Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan


permasalahan publik yang ada dalam masyarakat yaitu dengan mengeluarkan
kebijakan. Salah satu kebijakam yang di keluarkan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah public yang menjadi salah satu pembicaraan yang tidak ada
habisnya selain ekonomi, kesehatan yaitu permasalahan sosial.
Dikeluarkaannya undang- undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menjelasan bahwa setiap masyarakat berhak
mendapatkan kepastian jaminan dan pelayanan kesejahteraan sosial dari
negara.

Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan lembaga negara yang


dibentuk dibawah payung hukum Undang- Undang nomor 24 tahun
20111.Dalam undang- undang ini BPJS adalah salah satu bentuk realisasi dari
usaha negara untuk menjamin seluruh rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidup nya yang layak.Badan penyelenggara jaminan sosial ini terdiri dari dua
bagian, yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.Badan penyelenggara
jaminan sosial bidang kesehatan bertugas untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.

Kesehatan merupakan hal yang sangat urgent untuk semua orang pada
saat sekarang ini, lengah sedikit saja dalam menjaga kesehatan bisa
menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk melaksanakan berbagai
hal. Segala pendapatan dan uang yang telahh diasilakn dapat habis dalam
waktu sekejap saat resiko- resiko yang mengancam kesehatan datang.Adanya

1
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011.pdf diakses pada 24 april 2016

1
pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi
tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti
hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan
lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga.Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan
dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena
dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati
penyakit yang dideritanya.

Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian.Suatu peristiwa


yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana
kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun
kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun
permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia
dimasa datang semakin bertambah.

Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah


270 juta orang.70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah
lansia2. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative
yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya.
Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini mungkin
dapat menjadi masalah yang besar

2
BPJS Kesahatan.go.id diakses pada 24 april 2016

2
Jumlah masyarakat yang menggunakan layanan Badan Penjamin
Jaminan Sosial Kesehatan ini yaitu sebanyak 165.749.5803 orang dan jumlah
faskes yang menggunakan yaitu sebanyak 9812 untuk puskesmas, untuk
(praktek dokter perseorangan) TNI yaitu sebanyak 714, untuk (praktek dokter
perseorangan) Polri yaitu sebanyak 569, untuk (praktek dokter perseorangan)
pratama 3401, dan untuk dokter praktek 4429. Fasilitas kesehatan yan di
berikan oleh BPJS Kesehatan ini tersebar di 34 Provinsi yang ada di Indonesia
dan juga untk warga negara Indonesia yang ada diluar negeri.

Untuk wilayah proviinsi sumatera barat, terdapat 19 Kabupaten/ kota


yang menyediakan fasilitas kesehatan yang melayani BPJS kesehatan. Jika
dilihat dari skala yang lebih kecil yaitu di contohkan kota padang, karena
penulis akan melakukan penelitian di wilayah kota padang, tempat- tempat
yang melayani pasien dengan layanan Badan Penyelenggara jaminan Sosial
kesehatan ini yaitu; Rumah sakit, Rumah Sakit Pratama, RS TNI/ POLRI,
Puskesmas, Dokter Praktek Perseorangan, Dokter Spesialis, Dokter Gigi
Praktik, (praktek dokter perseorangan) Pratama, (praktek dokter perseorangan)
TNI, (praktek dokter perseorangan) Polri, Apotek, dan Optik. Terbukanya
kesempatan untuk mendapatkan pelayanan di dokter praktek perseorangan,
oleh karena itu kami ingin meneliti tentang implementasi kebijakan BPJS
Kesehatan ini diwilayah kota Padang, khusu nya di (praktek dokter
perseorangan) dokter ini.

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti merupakan wilayah yang


memiliki tempat pelayanan kesehatan yang di layani dengan layanan Badan
Jaminan Sosial kesehatan. Wilayah ini bertempat di Limau Manis di Rt 002/
Rw 002 Limau Manis, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, (praktek dokter
perseorangan )dr. Fitri Yuni Nazar.
3
BPJS Kesehatan.go.id/jumlah peserta, dimutakhirkan pada 15 april 2016. Diakses pada 24
april 2016

3
Seringkali ditemukannya kebijakan yang tidak berhasil diterapkan
membuat penerliti ingin meneliti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
layanan kesehatan. Permasalahan yang menjadi kajian dasar peneliti yaitu
tentang implementasi kebijakan tentang adanya layanan BPJS untuk daerah ini,
sejauh mana konsistensi actor-aktor yang menjadi pelaksana dari implementasi
kebijakan ini serta respon dari implementor terhadap kebijakan yang telah
dibuat, dan bagaimana respon yang diberikan oleh masyarakat selaku
partisipan terhadap kebijakan yang telah dibuat ini.

