Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun Ke-2 Januari-April 2011
Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun Ke-2 Januari-April 2011
Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun Ke-2 Januari-April 2011
Abstract
This study discusses the relationship between activity-based costing system as the dependent
variable in the calculation of the actual cost of the fabric and setting the selling price as
independent variables. The research method used is descriptive analytical research method,
namely the research conducted by collecting data on the costs incurred in PT Panca Mitra
Indah Clothing, served it so it gives an idea of the true state of PT Panca Mitra Indah
Clothing, whether PT Panca Mitra Indah Clothing is properly classify expenses. It also
carried the cost of analyzing data resulting in the calculation of cost price and selling price
of a cloth fabric that is more appropriate. Then, from analyzing the drawn conclusions and
suggestions. The results showed that PT Panca Mitra Indah Clothing does not classify the
costs incurred by the right. In addition, PT Panca Mitra Indah Clothing does not calculate
the cost of the product correctly because they do not charge the existing fee to each product.
Miscalculated the cost of these products resulted in PT Panca Mitra Indah Clothing has the
wrong base in the sale price. PT Panca Mitra Indah Clothing set the selling price by setting a
mark-up is just enough to cover production costs. Determination of the selling price in this
way lead to PT Panca Mitra Indah Clothing set the selling price too high on most products,
and too low for a fraction of products although the cost of the product is still covered. The
results of the discussion showed there were significant differences between the calculation of
cost price and selling price of products made by companies with the calculation of the cost of
products using activity-based costing system and to mark up prices accordingly. Calculations
using the activity-based costing system can generate the cost of production is more precise so
that it can be a good basis for determining the selling price of the product. To set the
appropriate selling price, mark up the right to consider the competitive situation and the
purchasing power of cutomers.
Keyword: Activity-based Costing System, Cost of goods manufactured, and price.
Pendahuluan
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas membawa perubahan bagi dunia usaha di
Indonesia. Salah satu dampaknya bagi industri dalam negeri yaitu semakin ketatnya
persaingan yang harus dihadapi. Perusahaan tidak hanya harus mampu bersaing dengan
perusahaan lokal saja tapi juga harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Untuk alasan ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mampu menciptakan fondasi
yang kuat bagi perusahaannya. Persaingan harga, kualitas, dan sebagainya menjadikan
sebagian perusahaan harus membenahi berbagai aspek di dalam perusahaannya agar mampu
menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan selalu dituntut untuk dapat mengambil
keputusan yang tepat agar perusahaannya dapat bertahan dalam dunia usaha.
pokok dan harga jual produk dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan dan dibagi
dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
penentuan harga pokok produk menggunakan Activity-based costing system dalam
membantu menetapkan harga jual dengan tepat di PT Panca Mitra Sandang Indah.
Masalah Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap PT Panca Mitra Sandang Indah yang memproduksi dan
menjual kain. Perusahaan memproduksi barang secara teratur dengan kapasitas PT Panca
Mitra Sandang Indah adalah sebesar 45.000 meter kain/hari dan 20.000 kg kain/hari dengan
6 hari kerja dalam satu minggu untuk waktu kerja non-shift. Didalam PT Panca Mitra
Sandang Indah, jam kerja juga dibagi secara shift, yaitu shift pagi, sore, dan malam untuk
Kashiff, Kepala Regu, dan Operator. Apabila dibutuhkan, PT Panca Mitra Sandang Indah
dapat memperbesar kapasitasnya kapan pun dengan mengadakan lembur sehingga kapasitas
perusahaan dapat meningkat menjadi 50.000 meter kain/hari dan 25.000 kg kain/hari. Jumlah
tenaga kerja di PT Panca Mitra Sandang Indah adalah 339 orang. Produk PT Panca Mitra
Sandang Indah adalah kain Tetoron Rayon (TR), Tetoron Cotton (TC), dan kain katun.
