Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application e-ISSN No.

Program Studi D4 Teknik Perpipaan – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Analisa Pengaruh Kavitasi pada Control Valve Terhadap Getaran


pada Pipa Continous Blowdown

Achmad Irfan Khoharudin Syah1*, Muhammad Shah2, Nora Amelia Novitrie3

Program studi D-IV Teknik Perpipaan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,
Indonesia1*
Program studi D-III Teknik Permesinan Kapal, Jurusan Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya, Indonesia2
Program studi D-IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia 3

E-mail: [email protected]* ; [email protected]* ; [email protected]*

Abstract – Vibration in piping systems is a problem that often occurs. The vibration is not only caused
by the increasing of the flowrates (Flow Induced Vibration), but there are other things cause vibration
such as cavitation, high frequency acoustic excitation, mechanical excitation and pulsation. On this
research will be done analysis of the pipe that links between steam drum and blowdown drum that
vibrates because the fluid flow through it by using Ansys simulation. Based on calculations made,
obtained maximum stress von mises from modeling software ANSYS to each openings 5%, 10% and
15% is of 23802.14 Psi, Psi 21397.42 and 18154.37 Psi. The value of these three openings only 15%
which is still in the allowable limits based on ASME B31.3 i.e. of 20015.20 Psi. While the value of the
natural frequency of the respective openings 5%, 10% and 15% is 4.5315 Hz, 4.4222 Hz, 4.3352 Hz.
Each value of the natural frequencies satisfy the limits of consent based on the standards of the DNV-
RP-D101, i.e. no less than 4-5 Hz. From the analysis and modelling undertaken can be inferred that
the valve openings of 15% is the most secure openings in terms of voltage and frequency naturally.

Keyword: Ansys 17.2, cavitation, control valve, natural frequencies, modal analysis

Nomenclature acoustic excitation, Mechanical Excitation dan


X Fasa Fluida Pulsation. Kavitasi terjadi karena terbentuknya
Re Angka Reynold gelembung-gelembung uap akibat penurunan
V Kecepatan Fluida (m/s) tekanan. Bila penurunan tekanan ini sampai
D Density of fluid (kg/𝑚3 ) dibawah tekanan uap jenuhnya maka akan
Hf Entalphy Fluida (Kj/Kg) menyebabkan terbentuknya gelembung-
Hg Entalphy Gas (Kj/Kg) gelembung uap, lalu berkembang dan bergerak
mengikuti aliran zat cair sampai ke daerah
1. PENDAHULUAN tekanan yang lebih tinggi, selanjutnya gelembung
PT.P adalah salah satu perusahaan yang uap tersebut akan pecah akibat tekanan
bergerak dalam produksi pupuk yang terkenal di sekelilingnya.
Indonesia. Perusahaan ini memiliki beberapa Objek tugas akhir ini adalah pipa blowdown
plant dengan masing masing proses yang berbeda. dari V-0201 menuju ke V-0211 di Pabrik 1A
Sebagai perusahaan kimia, PT.P memproduksi PT.P. Blowdown ini adalah jenis continous
ammonia dan urea sebagai produksi utama. Pupuk blowdown,yaitu blowdown yang secara otomatis
urea sebagai core bisnis utama PT.P diproduksi akan beroperasi jika air sudah melebihi batas
dari reaksi synthesis ammonia (NH3) dan CO2. maksimum atau jika kualitas air umpan tidak baik.
Kapasitas produksi ammonia sebesar 1,85 juta Besarnya flowrate dari operasi pipa ini diatur oleh
ton/th. Proses reaksi pembentukan ammonia dari control valve yang telah di setting manual dengan
bahan baku Gas Alam dan udara. Proses produksi bukaan tertentu. Di lapangan pipa ini terlihat
pupuk tersebut tidak lepas dari penggunaan piping bergetar, diindikasi bahwa getarn ini akibat
system. Piping system adalah suatu sistem adanya kavitasi karena penurunan tekanan pada
perpipaan yang mengintregrasikan suatu control valve. Pada tugas akhhir ini akan
peralatan dengan peralatan yang lain digunakan menganalisa pengaruh kavitasi terhadap getaran
untuk mentransfer fluida. pipa dengan pemodelan software dengan 3
Dalam sistem perpipaan vibrasi merupakan kondisi variasi bukaan valve 5%, 10% dan 15%.
masalah yang sering terjadi. Vibrasi tidak hanya Dari variasi tersebut akan dapat dibandingkan
disebabkan oleh peningkatan flowrates (Flow kondisi pipa akibat aliran dari masing-masing
Induced Vibration) tetapi ada hal-hal lain bukaan valve
penyebab vibrasi seperti kavitasi, high frequency

