Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

INDONESIAN TREASURY REVIEW

JURNAL PERBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN


PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Alamat Korespondensi: [email protected]

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Regional finance is an integral part of the state's finance in the
Diterima Pertama allocation of economic resources, equitable development and the
9 Oktober 2017 creation of economic, social and political stability. The role of
regional finances are becoming more important, because of the
Dinyatakan Diterima limited funds that can be transferred to the local government in
28 Maret 2018 form of subsidies and support. Other than that, because of the
increased of local problem’s complexity faced by local authority,
KATA KUNCI: the solutions require active participation from the people in the
The Level of Regional Financial region. This study aims to analyze the level of local financial
Independence, PAD, Strategy for Improve autonomy, by measuring the performance of local financial
Financial Performance, Otonomi, Fiscal management, by using the ratio of local financial autonomy, the
ratio of financial ability, and the ratio of PAD effectiveness and
Stress,
formulate strategies to find solutions, and to improve financial
performance. The results of financial performance analysis of East
KLASIFIKASI JEL:
Kalimantan Province showed good results if it being viewed from
H11
the level of independence, level of ability, and level of effectiveness.
Further analysis results shows that PAD has a positive and
significant effect on financial performance. While DAPER, PMA
PMDN have no effect. Based on AHP results, the strategy priority
that should be done is to do service innovations.

Keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari


keuangan negara dalam pengalokasian sumber-sumber ekonomi,
pemerataan pembangunan, serta menciptakan stabilitas
ekonomi, sosial, dan politik. Peranan keuangan daerah menjadi
semakin penting karena adanya keterbatasan dana yang dapat
dialihkan ke Pemerintah daerah dalam bentuk subsidi dan
bantuan. Selain itu, juga karena semakin kompleksnya persoalan
yang dihadapi daerah, yang pemecahannya membutuhkan
partisipasi aktif dari masyarakat di daerah. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat kemandirian keuangan
daerah dengan mengukur kinerja pengelolaan keuangan daerah
dengan menggunakan rasio kemandirian keuangan daerah, rasio
kemampuan keuangan dan rasio efektivitas PAD selama periode
2009-2016, serta merumuskan strategi untuk menemukan solusi
dan memperbaiki kinerja keuangan. Hasil analisis kinerja
keuangan Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan hasil yang
baik bila dilihat dari tingkat independensi, tingkat kemampuan,
dan tingkat efektivitas. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan
bahwa PAD memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan. Sementara DAPER, PMA, dan PMDN tidak
berpengaruh. Berdasarkan hasil AHP diperoleh strategi prioritas
yang harus dilakukan adalah melakukan inovasi layanan.

Halaman 43
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 44 Agus Tri Sulistyo

1. PENDAHULUAN melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara


pembangunan, penyelenggara pemerintah, serta
1.1. Latar Belakang pelayan masyarakat. Padahal, penyelenggaraan
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah kegiatan pemerintahan daerah terus meningkat
dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan
dituntut untuk memiliki kemandirian keuangan bertambah.
daerah. Dengan adanya kemandirian keuangan, Kinerja keuangan adalah suatu ukuran
pemerintah daerah dapat mengurangi kinerja yang menggunakan indikator keuangan
ketergantungannya pada bantuan dari pemerintah (Sularso dan Restianto, 2011). Salah satu alat
pusat dan provinsi melalui dana perimbangan. untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah
Namun jika keuangan daerah sudah sangat dalam mengelola keuangan daerahnya adalah
mandiri, bukan berarti daerah sudah tidak perlu dengan melakukan analisis rasio keuangan
mendapatkan dana perimbangan. Dana terhadap APBD (Halim dan Kusufi, 2012). Analisis
perimbangan masih tetap diperlukan untuk rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan
mempercepat pembangunan di daerah. membandingkan hasil yang dicapai dari satu
Otonomi daerah menghendaki dua aspek periode dibandingkan dengan periode sebelumnya
kinerja keuangan yang lebih baik. Aspek pertama sehingga dapat diketahui bagaimana
yakni terkait desentralisasi fiscal, bahwa daerah kecenderungan yang terjadi.
diberi kewenangan mengurus pembiayaan daerah Pengelolaan keuangan yang dituangkan
dengan kekuatan utama pada kemampuan dalam APBD mencerminkan kemampuan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Aspek kedua yaitu pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan
terkait manajemen pengeluaran daerah, bahwa tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan
pengelolaan keuangan daerah harus lebih pelayanan sosial masyarakat. APBD merupakan
akuntabel dan transparan yang menuntut daerah kebijakan yang utama bagi Pemerintah daerah.
agar lebih efisien dan efektif dalam pengeluaran Sebagai kebijakan, APBD mendukung posisi sentral
daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dalam upaya pengembangan kapabilitas dan
dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau efektivitas Pemerintah Daerah. APBD sebagai salah
memenuhi prinsip value for money serta satu instrumen ekonomi dalam keuangan daerah,
partisipatif, transparansi, akuntabilitas, dan prosesnya tidak terlepas dari tema desentralisasi
keadilan akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai instrument kebijakan, APBD
ekonomi serta kemandirian suatu daerah. mendukung posisi sentral dalam upaya
Daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan pengembangan kapabilitas dan efektivitas
baik berarti daerah tersebut memiliki kemampuan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, pengelolaan
keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi keuangan daerah sangatlah penting dan perlu
daerah. APBD pada hakekatnya merupakan salah mendapat perhatian yang lebih agar sumber daya
satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat keuangan dikelola sesuai dengan prinsip ekonomis,
untuk meningkatkan pelayanan umum dan efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
kesejahteraan masyarakat di daerah sesuai dengan
tujuan otonomi daerah. APBD memiliki peran Tabel 1. Pendapatan APBD Kalimantan Timur
penting sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi Tahun 2013-2016 (milyar Rp)
sumber daya publik, perencanaan dan No Tahun 2013 2014 2015 2016
pengendalian organisasi serta penilaian kinerja
1. Pendapatan 11.631 11.258 9.456 7.987
(Mahmudi, 2010). Penilaian kinerja APBD sangat
penting dalam kerangka menuju penguatan 2. PAD 5.885 6.663 4.951 4.031
otonomi daerah dengan new game dan new rule- 3. Dana
5.335 4.253 4.024 3.941
Transfer
nya (Mardiasmo, 2002).
Sumber : BPKAD Provinsi Kalimantan Timur (data diolah, 2017)
Di sebagian besar negara berkembang,
termasuk Indonesia, atau dalam skala regional Tabel 1 menggambarkan bahwa pendapatan
Kalimantan Timur, sektor primer masih menjadi pada APBD tahun anggaran 2015 di Kalimantan
sektor tumpuan dalam pencapaian tingkat Timur mengalami penurunan dibandingkan APBD
PDB/PDRB. Sektor primer, terutama tahun anggaran sebelumnya. Penurunan
pertambangan, sangat menggantungkan pada pendapatan tersebut disebabkan oleh
ketersediaan SDA yang memang tersedia cukup berkurangnya Pendapatan Asli Daerah dan Dana
melimpah. Sektor pertambangan yang merupakan Transfer. Dana Transfer merupakan dana dari
sektor unggulan mampu menopang pertumbuhan Pemerintah Pusat yang berupa Dana Bagi Hasil
perekonomian di wilayah Kalimantan Timur. (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Masalah merosotnya harga batu bara bagi Alokasi Khusus (DAK).
pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
mengakibatkan menurunnya kemampuan desentralisasi fiskal, kinerja pemerintah sangat
pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 45