Pembeli produk PT Panca Mitra Sandang Indah merupakan pembeli yang membeli
dalam jumlah yang cukup besar. Dengan demikian harga jual merupakan hal penting yang
menjadi bahan pertimbangan pembeli produk perusahaan mengingat situasi persaingan di
Indonesia yang cukup ketat. Perubahan harga yang kecil sekalipun akan berdampak yang
sangat besar bagi penjualan dalam kuantitas besar. Jika ada kesalahan dalam penentuan harga
jual maka perusahaan dapat rugi dalam jumlah besar.
Meningkatnya persaingan dalam industri ini, menuntut perusahaan untuk memiliki
keunggulan agar dapat tetap melangsungkan hidupnya dan memperbesar usahanya. Untuk
itu, perusahaan harus dapat menetapkan harga jual yang wajar dengan cara menetapkan
harga pokok produk dengan tepat. Harga pokok produk yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan biaya penuh (full costing) sehingga meliputi biaya produksi dan non-produksi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mengelompokkan biaya dengan tepat.
2. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah membebankan biaya dan melakukan
perhitungan harga pokok produk dengan tepat.
perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang berbeda dengan perhitungan
yang dilakukan perusahaan selama ini.
Rerangka Pemikiran
Tujuan utama dalam mendirikan suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang
optimal untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Sumber utama
pendapatan perusahaan biasanya berasal dari penjualan produk, baik barang maupun jasa
yang jumlahnya dapat diukur dengan pembebanan kepada pembeli.
Perusahaan harus menetapkan harga jual yang wajar agar mendapatkan pendapatan
yang besar. Dalam menentukan harga jual yang wajar, perusahaan perlu mendapatkan
informasi tentang harga pokok produk yang akurat karena informasi tersebut dapat
berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan.
Bagan Rerangka Pemikiran
Cost
Product
Activity based
Costing System
Unit Level
Activity
Batch Level
Activity
Product Sustaining
Level Activity
Cost of Goods
Manufactured
Cost of Goods
Sold
Price
Facility Sustaining
Level Activity
memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi yang sangat erat
dengan jumlah unit yang diproduksi.
Sampai sejauh ini, ada tiga tingkatan bertahap yang telah dipraktikkan dalam sistem
biaya untuk membebankan biaya overhead pada produk, yaitu:
1. Tarif tunggal yang berlaku untuk seluruh pabrik
2. Beberapa tarif berbeda yang berlaku untuk tiap departemen
3. Penerapan sistem ABC dengan menggunakan bermacam-macam tarif berbeda yang
berlaku untuk tiap-tiap aktivitas
Keterbatasan perhitungan harga pokok tradisional, yaitu dapat menyebabkan
terjadinya distorsi pembebanan overhead. Hal ini dikarenakan proporsi biaya overhead yang
tidak berkaitan dengan jumlah unit terhadap total biaya overhead adalah signifikan, dan jenis
produk yang dihasilkan sangat bervariasi (Hariadi, 2002).
Activity-based Costing System (ABC)
Garrison dan Noreen (2003:96) mendefinisikan Activity-based costing system (ABC)
sebagai berikut:
"A costing method that is designed to provide managers with cost information
for strategic and other decisions that potentially affect capacity and therefore
"fixed" costs"
Adapun hakikat Activity-based costing system (ABC) yang diungkapkan oleh
Mulyadi (2001), yaitu dalam menghasilkan cost object (produk atau jasa), sumber daya
yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa biaya-biaya didasarkan atas aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan.