Kondisi lingkungan politik, ekonomi dan sosial juga akan menjadi


kajian yang akan dibahas oleh penulis karena berhasilnya suatu kebijakan tidak
akan pernah lepas dari kondisi eksternal dari kebijakan itu sendiri. Setelah
kebijakan di analisis dengan melihat kondisi tersebut, tentunya akan menjadi
sangat menarik saat kebijakan di lihat implementasinya secara hierarki
structural dan koordinasi dengan lembaga ainnya. Memiliki hubungan baik
dengan lembaga lain juga merupakan jalur yang akan menolong berhasilnya
suatu kebijakan di implementasikan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian kali ini yaitu

a. Bagaimanakah sasaran dan tujuan dari kebijakan, serta


bagaimanakah standar dari kebijakan yang telah di buat?
b. Bagaimana sumber- sumber kebijakan dari tempat yang
menyediakan layanan BPJS Kesehatan ini? ( bagaimana sumber
dana dan bagaimana fasilitas yang disediakan?
c. Bagaimana komunikasi antar organisasi dan kegunaan pelaksanaan
dalam hal ini komunikasi dengan organisasi yang ada di kota dan

4
provinsi? Apakah ada komunikasi atau tidak yang berhubungan
dengan kebijakan yang baru ataupun kebijakan yang akan
ditetapkan?
d. Bagaimana karakteristik badan pelaksana yang menyediakan
layanan BPJS Kesehatan?
e. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan politik dari masyarakat
yang menggunakan layanan BPJS Kesehatan?
f. Bagaimana sikap pelaksana dari tempat- tempat yang mnyediakan
layanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan?

I.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kinerja


implementasi kebijakan BPJS Kesehatan dengan menggunakan beberapa
factor yang mempengaruhi jalannya suatu kebijakan jika di analisis dengan
menggunakan teori Van Meter dan Van Horn. Penulisan makalah ini juga di
tujukan sebagai pemenuhan tugas akhir dari mata kuliah Kebijakan Publik.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Pemahaman umum mengenai implementasi kebijakan dapat diperoleh


dari pernyataan Grindle (1980: 7) bahwa implementasi merupakan proses
umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan
untuk mencapai sasaran. Jika pemahaman ini diarahkan pada lokus dan fokus
(perubahan) dimana kebijakan diterapkan akan sejalan dengan pandangan Van
Meter dan van Horn bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang
dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan swasta baik secara individu
maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan4.

implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni


implementasi merupakan persamaan fungsi dari maksud, output dan outcome.
Berdasarkan deskripsi tersebut, formula implementasi merupakan fungsi yang
terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk, dan hasil dari akibat.
Selanjutnya, implementasi merupakan persamaan fungsi dari kebijakan,
formator, implementor, inisiator, dan waktu. Penekanan utama kedua fungsi ini
adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan
dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu. Implementasi
kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan
hasil kegiatan pemerintah. Tugas implementasi adalah membangun jaringan

4
Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 Haedar Akib/ Jurnal Administrasi
Publik,

6
yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas
instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

Terdapat beberapa model dalam menjelaskan bagaimana jalannya suatu


implementasi kebijakan. Perencanaan akan berpengaruh sebanyak 20% dalam
menenetukan keberhasilan suatu kebijakan, dan 60% nya adalah implementasi
dan 20% lagi adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi5.
Implementasi merupakan hal yang paling susah untuk dilaksanakan dan
merupakan hal yang berat untuk dilaksanakan, karena disini aka nada
masalah- masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di
lapangan. Serta ancaman utama yaitu konsistensi dari actor- actor yang
menjalankan kebijakan.

Pendekatan- pendekatan yang digunakan dala implementasi kebijkan


public dapat dibagi mmenjadi tiga generasi.Generasi pertama, yaitu pada tahun
1970-an, memahami implementasi kebijakan sebagai masalah- maslah yang
terjadi antara kebijkan dan eksekusi nya. Pada generasi pertama ini
pengambilan kebijakan berhimpitan dengan studi pengambilan keputusan
disektor public. Generasi kedua, tahun 1980-an adalah generasi yang
mengembangkan pendekatan implementasi kebijakan yang bersift dari atas-
kebawah(top- downer perspective) .

perspektif ini lebih focus kepada tugas birokrasi untuk melaksanakan


kebijakan yang telah dibuat secara politik. Generasi ketiga berkembang pada
tahun 1990 yang memperkenalkan bahwa variabel perilaku actor pelaksana
implementasi kebijakan lebih menentukan keberhasilan dari kebijakan yang
telah dibuat.

5
Riant Nugroho. Public Policy.elex media komputindo.2011.hal 626.

7
II.2 MODEL VAN METER DAN VAN HORN

Model ini merupakan model yang paling klasik untuk digunakan,


model ini merupakan hasil duet dari Donald Van Meter dengan Carl Van Horn
pada 1975. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan
secara linear dari kebijakan public, implementor, dan kinerja kebijakan
public.model proses implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn
dapat terlihat bahwa elemen yang menentukan keberhasilan penerapannya
termasuk ke dalam elemen model proses politik dan administrasi menurut
Grindle. Kata kunci yang digunakan yakni perubahan, control, dan kepatuhan
termasuk dalam dimensi isi kebijakan dan konteks implementasi kebijakan.

Demikian pula dengan tipologi kebijakan yang dibuat oleh keduanya


termasuk dalam elemen isi kebijakan dan konteks implementasi menurut
Grindle.Tipologi jumlah perubahan yang dihasilkan termasuk dalam elemen isi
kebijakan dan tipologi ruang lingkup kesepakatan termasuk dalam konteks
implementasi.