277
Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application e-ISSN No.
Program Studi D4 Teknik Perpipaan – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

2. METODOLOGI Reynold di mana bilangan ini tergantung pada


2.1 Metode Penelitian kecepatan fluida,kerapatan, viskositas,dan
Didalam penelitian ini di perlukan data-data diameter. Aliran dikatakan laminar jika partikel-
untuk perhitungan. Data-data di dapat dari data partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti
teknis dan data lapangan. Berikut ini adalah lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan
diagram proses pengerjaan tugas akhir dapat kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila
dilihat pada Gambar 2 dibawah ini kecepatan kecil dan atau kekentalan besar.
Mulai Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida
bergerak mengikuti lintasan sembarang di
Identifikasi dan
perumusan masalah
sepanjang pipa dan hanya gesekan rata-rata saja
yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi
Studi literatur: Studi Lapangan:
1. analisa kavitasi pada pipa
2. Ansys 17.2
Hasil pengukuran langsung di
lapangan oleh penulis
apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair
3. ASME B31.3
4. DNV-RP101
kecil. Bilangan Reynold dinyatakan dalam
persamaan 2.1.
Penentuan Topik 𝜌Ѵ𝐷 Ѵ𝐷
Tugas Akhir Re = 𝜇 = ѵ (1)
Data Sekunder: Data Primer:
PNID dan Layout Plant Foto pipa eksisting
Pengumpulan data
Data operasi vessel Hasil pengukuran pipa
Berdasarkan percobaan aliran di dalam pipa,
Reynold menetapkan bahwa untuk bilangan
Menentukan Rezim
Aliran
Reynold di bawah 2000 (Re < 2000), gangguan
aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair
maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi
Nilai Reynold
NO
>4000
turbulen apabila bilangan Reynold lebih besar
dari 4000 (Re > 4000). Apabila bilangan Reynold
YES
berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re <
A
4000) disebut aliran transisi. Bilangan Reynold
pada kedua nilai di atas (Re = 2000 dan Re =
4000) disebut dengan batas kritis bawah dan atas.

2.3 Fase Fluida


1.
Fase suatu fluida dapat di ketahui dengan
membacanya melalui diagram T-s. Setiap fluida
2. memiliki diagram T-s yang berbeda. Diagram T-
s adalah diagram yang menggambarkan
3. hubungan antara temperatur (T) dengan entropi
(s) fluida pada kondisi tekanan,entalpi,fase dan
4. massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s
terdapat besaran-besaran tekanan,massa jenis,
5. temperatur, entropi, entalpi, dan fase fluida. Pada
tugas Akhir ini akan dianalisa fluida 2 fase yaitu
6. liquid dan vapor (uap). Kadar uap dalam
campuran fluida disebut faktor kebasahan atau
7. sering disingkat dengan huruf X (Yuanita, 2017).
besar faktor kebasahan dapat dihitung dengan
8. mengunakan rumus :

9. ℎ𝑔(𝑡) − ℎ𝑓 𝑠𝑔(𝑡) − 𝑠𝑓
X= = (2)
ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑓𝑔
10.
2.4 Kavitasi
Gambar 1. Proses Tengerjaan Tugas Akhir Kavitasi didefinisikan sebagai pembentukan
uap dalam suatu aliran fluida sebagai akibat
2.2 Rezim Aliran Fluida turunnya tekanan pada saat temperature
Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis konstan.Fenomena ini sangat berbahaya dan
yaitu aliran laminar, aliran transisi, dan aliran diketahui sebagai fenomena yang bersifat
turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil merusak pada bagian-bagian penting instrumen
eksperimen yang dilakukan oleh Osborne dalam sebuah proses diantaranya kontrol valve
Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan yang bila sangat tinggi akan mengakibatkan valve
aliran menjadi 3 jenis. Jika fluida mengalir menjadi getas dan akhirnya pecah. (Agustiyan,
melalui sebuah pipa berdiameter, d, dengan 2012)
kecepatan rata-rata. V,maka didapatkan bilangan

278
Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application e-ISSN No.
Program Studi D4 Teknik Perpipaan – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

