Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.

php/jgeosrev

Vol. 4, No. 1, January 2022: 22-32

Jambura Geoscience Review


p-ISSN 2623-0682 | e-ISSN 2656-0380
Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo

Analisis Data Gravitasi Untuk Identifikasi Struktur Bawah Permukaan


Daerah Potensi Panas Bumi Cipari
Ninik Agustin1, Agung Wibawa1
1
Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap, Jl. Kemerdekaan Barat No. 17 Kesugihan, Cilacap, 53274,
Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: Geothermal prospect in Cipari has been shown by spring who has a
Received: 22 November 2021 temperature of about 50°C and is categorized as a low temperature. The
Accepted: 9 January 2022 presence of spring on Cipari earth's surface is an indication of geothermal
Published: 13 January 2022 structures' existence on the surface and a geothermal system below the
surface. Geophysical methods can be used for subsurface structures
Keywords: identification, one of them is the density method with gravity data. This
Bouguer Anomaly; Cipari; GGMPlus; study has an objective to identify the subsurface structures in Cipari
Gravity Data geothermal potential area using GGMPlus gravity data. Terrain and
Bouguer corrections were used to obtain Complete Bouguer Anomaly
Corresponding author: (CBA). Separation of regional and residual anomalies using Butterwoth
Ninik Agustin and Bandpass filters. The rock contact boundary was obtained by the
Email: [email protected] FHD method and geological structures such as faults were obtained by the
SVD method. FHD and SVD results were used as information for 2D
forward modeling. The ABL map shows anomalous contrasts in areas that
Read online:
have rock contacts and geological faults. The high anomaly in the center
Scan this QR code
of the study area indicates the Cipari anticline. Data processing and
with your smart
analysis concluded that the area around the Cipari hot spring has
phone or mobile
anticline, several rock contacts, and normal fault structures. The fault in
device to read
the study area is part of the geothermal system which is confirmed by
online.
GGMPlus data.
How to cite: Agustin, N., & Wibawa, A. (2022). Analisis Data Gravitasi Untuk Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah
Potensi Panas Bumi Cipari. Jambura Geoscience Review, 4(1), 22-32. https://doi.org/10.34312/jgeosrev.v4i1.12114

1. PENDAHULUAN
Indonesia tercatat memiliki 31 titik potensi Panas Bumi hingga tahun 2017. Kabupaten
Cilacap memiliki satu titik potensi panas bumi yang berlokasi di Kecamatan Cipari. Pemanfaatan
potensi panas bumi Cipari berupa adanya wisata pemandian air panas. Titik potensi panas bumi
tersebut diduga merupakan sistem panas bumi non magmatik atau sumber panas bukan berasal
dari aktivitas vulkanik (Direktorat Panas Bumi, 2017). Hal ini juga selaras dengan hasil studi
analisis Vp/Vs yang menyatakan bahwa sumber panas bumi Cipari tidak berkorelasi dengan
sumber panas bumi vulkanik terdekat, yaitu titik potensi panas bumi Guci dan Gunung Slamet
(Raharjo et al., 2016). Potensi panas bumi di Cipari memiliki kenampakan dengan adanya mata
air bersuhu sekitar 50°C dan suhu reservoir sekitar 70°C yang termasuk digolongkan dalam
kategori temperatur rendah. Luas daerah prospek panas bumi sekitar 1 km2 dengan potensi
sumber daya spekulatif sebesar 5 Mwe (Direktorat Panas Bumi, 2017). Munculnya sumber air di
permukaan bumi merupakan indikasi adanya struktur panas bumi di permukaan, serta adanya
sistem panas bumi di bawah permukaan.