Interorganizational P
communication and
RESOURCES enforcement activities E
P
R

O F
Characteristics of
the implementating The disposition of
L O
agencies implementers
R
I
M
C STANDARD
AND Economic, social, and A
OBJECTIVES political conditions
Y N

8
Model Donald Van Meter Dan Carl Van Horn

Dari bagan yang telah ada diatas, dapat di tarik bahwa ada beberapa variabel
yang dikemukakan oleh dua ahli ini;

1. Standar (ukuran dasar) dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran


kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir, sehingga
dapat diukur sejauh mana standar yang teah di tetapkankemudian di
realisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur dan terlalu
luas, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan
konflik di antara para agen implementasi. Standar dan sasaran
kebijakan yang ada harus di sosialisasikan kepada masyarakat.
2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-
manusia (non-human resources). Sumber daya manusia dapat berupa
kualitas dari staff dan kuantitas dari staff yang ada.tingkah dan
kebiasaan dari actor pelaksana kebijakan menjadi hal yang juga sangat
di perhatikan karena menimbulkan dampak dan menjelaskan kualitas
dari sumber daya manusia dari apa yang mereka kerjakan. Sumber
daya non manusia dapat berupa sumber daya materi yaitu seperti
jumlah alat- atau infrastruktur yang ada dan jumlah dana yang tersedia.
3. Hubungan antar Organisasi dan keg pelaksana. Hal ini dikhususkan
untuk mengkomunikasikan standar aturan, sehingga di peroleh
ketepatan dan konsistensi sekaligus sebagai alat ukur dalam
pengawasan. Dalam banyak program, implementasi sebuah program
perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu,
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan
suatu program. Dibutuhkannya hubungan baik antara satu organisasi

9
dengan organisasi yang lainnya, atau hubungan hierarkis antar
organisasi harus dijaga.
4. Karakteristik badan pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen
pelaksana adalah mencakup birokrasi, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
memengaruhi implementasi suatu program. Serta juga mencermati hal-
hal yang sangat kursial antara lain; kommpetensi dan jumlah dari staff
yang ada, rentang kendali dan hierarki, dukungan politik yang di
miliki(apakah memiliki kedekatan politik atau hubungan hubungan
yang bersifat politik), kekuatan organisasi, derjat keterbukaan dan
kebebasan komunikasi, serta keterkaitan dengan badan dan lembaga
yang membuat kebijakan.
5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan
implementasi Komunikasi antar organisasi dan agen pelaksana Ukuran
dan tujuan kebijakan Karakteristik agen pelaksana Disposisi pelaksana
Sumber daya Lingkungan sosial, ekonomi dan politik Kinerja
implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para
partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini
publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
6. Sikap pelaksana (Disposisi implementor). Disposisi implementor ini
mencakup tiga hal yang penting, yakni: (a) respons implementor
terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untu
melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap
kebijakan; dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi
nilai yang dimiliki oleh implementor. Serta sikap pelaksana juga

10
meliputi persepsi atas masalah tuntutan dan dukungan serta sejauh
mana bertentangan dengan kepentingan pribadi pelaksana. Dengan kata
lain, sikap pelaksana sangat menuntut adanya integritas dari pelaksana
kebijakan. Karena dalam hal ini dia akan dihadapkan dengan persoalan
melaksanakan kebijakan dengan seharusnya sesuai prosedur dan
standar ataukah melaksankan kebijakan namun yang bertentangan
dengan kepentingan pribadi di dahulukan.

Dalam menjelaskan implementasi kebijakanmodel ini lebih mengutamakan


konsistensi dan sikap dari implementor terhadap kebijakan. Sikap yang linear
akan memberikan dampak yang baik dan akan dapat diukur sejauh mana
kebijakan direalisasikan sesuai dengan standar yang di tetapkan. Semua unsur
berjalan secara bersamaan dan berjalan saling berpengaruh antara yang satu
dengan yang lainnya. Keberhasilan implementasi di tunjukan dengan melihat
kebijakan secara internal, yaitu di mulai dengan standar dan pelayanan yang
dibuat secara jelas, setelah itu keberhasilan implementasi kebijakan dilihat dari
struktur kelembagaan secara hierarkis dari lembaga yang menerapkan aturan.
Membahas aspek keberhasilan dari dalam kemudia kepada lembaga juga
membawa aspek lingkungan yang menjadi factor eksternal penentu
selanjutnya. Sikap integritas dari pelaksana juga menjadi hal yang sangat
menentukan keberhasilan kebijakan, bagusnya kebijakan dan bagusnya
susunan lembaga yang menggunkannya tanpa sikap integritas maka semuanya
sia-sia.

11
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 STANDAR DAN PELAYANAN

BPJS kesehatan merupakan program publik yang memberikan


perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasiresiko sosial-ekonomi tertentu
dan penyelenggaraan menggunakan asuransi sosial.

BPJS kesehatan di Praktek Umum dr. Fitri Yuni merupakan program


pemerintah yang diresmikan pada tanggal 1 Agustus 2015. Program ini
dibentuk sebagai upaya pemenuhan tuntutan masyarakat dalam bidang
kesehatan, beberapa harapan yang dikemukakan masyarakat pada saat ituantara
lain, agar ada dan tersedianya tempat pengobatan yang melayani pasien dengan
layanan BPJS kesehatan. Tuntutan dari pegawai negeri sipil yang tinggal di
daerah sekitar tempat praktek, yang menginginkan agar di sedia kannya
layanan pengobatan BPJS kesehatan dengan pertimbangan pembayaran premi
yang mereka keluarkan setiap bulan dapat mereka nikmati dengan mudah. Jauh
nya akses ke tempat pengobatan yang melayani pasien BPJS kesehatan sulit di
jangkau untuk daerah limau manis, oleh karena itu kerja sama dengan BPJS
kesehatan di ambil sebagai alternative dari beberapa tuntutan dan harapan
masyarakat tersebut.

