Pass Sss
Pass Sss
Menurut etimologi, Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon,
bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan
Panembahan Ratu di Cirebon.
Lukisan ini sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa kaligrafi (tulisan yang
berasal dari cuplikan Ayat Al Qur’an dan Hadist) dan wayang.
Menurut para ahli. Menurut salah satu seniman lukis kaca Dian Mulyadi mengatakan, seni
lukis kaca adalah seni melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa
dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias motif Mega Mendung dan Wadasan
yang kita kenal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lukisan kaca adalah cat buram dilapisi di
bagian belakang kaca pelat transparan berlawanan arah dengan yang biasa, dan gambar
digambar serta dilihat dari depan. Melukis di atas barang pecah belah dengan teknik seperti
memanggang sudah dipraktikkan sejak zaman Romawi pada Abad Pertengahan, namun
pembentukan teknik lukis kaca didirikan dengan menyelesaikan metode pembuatan awal kaca
lembaran transparan dan menetapkan teknik lukisan cat minyak14. Itu dianggap setelah abad.
Karya- karya awal menggambarkan subjek religius dan digunakan untuk penyembahan
individu dan gereja, tetapi di Belanda setelah abad ke-17 dan Inggris Raya setelah abad ke-18,
lukisan bergenre, lukisan pemandangan, dan potret adalah subjek non-religius. Banyak yang
ditarik. Selain itu, di bagian tengah dan timur benua Eropa dan pantai Mediterania, secara
aktif dibuat dari abad ke-18 hingga paruh pertama abad ke-19, dan di Bavaria,
30.000 hingga 40.000 karya ditarik setiap tahun dan diekspor ke lingkungan untuk melindungi
diri Anda dari bencana. Itu disebarluaskan sebagai salah satu kepercayaan. Namun, karena
produksi massal, teknik ini berangsur- angsur dirasionalkan, dan menjadi gaya lukisan populer
dengan pola yang sama.
2. Perkembangan Lukis Kaca di Indonesia :
Pada Warna Warni edisi kali ini kami akan mengajak Anda untuk
mengetahui pesona seni lukis kaca. Kaca merupakan salah satu media lukis
yang jarang dipilih oleh pelukis. Seni Lukis Kaca adalah lukisan
menggunakan kaca sebagai bidang gambar dan cara melukisnya pun
menggunakan prinsip terbalik. Lukisan dimulai dengan membuat pola,
kemudian mewarnai bagian belakang kaca menggunakan cat dengan kadar
minyak sesedikit mungkin. Lukisan Kaca memberikan sensasi visual yang
menarik dan menawarkan cara melihat yang berbeda dibandingkan ketika
melihat karya dengan medium lain semisal kanvas.
Seni lukis kaca di Indonesia berkembang sejak masa Wali Songo atau 9
Wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sejak abad 17 Masehi
silam, seni lukis kaca telah dikenal dan berkembang di Cirebon. Saat itu
jenis gambar pada seni lukis kaca hanya ada dua yaitu gambar wayang dan
kaligrafi. Ciri khas
lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon. Ada 42
jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khususnya Sunan
Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah
satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan lafadz dua kalimat
syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi
pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah muncul seni lukis kontemporer pada tahun 70-an, masyarakat di
luar Cirebon mulai mengenal seni lukis kaca. Sebagian besar pelukis kaca
Cirebon pernah melakukan pembersihan diri agar karya lukisannya
mempunyai nilai-nilai yang lebih dari pada sekedar lukisan. Setiap daerah
mempunyai tradisi dan kepercayaan yang berbeda, ini menandakan bahwa
budaya Indonesia beragam. Terlepas dari semua itu, fenomena lukisan
Cirebon ini merupakan budaya, sebuah karya seni bangsa yang harus di
jaga dan diwariskan kepada anak cucu kita. Dan dengan pernah
dieksportnya lukisan kaca Cirebon ke Korea, Belanda dan Dubai
membuktikan bahwa bangsa Indonesia kaya akan budaya. Untuk
mempopulerkan kembali seni lukis kaca, empat orang pelukis kaca Ketut
Santosa dari Bali, Hadi Koco (Surabaya), Rina Kurniyati (Yogyakarta),
dan Nugroho (Magelang) menggelar pameran seni lukis kaca. Pameran
yang bertajuk “Penjinak Kaca” ini digelar di Tembi Rumah Budaya,
Yogyakarta. Pameran ini menampilkan 50 lukisan kaca dan akan
berlangsung pada 11 Juli hingga 11 Agustus 2014. Empat pelukis ini
terlahir dengan cara kerja yang berbeda dalam perkembangan seni lukis
kaca di Indonesia. Mereka tidak melawan arus tetapi berupaya
menciptakan kawasan kreatifnya tersendiri. Selain itu, karya empat pelukis
ini adalah gambaran seni lukis kaca kontemporer Indonesia.
Mereka akan menyajikan perkembangan terbaru lukisan kaca di Indonesia
dengan kuratornya adalah Mikke Susanto. Suasana keterbukaan dan
demokratisasi medium dalam perkembangan seni rupa telah membuka
peluang terjadinya berbagai terobosan dalam karya seni lukis kaca.
Pameran Lukisan Kaca selain menjadi irisan terbaru perkembangan seni
lukis kaca, juga bisa dianggap sebagai bagian dalam perkembangan seni
rupa kontemporer Indonesia. Banyak yang menganggap lukisan kaca di
Indonesia mengalami kemunduran. Akan tetapi, di tangan para
pelukis muda itu lukisan kaca berkembang melampaui kebiasaan,
konvensi, dan proses teknik yang selama ini terjadi.
Contohnya :