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

22
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Tahun 2015, studi geofisika menggunakan metode geomagnet di wilayah Cipari menghasilkan
interpretasi adanya source rock di atas batuan basaltik (Raharjo & Sehah, 2015). Selanjutnya pada
tahun 2016, studi geologi mengenai air panas Cipari menyebutkan bahwa letak sumber air panas
(hot spring) terletak dekat dengan sumbu antiklin sehingga diindikasikan adanya sistem
hidrotermal aktif yang mempengaruhi kematangan hirokarbon (Oryzavica et al., 2016). Studi
geokimia pada kawasan tersebut menyimpulkan bahwa kawasan panas bumi Cipari merupakan
upflow sistem panas bumi yang berkaitan dengan cekungan sedimen dan tidak berhubungan
dengan aktivitas magmatisme (Permana & Mulyadi, 2014).
Penggunaan metode geologi, geokimia, dan geofisika diperlukan untuk saling mendukung
identifikasi sistem panas bumi. Metode geofisika yang diterapkan untuk investigasi sistem panas
bumi antara lain metode resistivitas seperti magnetotelluric (MT), audiomagnetotellurics (AMT) dan
controlled source audiomagnetotellurics (CSAMT), metode gravitasi, metode seismik refleksi, metode
aeromagnetic, dan metode self-potential (SP)(Moeck, 2014). Penelitian ini menggunakan metode
densitas atau gravitasi untuk mengindentifikasi struktur bawah permukaan sistem panas bumi
Cipari. Metode gravitasi didasarkan pada data gravitasi bumi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi litologi batuan, alterasi berat dan struktur cekungan pada sistem panas bumi
non-magmatik (Moeck, 2014). Data gravitasi berupa nilai perubahan percepatan gravitasi yang
merepresentasikan adanya perbedaan nilai densitas batuan bawah permukaan. Perbedaan nilai
densitas berhubungan dengan adanya sumber panas serta struktur geologi seperti sesar dan kekar.
Penelitian ini menggunakan data gravitasi satelit GGMPlus (Global Gravity Model Plus) 2013.
Data GGMplus merupakan model medan gravitasi yang dihasilkan oleh data dari satelit
GRACE (ITG2010), satelit GOCE (TIM-4), EGM2008 dan gravitasi topografi. GGMplus
memiliki lima fungsi medan gravitasi antara lain gravity disturbance, percepatan gravitasi, defleksi
vertikal utara-selatan dan timur-barat dan ketinggian quasigeoid. Data GGMPlus memiliki
keunggulan resolusi spasial paling rapat dibandingkan data gravitasi satelit lainnya seperti
TOPEX dan BGI (Suprianto et al., 2021). GGMPlus memiliki resolusi spasial 200 m dapat
digunakan untuk pemetaan awal suatu wilayah sebagai gambaran umum suatu wilayah sebelum
pengambilan data primer yang lebih lokal (Hirt et al., 2013).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur bawah
permukaan daerah potensi panas bumi Cipari menggunakan data gravitasi GGMPlus.
Identifikasi struktur menggunakan analisis First Horizontal Derivative (FHD) untuk menentukan
batas kontak vertikal antar lapisan batuan dan Second Horizontal Derivative (SVD) sebagai
identifikasi patahan (Daud et al., 2019; Wahyudi et al., 2017). Hasil penelitian diharapkan dapat
menunjang hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di daerah tersebut, serta
memberikan gambaran umum struktur bawah permukaan yang terdapat pada wilayah panas
bumi Cipari.

2. METODE
2.1. Data
Penelitian dilakukan di wilayah sekitar sumber mata air panas Cipari, Kecamatan Cipari dan
Sidareja, Kabupaten Cilacap dengan lokasi geografis 108.67˚ BT 7.50˚LS hingga 108.92˚ BT
7.33˚ LS. Penelitian ini menggunakan data gravitasi satelit yaitu data GGMPlus. Data satelit
gravitasi GGMPlus diunduh dari laman http://ddfe.curtin.edu.au/gravitymodels/GGMplus/.
2.2. Metode Penelitian
Metode penelitian ini digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 1. Penelitian diawali
dengan studi literatur mengenai penelitian-penelitian sebelumnya pada daerah Cipari.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh data gravitasi GGMPlus sesuai dengan
wilayah penelitian. Data gravitasi GGMPlus yang telah diunduh selanjutnya diekstrak hingga
didapatkan anomali free air dan topografi. Koreksi terrain dan koreksi Bouguer dilakukan pada
anomali free air dan data topografi dengan hasil berupa Anomali Bouguer Lengkap (ABL).
Selanjutnya, pemisahan ABL dilakukan untuk mendapatkan Anomali regional dan residual.
Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

23
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Informasi
Koreksi Bouguer dan Terrain
geologi

Anomali Bouguer Lengkap (ABL)