Dalam melaksanakan fungsi serta mencapai tujuan dari BPJS


Kesehatan tentu diikat oleh Visi dam Misi yang sudah disepakati. Adapun Visi
dan Misi yang digunakan oleh BPJS kesehatan yaitu:

Visi :
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

12
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal,
unggul dan terpercaya.

Misi BPJS Kesehatan :

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan


mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan
yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

Untuk mewujudkan visi dan misi diatas, aturan yang sudah disepakati
dilaksanakan secara ketat dan tegas serta menuntut pertanggung jawaban dari
segala pihak yang bersangkutan agar tidak menyimpang dari tujuan yang ingin
dicapai.Tindak lanjut dari ketegasan itu diterapkan dengan memberikan sanksi
apabila terjadi keterlambatan dalam memberikan laporan.

13
III.2 SUMBER- SUMBER KEBIJAKAN

Sumber- sumber dari kebijakan merupakan sumber yang menjadi acuan


bagi sebuah lembaga dalam menentukan pilihan dan arah jalannya mereka
kedepan. Sumber dana adalah sumber yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan suatu kebijakan, ditunjang lagi dengan fasilitas yang diberikan
apakah bermanfaat dengan baik atau tidak. Terkait dengan kebijakan BPJS
Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan. Hal ini dikarenakan jumlah peserta yang ikut program jaminan
kesehatan sangat banyak bahkan targetnya kedepan seluruh masyarakat
Indonesia.
Untuk pendanaan yang dibutuhkan oleh (praktek dokter perseorangan)
ini pendanaan di berikan secara personal dengan dana dari pihak kliik sendiri.
Sumber pendanaan dari BPJS yang diberikan Rp.8000,00/orang tiap bulannya,
berapa kalipun mereka bolak-balik berobat tetap jatah mereka Rp.8000,00
dalam sebulan. Selain itu, fasilitas yang diberikan pihak BPJS khususnya pada
(praktek dokter perseorangan) dr.Fitri Yuni tidak ada, hanya saja mereka
memberikan fasilitas memberikan dokumen yang dikirim lewat email. Untuk
pencetakan dan pendanaan dalam mencetakpun ditanggung oleh pihak (praktek
dokter perseorangan).
Logo yang harus di sediakan dan di pasang oleh pihak BPJS hanya di
kirim melalui email, dan pihak (praktek dokter perseorangan) harus mencetak
logo tersebut. Untuk biaya mengenai pencetakan, pihak BPJS tidak
memberikan sumbangan dan suntikan dana, tetapi pihak (praktek dokter
perseorangan) harus membayar sendiri dan jika ada (praktek dokter
perseorangan) yang tidak mencetak saat ada proses pengecekan maka kan
mendapatkan teguran.

14
III.3 KOMUNIKASI ANTAR ORGANISASI DAN KEGIATAN
PELAKSANA

Berikut adalah rincian komunikasi dan kegiatan pelaksanaan Praktek


Umum dr. Fitri Yuni dan instansi kesehatan lain terkait:

a. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kota Padang,


sebagai mitra praktek umum dr. Fitri Yuni, juga turut bekerjasama dan
berkomunikasi. Beberapa bentuk kegiatan dan komunikasi yang
dilakukan adalah berupa:
 Pelaporan dari praktek umum dr. Fitri Yuni kepada BPJS
Kesehatan Kota Padang yang wajib dilakukan 1 kali dalam
sebulan. Namun, berdasarkan penuturan dari dr. Fitri Yuni,
pihak BPJS Kesehatan Kota Padang tidak memberikan
feedback sebagaimana yang diharapkan.
 Selain itu, per tanggal 1 Agustus tiap tahunnya dr. Fitri Yuni
juga diberi pilihan untuk melanjutkan/memperpanjang
kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Namun, dalam wawancara
yang dilakukan, dr. Fitri Yuni berniat untuk tidak melanjutkan
kerjasama dengan BPJS Kesehatan karena tidak sesuai dengan
hasil yang diharapkan.

b. Puskesmas Pauh, praktek umum ini juga turut memberikan pelaporan


wajib 1 x per bulan kepada Puskesmas Pauh, dan juga sebagai tempat
rujukan. Namun, berdasarkan penuturan dr. Fitri, pihak puskesmas
tidak memberikan feedback sebagaimana yang diharapkan.

15
c. Semen Padang Hospital, rumah sakit swasta ini menjadi pilihan bagi dr.
Fitri Yuni untuk melakukan rujukan bagi pasiennya, dan juga rujukan
bagi pasien yang tidak termasuk dalam FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama). (bentuk dan jenis pelayanan terlampir)

d. Pemilihan tempat rumah sakit yang dijadikan tempat rujukanpun telah


di tetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah, dan tidak boleh melanggar
aturan yang telah dibuat. Untuk rujukan dari tempat praktek doktek
Fitri Yuni Nazar, diharuskan untuk melakukan ke rumah sakit dengan
tipe B/C dan belum dibolehkan untuk melakukan rujukan kerumah
sakit tipe A, dalam wilayah kerja praktek ini rumaah sakit yang
menjadi tempat rujukan pertama yaitu Rumah Sakit Semen Padang dan
Rumah sakit Umum Daerah yang terletak di Jalan Bypass. RSUD
Rasidin juga merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang digunakan
oleh dr. Fitri Yuni sebagai mitra atau sebagai tempat rujukan.