Gambar 1
Hakikat Activity-Based Costing System
Tabel 1
Konsumsi Biaya Overhead pada Masing-masing Aktivitas
Aktivitas
Persiapan
Pengalokasian Biaya
Pembakaran Penghilangan
Proses Heat
bahan
Pemasakan Pengelantangan
bulu
kanji
setting
baku
Gaji dan THR pegawai umum dan pegawai
1.323.607
1.323.607
1.323.607
1.323.607
1.323.607
pembersih
Gaji dan THR supir
970.645
284.330
284.330
284.330
284.330
284.330
Listrik
63.000.000 63.000.000
63.000.000 63.000.000
Rekening Telepon
1.600.200
Pemeliharaan mesin-mesin produksi, mesin 15.699.714
1.109.798
3.535.132
6.546.179
900.465 20.900.465
boiler, kendaraan, dan peralatan pabrik
Penyusutan mesin-mesin produksi, mesin 1.514.727
3.680.556
5.451.389
5.451.389
2.638.889
8.611.111
boiler, kendaraan, peralatan pabrik dan
telepon
Bahan bakar untuk mesin boiler
86.666.667 86.666.667
86.666.667 86.666.667
Bahan bakar untuk mesin pembakaran bulu
270.400.000
Bahan bakar untuk kendaraan dan peralatan 1.300.000
354.545
354.545
354.545
354.545
354.545
pabrik
TOTAL 21.085.286 277.152.836
160.615.670 163.626.717
155.168.503 181.140.725
Aktivitas
Pengalokasian Biaya
Pembukaan
Pencelupan dan Perapihan Pengeringan
kain
Penyempurnaan
Pemeriksaan
Pengepakan
1.323.607
1.323.607
1.323.607
1.323.607
1.323.607
1.323.607
284.330
284.330
284.330
284.330
176.481
176.481
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
3.535.132
629.798
20.900.465
28.533.798
6.036.623
390.909
5.451.389
555.556
8.611.111
11.111.111
541.667
416.667
Rekening Telepon
Pemeliharaan mesin-mesin produksi, mesin
boiler, kendaraan, dan peralatan pabrik
Penyusutan mesin-mesin produksi, mesin
boiler, kendaraan, peralatan pabrik dan
telepon
Bahan bakar untuk mesin boiler
86.666.667
86.666.667
354.545
354.545
354.545
354.545
354.545
66.147.836
181.140.725
104.607.391
71.432.923
65.662.209
Tabel 2
Konsumsi Biaya Non-Produksi pada Masing-masing Aktivitas
Aktivitas
Biaya
Penerimaan Order Pengiriman Pesanan Pencatatan
Biaya Bahan Bakar Kendaraan
2.600.000
Gaji dan THR supir
Penyusutan Kendaraan
Pemeliharaan Kendaraan
Penyusutan Telepon
Rekening Telepon
Gaji dan THR akuntan
Penyusutan peralatan kantor
315
14.185
1.941.290
3.333.334
4.300.000
178
7.992
4.853.225
2.268.194
600.000
Rekening listrik
TOTAL
14.500
12.182.794
270.000.000
277.721.419
Perhitungan tarif biaya overhead dan biaya non-produksi per aktivitas dalam bulan dapat dilihat pada Tabel 3 untuk kain Grade A dan Tabel 4
untuk kain Grade C.
Perhitungan biaya overhead dan biaya non-produksi untuk masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 4 untuk kain Grade A dan Tabel 5
untuk kain Grade C.
TR
Grade C
Grade A
TC
Grade C
Grade A
Grade C
6.550
15.115
13.550
31.269
1.750
4.303
Keija
2.005
4.626
864
1.995
401
986
2.268
5.273
1.158
2.610
1.615
3.922
10.823
25.014
15.572
35.874
3.766
9.211
Biaya
Tenaga
Langsung
Tabel 4
Perhitungan Harga Jual Kain Per unit (Dalam Rupiah)
Katun
Grade A
Total Biaya
Mark up
Harga Jual
TR
Grade C
Grade A
TC
Grade C
Grade A
Grade C
10.823
25.014
15.572
35.874
3.766
9.211
2.706
6.754
1.401
359
3.276
7.921
13.529
31.768
16.973
36.233
7.042
17.132
Mark up yang digunakan adalah mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan, yaitu:
1. Kain Katun Grade A sebesar 25% dan kain Katun Grade C sebesar 27%
2. Kain TR Grade A sebesar 9% dan kain Katun Grade C sebesar 1%
3. Kain TC Grade A sebesar 87% dan kain Katun Grade C sebesar 86%
Pembahasan Mengenai Harga Jual Kain dengan Menggunakan Sistem yang
Dilakukan Perusahaan Selama Ini Dibandingkan dengan ABC System
Harga jual merupakan salah satu elemen penting yang mendukung keberhasilan suatu
perusahaan, apalagi jika pasar untuk industri tersebut price sensitive. Kesalahan dalam
penetapan harga jual dapat mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggan sehingga
perusahaan tidak dapat bertahan dalam usahanya.