suatu pemerintahan di era otonomi daerah dapat keuangan pemerintah daerah pada lima provinsi
dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah se-Sumatera bagian selatan.
dicapai. Salah satu bentuknya adalah kinerja Penelitian Haryadi (2002) menunjukkan
anggaran. Anggaran merupakan komponen penting fiscal stress (tekanan keuangan) secara signifikan
yang menjadi perhatian publik karena memiliki berpengaruh terhadap kinerja keuangan
peran penting sebagai alat stabilisasi, distribusi, Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur
alokasi sumber daya publik, perencanaan, dan sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Hasil dari
pengendalian organisasi, serta penilaian kinerja penelitian tersebut adalah tingkat kemampuan
(Mahmudi, 2006). Penilaian kinerja APBD sangat pembiayaan daerah sebelum krisis relatif lebih
penting dalam kerangka menuju penguatan besar dibandingkan sesudah krisis. Dari segi
otonomi daerah dengan new game dan new rule- kemampuan mobilisasi, daerah relatif lebih baik
nya (Mardiasmo, 2002). sesudah krisis, sedangkan dari segi tingkat
Analisis rasio keuangan telah banyak ketergantungan secara relatif menunjukkan
digunakan oleh sektor swasta, sedangkan pada perkembangan yang positif sesudah krisis.
lembaga publik penggunaannya masih terbatas. Penelitian lain dilakukan oleh Andayani
Padahal dari hasil analisis dapat diketahui tingkat (2004). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
kinerja pemerintah daerah dan hasil analisis bahwa terjadi perubahan rata-rata pendapatan dan
tersebut diharapkan dapat dijadikan suatu acuan belanja daerah kabupaten/kota sebelum dan
untuk meningkatkan kinerjanya dari tahun ke sesudah adanya krisis. Pada masa krisis ekonomi,
tahun. Pengukuran kinerja keuangan daerah sangat rata-rata pendapatan dan belanja daerah
penting untuk menilai transparansi dan kabupaten/kota mengalami penurunan yang
akuntabilitas/ pertanggungjawaban laporan signifikan. Penerimaan daerah yang tidak stabil
realisasi anggaran pemerintah daerah dalam selama krisis ekonomi menyebabkan adanya
melakukan pengelolaan keuangan daerah. Salah kondisi fiscal stress, sehingga terjadi penurunan
satu alat untuk menganalisis kinerja Pemerintah rata-rata pendapatan dan belanja daerah.
Daerah dalam mengelola keuangan daerahnya
1.3. Tujuan Penelitian
adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD (Halim dan Kusufi, 2012). Analisis Berdasarkan latar belakang dan penelitian
rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan terdahulu, tujuan yang ingin dicapai dalam
membandingkan hasil yang dicapai dari satu penelitian ini adalah merumuskan strategi
periode dibandingkan dengan periode sebelumnya peningkatan kinerja keuangan Pemerintah Provinsi
sehingga dapat diketahui bagaimana Kalimantan Timur.
kecenderungan yang terjadi.
1.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
2. KERANGKA TEORI
Susantih dan Saftiana (2009) pada
penelitiannya yang berjudul “Perbandingan 2.1. Keuangan Daerah
Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Keuangan daerah mempunyai arti yang
Se-Sumatera Bagian Selatan” menggunakan sangat penting dalam rangka pelaksanaan
indikator penelitian berupa kemandirian, Pemerintahan dan kegiatan pembangunan melalui
efektivitas, dan aktivitas keuangan daerah pada pelayanan kemasyarakatan di daerah. Oleh karena
lima provinsi se-Sumatera bagian selatan. Hasil itu, keuangan daerah diupayakan untuk berjalan
analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan secara berdaya guna dan berhasil guna. Secara
daerah Provinsi Lampung memiliki peringkat konseptual, munculnya otonomi daerah telah
tertinggi yaitu 63,81% dan Provinsi Bengkulu memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
memiliki peringkat terendah, yaitu 49,22%. Hasil mengatur dan mengurus sumber-sumber
analisis kemandirian menunjukkan bahwa Provinsi penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan
Lampung memiliki peringkat tertinggi yaitu Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah
50,11%. Begitu juga dengan analisis efektivitas dan sumber-sumber penerimaan lainnya.
keuangan daerah Provinsi Lampung, yang berada
di peringkat tertinggi yaitu 132,17%. Hasil analisis 2.2. Kinerja Keuangan Daerah
aktivitas keuangan daerah berdasarkan keserasian Kinerja merupakan pencapaian atas apa
keuangan daerah menunjukkan bahwa Provinsi yang direncanakan, baik oleh individu maupun
Sumatera Selatan memiliki nilai rasio belanja organisasi. Secara sederhana, kinerja seseorang
aparatur daerah terendah yaitu 32,43% dan nilai atau organisasi dikatakan baik apabila hasil yang
rasio pelayanan publik tertinggi yaitu 40,52%. dicapai sesuai dengan target yang direncanakan.
Sementara itu, hasil analisis uji beda Kolmogorov Apabila pencapaian melebihi target, maka kinerja
Smirnov Test menunjukkan secara rata-rata nilai dikatakan sangat baik, sedangkan apabila lebih
asymp sig sebesar 0,859. Hal ini berarti bahwa rendah dari target maka dapat dikatakan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja kinerjanya buruk.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 46 Agus Tri Sulistyo

Analisis kinerja keuangan pada dasarnya Tabel 2. Pola Hubungan Tingkat Kemandirian
dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu Keuangan Daerah
dengan melakukan berbagai analisis sehingga Kemampuan Rasio Kemandirian Pola Hubungan
diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas Keuangan (%)
entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif
berlanjut. Salah satu alat analisis kinerja Rendah > 25 – 50 Konsultatif
Sedang >50 – 75 Partisipatif
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
Tinggi >75 – 100 Delegatif
daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio Sumber : Halim, 2007
keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan
dan dilaksanakannya. Beberapa rasio keuangan 2.4. Rasio Kemampuan Keuangan Daerah
yang dapat digunakan untuk mengukur Rasio Kemampuan Keuangan Daerah adalah
akuntabilitas pemerintah daerah yaitu rasio kemampuan pemerintah daerah dalam rangka
kemandirian, rasio kemampuan, dan rasio meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
efektivitas PAD (Halim, 2007). membiayai pembangunan. Rasio Kemampuan
Penilaian kinerja keuangan daerah bertujuan Keuangan Daerah dihitung dengan cara
agar para pengelola keuangan tidak semena-mena membandingkan antara komponen Pendapatan
membelanjakan uangnya, tetapi menjadi lebih Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan
fokus terhadap target-target kinerja yang harus Daerah (TPD). Rasio ini menunjukkan derajat
dicapai. Pengukuran kinerja juga dapat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah.
dimanfaatkan untuk melihat ada tidaknya Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin
penyimpangan antara kinerja aktual dengan tinggi kemampuan Pemerintah daerah dalam
kinerja yang diharapkan. menyelenggarakan desentralisasi. Rasio ini
2.3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2010):
Rasio kemandirian digunakan untuk 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ (𝑃𝐴𝐷)
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = x 100%
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, Kriteria kemampuan keuangan daerah dapat
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat dikategorikan sebagaimana dalam Tabel 3.
yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Tabel 3. Tingkat Kemampuan Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh Rasio Kemandirian (%) Kriteria
besar kecilnya pendapatan asli daerah 0 – 10 Sangat Kurang
dibandingkan dengan pendapatan daerah yang >10 – 20 Kurang
berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan >20 – 30 Cukup
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman (Halim, >30 – 40 Sedang
2007). >40 – 50 Baik
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ (𝑃𝐴𝐷) >50 Sangat Baik
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 = x 100%
𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑃𝑢𝑠𝑎𝑡 + 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM, 1991