III.4 KARAKTERISTIK BADAN PELAKSANA

a. Kompetensi dan Jumlah Staff.


Untuk staff yang bekerja di (praktek dokter perseorangan) ini
merupakan staff yang terdidik dan merupakan staff yang memiliki
keahlian dibidang kesehatan. Serta staff yang dipekerjakan di (praktek
dokter perseorangan) ini juga dalam jumlah yang cukup. Staff yang
bekerja di (praktek dokter perseorangan) ini di pekerjakan dan bayar
perhari, dibayarkan sesuai dengan waaktu yang digunakan untuk
bekerja dan jua bertujuan untuk memberikan efektifitas terhadap
pelayanan dan pekerjaan. Diberlakukannya shift kerja juga sangat
menguntungkan bagi pasien dan bagi pihak (praktek dokter

16
perseorangan), saat staff yang satunya sedang mengambil waktu libur
maka yang satunya bekerja, pembagian waktu unutk libur diserahkaan
oleh pimpinan umum kepada staff yang ada agarmereka dapat
melakukan koordinasi dan pembagiaan waktu secara rasional. Praktek
umum dr. Fitri Yuni telah memenuhi persyaratan kompetensi dan
jumlah staff yang disyaratkan BPJS Kesehatan.
Jumlah Staff yang dimiliki:
 2 Dokter
 1 Bidan
 1 Perawat

b. Rentang kendali (hierarki)


Tidak ada hierarki yang begitu jelas dalam praktek umum dr. Fitri Yuni
ini, dan juga dalam melaksanakan tugas tempat praktek ini hanya
memenuhi persyaratan jumlah yang disyaratkan dalam Perpres no 111
tahun 2013 ini, yaitu:
 Dokter Umum/Pimpinan Umum : dr. Fitri Yuni
 Dokter Umum (komplementer) : dr. Meli
 Perawat : Desri Wahyuni
 Bidan : Nur Febriani

c. Dukungan politik yang dimiliki


Dalam melakukan implementasi dari kebijakan layanan sosial yang
dibuat oleh pemerintah (praktek dokter perseorangan) ini tidak memliki
hubungan atau kedekatan politik dengan pihak yang ada di wilayah
kota padang sendiri. Serta tidak ada dukungan politik yang dimiliki
oleh dr. Fitri Yuni ini, baik itu digunakan sebagai komoditi kampanye
ataupun kepentingan politik yang lain.

17
Serta juga tidak ada hubungan yang dimiliki oleh klinik ini dengan
komunitas komunitas atau kelompok kepentingan tertentu. Dalam
perjalanannya klinik yang berdiri semenjak tahun 2014 ini baru
menerapkan kebijakan untuk melayani pasien dengan layanan
kesehatan dari BPJS pada tahun 2015, dan juga di sebabkan oleh
tuntutan dari masyarakat sekitar.
d. Kekuatan organisasi
Organisasi yang bertugas sebagai implementor kebijkan yang telah
dibuat oleh pemerintah tentu nya harus memiliki kekuatan. Kekuatan
yang dimiliki oleh implementor dapat berupa pengakuan dari badan
hukum dan pengakuan dari massyarakat yang ada disekitar tempat
praktek ini. Kekuatan hukum yang dimiliki oleh organisasi ini sebagai
implementor kebijakan layanan kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan yaitu: surat izin praktek; 761/ Regdit-
P.SDM/DKK/IV/2014.

e. Derajat keterbukaan dan kebebasan komunikasi


Derajat keterbukaan berhubungan dengan keterlibatan setiap anggota
(praktek dokter perseorangan) dalam menerima informasi-informasi
baru mengenai perkembangan BPJS Kesehatan, sebagai perpanjangan
dari Pimpinan Umum (praktek dokter perseorangan).
Kebebasan komunikasi membentuk terbangunnya pola komunikasi
yang intens antara pegawai dengan pimpinan umum apabila ditinjau
dari jam kerja pegawai (praktek dokter perseorangan).
Jam kerja operasional (praktek dokter perseorangan):
 Setiap hari : Pukul 08.00 WIB-12.00 WIB (Pagi)
Pukul 16.00 WIB-21.00 WIB (Sore)
 Shift : Pagi : dr. Meli & Desri Wahyuni

18
Sore : dr. Fitri & Nur Febriani

Shift keja yang telah dibuat di atas dapat berubah kapan saja
saat kedua staff yang dibekerjakaan melakukan kesepakatan dengan dr.
fitri yuni nazar. Pola komunikasi yang coba dibangun oleh dokter yang
menjadi pimpinan di (praktek dokter perseorangan) ini merupakan pola
komunikasi yang terbuka, memberikan kesempatan kepada satf untuk
menyuarakan kepentingan mereka saat mereka memiliki kepentingan
atau hal lain yang harus dikerjakan dan dipenuhi terlebih dahulu.

f. Keterkaitan dengan pembuat kebijakan


Keterkaitan yang ada antara (praktek dokter perseorangan)
dengan pihak yang melakukan pembuatan kebijakan sangat jauh. Tidak
adanya kedekataan dapat dilihat dari penyampaian informasi yang
dilakukan oleh pihak pembuat kebijakan dengan praktek dokter ini.
Ukuran dan kapasitas dari klinik yang baru berdiri pada tahun 2014
(dapat dilihat dari surat izin praktek) dan berdiri diwilayah dengan
kondisi masyarakat yang masih sangat tradisional dalam memenuhi
kebutuhan menjadikan klinik ini sulit berkembang dan baru
menggunakan layanan BPJS Kesehatan pada 1 agustus 2015
dikarenakan tuntutan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri
sipil.
Sosialisasi kebijakan yang dilakukan oleh lembaga yang berada
lebih tinggi dari (praktek dokter perseorangan) ini hanya dilakukann
dengan pengiriman informasi melalui E-mail, Whats App, dan
Telegram. Yang diundang oleh lembaga yang berada lebih tinggi
hanyalah klinik- klinik yang sudah berdiri lama dan merupakan klinik
yang ternama dan juga klinik yang sudah besar.

