Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law...

17

HUBUNGAN ANTARA EQUALITY BEFORE THE LAW DALAM PENEGAKAN


HUKUM DI INDONESIA DENGAN HARMONISASI
KONFLIK ANTAR LEMBAGA PENEGAK HUKUM

Dadin E. Saputra1
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, JL. A. Yani Km, 4,5 Banjarmasin
e-mail : [email protected]

Abstract: This paper aims to analyze the relationship between the application of the legal principle of
equality before the law in law enforcement in Indonesia with the harmonization of conflict between the
state institutions and the National Police Commission. The method used in this research is normative
juridical, namely research in the review by reference and based on the norms and rules of law, the
legislation in force, theories and doctrines of law, jurisprudence, and materials other literature relevant
to the research topic. From the analysis of the data, it can be concluded that there is a recognition of the
principle of normative and empirical rule of law, namely that all the issues are resolved with the law as
the supreme guidance. Normatively either in the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945,
and in Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 on Human Rights, the principle of equality of treat-
ment before the law has been published in a comprehensive manner, as the rights that must be re-
spected, guaranteed, protected and met by the state. Disharmony between institutions or law enforce-
ment agency that is now emerging, should be immediately solved by basing the legislation that exists.

Abstrak : Paper ini bertujuan untuk menganalisis tentang hubungan antara penerapan hukum asas
equality before the law didalam penegakan hukum di Indonesia dengan harmonisasi konflik antar lembaga
Negara yakni Polri dan KPK. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, yaitu penelitian yang dalam pengkajiannya dengan mengacu dan mendasarkan pada norma-
norma dan kaidah-kaidah hukum, peraturan perundang-undangan yang berlaku, teori-teori dan doktrin
hukum, yurisprudensi, dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan topik penelitian.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengakuan normatif dan empirik akan prinsip
supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.
Secara normatif baik dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maupun
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, prinsip equality treatment
before the law telah dimuat secara komprehensif, sebagai hak asasi yang harus dihormati, dijamin, dilindungi
dan dipenuhi oleh negara. Disharmonisasi antar lembaga atau institusi penegak hukum yang sekarang
sedang marak terjadi, seharusnya dapat segera diselesaikan dengan mendasarkan kepada peraturan
perundang-undangan yang ada.

Kata Kunci : Equality Before The Law, Penegakan Hukum, dan Harmonisasi Konflik Antar Lembaga Penegak
Hukum

Pendahuluan perlindungan hak asasi.2 Dalam Kamus Bahasa


Negara hukum sebagai suatu istilah dalam Indonesia, istilah negara hukum diartikan sebagai:
perbendaharaan bahasa Indonesia merupakan “Negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan
terjemahan dari rechtsstaat maupun rule of law. Ketiga tertinggi.3 Lebih lanjut dijelaskan bahwa negara hukum
istilah tersebut memiliki arah yang sama, yaitu 2
Azhary, Negara Hukum Indonesia – Analisis Yuridis Normatif
mencegah kekuasaan absolut demi pengakuan dan Tentang Unsur-unsurnya, Cet. Pertama (Jakarta : UI Press,
1995), hal. 30. Pernyataan yang sama dapat dijumpai pada
1
hlm. 33.
Dosen Non PNS Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam 3
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
IAIN Antasari Banjarmasin Kalimantan Selatan dan
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cet. Kedelapan
Praktisi Hukum (Advokat PERADI)
(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), hlm. 685.