2.5. Rasio Efektivitas PAD


Pola hubungan antara Pemerintah pusat
dengan daerah lebih kepada bentuk pemberian Efektivitas adalah pengukuran keberhasilan
dukungan dan pengarahan, di mana tata hubungan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah
tersebut sebenarnya bersifat gradatif antara ditentukan. Efektivitas digunakan untuk mengukur
pengarahan yang dilakukan dengan tingkat upaya pungut PAD (tax effort) yang dilakukan oleh
kemandirian daerah. pemerintah daerah. Keberhasilan suatu daerah
Adapun pola hubungan dimaksud, dapat dalam melaksanakan roda pemerintahan, salah
dirinci sebagai berikut: satunya bisa diukur dengan efektivitas
1. Pola Tata Hubungan Instruktif: pengarahan pelaksanaan anggaran utamanya dalam mencari
lebih banyak dilakukan pemerintah pusat; sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal
2. Pola Tata Hubungan Konsultatif: pengarahan tersebut bisa diketahui dengan mengukur rasio
(campur tangan) pemerintah pusat mulai efektivitas PAD. Rasio ini dirumuskan sebagai
berkurang karena kemampuan daerah sudah berikut (Mahmudi, 2010):
mulai meningkat; 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐴𝐷
3. Pola Tata Hubungan Partisipatif: pengarahan 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐴𝐷 = x 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝐴𝐷
pemerintah pusat berkurang lebih banyak lagi
karena kemandirian daerah sudah cukup tinggi; Semakin tinggi nilai efektivitas
4. Pola Tata Hubungan Delegatif: pemerintah menunjukkan bahwa kemampuan Pemerintah
pusat sudah jauh mengurangi atau bahkan daerah dalam melakukan upaya pungut PAD yang
meniadakan campur tangannya dalam urusan semakin baik, dan sebaliknya. Adapun kriteria
otonomi daerah. untuk menetapkan efektivitas pengelolaan
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 47

keuangan daerah, diukur dengan kriteria penilaian Keterangan :


kinerja keuangan seperti dalam Tabel 4 berikut ini: KKD = Kinerja Keuangan Daerah (%)
PAD = Pendapatan Asli Daerah (Rp Juta)
Tabel 4. Kriteria Efektivitas PAD DAPER = Dana Perimbangan (Rp Juta)
Kinerja Keuangan (%) Kriteria PMA = Penanaman Modal Asing (US$)
>100 Sangat Efektif PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (Rp Juta)
100 Efektif β0 = Konstanta
90-99 Cukup Efektif β1, β2, β3 β4 = Koefisien Regresi
75-89 Kurang Efektif Ɛi = Koefisien Eror (error term)
˂ 75 Tidak Efektif
Sumber: Mahmudi, 2010. Maka dalam penelitian ini dikemukakan
hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak ada peubah bebas yang berpengaruh
3. METODE PENELITIAN nyata terhadap kinerja keungan daerah
H1: Minimal ada satu peubah bebas yang
3.1. Metode Pengolahan dan Analisis Data berpengaruh nyata terhadap kinerja
Data yang digunakan untuk dianalisis keuangan daerah
meliputi data primer dan data sekunder yang 3.2. Penentuan Strategi
diperoleh dari pihak-pihak terkait. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam Analitycal Hierarchy Process (AHP)
penelitian ini adalah melalui interview merupakan suatu analisis yang memungkinkan kita
(wawancara) dan kuesioner, yang dilakukan di untuk mengambil keputusan yang efektif atas
BPKAD Provinsi Kalimantan Timur. persoalan kompleks dengan jalan
Analisis data merupakan kegiatan yang menyederhanakan dan mempercepat proses
dilakukan untuk mengungkapkan makna dari data pengambilan keputusan yang alami (Saaty, 1993).
yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini, pertama Dalam merumuskan strategi kebijakan, kuesioner
kali akan dilakukan analisis deskriptif kinerja dan wawancara dilakukan kepada pejabat di
ekonomi dan kinerja keuangan daerah. Selanjutnya BPKAD Provinsi Kalimantan Timur dengan
untuk memperkuat analisis tersebut, dilakukan pemilihan sampel secara disengaja karena
analisis regresi linier berganda untuk faktor yang kepakaran terhadap masalah yang diteliti. Berikut
mempengaruhi kinerja keuangan di Pemerintah ini adalah beberapa proses yang harus dilakukan
Provinsi Kalimantan Timur. dalam analisis dengan AHP, yaitu sebagai berikut
Metode penelitian yang dilakukan dalam (Falatehan, 2016):
tulisan ini adalah metode campuran dengan 1. Identifikasi sistem dilakukan untuk
mengumpulkan data kuantitatif, dan setelah itu menentukan permasalahan
mengumpulkan data kualitatif untuk membantu 2. Penyusunan hierarki dilakukan dengan
menjelaskan atau mengelaborasi tentang hasil mengabstraksi komponen pada sistem.
kuantitatif selama periode 2009-2016. Data 3. Penyusunan matriks pendapat individu dan
kuantitatif memberikan gambaran umum tentang dilakukan melalui perbandingan berpasangan.
permasalahan tentang APBD dan diperlukan untuk 4. Penyusunan matriks pendapat gabungan
menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan 5. Melakukan sintesis yang digunakan untuk
gambaran kondisi perekonomian Kalimantan memperoleh perangkat prioritas.
Timur. 6. Pengukuran konsistensi terhadap pengambilan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier keputusan. Nilai konsistensi paling tinggi
berganda, akan diperoleh gambaran pengaruh adalah 10 persen.
antara variabel, dalam penelitian ini variabel Prinsip dasar dalam penyusunan strategi ini
dependen yang digunakan adalah pertumbuhan adalah menyusun hierarki, menentukan prioritas,
ekonomi dan variabel independen terdiri dari dan konsistensi logis. Metode Analitycal Hierarchy
Harga Batubara Internasional, APBD, Jumlah Process (AHP) dilakukan dengan menggunakan alat
Penduduk. Oleh karena itu, alat analisis yang akan bantu software Expert Choice 11.
digunakan untuk pengolahan data tersebut
menggunakan aplikasi Statistical Product and
Service Solution (SPSS).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan model regresi linier berganda
dalam penelitian ini adalah model logaritma 4.1. Analisis Kinerja Keuangan
natural sebagai berikut :
Analisis terhadap kinerja keuangan
KKD = β0 + β 1lnPAD + β 2lnDAPER + β 3 lnPMA + Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada
β4lnPMDN+ Ɛi dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja
keuangan di masa lalu. Dalam penelitian ini kinerja
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 48 Agus Tri Sulistyo

keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB); (4) Pajak Air
diukur dengan menggunakan analisis rasio Permukaan; dan (5) Pajak Rokok. Kelima jenis
keuangan daerah sebagai berikut: pajak tersebut tiap tahun mengalami fluktuasi
dalam pendapatannya, sehingga diperlukan
4.1.1. Analisis Rasio Kemandirian Keuangan
antisipasi dari SKPD yang bertugas memungut
Daerah
pajak tersebut.
Kemandirian keuangan Provinsi Kalimantan Tabel 6. Rasio Kemampuan Keuangan Daerah
Timur adalah kemampuan keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun
otonom tersebut dalam mendanai belanja Anggaran 2009-2016 (juta Rp)
daerahnya dari kemampuan sendiri, yaitu
Penghasilan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan Total
Total
Rasio Tingkat
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh Tahun Pendapatan
PAD (%) Kemampuan
Daerah
besaran Rasio Kemandirian seperti tampak pada
2009 2.208.309 5.348.926 41,29 Baik
Tabel 5.
2010 2.711.300 7.041.040 38,51 Sedang
Tabel 5. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
2011 4.503.239 9.819.129 45,86 Baik
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun
Anggaran 2009-2016 (Rp juta) 2012 5.409.449 11.904.245 45,44 Baik
2013 5.885.262 11.631.697 50,60 Sangat Baik
Rasio Pola
Tahun PAD DAPER 2014 6.663.113 11.285.828 59,04 Sangat Baik
(%) Hubungan
2009 2.208.309 3.122.061 70,73 Partisipatif 2015 4.951.195 9.465.961 52,31 Sangat Baik
2010 2.711.300 4.308.464 62,93 Partisipatif 2016 4.031.514 7.987.877 50,47 Sangat Baik
2011 4.503,239 5.298.979 84,98 Delegatif Rata-
4.545.423 9.310.588 48,82 Baik
rata
2012 5.409.449 6.089.861 88,83 Delegatif Sumber: BPKAD Provinsi Kalimantan Timur (data diolah tahun
2013 5.885.262 5.335.759 110,30 Delegatif 2017)