19
III.5 KONDISI SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK

Untuk wilayah kerja tempat praktek dokter Fitri Yuni Nazar ini merupakan
lingkungan masyarakat yang bertumpu tidak hanya pada satu mata
pencaharian saja. Bekerja di sawah dan juga merupakan wilayah tempat
menambang batu air, yang kemudian akan di olah lagi menjadi barang yang
dapat berdaya jual. Untuk masyarakat yang notabenenya adalah warga yang
memiliki pekerjaan sebagai buruh kasar, jaminan kesehatan yang murah dan
disubsidi pemerintah seharusnya mereka dapatkan.Dalam menyikapi hal ini
menjadi salah satu tempat layanan kesehaatan yang menyediakan pelayanan
kesehatan bersama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
kesehatan) bagi dokter swasta merupakan sebuah keharusan untuk hanya
menerima pasien yang menggunakan layanan BPJS Kesehatan mandiri.

Masyarakat yang menggunakan layan kesehatan dengan layanan BPJS


mandiri merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas.Bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang lemah dan
kemampuan ekonomi yang tidak dapat menanggulanginya secara individu
pemeintah menyediakan layanan kesehatan dengan subsidi.Layanan kesehatan
dengan baiaya yang sudah lebih ringan jika di bandingkan dengan layanan
kesehatan BPJS mandiri dapat di dapatkan pada Puskesmas. Praktek dr.Fitri
Yuni Nazar merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang
menyediakan layanan kesehatan bagi pengguna BPJS kesehatan mandiri dan
BPJS kesehatan unuk Pegawai Negeri Sipil. Masyarakat yang menggunakan
layanan kesehatan di tempat praktek dokter ini merupakan pasien BPJS
mandiri dan BPJS pegawai negeri sipil yang merupakan penduduk dengan
golongan 1, 2, 3 dan merupakan penduduk dengan ekonomi menegah ke atas.

Dan untuk (praktek dokter perseorangan) jumlah pasien yang mendatangi


tempat layanan kesehatan ini yaitu dalam kisaran 40-50 orang, baaik itu dalam

20
kunjungan sakit ataupun kunjungan sehat. Kunjungan sakit dilakukan untuk
melakukan pngobatan dan meminta obat untuk penyakit yang diderita.
Kunjugan sehat di lakukan oleh masyarakat yang tidak sakit namun ingin
melakukan pengecekan kesehatan dan melakukan pemeriksaan. Pengecekan
gula darah, pengecekan tensi kesehatan dan pengecekan hal- hal medis lainnya.

Dukungan dari masyarakat selaku pasrtisipan dalam kebijakan untuk


wilayah kerja (praktek dokter perseorangan) ini di tunjukan dengan adanya
tuntutan secara moril dari masyarakat dari rentang waktu baru berdiri 2014-
2015. Dan penggunaan layan BPJS kesehatan di tempat ini diresmikan pada
tahun 2015. Namun partisipasi secara moril saja yang dilakukan oleh
masyarakat ternyata tidak memberikan efek ekonomi yang baik kepada
(praktek dokter perseorangan) ini, dapat dilihat dengan adanya kemauan dari
pimpinan (praktek dokter perseorangan) ini untuk tidak memperpanjang
hubungan kerja dengan BPJS kesehatan.

III.6 SIKAP PELAKSANA

Terjalinnya hubungan kerjasama antara BPJS kesehatan dan pihak (praktek


dokter perseorangan) dr. Fitri Yuni, tidak dapat terlepas dari berbagai macam
bentuk permasalahan yang dialami pada setiap kegiatan pelaksanaan.
Mengatasi permasalahan tersebut, sikap pelaksana dalam penerapannya
dituntut untuk tetap menjalankan aturan yang telah diturunkan oleh pihak BPJS
Kesehatan, akan tetapi dalam menjalankan berbagai aturan tersebut pihak dari
pelaksana aturan atau (praktek dokter perseorangan) Yuni mengalami masalah
dalam menjalankannya. Masalah yang dihadapi dari pihak (praktek dokter
perseorangan) dr. Fitri Yuni diantaranya: yang pertama masalah di bidang
BOK (Badan Operasional Kesehatan). Dalam aturan yang ditetapkan oleh

21
pihak BPJS Kesehatan, setiap kapitasi mendapatkan Rp.8000,00/orang yang
mencakup didalamnya 155 macam penyakit dalam jangka waktu satu bulan.
Dengan ketentuan harga yang sangat kecil, mengingat lokasi (praktek dokter
perseorangan) ini diperkampungan, terkadang satu orang pasien datang berobat
ke (praktek dokter perseorangan) hingga 3kali dalam waktu satu bulan.