17
18 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 17- 27

terdiri dari negara hukum formal dan negara hukum Demikian pula dengan ketatanegaraan Indonesia
material. Negara hukum formal adalah negara yang yang berkembang terus dan terakhir dengan
segala tindakannya didasarkan hanya atas hukum yang diubahnya UUD 1945, sehingga akan berpengaruh
tertulis, yang secara formal tercantum dalam peraturan terhadap berkembangnya pemikiran negara hukum
perundang-undangan, sedangkan negara hukum mate- sebagaimana yang dikembangkan oleh beberapa
rial adalah negara yang tidak hanya mendasarkan segala pakar hukum tata negara seperti Prof. Jimly
tindakannya pada peraturan perundang-undangan, Ashidiqqie yang mengembangkan prinsip-prinsip
tetapi juga menyelenggarakan kesejahteraan umum.4”. negara hukum menjadi 12. Kedua belas prinsip
Gagasan negara hukum yang didasarkan atas negara hukum menurut Prof. Jimly adalah : (1)
prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial dalam supremasi hukum (supremacy of law); (2) persamaan
masyarakat bangsa Indonesia yang bersatu dalam hukum (equality before the law); (3) asas legalitas
merupakan suatu gagasan yang nampaknya (due process the law); (4) pembatasan kekuasaan; (5)
didasarkan atas persepsi dari para pendiri negara organ-organ eksekutif independen; (6) peradilan
Republik Indonesia terhadap kenyataan sejarah bebas dan tidak memihak; (7) peradilan tata usaha
yang pernah dialami bangsa Indonesia. Dalam negara; (8) peradilan tata negara; (9) perlindungan
telaah Mohammad Tahhir Azhary tentang ciri-ciri hak asasi manusia; (10) bersifat demokratis
negara hukum yang ideal dirumuskan 9 (sembilan) (democratische rechtsstaat); (11) berfungsi sebagai
ciri yaitu : (1) kekuasaan sebagai amanah; (2) sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare
musyawarah; (3) keadilan; (4) persamaan; (5) Hak rechtsstaat); dan (12) transparansi dan kontrol sosial.
Asasi Manusia; (6) peradilan yang bebas dan Dengan memperhatikan unsur-unsur atau
mandiri; (7) perdamaian; (8) kesejahteraan dan (9) prinsip-prinsip negara hukum tersebut, maka dapat
tanggung jawab dan ketaatan rakyat.5 ditarik benang merah bahwa dalam negara hukum,
Azhary Alam dalam telaahnya juga hukum mempunyai kedudukan yang kuat, dan
merumuskan unsur-unsur negara hukum meliputi, proses penyelesaian konflik tersebut dilakukan
(1) hukum bersumber pada Pancasila, (2) kedaulatan melalui mekanisme hukum, sehingga tetap terjamin
rakyat, (3) pemerintahan berdasar atas sistem hak asasi manusia dengan memberikan seluas-
konstitusi, (4) persamaan kedudukan dalam hukum luasnya masyarakat melakukan kontrol baik politik,
dan pemerintahan, (5) kekuasaan kehakiman yang sosial, dan hukum.
bebas dari kekuasaan lainnya, (6) pembentuk Pemaknaan “kontrol normatif ” adalah suatu
undang-undang adalah Presiden bersama-sama mekanisme penyelarasan norma hukum oleh
DPR dan (7) sistem MPR.6 Menurut Sri Soemantri, lembaga negara karena adanya usulan atau desakan
negara hukum secara umum/ universal memiliki 4 masyarakat terhadap berbagai produk hukum yang
(empat) yaitu : (1) pemerintah dalam melaksanakan dihasilkan oleh lembaga negara yang diberikan
tugas dan kewajibannya harus berdasar hukum atau kewenangan oleh konstitusi untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan; (2) adanya jaminan tugas sehingga antar norma hukum yang dihasilkan
terhadap hak-hak asasi manusia; (3) adanya atau yang ditetapkan memiliki nilai saling
pembagian kekuasaan dalam negara; (4) adanya menjelaskan atau saling menjabarkan secara
pengawasan dari badan-badan peradilan (rechtterlijke hierarkis. Secara sepintas unsur-unsur atau prinsip-
controle).7 prinsip negara hukum yang dikemukakan di atas
Pemikiran tentang negara hukum yang terdapat kesan adanya kekakuan dalam penye-
berkembang sebagaimana diuraikan di atas tidak lenggaraan negara, sehingga terjadi pembatasan
lepas dari kondisi perkembangan sosial yang dapat secara limitatif terhadap para penyelenggara negara.
ditelaah dalam dinamika ketatanegaraan yang ada. Sebenarnya hal tersebut tidak demikian karena
semua mekanisme penyelenggaraan negara diatur
4
Ibid.
secara limitatif agar satu lembaga kekuasaan negara
5
Ibid. lainnya dapat berjalan sesuai dengan tugas, fungsi
6
Azhary, OpCit, hlm. 144. dan wewenang yang diberikan oleh konstitusi dan/
7
Sri Soemantri Martisoewignjo, Asas Negara Hukum dan atau oleh undang-undang. Oleh karena itu, harus
Perwujudannya dalam Sistem Hukum Nasional, dalam M.B. dibuka lajur-lajur normatif yang memungkinkan
Muqoddas dkk, Politik Pembangunan Hukum Nasional, antara lembaga kekuasaan negara tersebut dapat
(Yogyakarta : UII Press, 1992), hlm. 28.
menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya
Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law... 19