2014 6.663.113 4.253.321 156,66 Delegatif


Dari hasil analisis rasio kemampuan keuangan
2015 4.951.195 4.024.025 123,04 Delegatif daerah, dapat dijelaskan bahwa rata–rata rasio
2016 4.031.514 3.941.627 102,28 Delegatif kemampuan keuangan daerah Provinsi Kalimantan
Rata- Timur selama 8 tahun sebesar 48,82% yang berada
4.545.423 4.546.762 99,97 Delegatif
rata interval 40 ≤ 50 atau mempunyai kemampuan yang
Sumber: BPKAD Provinsi Kalimantan Timur (data diolah tahun baik dalam membiayai pembangunan daerah.
2017)
Rasio kemandirian keuangan daerah di 4.1.3. Analisis Rasio Efektivitas PAD
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Rasio Efektifitas menggambarkan
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan kemampuan pemerintah daerah dalam
daerah terhadap Pemerintah Pusat semakin kecil. merealisasikan pendapatan asli daerah yang
Rasio tersebut juga menggambarkan tingkat direncanakan dibandingkan dengan target yang
kesejahteraan masyarakat semakin tinggi dengan ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim,
tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar 2007). Kemampuan daerah dalam menjalankan
pajak dan retribusi daerah sebagai komponen tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang
utama PAD. dicapai mencapai minimal sebesar 1 atau maksimal
4.1.2. Analisis Rasio Kemampuan Keuangan 100%. Namun demikian, semakin tinggi rasio
Daerah efektivitas menggambarkan kemampuan daerah
dalam mewujudkan PAD yang semakin baik.
Salah satu indikator kinerja keuangan daerah Rasio Efektivitas PAD yang diperoleh
dapat dilihat dari besarnya rasio Pendapatan Asli Pemerintah Daerah selama tahun 2009 – 2016
Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan Daerah seluruhnya dikategorikan sangat efektif kecuali
(TPD). Rasio kemampuan keuangan daerah tahun 2015. Rasio Efektivitas PAD di tahun 2015
dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah mengalami penurunan dikarenakan menurunnya
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan realisasi pada pos PAD, seperti pajak daerah dan
daerah. Rasio ini menunjukan kontribusi PAD hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
terhadap pendapatan daerah. Semakin tinggi dipisahkan. Rata-rata Rasio Efektivitas PAD 91,52
kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan %, berarti kemampuan daerah dalam menjalankan
pemeritah daerah dalam penyelenggaraan tugas dikategorikan cukup efektif. Hal ini berarti
desentralisasi (Halim, 2007). Komponen PAD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
untuk Pajak Daerah di tingkat provinsi yang memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang
terbatas hanya 5 jenis pajak, yaitu: (1) Pajak ditargetkan. Pemerintah Provinsi Kalimantan
Kendaraan Bermotor (PKB); (2) Bea Balik Nama Timur juga telah realistis dalam menentukan target
Kendaraan Bermotor (BBNKB); (3) Pajak Bahan
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 49

PAD dengan menurunkan targetnya, setelah Kalimantan Timur. Dana Perimbangan (DAPER),
melihat perkembangan perekonomian di wilayah. Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) memiliki pengaruh negatif
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas PAD dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Provinsi Kaltim Tahun Anggaran 2009- Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Sehingga
2016 (juta Rp) diperoleh model sebagai berikut:
PAD PAD Rasio Tingkat
Tahun
Target Realisasi (%) Kemampuan KKD = - 137,8 + 30,25 lnPAD–13,538 lnDAPER–
2009 1.994.760 2.208.309 110,71 Sangat efektif 9,230 lnPMA – 3,625ln PMDN
2010 2.280.359 2.711.300 118,90 Sangat efektif Berdasarkan fungsinya, pendapatan asli
2011 3.984.052 4.503.239 113,03 Sangat efektif daerah (PAD) merupakan aspek penting dalam
2012 4.690.480 5.409.449 115,33 Sangat efektif keberhasilan pelaksanaan otonomi. Jadi, PAD harus
2013 5.543.617 5.885.262 106,16 Sangat efektif menjadi basis utama penerimaan daerah
2014 5.771.202 6.,663.113 115,45 Sangat efektif dibandingkan dengan Dana Perimbangan agar
2015 5.095.146 4.951.195 97,17 Cukup efektif daerah mampu melaksanakan otonomi dan
2016 3.921.365 4.031.514 102,81 Sangat efektif
desentralisasi seutuhnya tanpa bergantung dari
Rata- Pemerintah pusat, akan tetapi bukan berarti PAD
4.160.122 4.545.423 91,52 Cukup efektif terutama yang berasal dari pajak dan retribusi
rata
Sumber: BPKAD Provinsi Kalimantan Timur (data diolah tahun daerah harus dipacu setinggi-tinginya. Pemerintah
2017) Provinsi Kalimantan Timur harus melaksanakan
kebijakan yang mampu memberikan win-win
4.2. Analisis Regresi solution bagi masyarakat dan investor yang akan
melakukan investasi di Kaltim.
Kinerja keuangan daerah menunjukkan
kapasitas pemerintah daerah dalam membiayai 4.3. AHP (Analithycal Hierarchy Process)
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
Perumusan strategi peningkatan kinerja
pelayanan kepada masyarakat.
keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
Tabel 8. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang
(AHP).
Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah
Berdasarkan hasil analisis pada bab
Provinsi Kalimantan Timur 2009 -2016
sebelumnya, ternyata Harga Energi Batubara dan
Variabel Coefficient Std. t- Prob.
APBD memiliki pengaruh nyata dalam
Error Statistic
Constant -137,8 100,6 -1,37 0,304
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan
LnPAD 30,325 4,482 6,77 0.021* Timur sehingga dibutuhkan usaha secara terus
LnDAPER -13,538 3,881 -3,49 0.073 menerus untuk menjaga stabilitas ekonomi.
LnPMA -9,230 3,206 2,88 0.102 Sumber daya alam di Provinsi Kalimantan Timur
LnPMDN -3,625 2,323 -1,56 0.259
yang melimpah berupa hasil minyak bumi, gas,
R-Squared. 0.984
Adjusted R-Squared 0,939 batubara dan kayu merupakan salah satu faktor
Prob. (F- statistic). 0.041* utama dalam membentuk pertumbuhan ekonomi.
F hit 23,94 Sektor pertambangan batubara ternyata
Keterangan: merupakan sektor yang harga komoditasnya
(*) signifikan pada α = 5 %
sangat bergantung dengan kondisi permintaan dan
Berdasarkan hasil analisis regresi penawaran di pasar. Fluktuasi harga batubara,
sebagaimana perhitungan di Tabel 8, didapat nilai selain mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
R-squared sebesar 0,984 atau 98,4% yang ternyata berdampak terhadap APBD Pemerintah
digunakan untuk menguji godness of fit dari model Provinsi Kalimantan Timur. Pendapatan daerah
regresi. Hal ini berarti 98,4% faktor-faktor yang berupa PAD dan Dana Perimbangan juga menurun
mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah sehingga membuat Pemerintah Provinsi
Provinsi Kalimantan Timur dapat dijelaskan Kalimantan Timur harus menentukan skala
dengan variabel independen, sedangkan sisanya prioritas Belanja. PAD yang tidak menentu dari
1,6% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. tahun ke tahun akan semakin mempengaruhi
Berdasarkan pada hasil estimasi pada tabel didapat beban belanja dalam penyelenggaraan roda
nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,939 atau 93,9%, pemerintahan daerah, sehingga harus dilakukan
berarti 93.9% keragaman variabel mampu suatu upaya dan strategi yang berkesinambungan
dijelaskan oleh model, sisanya 6,1% dijelaskan oleh untuk meningkatkan penerimaan daerah setempat.
variabel lain diluar model. Dengan demikian upaya dalam rangka
Hasil pada perhitungan menunjukkan mengembangkan potensi penerimaan daerah
bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), sangat penting untuk ditingkatkan, yaitu pajak
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik
kinerja keuangan daerah Pemerintah Provinsi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 50 Agus Tri Sulistyo