Sementara ketentuan harga yang ditetapkan hanya Rp.8000,00. Tentu


dengan harga yang kecil sementara pasien datang berkali-kali, mengakibatkan
kerugian bagi (praktek dokter perseorangan) ini.Sementara jumlah kapitasi
yang datang tidak terlau banyak.(praktek dokter perseorangan) ini jarang atau
bisa dikatakan tidak pernah mendapat keuntungan dari kerja sama yang dijalin
bersama pihak BPJS Kesehatan, sementara harapan awal menjalin kerja sama
dengan BPJS Kesehatan untuk mendapat keuntungan dengan meningkatkan
jumlah pasien yang berobat ke(praktek dokter perseorangan) tersebut. Bahkan
sering kali pihak dari (praktek dokter perseorangan) dr.Fitri Yuni mengalami
kerugian karena menambal uang pembelian obat pasien yang datang berkali-
kali dalam jangka waktu satu bulan. Dalam melayani persalinan pihak (praktek
dokter perseorangan) hanya diberikan Rp. 500.000.00/ pasien dan juga di
potong pajak sebanyak 10%. Kemudian permasalahan kedua yaitu Sanksi.

Sanksi yang diturunkan seperti salah mendiagnosa pasien, keterlambatan


dalam pengiriman laporan bulanan, tidak menghadiri undangan pertemuan
dengan pihak BPJS Kesehatan, dan berbagai contoh lainnya. Sanksi yang
diberikan yaitu memberikan teguran, kemudian menurunkan SP (SP 1, SP 2,
SP 3), dan memutuskan kerja sama dengan pihak yang melakukan
pelanggaran. Namun permasalahannya, pihak yang menurunkan sanksi itu
tidak jelas, entah dari siapa sanksi itu dikluarkan, ketidakjelasan apakah dari
pihak BPJS Kota, BPJS Provinsi, dari pihak Puskesmas, atau dari Dinas
Kesehatan. Serta bagaimana evaluasi dari kinerja juga terkesan

22
mengambang.Itu menyebabkan (praktek dokter perseorangan) dr.Fitri Yuni
sering kebingungan pihak yang menurunkan sanksi.

Masalah ketiga yaitu dalam hal memberikan rujukan pasien kepada


puskesmas.Pihak (praktek dokter perseorangan) dr.Fitri Yuni tidak
mendapatkan feedback berupa tinjauan dari pihak puskesmas.Rujukan yang
diizinkan berupa pasien yang menderita penyakit diluar 155 macam penyakit
yang sudah masuk dalam ketentuan BPJS Kesehatan, dan untuk pasien yang
melahirkan. Karena dana untuk pasien melahirkan tidak masuk kedalam
pendanaan yang diberikan BPJS Kesehatan kepada pihak (praktek dokter
perseorangan) dr.Fitri Yuni. Namun rujukan itu tidak pernah memberikan
feedback kepada pihak (praktek dokter perseorangan) ini.

23
BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan lembaga negara yang


dibentuk dibawah payung hukum Undang- Undang nomor 24 tahun
20116.Dalam undang- undang ini BPJS adalah salah satu bentuk realisasi dari
usaha negara untuk menjamin seluruh rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidup nya yang layak.Badan penyelenggara jaminan sosial ini terdiri dari dua
bagian, yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.Badan penyelenggara
jaminan sosial bidang kesehatan bertugas untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.

BPJS kesehatan di Praktek Umum dr. Fitri Yuni merupakan program


pemerintah yang diresmikan pada tanggal 1 Agustus 2015. Program ini
dibentuk sebagai upaya pemenuhan tuntutan masyarakat dalam bidang
kesehatan, beberapa harapan yang dikemukakan masyarakat pada saat ituantara
lain, agar ada dan tersedianya tempat pengobatan yang melayani pasien dengan
layanan BPJS kesehatan.

Setelah melakukan wawancara dengan pihak pimpinan (praktek dokter


perseorangan) dr. Fitri Yuni Nazar, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal
menarik dari implementasi kebijakan dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan( BPJS Kesehatan) antara lain;

1. Standar dan pelayanan yang di tetapkan oleh BPJS harus


dilaksanakan dan di patuhi oleh tempat praktek yang ingin bekerja
sama dengan BPJS dalam hal ini merupakan tempat (praktek dokter

6
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011.pdf diakses pada 24 april 2016

24
perseorangan) dr. Fitri Yuni Nazar. Kelalaian dalam menerapkan
aturan yang di tetapkan oleh BPJS kesehatan akan dikenakan sanksi
yang sifatnya bertingkat, mulai dari teguran, surat peringatan dan
surat pemutusan hubungan kerja.
2. Sumber- sumber kebijakan yang di ada di klinik ini khusus nya
aturan- aturan dan kesepakatan yang diberlakukan di beritahukan
melalui media sosial dan akun E-mail. Kebijakan yang di berikan
berupa soft copy dan (praktek dokter perseorangan )dr. Fitri Yuni
Nazar harus menjadikan hard copy, dan logo/ adanya desain
spanduk yang harus digunakan juga diberikan dengan akun E-mail.
Sumber dana yang di sediakan oleh BPJS untuk tempat pelayanan
kesehatan tidak ada sama sekali. Fasilitas yang di berikan pada
pasien dengan layanan BPJS kesehatan diharuskan sama dengan
pasien yang tidak menggunkan layanan BPJS kesehatan, dan harga
yang diberikan untuk setiap pasien BPJS kesehatan sangat murah
Rp.8000.00 tanpa memandangan penyakit apa dan berapa kali
mereka datang. Untuk pasien melahirkan BPJS hanya memberikan
Rp. 500.000.00/ pasien dan dana claim yang diajukan baru dapat
cair beberapa waktu setelah itu dan jugaa dikenakan pemotongan
pajak. Rumah sakit yang dijadikan tempat rujukan juga harus
rumah sakit tipe B/C dan tidak di izinkan untuk rumah sakit tipe A.
3. Staff yang bekerja di tempat ini merupakan staff yang
berkompetensi di bidang kesehatan dan juga telah memenuhi
persyaratan khusus yang di berlakukan pihak BPJS kesehatan.
4. Dukungan politik yang dimiliki oleh praktek dokter perseorangan
ini tidak ada, karena tidak memiliki kedekatan secara politis dengan
pejabat pemerintahan dan lembaga politik yang ada. Pemiliki klinik
ini sejatinya bukanlah penduduk asli dari kota padang. Praktek