sebagaimana mestinya. Walaupun demikian, dalam Di Indonesia, secara lebih khusus lagi dapat
negara hukum tidak dibenarkan mematikan kita lihat dalam praktek penanganan perkara
demokrasi yang terwujud partisipasi masyarakat korupsi yang saat ini dilakukan secara intensif. Hal
dalam pengelolaan negara, tetapi justru sebaliknya ini secara nyata dirasakan dan tampak dalam bentuk
masyarakat diberikan saluran untuk mengekspresi- perampasan kemerdekaan dan perampasan harta
kan berbagai potensi, hak dan kewajibannya baik benda sebagai bagian dari upaya paksa yang
secara individual maupun kolektif dengan dilakukan dalam proses peradilan, apalagi jikalau
mekanisme yang diatur oleh hukum. Dalam perlakuan yang berbeda yang menimbulkan
pengertian ini, maka agar peraturan-peraturan yang inequality before the law tadi yang menyangkut mereka
diterbitkan tidak menyimpang atau bertentangan yang memiliki kekuasaan atau pengaruh politik dan
dengan norma-norma lainnya secara hierarkis, kemasyarakatan, maka hal itu akan tampak lebih
maka perlu diberikan hak tertentu kepada menyolok lagi. Terkadang memang keadaannya
masyarakat baik secara individual maupun kolektif menjadi lebih rumit, jikalau perlakuan yang tidak
untuk mengontrol norma-norma tersebut melalui sama tersebut berkait dengan pertarungan politik,
saluran hukum.8 dalam arti penegakan hukum yang dilakukan
Konsekuensi dari sistem negara hukum adalah diperhitungkan dengan pencitraan pemegang
adanya persamaan kedudukan baik dihadapan kekuasaan apalagi menggunakan kebesaran
hukum maupun pemerintahan atau yang dikenal martabat sebuah institusi penegak hukum yang
dengan istilah equality before the law sebagai salah satu seharusnya dapat memberikan sebuah contoh bagi
elemen dalam penegakan hukum (law enforcement) masyarakat dalam penegakan hukum di Indonesia
di Indonesia. Prinsip persamaan sesungguhnya tetapi justru memunculkan asumsi publik yang lebih
merupakan kelanjutan dari ide hak asasi manusia mengarah kepada rasa pesimis dan berkurangnya
yang diilhami oleh tema normatif Revolusi kepercayaan terhadap penegakan hukum itu sendiri.
Perancis, baik yang disebut generasi pertama yang Pemberitaan nasional saat ini baik di media
merupakan hak-hak sosial politik (liberte), generasi massa maupun media elektronik sedang gencar-
kedua hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (egalite) gencarnya memberitakan tentang dua lembaga atau
dan generasi ketiga yang disebut hak-hak solidaritas institusi penegak hukum terbesar di Indonesia, yaitu
(fraternite). Hak-hak asasi yang terinspirasi oleh antara Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
filosofi politik individualisme liberal dan doktrin kemudian disingkat dengan Polri dan Komisi
ekonomi laissez faire, dirumuskan dengan istilah yang Pemberantasan Korupsi yang kemudian disingkat
bersifat negatif berupa “kebebasan dari ” intervensi dengan KPK, memanasnya dua lembaga atau
negara dan yang membatasi kekuasaan negara.9 insitusi penegak hukum pada akhir-akhir ini
Persamaan kedudukan bagi setiap warga dimunculkan dari adanya asumsi-asumsi atau opini
negara dihadapan hukum maupun pemerintahan publik yang mulai menggeser nilai-nilai penegakan
diharapkan mampu memberikan perlindungan hukum kepada isu-isu politik. Dimulai dari
hukum baik kepada masyarakat ataupun kepada penetapan tersangka salah satu petinggi Polri yang
lembaga atau institusi penegak hukum itu sendiri. diusulkan oleh Presiden menjadi calon tunggal
Pembicaraan tentang realitas penegakan hukum Kapolri yaitu Komisaris Jenderal BG (nama inisial
dalam kaitan dengan prinsip equality before the law, atau alias) hingga dari penangkapan dan penetapan
lebih banyak dikedepankan dalam praktek peradilan tersangka BW (nama inisial atau alias) salah satu
pidana. pimpinan KPK. Keadaan ini banyak ataupun sedikit
sangatlah mempengaruhi sistem ketatanegaraan
8
Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Sejak sekaligus sistem hukum yang berkaitan dengan
Kembali ke UUD 1945, dalam Sri Soemantri
penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia,
Martosoewignjo dan Bintan R. Saragih, Ketatanegaraan
Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia – 30 Tahun karena dua lembaga yang saat ini sedang berseteru
Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta : Pustaka adalah sama-sama lembaga negara atau institusi
Sinar Harapan, 1993), hlm. 273. penegak hukum yang seharusnya sama-sama saling
9
Burns H. Weston, Hak-Hak Manusia, dalam Hak-Hak bekerjasama sehingga memunculkan situasi yang
Asasi Manusia dalam Masyarakat Dunia, Isu dan Tindakan, dapat membangun sebuah harmonisasi antar
T. Mulya Lubis (Penyunting, diterjemahkan oleh A. lembaga negara atau institusi penegak hukum di
Setiawan Abadi, Yayasan Obor Indonesia 1993, hlm. 12.
Indonesia.
20 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 17- 27