PT Panca Mitra Sandang Indah menghitung harga jual dengan cara biaya bahan baku
ditambah dengan mark-up sesuai kebijakan perusahaan. Namun hasil perhitungan tersebut
masih disesuaikan lagi dengan situasi persaingan, daya beli pelanggan, dan lain sebagainya
menurut kebijakan perusahaan. Kebijakan penyesuaian harga jual tersebut berbeda-beda
untuk setiap jenis produk karena persaingan dan daya beli pelanggan untuk setiap produk
juga berbeda-beda. Walaupun PT Panca Mitra Sandang Indah sudah mempertimbangkan
faktor persaingan dan daya beli pelanggan, namun informasi harga pokok kain PT Panca
Mitra Sandang Indah tidak mencerminkan seluruh biaya yang terjadi sehingga cara
penetapan harga jual seperti ini tetap dapat membuat perusahaan menetapkan harga jual yang
salah. PT Panca Mitra Sandang Indah mengetahui bahwa masih ada biaya lain yang terjadi
selain biaya bahan baku yang harus ditutupi. Namun ketidakpastian mengenai biaya yang
harus ditutupi tersebut dapat mengakibatkan perusahaan menetapkan harga jual terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga tidak menutup biaya selain bahan baku yang tidak ditelusuri
pada setiap produk tersebut.
Untuk menetapkan harga jual dengan tepat, perusahaan harus menggunakan
informasi harga pokok produk yang tepat. Harga pokok produk tersebut harus menyertakan
seluruh biaya yang terjadi dan dibebankan dengan benar pada setiap produknya. Untuk itu
dibutuhkan informasi harga pokok produk yang menggunakan activity-based costing system
yang dapat membebankan seluruh biaya pada tiap produk dengan lebih tepat.
Untuk PT Panca Mitra Sandang Indah dapat dilakukan perhitungan harga jual kain
dengan menggunakan pendekatan cost based, dimana harga jual ditetapkan dengan cara
menambahkan biaya per unit dengan mark up dari biaya yang sesuai. Meskipun perusahaan
berjalan dalam industri yang tingkat persaingannya tinggi, namun dalam menghasilkan kain
tiap perusahaan memiliki ciri khas masing-masing sehingga harga jual kain tidak dapat
disesuaikan dengan pesaing. Karena itu, penetapan harga jual kain tidak dapat menggunakan
pendekatan market based.
Tabel 5
Perbandingan Harga Jual Produk per Unit (Dalam Rupiah)
Overpricing /
Harga Jual per Unit Produk
Produk
Underpricing
Perusahaan
ABC System
Katun Grade A
12.500
13.529
(1.029)
Grade C
30.000
31.768
(1.768)
TR Grade A
16.500
16.973
(473)
Grade C
35.000
36.233
(1.233)
TC Grade A
18.000
7.042
10.958
Grade C
42.000
17.132
24.868
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar produk perusahaan, yaitu kain katun
dan TR ditetapkan harga jual yang terlalu rendah sedangkan kain TC ditetapkan harga jual
yang terlalu tinggi dari yang seharusnya. Walaupun demikian, harga jual yang ditetapkan
oleh perusahaan masih menutup harga pokok produk perusahaan.
Dari perbandingan diatas dapat dilihat bahwa cara penetapan harga jual yang selama
ini digunakan oleh perusahaan dapat menghasilkan penetapan harga jual kain yang salah.
Perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan perhitungan harga pokok kain yang salah.
Setiap harga pokok harus memperhitungkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung yaitu tenaga kerja yang bekerja dalam proses produksi, dan biaya overhead.
Pembebanan biaya overhead juga harus tepat, karena pembebanan yang salah akan
berdampak pada kesalah perhitungan harga pokok dan harga jual.
Dari uraian tersebut dapat dilihat pentingnya perhitungan harga pokok produk yang
benar karena informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk penetapan harga jual dengan benar
yang merupakan salah satu faktor penting pendukung kesuksesan perusahaan. Apabila PT
Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual dengan benar, PT Panca Mitra Sandang
Indah dapat menjual kain dengan kuantitas lebih banyak sehingga profitabilitas perusahaan
dapat meningkat.
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT Panca Mitra Sandang Indah dan hasil pembahasan
yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya menjadi dua, yaitu biaya
bahan baku dan biaya non- bahan baku. Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini
kurang tepat karena perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya
tidak langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan yang
berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan perusahaan salah
dalam menetapkan harga pokok produknya.
2. PT Panca Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih
sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku yang digunakan,
biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan harga pokok tiap produknya.
Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh perusahaan hanya digunakan untuk menghitung
keseluruhan laba akhir perusahaan. PT Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga
jual produk dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per
produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk menutup biaya
non-material yang tidak ditelusuri pada tiap produk. Penetapan harga jual dengan cara
seperti itu kurang tepat karena ternyata sebagian besar produk ditetapkan harga jual
terlalu tinggi, yaitu untuk kain TC. Kain TR dan Katun ditetapkan harga jual yang terlalu
rendah, namun harga jual tersebut masih menutup harga pokok kainnya.
3. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system
dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang berbeda
dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan
activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak langsung dengan tepat,
sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang tepat pula. Dengan
perhitungan harga pokok produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat,
perusahaan dapat menetapkan harga jual produk dengan tepat.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perusahaan sebaiknya mengelompokkan seluruh biaya yang terjadi didalam perusahaan
berdasarkan business function. Perusahaan seharusnya membagi biaya menjadi biaya
produksi dan non-produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya non-produksi terdiri dari biaya
pemasaran dan biaya administrasi. Pengelompokkan tersebut dilakukan berdasarkan pada
fungsi dari biaya-biaya yang terjadi.
2. Untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang tepat, sebaiknya perusahaan
menggunakan activity-based costing system dalam membebankan biaya tidak langsung
pada produknya. Perhitungan harga pokok produk yang tepat mengacu pada perhitungan
harga jual produk yang tepat juga. Dengan penetapan harga jual produk yang tepat,
perusahaan dapat bersaing dengan kompetitornya sehingga dapat terus mempertahankan
dan mengembangkan usahanya.
3. Apabila persaingan harga semakin ketat dan elastisitas harga konsumen meningkat,
perusahaan dapat menurunkan harga jual kain untuk semua produk selama batas mark up
masih menghasilkan Return On Investment (ROI) yang diatas bunga deposito bank.
Daftar Pustaka
Garrison, R. H., dan E. W. Noreen (2003). Managerial Accounting. 10th Edition. New York:
McGraw Hill, Inc.
Hansen, D. R., dan M. M. Mowen (2006). 7th Edition. Management Accounting. Thomson:
Southwestern Publishing, Co.
Hariadi, B. (2002). Edisi 1. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta:
BPFE.
Hilton, R. W. (2005). International Edition. Managerial Accounting. New York: McGraw
Hill, Inc.
Horngren, C. T.; G. Foster, dan S. M. Datar (2006). 12th Edition. Cost Accounting:
Managerial Emphasis. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Martusa, R., S. R. Darma, dan V. Carolina. 2010. Peranan Metode Activity Based Costing
dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi,
Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan Mei-Agustus, Hal. 39-60.
Mulyadi. (2001). Edisi 3. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Jakarta:
Salemba Empat.