sah. dapat mendorong perekonomian ke arah yang


Dalam metode AHP disusun struktur hierarki lebih baik, jangan sampai regulasi hanya menjadi
yang mencakup level fokus yaitu tujuan yang alat untuk merealisasikan janji-janji politik kepala
diharapkan dapat tercapai melalui beberapa daerah atau kelompok politik yang berkuasa di
alternatif kebijakan yang telah diprioritaskan sebuah daerah.
seperti tampak pada Gambar 1.
Tabel 10. Peranan Faktor dan Bobot Prioritas
Gambar 1. Hierarki Peningkatan Kinerja Keuangan
Daerah Pemprov Kalimantan Timur No Faktor Nilai Prioritas
1 Perencanaan 0.151 4
2 SDM 0.275 2
3 Regulasi 0.294 1
4 Dukungan Kelembagaan 0.114 5
5 Pengawasan 0.166 3

4.4.2. Peranan aktor dalam Upaya


Meningkatkan Kinerja Kemandirian
Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur
Dalam menentukan alternatif strategi dan
keterkaitan antar strategi, diperlukan
4.4. Analisis Prioritas Kebijakan perbandingan antar unsur “aktor” berdasarkan
Dalam pengolahan prioritas kebijakan “faktor” yaitu prioritas pertama Pemerintah
terbagi menjadi 4 bagian, yaitu faktor, Provinsi dengan nilai 0,311. Prioritas kedua adalah
pelaku/aktor, kendala dan alternatif BPKAD dengan nilai 0,225. Prioritas ketiga adalah
kebijakan/strategi. Bappeda dengan nilai 0,157. Prioritas keempat dan
kelima secara berturut adalah Pemerintah Pusat
4.4.1. Peranan Faktor dalam Upaya dengan nilai 0,157 dan yang terakhir adalah DPRD
Meningkatkan Kinerja Kemandirian dengan nilai 0,150.
Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Aktor Pemprov dengan nilai 0,311 dinilai
Kalimantan Timur memiliki kekuatan dan peluang yang lebih besar
Perbandingan antar elemen faktor dibanding stakeholder lainnya dalam hal
berdasarkan goal meningkatkan kinerja penentuan strategi meningkatkan kinerja
kemandirian keuangan daerah Pemerintah keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Timur, yaitu regulasi dengan dengan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
nilai 0,294 urutan selanjutnya berturut-turut di daerah agar pembangunan di daerah berjalan
adalah sumber daya manusia (SDM) dengan nilai seiring dengan pembangunan pusat. Setiap daerah
0,275, pengawasan dengan nilai 0,166, mempunyai potensi yang berbeda karena
perencanaan dengan nilai 0,150 dan dukungan perbedaan kondisi ekonomi, sumber daya alam,
kelembagaan dengan nilai 0,114. besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan
Faktor regulasi dengan nilai 0,294 dipilih besaran penduduk disinilah peran Pemerintah
sebagai proritas utama dibandingkan dengan Provinsi melalui Organisasi Perangkat Daerah
faktor lainnya dikarenakan regulasi digunakan (OPD) harus mampu mengelola sumber daya yang
sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah pada ada untuk dikelola secara maksimal sehingga
pemerintah daerah yang bersangkutan dengan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat
peraturan daerah dan/atau peraturan kepala akan meningkat.
daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) agar dapat Tabel 11. Peranan Aktor dan Bobot Prioritas
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai No Strategi Nilai Prioritas
pemberi amanat. Regulasi atau peraturan 1 Inovasi Pelayanan 0.268 1
merupakan hal penting sebagai instrumen untuk 2 Peningkatan kapasitas ASN 0.236 2
membangun kesejahteraan ekonomi dan 3 Peningkatan komunikasi 0.188 3
masyarakat. Tujuan dari regulasi adalah untuk 4 Peningkatan pengawasan 0.164 4
memastikan peraturan yang dibuat telah berjalan 5 Penerapan reward punishment 01.44 5
dengan efektif dan mewakili kepentingan publik
(OECD, 2011). Dengan demikian, regulasi tidak 4.4.3. Peranan Kendala dalam Upaya
diterbitkan begitu saja, namun perlu dikaji lebih Meningkatkan Kinerja Kemandirian
dalam agar berdampak bagi kesejahteraan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi
masyarakat. Regulasi seharusnya mendorong Kalimantan Timur
kepada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan Perbandingan antar elemen kendala
berdasarkan pelaku yaitu urutan pertama adalah
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 51

buruknya birokrasi nilai 0,230. Kendala dalam penelitiannya menyimpulkan ada dua
selanjutnya yaitu kurangnya koordinasi dengan strategi yang dapat digunakan dalam peningkatan
nilai 0,217. Urutan ketiga, keempat dan kelima PAD yaitu strategi inovasi dan strategi peningkatan
secara berturut-turut adalah berupa realisasi kualitas.
anggaran di akhir tahun dengan nilai 0,214. Inovasi pelayanan merupakan strategi
Terbatasnya infrastruktur dengan nilai 0,192, dan pertama yang harus diterapkan untuk dapat
kurang optimalnya pendapatan dengan nilai 0,146. menerapkan strategi-strategi selanjutnya. Inovasi
Kendala utama yang didapat dari hasil AHP menjadi sesuatu yang mutlak dalam pelayanan
adalah tata kelola birokrasi yang buruk dengan publik, sebab apapun kebutuhan masyarakat,
nilai 0,230. Birokrasi yang buruk ternyata sangat pemerintah harus merespon dengan cepat dan
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang tepat. Inovasi juga diharapkan menjadi salah satu
negara/daerah. Struktur gemuk yang cara untuk mendorong percepatan pembangunan
menghabiskan anggaran, hingga maraknya pungli secara efektif dan efisien. Inovasi dimaksud bukan
di berbagai sektor pelayanan masih menjadi hanya berhubungan dengan teknologi dan
cermin wajah birokrasi di pemerintahan. informasi saja, tetapi juga inovasi dalam
Masyarakat melihat dan merasa “negara hadir” jika peningkatan kualitas SDM, pembuatan standar,
birokrasi memberikan pelayanan optimal kepada serta kerjasama maupun benchmarking dengan
masyarakat. Keadaan yang umum terjadi adalah institusi lain untuk memberikan perspektif yang
birokrasi gemuk dan pelayanan yang berbelit-belit berbeda.
tidak hanya mengganggu pemenuhan hak Perbandingan antar strategi berdasarkan
pelayanan publik tetapi juga membebani anggaran kendala adalah melakukan inovasi pelayanan
Pemerintah. Panjangnya rantai birokrasi dan sebagai urutan pertama dengan nilai 0,268. Diikuti
inefisiensi struktur pemerintah daerah (pemda), secara berturut-turut peningkatan kapasitas ASN
masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah. (0,236), peningkatan komunikasi (0,188),
Perampingan birokrasi harus menjadi agenda peningkatan pengawasan (0,164) dan penerapan
penting bagi pemda. Miskin struktur dan kaya reward punishment (0,144)
fungsi merupakan perbaikan yang harus dilakukan
oleh pemerintah daerah. Atas layanan birokrat Tabel 13. Peranan Strategi dan Bobot Prioritas
yang panjang dan berbelit-belit wajar bila di No Kendala Nilai Prioritas
kalangan masyarakat muncul olok-olok berupa
1 Kurang Koordinasi 0.217 2
adagium buruk, ”Jika bisa dipersulit, mengapa
harus dipermudah?” Dengan dipersulit, mau tidak 2 Birokrasi buruk 0.230 1
mau akan diperlukan adanya jasa pelayanan, yang 3 Kurang optimal pendapatan 0.146 5
ujungnya uang (pungutan liar). 4 Realisasi Anggaran di AT 0.214 3
Tabel 12. Peranan Kendala dan Bobot Prioritas 5 Terbatasnya Insftratruktur 0.192 4