Peneliti sendiri sepakat jika permasalahan yang Pidana Korupsi, Undang-Undang No.39 Tahun
terjadi saat ini seharusnya bukanlah antar lembaga 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
negara atau institusi penegak hukum, mengingat No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat, Undang-
yang tersangkut masalah hukum itu adalah person Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
atau personal pejabat di Polri maupun KPK. Untuk Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
itu, penegakan hukum di Indonesia harus dapat serta berbagai pustaka yang relevan dengan objek
ditegakkan setegak-tegaknya dengan menerapkan penelitian.
secara konsisten asas equality before the law. Sehingga, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
bukan hanya dari segi legalitas (due process of law) ini adalah pendekatan yuridis, yakni menganalisis
saja, tetapi lebih dari itu yaitu hakekat hukum itu permasalahan tentang hubungan antara penerapan
sendiri yaitu keadilan akan dapat dicapai, terlebih hukum asas equality before the law didalam penegakan
lagi demi menyelamatkan martabat lembaga negara hukum di Indonesia dengan harmonisasi konflik
atau institusi penegak hukum serta keutuhan dan antar lembaga negara.
keamanan negara kesatuan Republik Indonesia.
Equality Before The Law
Rumusan Masalah Negara hukum (Rechtsstaat atau The Rule of
Dari uraian di atas maka penelitian ini Law) adalah konsep negara yang diidealkan oleh
merumuskan permasalahan yang akan di bahas para pendiri bangsa yang membahas dan
yaitu, bagaimana penerapan hukum asas equality merumuskan UUD 1945 yang semula rumusan
before the law didalam penegakan hukum di Indone- negara hukum tidak secara eksplisit disebutkan
sia dan sejauhmana hal tersebut membawa dampak dalam UUD 1945, tetapi dijelaskan dalam
sosial, politik, maupun hukum dalam harmonisasi Penjelasan UUD 1945. Walaupun penegasan negara
konflik antar lembaga negara ? hukum Indonesia, yakni negara berdasar atas
hukum diletakkan pada Penjelasan UUD 1945,
Tujuan Penelitian tidak mengurangi makna paham negara hukum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karena Penjelasan merupakan bagian integral dari
tentang hubungan antara penerapan hukum asas suatu Undang-Undang.10 Namun demikian, setelah
equality before the law didalam penegakan hukum di perubahan UUD 1945 pengaturan prinsip negara
Indonesia dengan harmonisasi konflik antar hukum dituangkan dengan jelas dalam Pasal 1 ayat
lembaga negara. (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum”.
Metode Penelitian Konsepsi negara hukum tentu saja
Metode penelitian yang digunakan dalam memberikan penegasan tentang penegakkan
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu hukum di Indonesia, di mana telah diatur di dalam
penelitian yang dalam pengkajiannya dengan UUD 1945 yaitu Pasal 27 ayat (1) yang menegaskan
mengacu dan mendasarkan pada norma-norma dan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya
kaidah-kaidah hukum, peraturan perundang- di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
undangan yang berlaku, teori-teori dan doktrin hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
hukum, yurispr udensi, dan bahan-bahan dan Pasal 28D ayat (1) yang menegaskan bahwa
kepustakaan lainnya yang relevan dengan topik “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
penelitian. perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan perlakuan yang sama dihadapan hukum”.
studi pustaka yakni melalui pengkajian terhadap
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No.
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman,
Undang-Undang No.30 Tahun 2002 Tentang 10
Yusril Ihza Mahendra, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Implikasinya terhadap Perumusan Politik Hukum Nasional,
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang makalah disampaikan pada seminar sehari Menyongsong
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang- Hari Kemerdekaan RI ke 50, tanggal 5 Agustus 1945
Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang yang diselenggarakan oleh ICMI Korwil DKI Jakarta,
No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak hlm. 21.
Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law... 21