3. HASIL DAN PEMBAHASAN phase interaction cavitation. Untuk viscosity di


Analisa aliran fluida menggunakan pilih k-epsilon, realizable dan enhance wall
software ANSYS Fluent dengan data-data pada treatment. Material yang di pilih adalah water dan
Tabel 1 sebagai berikut: water vapor. Boundary condition pada inlet
menggunakan pressure inlet sebesar 124 bar ,
Tabel 1. Tabel Data operasi sedangkan pressure outletnya 0. Inialization yang
digunakan adalah metode hybrid, sedangkan
Keterangan Nilai
calculation methode menggunkan coupled. Pada
Material A106 B
simulasi ini iterasi dilakukan sebanyak 1000
NPS 2"
iterasi dengan time step 0.1 dan number of time
OD 60.325 mm 2.375 inch step 2.
ID 42.8498 mm 1.687 inch Setelah simulasi fluent pada control valve
Thickness 8.7376 mm 0.344 inch berhasil dilakukan, langkah selanjutnya adalah
Sch 160 menggambar geometri pipa yang bergetar pada
Operating Temperature 1 615.2 F 324 C simulasi fluent yang kedua. Setup fluent kali ini
Operating Temperature 2 302 F 150 C menggunakan velocity dan volume fraction hasil
Operating Pressure 1 11767.98 kPa dari fluent yang pertama. Setelah fluent yang
Operating Pressure 2 3800 kPa kedua berhasil dilakukan, langkah selanjutnya
Ambient Temperature 25 C adalah membuat link geometry fluent menuju
SMYS 20000 psi static structure dan parameter setup static
Young Modulus 294499225.5 psi structure dari solution fluent. Pada model static
rho pipe 7833 kg/m
3
- lbm/inch
3 structure geometry fluida harus di suppress, jadi
rho fluid 658 kg/m3 - lbm/inch3 hanya geometri pipa saja yang tampak pada
Corrosion Allowance 1.7 mm pemodelan. Load pemodelan static structure ini
rho water 998 kg/m3
menggunakan pressure load dari fluent yang telah
Flowrate 15 𝑚3 𝑚 di hubungkan. Langkah selanjutnya adalah import
pressure dan solve. Setelah berhasil lihatlah
equivalent stress (von mises) pada pipa dan
3.1 Perhitungan Fase Fluida
deformasinya. Hal ini dilakukan untuk langkah
1. Mencari nilai ℎf dan ℎg
selanjtnya yaitu modal analysis.
ℎf adalah nilai enltaphy fluida (saturated liquid Setelah static structure dilakukan, bukalah
"f") pada tekanan P. sedangkan ℎg adalah nilai worksheet modal analysis, kemudian hubungkan
enltaphy fluida (saturated Vapour "g") pada geometry, model dan solution dari static structure
tekanan P. Dari tabel 4.3 diatas didapatkan pada modal analysis. Di mechanical worksheet
nilai: modal analysis lihatlah hasil dari frekuensi
ℎf = 1507,4532 kJ/kg naturalnya dengan melakukan solving.
ℎg = 2676,7432 kJ/kg 3.3 Geometry
1. Potensi terbentuk 2 fase fluida Dalam simulasi ini terdapat 2 geometri
h > ℎf < ℎg : Terbentuk 2 fase berbeda di masing-masing variasi 5%, 10% dan
h > ℎf , ℎf < ℎg : Terbentuk 1 fase 15%, yaitu geometry valve dan geometri pipa
Pada kasus ini, berpotensi terbentuk 2 fase yang bergetar. Geometri dapat dilihat pada
fluida. Gambar 2 dan Gambar 3 berikut ini.
2. Mencari nilai persentase dari 2 fase
fluida yang terbentuk
𝑘𝐽 𝑘𝐽
2676,7432 − 1507,4532
𝑘𝑔 𝑘𝑔
X= 𝑘𝐽 𝑘𝐽
1507,4532 + 2676,7432 ( )
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 0.279 ≈ 27.9 %
Dari perhitungan menunjukkan bahwa
terbentuk 2 fase.
Gambar 2. Geometri Control Valve
3.2 Prosedur Simulasi dan Setup Perhitungan
Frekuensi Natural
Simulasi ini dimulai dengan menggambar
geometri valve berukuran 2” dengan Panjang pipa
inlet 1.1 m dan pipa outlet 2.6m menggunakan
design modeler. Kemudian dilakukan meshing
dengan metode tetrahedral dengan jumlah
element antara 4.5 x 105 sampai 9 x 105. Setup
fluent dilakukan dengan metode pressure based, Gambar 3. Geometri pipa getar
transient dengan multiphase mixture dengan