No Aktor Nilai Prioritas 4.5. Implikasi Kebijakan


1 Bappeda 0.157 3
2 BPKAD 0.225 2
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
3 Pemprov 0.311 1 dengan seluruh komponen yang dimiliki sangat
4 DPRD 0.150 5 menyadari bahwa pelayanan publik merupakan
5 Pusat 0.157 4 unit sistem yang akan sangat menentukan rancang
bangun perwujudan good gorvernance. Kesadaran
4.4.4. Peranan Strategi dalam Upaya
ini memacu elemen instansi pemerintah daerah
Meningkatkan Kinerja Kemandirian
untuk menjadi penyelenggara pelayanan publik
Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi
terbaik dengan terus melakukan sinergi dalam
Kalimantan Timur
peningkatan pelayanan bagi kepentingan
Dilatarbelakangi oleh UU No. 25 Tahun 2009 masyarakat luas. Perwujudan langkah yang harus
tentang Pelayanan Publik, maka sudah menjadi dikembangkan adalah meningkatkan pemahaman
kewajiban bagi organisasi penyelenggara dan keselarasan untuk menerapkan asas
pelayanan publik, yang didalamnya termasuk para kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan
pelaksana pelayanan publik untuk bekerja dan hak, keseimbangan hak dan kewajiban,
bertugas dalam melaksanakan serangkaian profesionalitas, partisipatif, persamaan perlakuan/
tindakan pelayanan publik kepada masyarakat, tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,
baik kepada orang perseorangan, kelompok fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok
maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan,
penerima manfaat pelayanan publik, baik secara dan keterjangkauan wilayah.
langsung maupun tidak langsung, yang tentunya Adapun para penyelenggara pelayanan
dengan inovasi pelayanan yang berkualitas, cepat, publik di Kalimantan Timur telah mewujudkan
mudah, terjangkau dan terukur. Hal ini sejalan inovasi berupa peningkatan pelayanan diberbagai
dengan penelitian dari Jufrizal & Sujianto (2013), layanan publik yang dapat menunjang peningkatan
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 52 Agus Tri Sulistyo

Pendapatan Asli Derah yang berupa : Penerapan memacu SKPD lainnya untuk selalu melakukan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada inovasi dalam pelayanananya kepada masyarakat.
pelayanan Samsat Kota Balikpapan, Pelayanan Inovasi pelayanan merupakan hal besar yang
BPKB Ditlantas Polda Kalimantan Timur, memerlukan usaha keras pemerintah karena
Pelaksanaan Ujian Teori Penerbitan SIM dengan adanya keterbatasan pendanaan dan sumber daya
sistem AVIS/DTMS, Pelayanan Gerai Samsat Corner manusia dalam pengembangan teknologi di
di Mall Balikpapan, Trade Centre dan Mall Indonesia. Daerah yang memiliki kemauan dan
Samarinda Centeral Plaza, Pembangunan tujuh kemampuan untuk menciptakan sistem inovasi ini
Samsat Pembantu di wilayah Kalimantan Timur, akan memiliki reputasi publik yang baik, sekaligus
Drive Thru Samsat Samarinda, SIM Corner di melakukan kerja nyata bagi penciptaan kinerja
Samarinda Central Plaza. ekonomi. Berikut pada Tabel 14 ditampilkan
Inovasi yang telah dilaksanakan tersebut perancangan program dan kegiatan yang sesuai
diharapkan dapat meningkatkan PAD dalam dengan strategi yang terdapat pada hasil AHP.
mewujudkan kemandirian keuangan daerah serta

Tabel 14. Perancangan Program dan Kegiatan Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Keuangan Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur Pasca Melemahnya Sektor Pertambangan Batubara
Strategi Program Kegiatan Pelaksana
Melakukan Inovasi Program 1. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di seluruh Bapenda, BPKAD,
Pelayanan Pengembangan SAMSAT di Kalimantan Timur Ditlantas Polda
Inovasi dan Sistem 2. Pengembangan profesionalisme dan menginternalisasikan nilai- Kalimantan
Pelayanan nilai service excellent pegawai SKPD/UPT/Perusda/ BLUD yang Timur, Bappeda
berkaitan dengan PAD Perusda, BLUD
3. Pengembangan Aplikasi web dan mobile untuk pembayaran BUMD & BUMN,
Pajak Kendaraan Bermotor dengan e-Samsat Perbankan,
4. Kerjasama dengan perbankan / Pos/ minimarket agar dapat Kantor Pos,
melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor via ATM / minimarket,
Kantor Pos/Minimarket PPOB
Meningkatan Program 1. Bimbingan Teknis Pengelola Keuangan OPD BPKAD
Kapasitas ASN Peningkatan BPSDM
Kapasitas Aparatur 2. Mengembangkan pola kompetisi, kompetensi dan assestment BKD
center bagi ASN SETDA
3. Mengembangan pengelolaan sistem informasi SDM/HRIS BALITBANGDA
(Human Resources Information System) untuk Administrasi ASN, UNIV ERSITAS
Diklat, kinerja pegawai, dll. MULAWARMAN
4. Kaderisasi /mentoring pegawai DPRD
5. Menciptakan budaya kerja & nilai-nilai kearifan budaya lokal
sebagai pembentuk karakter ASN. “Gawi Manuntung Waja
Sampai Kaputing” Bekerja keras sampai tuntas, dengan
semangat baja hingga titik akhir.
Meningkatan Program 1. Membentuk forum tematik dengan para stakeholder (TAPD, BPKAD, DPRD
Komunikasi dan Peningkatan TEPRA, TPID, Bakohumas) KEMENKEU
Sinergi Keuangan Kejasama dan DISKOMINFO
2. Meningkatkan kerjasama informasi dengan media
Daerah Koordinasi Biro HUMAS
Keuangan Daerah 3. Optimalisasi penggunaan media sosial untuk mendapatkan Kpw BI
masukan dari stakeholder (youtube, facebook, twitter, WA, dll). BPS, BULOG
Meningkatkan Program 1. Tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan Inspektorat
Pengawasan Peningkatan 2. Koordinasi penyampaian Laporan Hasil Kekayaan Kepolisian
Sistem Penyelenggara Negara (LHKPN) Kejaksaan, DPRD
Pengawasan 3. Pengembangan whistleblowing system LSM, Kemenkeu,
4. Membangun zona integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Bank persepsi
Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)
5. Peningkatan sinergi satgas SABER PUNGLI
6. Mengupayakan peningkatan pengawasan penerimaan dari Dana
Perimbangan, terutama yang bersumber dari dana bagi hasil
melalui kegiatan rekonsiliasi dan penelusuran bukti setor PNBP
(royalti) yang belum teridentifikasi
Menerapkan Program Monev 1. Pemberian penghargaan berupa piagam dan pelayanan prioritas BPKAD, Setda
Reward dan Penyerapan di BPKAD bagi SKPD yang mampu melakukan penyerapan SKPD,
Punishment Anggaran Daerah anggaran sesuai dengan rencana. Diskominfo
2. Pengembangan aplikasi berbasis web untuk memantau
penyerapan anggaran secara real time
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 53