Prinsip persamaan atau equality yang biasanya hukum diartikan sebagai ketundukan secara setara
diartikan yang sama harus diperlakukan sama, dan semua kelompok masyarakat kepada negara hukum
yang berbeda harus diperlakukan berbeda atau tidak negara yang dijalankan secara umum, dengan
sama, merupakan keadaan yang selalu ada dalam meniadakan pengecualian dan kekebalan pejabat
satu perbandingan (comparative). Equality juga pemerintahan dan penguasa atau orang-orang lain
diartikan sebagai uniformitas, yang merupakan tertentu dari kewajiban untuk patuh kepada hukum
proposisi dalam hukum dan moral bahwa orang yang berlaku.13
yang sama harus diperlakukan sama, dan secara Prinsip ini menekankan adanya persamaan
korelatif orang yang tidak sama harus diperlakukan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
secara berbeda. Dengan demikian pernyataan pemerintahan yang diakui secara normatif dan
bahwa alasan seseorang diperlakukan dengan satu dilakukan secara empirik. Prinsip ini dalam
cara tertentu adalah karena dia “setara atau sama” perkembangannya kemudian, terutama dalam
atau “mirip atau identik” dengan orang lain yang instrumen-instrumen hak asasi manusia dalam
menerima perlakuan seperti itu. sejarah sejak Magna Charter sampai kepada Univer-
“Equality thus includes all statements to the effect that sal Declaration of Human Rights dan International
the reason one person should be treated in a certain way is Covenant On Civil and Political Rights dan diadopsi
that he is “like” or “equal to” or “similar to” or identical dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999, dan
to” or “the same as” another who receices such treat- kemudian diangkat menjadi norma konstitusi dalam
ment.11 UUD 1945, dipahami sebagai larangan atas sikap
Prinsip equality before the law ini sesungguhnya dan tindakan yang diskriminatif dalam segala
merupakan salah satu tema hukum yang tumbuh bentuk dan manifestasinya. Meskipun demikian
secara tidak terpisahkan dari konsepsi negara prinsip persamaan didepan hukum masih dapat
demokrasi, yang muncul seiring dengan runtuhnya dibedakan secara jelas, karena pengertian equality
feodalisme di Eropa Barat. Dengan tumbuhnya before the law dipahami juga dalam kerangka due pro-
kapitalisme dan semakin besarnya kebebasan cess the law sebagai prinsip yang mensyaratkan bahwa
individu untuk melakukan perdagangan dalam semua tindakan negara dilakukan melalui proses
pasar bebas yang disertai kebebasan secara politik yang tertib dan teratur.
dengan menguatnya parlemen atau rakyat dalam Due process the law meliputi procedural due process
hubungan dengan raja, perubahan suasana telah yang menekankan pada metode atau prosedur
mengakibatkan semakin menguatnya liberalisme. pelaksanaan kebijakan pemerintahan, yang harus
Tema hukum lainnya dalam konsepsi demokrasi menjamin kejujuran (fairness). Misalnya dalam suatu
adalah hak-hak individu, pengawasan rakyat atas perkara yang sedang diperiksa pengadilan, para
pemerintahan, dan rule of law.12 pihak harus sama-sama diberitahu dengan
Konsep ini merupakan salah satu unsur atau sepatutnya, dan memberi kesempatan yang sama
komponen dari apa yang dikatakan negara hukum pada para pihak untuk didengar dalam persidangan
(Rule of Law) yang demokratis yaitu supremacy of yang tidak berpihak. Substansive due process,
law, equality before the law dan due process of law. Rule of merupakan jenis kedua yang substansif
Law dengan unsur yang disebut diatas yang menyangkut kewajaran (reasonableness) isi kebijakan.
sekaligus sebagai makna yang membentuk prinsip Satu kebijakan yang dapat diang gap tidak
fundamental konstitusi, dapat dilihat dari sudut memenuhi due process yang substansif jikalau
pandang masing-masing unsur tersebut. Supremasi secara rasional tidak berkaitan dengan tujuan
hukum merupakan prinsip bahwa hukum negara legislasi yang sah atau jikalau kebijakan itu kabur
berada di atas kekuasaan dan preogratif penguasa secara tidak sah.14 Sementara itu satu prinsip umum
yang sewenang-wenang. Prinsip kesetaraan didepan lain yang dapat dikatakan merupakan bagian dari
13
A. V. Dicey, Introduction To The Study Of The Law Of The
11
Peter Westen, The Empty Idea Of Equality, 95 Harvard Constitution, Pengantar Studi Hukum Konstitusi,
Law Review 537, hlm. 1. diterjemahkan Nurhadi M.A., Penerbit Nusa Media,
12
W. Friedman, Teori Dan Filsafat Hukum, Hukum dan 2007, hlm. 266.
14
Masalah-Masalah Kontemporer, diterjemahkan dari Legal Ralph C. Chandler et. al., The Constitutional Law Dictio-
Theory, oleh Muhammad Arifin, Penerbit PT. Raja nary, Volume 2, ABC-CLIO, Santa Barbara, California,
Grafindo, 1994, hlm. 45-46. Oxford England, 1987, hlm. 595.
22 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 17- 27