Analisis FHD dan SVD Filter Butterworth

Interpretasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian


Pemisahan ini menggunakan filter Butterwoth. Penggunaan filter Butterworth bertujuan agar
dapat melakukan filter highpass dan lowpass pada data dengan panjang gelombang tetap (Geosoft
Inc., 2015). Filter bandpass digunakan untuk mengurangi noise dari anomali regional yang
dihasilkan oleh filter Butterworth (Zain et al., 2015). Pengurangan noise pada filter Bandpass
dilakukan dengan meloloskan data yang memiliki panjang gelombang dengan jangkauan tertentu
(Geosoft Inc., 2015).
Batas kontak batuan diperoleh dengan menggunakan metode First Horizontal Derivative (FHD)
dan struktur geologi seperti patahan didapatkan dengan mengaplikasikan metode Second Vertical
Derivative (SVD). FHD merupakan akar dari penjumlahan kuadrat turunan parsial pertama
horizontal dari anomali gravitasi terhadap X dan Y (Rosid & Siregar, 2017). Metode FHD
mengindikasikan batas-batas struktur geologi berdasarkan nilai maksimum atau minimum FHD
(Daud et al., 2019). Metode SVD mengkonfirmasi adanya struktur pada nilai nol (Azkia & Daud,
2021). Penelitian ini menggunakan SVD dengan matriks Elkins untuk mengetahui jenis patahan.
Patahan normal diindikasikan dengan nilai maksimum SVD lebih besar dibandingkan nilai
minimalnya, sedangkan patahan naik ditunjukkan dengan nilai maksimum SVD lebih kecil
dibandingkan nilai minimalnya (Fitriani et al., 2020; Sumintadireja et al., 2018).
Hasil FHD dan SVD digunakan sebagai informasi dalam melakukan pemodelan 2D secara
forward modelling. 2D forward modelling merupakan salah satu pemodelan yang digunakan untuk
melakukan validasi pada interpretasi data gravitasi (Guglielmetti & Moscariello, 2021). Metode
pemodelan yang digunakan untuk menghitung respon model terhadap data adalah metode
Talwani. Pemodelan 2D dilakukan pada 3 profil sayatan ABL yang disesuaikan dengan struktur
geologi dari hasil FHD dan SVD dan jenis lapisan batuan berdasarkan informasi geologi (Soleha
et al., 2019).
Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

24
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian (Kastowo & Sunarwa, 1996)

2.3. Geologi Wilayah Penelitian


Secara geologi, Cipari terletak di Pegunungan Serayu Selatan yang memiliki struktur geologi
antiklin dengan tren arah Barat-Timur (Oryzavica et al., 2016). Struktur geologi tersebut
terbentuk oleh aktivitas tektonik pada masa Pliosen hingga Pleistosen (Huwaina et al., 2018).
Cipari terletak pada cekungan Banyumas yang didominasi oleh pola Meratus dan Jawa. Batuan
pada daerah Cipari berupa batuan non vulkanik seperti satuan batupasir, breksi, dan alluvial
dengan struktur berarah Barat-Timur dan Timurlaut-Baratdaya. Geomorfologi Cipari didominasi
deretan perbukitan dengan lereng bergelombang hingga curam.
Peta Geologi pada Gambar 2 menginformasikan susunan lapisan batuan daerah Cipari terdiri
atas Formasi Tapak (Tpk), Formasi Halang (Tpt), Formasi Kumbang (Tmpk), dan Endapan
Aluvium (Qa) (Kastowo & Sunarwa, 1996). Berdasarkan urutan pembentukan formasi, formasi
Kumbang dan Halang diperkirakan terbentuk paling awal yaitu sejak Miosen tengah hingga
Pliosen. Formasi Tapak terbentuk pada masa Pliosen, dan selanjutnya endapan aluvium pada
masa Holosen. Jenis batuan formasi Kumbang antara lain berupa breksi gunungapi, lava, retas,
dan tuf bersusun andesit sampai basal, batupasir tuf, konglomerat, dan sisipan lapisan tipis
magnetik. Tebal maksimal formasi Kumbang sekitar 2000 m dan menipis ke arah timur. Formasi
Halang terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, napal, dan batulempung. Ketebalan formasi
Halang mencapai 2400 m dan menipis ke arah timur. Formasi Tapak tersusun oleh batupasir
kasar yang semakin halus ke atas dengan sisipan napal pasiran. Formasi Tapak memiliki
ketebalan sekitar 500 – 900 m. Endapan aluvium tersusun atas kerikil, pasir, dan lempung.
Ketebalan lapisan endapan aluvium sekitar 5 m (Kastowo & Sunarwa, 1996).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengolahan data berupa Anomali Bouguer Lengkap (ABL) ditampilkan pada Gambar 3
menunjukkan rentang nilai 91.5 mGal hingga 52.3 mGal dengan rentang warna merah hingga
biru. Anomali tinggi ditandai dengan warna merah muda hingga merah memiliki nilai berkisar
91.5 – 77.7 mGal terletak di sisi barat daya, barat laut memanjang ke timur pada bagian tengah,
serta sebagian sisi timur laut. Anomali sedang dengan warna jingga hingga kuning berkisar
antara 77.7 – 60.0 mGal terletak di sisi tengah wilayah penelitian. Anomali rendah didominasi
oleh warna biru dengan nilai berkisar 60.0 – 52.3 mGal terletak di sisi timur berkaitan dengan
jenis batuan permukaan yang berbeda dari batuan pada anomali tinggi, yaitu berupa batupasir
tufan. Kontras ABL terlihat berkaitan dengan adanya kontak batuan permukaan dan patahan