25
dokter perseorangan ini merupakan praktek dokter yang berdiri
dibawah payung hukum, dan juga merupakan organisasi yang di
dukung oleh masyarakat. Pelayanan yang diberikan juga merupakan
pelayanan dengan jadwal tertentu, yaitu dengan diberlakukannya
shift untuk staff dan juga jadwal yang dapat disusun berdasarkan
kesepakatan. Hal yang paling disayangkan yaitu hubungan yang
dimiliki pihak (praktek dokter perseorangan) ini dengan pembuat
kebijakan dapat dikatan sangat jaauh, karena pihak (praktek dokter
perseorangan) tidak di undang dalam soialisasi dan pembahasan
aturan, merka hanya diberitahu tentang aturan melalui media sosial
dan wajib menaati tanpa complain dan tanpa tanda Tanya.
5. Kondisi lingkungan ekonomi masyarakat sekita juga sangat
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan, masyarakat di
wilayah praktek dokter ini pada umumnya adalah masyarakat yang
hidup dengan bertani dan mereka tidak dapat menggunakan layan
BPJS kesehatan di tempat (Praktk dokter perseorangan) namun
hanya boleh di Puskesmas. Penduduk yang dapat menggunakan
BPJS di tempat ini hanyalah pengguna BPJS kesehatan mandiri
yang tidak disubsidi oleh pemerintah.
6. Respon yang diberikan oleh pihak (praktek dokter perseoragan) dr.
Fitri Yuni Nazar dapat dilihat dari laporan yang di kirimkan oleh
pimpinan (praktek dokter perseorangan) kepada pihak BPJS kota
setiap bulannya. Ketaatan dalam menyerahkan laporan kepada
pihak BPJS merupakan salah satu bentuk respon positif yang di
berikan terhadap aturan yang ditetapkan. pemahaman terhadap
kebijakan juga dilaksanakan dengan sangat baik, yaitu dengan
pemberian layanan kesehatan yang sama kepada setiap pasien BPJS
kesehatan yang membayar lebih murah dan kepada pasien tanpa

26
layanan BPJS kesehatan yang membayar lebih mahal. implementor
dalam hal ini merupakan pihak (praktek dokter perseorangan)
melaksanakan tugas sesuai dengan integritas nilai yang dimiliki,
selama pembukaan pelayanan dengan pasien peserta BPJS
kesehatan pihak (praktek dokter perseorangan) mengalami kerugian
mereka tetap melayani dengan baik dan memberikan laporan secara
rutin.
7. Penerapan aturan pelayanan BPJS kesehatan untuk praktek dokter
perseorangan yang belum besar dan berdiri di wialayah
perkampungan akan membuat pihak pelayanan kesehatan akan
memutuskan hubungan kerja dengan BPJS karena uang perpasien
tidak sebanding dengan pengeluaran yang di lakukan untk
membiayai pasien kesehatan BPJS.

IV.2 SARAN

Sebaiknya dalam menjalankan aturan mengenai layanan sosial ini lebih


d perhatikan oleh pemerintah kepada kedua belah pihak. Pihak yang
mendapatkan layanan dan pihak yang memberikan layanan. Ketegasan yang
dilakukan oleh pemerintah kepada pengguna layanan BPJS yang mengalami
keterlambatan dalam pembayaran kepada pihak lembaga, maka keanggotaan
dapat langsung d non aktifkan. Dan untuk pihak yang menyediakan layanan
BPJS dengan pembayaran yang di lakukan setiap bulannya maka pihak
(praktek dokter perseorangan) yang hanya mendapatkan pasien dalam jumlah
kecil, apalagi yang berada di wilayah prdesaan akan merasa sangat di beratkan
dan sangat dirugkan.

27
Sebaiknya dalam aturan ini untuk tempat- tempat praktek dokter
perseorangan yang prakteknya masih kecil dan tidak memiliki pasien yang
banyak, di berikan bantuan fasilitas kesehatan dan subsidi pembelian obat agar
tidak terjadi berat sebelah dalam melaksanakan kewajiban.

Untuk layanan keseahatan yang telah memberikan layanan kesehatan


BPJS sebaiknya ada feedback dari pemerintah yaitu dengan pemberian
penghargaan bagi (praktek dokter perseorangan) (praktek dokter perseorangan)
yang telah rela menerima bayaran untuk pengobatan hanya rp. 8.000.00/
pasien dan itu di hitung perbulan.

28
LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI PENELITIAN

29
30
31

You might also like