279
Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application e-ISSN No.
Program Studi D4 Teknik Perpipaan – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

3.4 Meshing 401.50 18154 4.335 24.76 2.69434


15%
Setelah geometri selesai dikerjakan 79694 .37 2 1 1x10-6
kemudian pada objek yang dihasilkan dilakukan
proses meshing atau membagi objek menjadi 4. KESIMPULAN
bagian-bagian kecil agar dapat dilakukan analisis Dari hasil pemodelan ini dapat
dengan CFD. Ukuran mesh yang terdapat pada disimpulkan bahwa bukaan 15% adalah bukaan
suatu objek akan mempengaruhi ketelitian yang paling aman. Hal itu dapat dilihat dari segi
analisis CFD. Semakin kecil ukuran mesh pada tegangan von mises yang masih di dalam batas
suatu objek maka hasil yang didapatkan akan allowable yaitu 20000 Psi (ASME, 2012) dan
semakin teliti. Ukuran mesh yang kecil frekuensi natural yang masih di dalam batas
membutuhkan daya komputasi dan waktu yang allowable yaitu di atas 4Hz (DNV-RP-D101,
lebih lama dibandingkan dengan objek yang 2008)
memiliki ukuran mesh lebih besar. Oleh karena
itu, besaran ukuran mesh harus diatur sedemikian 5. UCAPAN TERIMAKASIH
rupa agar dapat diperoleh hasil yang teliti dan Penulis ingin mengucapkan terima kasih
diusahakan daya komputasi yang tidak terlalu kepada pihak yang telah membantu dalam
besar. Adapun hasil meshing pada analisa tahap 1 pembuatan penelitian ini. Pihak yang dimaksud
ditunjukkan pada Gambar 4 dibawah ini. adalah:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan materi, motivasi, kasih sayang,
do’a, dan nasehat hidup bagi penulis.
2. Istri penulis tercinta Rizka Nozy Ambarwati
yang selalu memberikan dukungan dan doa
selama pengerjaan tugas akhir.
3. Bapak Muhammad Shah, selaku dosen
pembimbing I yang selalu memberi
pengarahan dan bimbingan selama
pengerjaan tugas akhir.
4. Ibu Nora Amelia Novitrie, selaku dosen
pembimbing II yang selalu memberi
Gambar 4. Hasil meshing valve pengarahan dan bimbingan selama
pengerjaan tugas akhir.
Hasil dari meshing tersebut dapat dilihat dari 5. Pembimbing dari PT.PKT Bontang yang
Tabel 2 dibawah ini: namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
6. Keluarga besar program studi Teknik
Tabel 2. Tabel Hasil Meshing
Perpipaan, Politeknik Perkapalan Negeri
Application Domain Nodes Element Surabaya.
Fluid_Flow_v 14884
Fluent 778216 6. DAFTAR PUSTAKA
olume 4
Fluid_Flow_ 22977 [1] Agustiyan, D. A. (2012). Simulasi Kavitasi
Fluent 564742
Volume 0 Pada Kontrol Valve . Surabaya: ITS
10791
Mecahnical Pipe_Surface 15405 [2] ASME. (2012). ASME B31.3 Process
0
Piping.USA: ASME.
3.5 Result
Hasil akhir dari pemodelan fluent, static [3] DNV-RP-D101. (2008). Structural Analysis
structure dan modal analyzis adalah berupa of Piping System. Deutch: DNV.
Tegangan von mises dan frekuensi natural. Hasil
dari simulasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini [4] Yuanita, I. (2017). Analisa Pengaruh Flow
Induced Turbulence . Surabaya: PPNS.
Tabel 3. Tabel Hasil Pemodelan

Kon Tegangan von Frekuensi


disi mises (Psi) Natural (Hz)
Volume
buk Minim Maxi Mini Maxi
Fractio
aan um mum mum mum
n (m3)
vak
ve
467.60 23802 4.531 25.36 0.00195
5%
16665 .14 5 3 5837
431.96 21397 4.422 24.95 5.41971
10%
54434 .42 2 3 4x10-6

280

Anda mungkin juga menyukai