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

25
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Gambar 3. Peta Anomali Bouguer Lengkap (ABL) daerah Panasbumi Cipari

(a) (b)
Gambar 4. Perbandingan pola, (a) peta ABL dengan (b) peta anomali residual
geologi. Berdasarkan peta geologi, terdapat kontak batuan permukaan pada sekitar antiklin
dengan jenis batuan berupa batupasir dan breksi yang sebagian tertutup endapan aluvium
(Kastowo & Sunarwa, 1996). Anomali sedang hingga rendah berlokasi pada wilayah dengan
jenis batuan batupasir dan breksi, sedangkan anomali tinggi pada bagian barat hingga barat daya
jenis batuan permukaannya tertutup endapan aluvium.
Pemisahan anomali menghasilkan anomali residual dengan rentang nilai 3.48 mGal hingga –
3.29 mGal. Anomali residual memiliki kontras anomali sangat lokal pada wilayah antiklin dan
meluas ke timur. Perbandingan peta anomali residual dan ABL memperlihatkan adanya
persamaan pola pada batas kontras batuan, tetapi terdapat perbedaan di arah Barat Daya dan
Timur (Gambar 3). Peta ABL memiliki kontras anomali di arah Barat Daya, sedangkan peta
anomali residual tidak memperlihatkan adanya pola kontras anomali. Anomali paling rendah
pada peta ABL terletak di arah timur, sedangkan peta anomali residual didominasi oleh anomali
tinggi. Anomali regional memperlihatkan nilai anomali tinggi pada wilayah antiklin dan kontras
anomali pada titik-titik yang tidak jauh berbeda dengan ABL (Gambar 4). Kontras anomali pada
anomali regional berkaitan dengan kontras batuan permukaan, yaitu batupasir tufan. Anomali
regional masih terlihat sangat mirip dengan ABL, sehingga belum memberi gambaran regional
daerah penelitian. Hal ini dapat dilihat kembali pada rentang nilai anomali residual yang sangat
kecil. Oleh karena itu, pengolahan data selanjutnya kembali menggunakan peta ABL.
Pemilihan lintasan ditentukan berdasarkan pembahasan pola anomali pada peta ABL,
anomali regional, dan anomali residual yang telah disebutkan. Pengambilan sayatan dilakukan
pada peta ABL dengan sayatan melintas sepanjang pola kontras anomali. Tiga sayatan pada peta
ABL terlihat pada Gambar 5, yaitu lintasan AA’, lintasan BB’, dan lintasan CC’. Lintasan AA’
dibuat untuk mengonfirmasi sayatan pada peta Geologi. Lintasan BB’ nilai tertinggi dan
terendah pada peta ABL. Lintasan CC’ mengonfirmasi lokasi terdekat dengan titik manifestasi
mata air panas Cipari.