5. KESIMPULAN DAN SARAN maupun benchmarking dengan institusi lain untuk


memberikan perspektif yang berbeda.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
telah disajikan sebelumnya, maka dapat Beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai
disimpulkan bahwa ternyata harga energi saran antara lain:
batubara dan APBD berpengaruh positif dan nyata 1. Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi diharapkan mampu meningkatkan kinerja
Kalimantan Timur, dikarenakan harga batubara keuangannya. Optimalisasi penerimaan daerah
sangat tergantung dengan harga komoditas dari pajak dan retribusi harus terus dilakukan
batubara di dunia internasional dan sektor dan memberikan proporsi belanja modal yang
pertambangan merupakan sektor utama dalam lebih besar untuk pembangunan pada sektor –
PDRB Kalimantan Timur. Turunnya harga sektor yang produktif non pertambangan di
batubara ternyata mempengaruhi ekspor daerah.
batubara Kalimantan Timur sehingga 2. Mengoptimalkan koordinasi antara
pertumbuhan ekonomi pun terkena dampak. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Selain kinerja ekspor, pekerja di sektor Kabupaten/Kota, serta meningkatkan upaya
pertambangan banyak yang kehilangan pekerjaan transfer knowledge kepada seluruh aparatur di
karena banyak perusahaan pertambangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, terutama yang
mengurangi/merumahkan pekerjanya. terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi 3. Membangun kemitraan partisipatif dengan
Kalimantan Timur tahun 2009 hingga 2016 lintas perangkat daerah terkait, lembaga
menunjukkan kinerja yang baik, mandiri, dan masyarakat, dunia usaha, dan perguruan tinggi
cukup efektif. Melemahnya sektor pertambangan dalam bidang perekonomian dan keuangan
batubara akibat dari harga yang turun selain daerah sehingga tercipta kesejahteraan
mengurangi jatah Dana Perimbangan melalui masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur.
Dana Bagi Hasil SDA ternyata berdampak juga
terhadap penurunan PAD. Peningkatan kinerja
keuangan Pemprov Kalimantan Timur dapat 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
tercapai apabila komponen PAD semakin
Penelitian ini memiliki keterbasan yang dapat
meningkat kontribusinya dalam Pendapatan
dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.
Daerah, sehingga Pemprov Kalimantan Timur
Penelitian dilakukan hanya pada satu objek
tidak bergantung lagi dari Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi Kalimantan timur tanpa
melalui Dana Perimbangan. Otonomi daerah
memasukkan Kabupaten dan Kota di Kalimantan
menuntut daerah yang mandiri dan mampu
Timur, sehingga memungkinkan terjadinya
membiayai daerahnya tanpa terlalu tinggi tingkat
perbedaan hasil penelitian apabila dilakukan pada
ketergantungannya kepada Pemerintah Pusat.
objek penelitian lainnya. Oleh karena itu, pada
Dalam hubungan keuangan pusat dan daerah,
penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk
memang tingkat ketergantungan daerah kepada
memperbanyak objek penelitian tidak hanya pada
pusat tidak dapat dihindarkan. Namun, setidak-
satu objek, sehingga generalisasi hasil penelitian
tidaknya ada upaya untuk mengurangi tingkat
dapat lebih objektif.
ketergantungan yang tinggi.
Strategi peningkatan kinerja keuangan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terutama PENGHARGAAN
dalam hal peningkatan PAD berdasarkan hasil
analisis AHP sesuai urutan prioritasnya yaitu: (1) Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
inovasi pelayanan; (2) peningkatan kapasitas ASN; artikel ini tidak akan selesai tepat pada waktunya
(3) peningkatan komunikasi; (4) peningkatan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
pengawasan; dan (5) penerapan reward dan itu, penulis menyampaikan terima kasih dan
punishment. Inovasi menjadi sesuatu yang mutlak penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
dalam pelayanan publik karena apapun semua pihak yang telah memberikan bantuan
kebutuhan masyarakat, pemerintah harus bantuan selama penulisan ini berlangsung.
merespon dengan cepat dan tepat. Inovasi juga
diharapkan menjadi salah satu cara untuk DAFTAR PUSTAKA
mendorong percepatan pembangunan secara
efektif dan efisien. Inovasi dimaksud bukan hanya Andayani, W. 2004. Analisis Anggaran Pendapatan
berhubungan dengan teknologi dan informasi dan Belanja Daerah. Jurnal Akuntansi dan
saja, tetapi juga inovasi dalam peningkatan Keuangan Sektor Publik Vol 05, No 1
kualitas SDM, pembuatan standar, serta kerjasama Februari.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 54 Agus Tri Sulistyo

Falatehan, AF. 2016. Analytical Hierarchy Process


(AHP): Teknik Pengambilan Keputusan
untuk Pembangunan Daerah. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Halim, A & Kusufi, MS. 2012. Akuntansi Sektor
Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.
Jakarta: Salemba Empat.
Halim, A. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi
Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Haryadi B. 2002. Analisis Pengaruh Fiscal Stress
Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota Dalam Menghadapi
Pelaksanaan Otonomi Daerah. Semarang:
Simposium Nasional Akuntansi V.
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
OECD. 2011. Regulatory Policy and Governance:
Supporting Economic Growth and Serving
the Public Interest. OECD Publishing.
Todaro, MP. 1995. Ekonomi Untuk Negara
Berkembang : Suatu Pengantar tentang
Prinsip-Prinsip, Masalah dan Kebijakan
Pembangunan, Terjemahan Agustinus
Subekti. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan
Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo.
Sularso, Restianto. 2011. Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal
dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/
Kota di Jawa Tengah. Purwokerto:
Universitas Jendral Soedirman.
Susantih, H dan Saftiana, Y. 2009. Perbandingan
Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah
Provinsi Se-Sumatra Bagian Selatan.
Simposium Nasional Akuntansi 12.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 55

Lampiran 1

Tingkat Peranan Aktor Berdasarkan Faktor dalam Upaya Meningkatkan Kinerja


Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

No Faktor Pelaku Nilai Prioritas


1 Perencanaan Bappeda 0.369 1
BPKAD 0.098 5
Pemprov 0.117 4
DPRD 0.207 3
Pemerintah Pusat 0.209 2
2 SDM Bappeda 0.194 3
BPKAD 0.201 2
Pemprov 0.444 1
DPRD 0.098 4
Pemerintah Pusat 0.063 5
3 Regulasi Bappeda 0.072 5
BPKAD 0.351 1
Pemprov 0.199 3
DPRD 0.143 4
Pemerintah Pusat 0.234 2
Dukungan
4 Bappeda 0.115 5
Kelembagaan
BPKAD 0.173 3
Pemprov/SKPD 0.369 1
DPRD 0.174 2
Pemerintah Pusat 0.168 4
5 Pengawasan Bappeda 0.08 5
BPKAD 0.195 2
Pemprov/SKPD 0.427 1
DPRD 0.18 3
Pemerintah Pusat 0.119 4
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 56 Agus Tri Sulistyo

