinar matahari kedalam yang telah diterapkan sehingga, bangunan gedung C dapat
ruangan. Namun, tetap diperlukan upaya konservasi lebih efisien.
energi agar tingkat kenyamanan dalam aktivitas tetap
terjaga dan energi listrik dapat digunakan dengan
REFERENSI
bijak.
Perbandingan hasil pengukuran saat ini dan SNI [1] BPPT, Outlook Energi Indonesia. Jakarta:BPPT, 2020
6197:2011 dari tingkat pencahayaan dan daya
[2] Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang
maksimum pada lembaga pendidikan ruang guru
Konservasi Energi
terlihat pada Tabel 9.
[3] USAID Indonesia Clean Energy Development
Tbl 9 Perbandingan hasil saat ini dengan SNI 6197:2011 (ICED Project), Panduan Penghematan Energi di
Gedung Pemerintahan. Jakarta:USAID Indonesia,
Tingkat Daya Maks
Fungsi 2014
Lantai Pencahayaan (Lux) (W/m2)
ruangan
Hasil SNI Hasil SNI [4] Badan Standardisasi Nasional. SNI 03- 6196-2000,
Dosen Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung.
260 300 1.92 12
C104 Jakarta: BSN. (ID): Departemen Pendidikan
1
Dosen Nasional, 2004.
260 300 2.13 12
C110
Dosen [5] Illahi, S. N., Priatna, E., & Hiron, N. (2020).
260 300 1.92 12 Analisis Konservasi Energi Pada Sistem
C204
2 Pencahayaan Dan Sistem Pendingin Di Kantor
Dosen
260 300 2.13 12
C210 Sekretaris Daerah Kabupaten Garut. Journal of
Energy and Electrical Engineering, 1(2).
Selain itu, ada beberapa kegiatan konservasi yang telah
[6] Badan Standarisasi Nasional. SNI 6197:2011
dilakukan oleh pihak gedung secara sadar atau tidak
Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan.
sadar, yaitu dengan menyalakan lampu selang seling
seperti Gambar 4, mematikan lampu saat jam 10 Jakarta: BSN, 2011.
malam keatas dan hanya menggunakan lampu pada
lantai 1 ketika malam hari, semua kegiatan [7] Ministry of Power India. Best Practice Manual –
pembersihan dilakukan sebelum jam 10 malam. Di Lighting. India: Bureau of Energy Efficiency, 2005.
himbau pada malam hari, jangan meninggalkan
ruangan sementara lampu menyala dan alat elektronik [8] Badan Standarisasi Nasional. SNI 7062:2019
lainnya tidak dalam keadaan mati karena Pengukuran Intensitas Pencahayaan ditempat kerja.
meningkatkan pemborosan listrik. Jakarta: BSN, 2019.

BIOGRAFI PENULIS
Khoirun Naimah, Lahir di Sumber
Agung, 7 Juni 1996. Riwayat
Pendidikan D4 Teknik Energi
Politeknik Negeri Sriwijaya dan S2
Ketahanan Energi Universitas
Pertahanan Indonesia. Saat ini bekerja
sebagai Dosen Teknik Sistem Energi
Institut Teknologi Sumatera, dengan
fokus penelitian pada kelompok
keilmuan manajemen dan audit energi
(konservasi energi). Paper ini ditulis bersama dengan
Gbr 4 Salah satu program konservasi energi
Mahasiswa Teknik Sistem Energi Institut Teknologi
Sumatera.

JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING (JEEE) 5


Vol. 02, No. 02, April, 2021

Anda mungkin juga menyukai