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

26
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Gambar 5. Tiga lintasan sayatan pada Anomali Bouguer Lengkap

(a) (b)
Gambar 6. Tiga lintasan sayatan pada peta ABL hasil FHD (a) dan hasil SVD (b)

Filter FHD dan SVD yang diterapkan pada ABL untuk mendukung interpretasi struktur
geologi profil sayatan. Sayatan FHD dan SVD dibuat di lokasi yang sama dengan sayatan pada
peta ABL seperti yang terlihat pada Gambar 6. Nilai anomali gravitasi hasil FHD dan SVD
sepanjang lintasan sayatan tersebut disajikan pada Gambar 7, 8, dan 9. Lintasan AA’ terlihat
memiliki dua titik bernilai FHD maksimum dan SVD nol (Gambar 7). Nilai FHD maksimum
mengindikasikan adanya batas anomali yang dimungkinkan dengan adanya kontak batuan
(Daud et al., 2019). Nilai absolut SVD maksimum sebesar 0.0205 mGal/m2 dan absolut
SVD minimumnya bernilai 0.0236 mGal/m2. Nilai absolut SVD maksimum lebih kecil
dibandingkan nilai absolut SVD minimum mengindikasikan jenis patahannya
merupakan patahan normal (Sumintadireja et al., 2018). Hasil FHD dan SVD lintasan
BB’ ditampilkan pada Gambar 8. Terdapat 5 titik batas struktur geologi yang
diindikasikan oleh FHD dan SVD. Nilai absolut SVD maksimum sebesar 0.0216
mGal/m2 dan nilai minimumnya sebesar 0.0242 mGal/m2, maka terindikasi jenis
patahan pada lintasan BB’ adalah patahan normal. Gambar 9 memperlihatkan empat
titik pada lintasan CC’ memiliki nilai maksimum dan minimum FHD dan nilai nol pada
SVD. Hal ini mengindikasikan batas struktur berupa patahan. Lintasan CC’ memiliki
nilai absolut SVD maksimum sebesar 0.0411 mGal/m2 dan nilai absolut SVD minimal
sebesar 0.0226 mGal/m2, sehingga dapat diindikasikan jenis patahannya merupakan
patahan normal (Sumintadireja et al., 2018). Secara keseluruhan, hasil analisis tersebut
mengkonfirmasi bahwa analisis SVD menunjukkan adanya struktur patahan di daerah
panas bumi Cipari sebagaimana hasil analisis SVD pengolahan data gravitasi lapangan
(Hidayat et al., 2020).

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

27
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Gambar 7. Profil lintasan AA' hasil FHD dan SVD

Gambar 8. Profil lintasan BB' hasil FHD dan SVD

Gambar 9. Profil lintasan CC' hasil FHD dan SVD

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

28
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Setiap lintasan dimodelkan dengan menggunakan 2D forward modelling dengan menambahkan


informasi geologi berupa jenis batuan penyusun lapisan bawah permukaan yang disesuaikan
dengan nilai densitas tiap jenis batuan dari literatur dan adanya struktur patahan normal dari
hasil analisis FHD dan SVD. Tiga lintasan sayatan tersusun atas formasi batuan yang sama,
yaitu formasi Tapak (Tpt), formasi Halang (Tmph), formasi Kumbang (Tmpk) (Kastowo &
Sunarwa, 1996). Jenis batuan yang mendominasi formasi Tapak adalah batupasir, sementara
formasi Halang didominasi oleh batupasir tufan dan batulempung, dan formasi Kumbang adalah
breksi gunungapi dan tuf. Struktur patahan yang telah teridentifikasi melalui tahap filter SVD
dan FHD menjadi informasi yang juga diinputkan dalam pembuatan model. Hasil pemodelan
masing-masing profil lintasan ditampilkan pada Gambar 10, 11, dan 12.

Gambar 10. Hasil pemodelan 2D struktur bawah permukaan lintasan AA'

Gambar 11. Hasil pemodelan 2D struktur bawah permukaan lintasan BB'

Gambar 12. Hasil pemodelan 2D struktur bawah permukaan lintasan CC'


Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

29
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

Gambar 13. Peta geologi overlay ABL pada daerah penelitian (Kastowo & Sunarwa, 1996)