Lampiran 2

Tingkat Peranan Kendala Berdasarkan Pelaku dalam Upaya Meningkatkan Kinerja


Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

No Pelaku Kendala Nilai Prioritas


1 DPRD Kurang Koordinasi 0.314 1
Birokrasi buruk 0.200 2
Kurang optimal pendapatan 0.139 5
Realisasi Anggaran di AT 0.178 3
Terbatasnya Insftratruktur 0.168 4
2 Pemerintah Pusat (K/L) Kurang Koordinasi 0.181 3
Birokrasi buruk 0.201 2
Kurang optimal pendapatan 0.162 4
Realisasi Anggaran di AT 0.297 1
Terbatasnya Insftratruktur 0.159 5
3 Pemerintah Provinsi Kurang Koordinasi 0.145 5
Birokrasi buruk 0.284 1
Kurang optimal pendapatan 0.172 4
Realisasi Anggaran di AT 0.220 2
Terbatasnya Insftratruktur 0.179 3
4 DPRD Kurang Koordinasi 0.287 1
Birokrasi buruk 0.230 2
Kurang optimal pendapatan 0.117 5
Realisasi Anggaran di AT 0.177 4
Terbatasnya Insftratruktur 0.189 3
5 Pemerintah Pusat Kurang Koordinasi 0.252 2
Birokrasi buruk 0.196 3
Kurang optimal pendapatan 0.106 5
Realisasi Anggaran di AT 0.152 4
Terbatasnya Insftratruktur 0.293 1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 57

Lampiran 3

Tingkat Peranan Alternatif Strategi Berdasarkan Kendala dalam Upaya Meningkatkan Kinerja
Keuangan Pemerintah provinsi Kalimantan Timur

No Kendala Alternatif Strategi Nilai Prioritas


1 Kurang koordinasi Komunikasi 0.303 1
Inovasi pelayanan 0.221 2
Penerapan reward & punishment 0.202 3
Peningkatan kapasitas ASN 0.147 4
Peningkatan Pengawasan 0.127 5
2 Birokrasi buruk Komunikasi 0.269 1
Inovasi pelayanan 0.230 2
Penerapan reward & punishment 0.163 4
Peningkatan kapasitas ASN 0.208 3
Peningkatan Pengawasan 0.130 5
Kurang optimal
3 Komunikasi 0.310 1
pendapatan
Inovasi pelayanan 0.225 2
Penerapan reward & punishment 0.188 3
Peningkatan kapasitas ASN 0.160 4
Peningkatan Pengawasan 0.118 5
Realisasi anggaran di
4 Komunikasi 0.230 2
AT
Inovasi pelayanan 0.237 1
Penerapan reward & punishment 0.265 3
Peningkatan kapasitas ASN 0.146 4
Peningkatan Pengawasan 0.122 5
Terbatasnya
5 Komunikasi 0.222 2
infrastruktur
Inovasi pelayanan 0.208 3
Penerapan reward & punishment 0.303 1
Peningkatan kapasitas ASN 0.140 4
Peningkatan Pengawasan 0.128 5
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Halaman 58 Agus Tri Sulistyo

Lampiran 4

Tingkat Peranan Kendala dalam Faktor Berdasarkan Pelaku Dalam Upaya Meningkatkan
Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

No Pelaku Kendala A B C D E Nilai


1 Bappeda Kurang Koordinasi 0.528 0.371 0.332 0.182 0.155 0.314
Birokrasi buruk 0.133 0.283 0.097 0.393 0.095 0.200
Kurang optimal pendapatan 0.066 0.072 0.130 0.076 0.352 0.139
Realisasi Anggaran di AT 0.120 0.118 0.161 0.180 0.311 0.178
Terbatasnya Insftratruktur 0.153 0.155 0.279 0.169 0.086 0.168
2 BPKAD Kurang Koordinasi 0.132 0.134 0.185 0.178 0.274 0.181
Birokrasi buruk 0.135 0.186 0.292 0.282 0.111 0.201
Kurang optimal pendapatan 0.269 0.163 0.085 0.098 0.193 0.162
Realisasi Anggaran di AT 0.396 0.414 0.096 0.222 0.359 0.297
Terbatasnya Insftratruktur 0.068 0.104 0.342 0.220 0.063 0.159
3 Pemprov Kurang Koordinasi 0.127 0.072 0.103 0.259 0.162 0.145
Birokrasi buruk 0.327 0.333 0.443 0.229 0.089 0.284
Kurang optimal pendapatan 0.259 0.113 0.070 0.102 0.316 0.172
Realisasi Anggaran di AT 0.193 0.163 0.191 0.252 0.303 0.220
Terbatasnya Insftratruktur 0.095 0.319 0.192 0.157 0.130 0.179
4 DPRD Kurang Koordinasi 0.403 0.123 0.383 0.359 0.166 0.287
Birokrasi buruk 0.216 0.286 0.254 0.237 0.156 0.230
Kurang optimal pendapatan 0.083 0.069 0.076 0.084 0.275 0.117
Realisasi Anggaran di AT 0.186 0.109 0.128 0.129 0.333 0.177
Terbatasnya Insftratruktur 0.113 0.413 0.159 0.191 0.071 0.189
5 Pusat Kurang Koordinasi 0.214 0.191 0.408 0.321 0.125 0.252
Birokrasi buruk 0.244 0.278 0.150 0.231 0.078 0.196
Kurang optimal pendapatan 0.138 0.071 0.076 0.067 0.180 0.106
Realisasi Anggaran di AT 0.079 0.110 0.221 0.111 0.239 0.152
Terbatasnya Insftratruktur 0.325 0.350 0.144 0.270 0.377 0.293
A = Faktor Perencanaan
B = Faktor SDM
C = Faktor Regulasi
D = Faktor Dukungan Kelembagaan
E = Faktor Pengawasan

Tingkat Peranan Pelaku Setelah Penilaian Pembobotan Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja
Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Pelaku RENC SDM REG DLEMB WAS skor Prioritas


Bappeda 0.369 0.194 0.072 0.115 0.08 0.157 3
BPKAD 0.098 0.201 0.351 0.173 0.195 0.225 2
Pemprov 0.117 0.444 0.199 0.369 0.427 0.311 1
DPRD 0.207 0.098 0.143 0.174 0.18 0.150 5
Pusat 0.209 0.063 0.234 0.168 0.119 0.157 4
bobot 0.151 0.275 0.294 0.114 0.166 1.000
ANALISIS KINERJA KEUANGAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.1, 2018, Hal. 43-59
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Agus Tri Sulistyo
Halaman 59

Lampiran 5

Tingkat Peranan Kendala setelah penilaian pembobotan Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja
Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Kendala Bappeda BPKAD Pemprov DPRD Pempus skor Prioritas


Kurang Koordinasi 0.314 0.181 0.145 0.287 0.252 0.217 2
Birokrasi buruk 0.200 0.201 0.284 0.230 0.196 0.230 1
Kurang optimal pendapatan 0.139 0.162 0.172 0.117 0.106 0.146 5
Realisasi Anggaran di AT 0.178 0.297 0.220 0.177 0.152 0.214 3
Terbatasnya Insftratruktur 0.168 0.159 0.179 0.189 0.293 0.192 4
bobot 0.157 0.225 0.311 0.150 0.157 1.000

Hasil Perumusan Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Berdasarkan AHP Menggunakan Expert Choice 11

Strategi Nilai AHP Prioritas


Komunikasi .188 3
Inovasi Pelayanan .268 1
Penerapan Reward Punishment .144 5
Peningkatan Kapasitas ASN .236 2
Tingkatan Pengawasan .164 4

Anda mungkin juga menyukai