Lintasan AA’ mengonfirmasi sayatan pada peta geologi yang menyebutkan adanya struktur
patahan dengan jenis patahan normal (Gambar 10). Lintasan BB’ merupakan sayatan yang
melintang dari anomali paling tinggi ke anomali paling rendah sejauh 25 km (Gambar 11). Hasil
pemodelan menggambarkan struktur lapisan batuan dengan lapisan formasi Halang semakin
tebal di permukaan, adanya patahan normal pada daerah dengan anomali rendah. Hasil
pemodelan lintasan CC’ sejauh 30 km melewati area mata air panas Cipari menunjukkan adanya
patahan normal pada kontras anomali (Gambar 12). Formasi batuan yang mendominasi lintasan
ini adalah formasi Kumbang dengan ketebalan yang semakin tipis ke arah timur laut.
Struktur geologi lainnya seperti struktur antiklin dan kontak batuan permukaan di daerah
penelitian dimungkinkan menjadi salah satu faktor adanya anomali gravitasi. Pengamatan
lapangan yang menunjukkan terlihatnya struktur geologi patahan dan antiklin seperti yang
disebutkan oleh Kastowo dan Sunarwa (1996) dalam peta Geologi lembar Majenang yang di-
overlay dengan peta Anomali Bouguer Lengkap (ABL) daerah penelitian pada Gambar 13.
Berdasarkan Gambar 13, kontras nilai tinggi dan rendah ABL berasosiasi dengan struktur
patahan dan antiklin di daerah panas bumi Cipari.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis penelitian ini menunjukkan rentang nilai ABL
berkisar dari 48 mGal hingga 104 mGal. Pemisahan anomali menggunakan Butterworth dan
Bandpass belum menunjukkan hasil anomali yang bersifat regional. Struktur bawah permukaan
yang terkonfirmasi menggunakan analisis FHD dan SVD pada ABL data gravitasi GGMPlus di
daerah panas bumi Cipari berupa batas kontak batuan, antiklin, dan patahan normal. Daerah
penelitian tersusun atas batuan breksi gunungapi dan tuf dari formasi Kumbang, batuan batupasir
tufan dan batulempung dari formasi Halang, serta batupasir dari formasi Tapak. Struktur geologi
yang terkonfirmasi merupakan struktur dekat permukaan dengan kedalaman model tidak lebih
dari 3 km.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan analisis yang telah dilakukan, Anomali Bouguer Lengkap (ABL) di
daerah sekitar mata air panas Cipari memiliki rentang nilai 91.5 mGal hingga 52.3 mGal.
Kontras anomali berasosiasi dengan struktur geologi seperti antiklin, kontak batuan, dan struktur
patahan normal. Hasil analisis FHD dan SVD menunjukkan batas kontak batuan dan patahan
normal. Patahan normal di daerah penelitian merupakan salah satu bagian dari sistem panas
bumi yang dapat terkonfirmasi oleh data GGMPlus.

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

30
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kami sampaikan kepada Dirjen Dikti Kemendikbudristek atas hibah penelitian
dosen pemula atas pendanaan yang diberikan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu semua proses dalam penelitian ini.

6. REFERENSI
Azkia, H. A., & Daud, Y. (2021). Integrated geophysical and geological methods to identify
structure existence as a permeable zone in a geothermal field. AIP Conference Proceedings,
2320(March), 1–7. https://doi.org/10.1063/5.0038802
Daud, Y., Sulistyo, A., Fahmi, F., Nuqramadha, W. A., Fitrianita, F., Sesesega, R. S., Rosid, S.,
Pati, G. P., Maulana, M. R., Khoiroh, M., Rahman, K. R., & Subroto, W. (2019). First
horizontal derivative and Euler Deconvolution in application for reconstructing structural
signature over the Blawan-Ijen Geothermal area. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 254(1), 1–8. https://doi.org/10.1088/1755-1315/254/1/012008
Direktorat Panas Bumi, D. J. E. (2017). Potensi Panas Bumi Indonesia (1st ed.). Direktorat Panas
Bumi KESDM.
Fitriani, D. S., Putri, S. N. A., & Putrajy, I. F. (2020). Metode Gravitasi untuk Identifikasi Sesar
Weluki Dengan Analisis First Horizontal Derivative Dan Second Vertical Derivative.
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2020, IX, 53–60.
https://doi.org/10.21009/03.snf2020.01.fa.10
Geosoft Inc. (2015). MAGMAP Filtering How-To Guide. Www.Geosoft.Com.
Guglielmetti, L., & Moscariello, A. (2021). On the use of gravity data in delineating geologic
features of interest for geothermal exploration in the Geneva Basin (Switzerland): prospects
and limitations. Swiss Journal of Geosciences, 114(15), 1–20. https://doi.org/10.1186/s00015-
021-00392-8
Hidayat, H., Subagio, S., & Praromadani, Z. S. (2020). Interpretasi Struktur Geologi Bawah
Permukaan Berdasarkan Updating Data Gaya Berat Cekungan Banyumas, Jawa Tengah.
Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, 21(3), 111–118.
https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v21i3.524
Hirt, C., Claessens, S., Fecher, T., Kuhn, M., Pail, R., & Rexer, M. (2013). New ultrahigh-
resolution picture of Earth’s gravity field. Geophysical Research Letters, 40(16), 4279–4283.
https://doi.org/10.1002/grl.50838
Huwaina, M. A., Putranto, T. T., & Santi, N. (2018). Zonasi Potensi Airtanah Akuifer Bebas Di
Cekungan Airtanah Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Promine, 5(1), 41–50.
https://doi.org/10.33019/promine.v5i1.118
Kastowo, & Sunarwa, N. (1996). Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa.
Moeck, I. S. (2014). Catalog of geothermal play types based on geologic controls. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 37, 867–882. https://doi.org/10.1016/J.RSER.2014.05.032
Oryzavica, V., Aulia, K. N., Hendrawan, R. N., & Chandra, A. (2016). What happen in
Banyumas Basin? An overview of geological condition in Cipari Area. Geosea XIV and IAGI
Annual Convention, 1–7.
Permana, L. A., & Mulyadi, E. (2014). Studi Geokimia Fluida Panas Bumi Daerah Jawa Tengah
Bagian Selatan Provinsi Jawa Tengah. In Penelitian Panas Bumi, Badan Geologi, PSDG.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium/2015/pabum/4.pdf
Raharjo, S. A., & Sehah. (2015). Interpretasi Lokasi Source Rock Rembesan Minyak di Desa
Cipari , Kecamatan Cipari , Kabupaten Cilacap Berdasarkan Survei Magnetik. Indonesian
Journal of Applied Physics, 5(2), 80–89.
Raharjo, W., Palupi, I. R., Nurdian, S. W., Giamboro, W. S., & Soesilo, J. (2016). Poisson’s
ratio analysis (Vp/Vs) on volcanoes and geothermal potential areas in Central Java using
tomography travel time method of grid search relocation hypocenter. Journal of Physics:
Conference Series, 776(1), 1–7. https://doi.org/10.1088/1742-6596/776/1/012114
Rosid, M. S., & Siregar, H. (2017). Determining fault structure using first horizontal derivative
(FHD) and horizontal vertical diagonal maxima (HVDM) method: A comparative study.

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

31
doi: 10.34312/jgeosrev.v4i1.12114 ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

AIP Conference Proceedings, 1862(030171), 1–8. https://doi.org/10.1063/1.4991275


Soleha, K. P., Handyarso, A., Fitriani, D., & Supriyana, E. (2019). Modeling of subsurface based
on gravity data with second vertical derivative (SVD) and euler deconvolution
optimazitation. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 311(012065), 1–5.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/311/1/012065
Sumintadireja, P., Dahrin, D., & Grandis, H. (2018). A note on the use of the second vertical
derivative (SVD) of gravity data with reference to Indonesian cases. Journal of Engineering
and Technological Sciences, 50(1), 127–139.
https://doi.org/10.5614/j.eng.technol.sci.2018.50.1.9
Suprianto, A., Supriyadi, Priyantari, N., & Cahyono, B. E. (2021). Correlation between
GGMPlus, topex and BGI gravity data in volcanic areas of Java Island. Journal of Physics:
Conference Series, 1825(012023), 1–6. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1825/1/012023
Wahyudi, E. J., Kynantoro, Y., & Alawiyah, S. (2017). Second Vertical Derivative Using 3-D
Gravity Data for Fault Structure Interpretation. Journal of Physics: Conference Series, 877(1), 1–
8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/877/1/012039
Zain, M. A., Rozi, M. F., Septikasari, A. N., Nuruddianto, M., Supriyanto, & Zarkasyi, A.
(2015). Studi Penerapan Metode Analisis Derivatif Pada Data Potensial Gravitasi. Prosiding
Seminar Nasional Fisika 2015, IV, 65–70. http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/

Copyright © 2022 The Authors. Published by Department of Earth Science and Technology, Universitas Negeri Gorontalo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International License.

32

Anda mungkin juga menyukai