konsep equality before the law, ialah apa yang disebut Adapun faktor-faktor penegakan hukum
egalite des arms (equality of arms), yang merupakan meliputi :
persamaan para pihak dalam proses peradilan, 1. Faktor hukumnya sendiri;
dimana litigasi akan ditata sedemikian rupa sehingga 2. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak
akan menjamin bahwa tidak satu pihak pun yang yang memberikan dan menetapkan hukum;
dapat menikmati keuntungan yang tidak sewajarnya
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
dalam proses yang berlangsung (neither party enjoys
penegakan hukum;
an improper advantage).15
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana
Penegakan Hukum Di Indonesia hukum tersebut berlaku atau diterapkan;
Secara konsepsional, arti penegakan hukum 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan cipta, dan karsa yang didasarkan pada karsa
nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah manusia di dalam pergaulan.18
yang mantap dan mengejawantah serta sikap tindak Pembicaraan tentang realitas penegakan
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir hukum dalam kaitan dengan prinsip equality before
untuk menciptakan, memelihara, dan memper- the law, lebih banyak dikedepankan dalam praktek
tahankan kedamaian pergaulan hidup.16 Untuk peradilan pidana. Di Indonesia, secara lebih khusus
menjawab “apa yang ditegakkan”, Soerjono lebih lagi dapat kita lihat dalam praktek penanganan
lanjut menegaskan bahwa dalam penegakkan perkara korupsi yang saat ini dilakukan secara
hukum akan berkaitan dengan tiga hal penting yakni intensif. Hal tersebut boleh jadi karena pembedaan
nilai, kaidah, dan pola perilaku. Nilai merupakan perlakuan dalam keadaan yang sama, yang
pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang menimbulkan ketidakadilan tersebut sangat
buruk dan bersifat abstrak. Selanjutnya dirasakan baik oleh pihak yang menganggap dirinya
dikonstruksikan dalam bentuk lebih konkret pada korban maupun masyarakat pada umumnya. Hal
lingkup kaidah yang berisikan suruhan, larangan, itu secara nyata dirasakan dan tampak dalam bentuk
atau kebolehan yang selanjutnya kaidah menjadi perampasan kemerdekaan dan perampasan harta
patokan bagi perilaku atau sikap yang pantas atau benda sebagai bagian dari upaya paksa yang
seharusnya.17 dilakukan dalam proses peradilan pidana.
Ketiga hal tersebut merupakan tri-tunggal yang Jika dalam keadaan yang sama ternyata ada
memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi orang lain juga melakukan perbuatan yang diduga
dalam kehidupan masyarakat, sebab apabila terjadi sama tetapi mendapat perlakuan yang berbeda
ketidakserasian di antaranya dapat menimbulkan dalam arti tidak mengalami tindakan hukum yang
gangguan terhadap kerahasiaan dan kedamaian sama, rasa keadilan individu maupun rasa keadilan
pergaulan hidup. Oleh karena itu, penegakkan masyarakat secara terbuka diciderai dengan
hukum bukanlah semata-mata diartikan sebagai perlakuan yang tidak sama demikian. Keadaan ini
upaya mewujudkan kaidah yang terkandung dalam menjadi lebih terbuka lagi karena faktor kebebasan
undang-undang atau diartikan hanya sebagai pers, yang mampu secara luas meliput hal-hal
pelaksanaan keputusan-keputusan hakim yang demikian untuk diberitakan. Apalagi jikalau
kurang atau tidak mengindahkan nilai, kaidah, dan perlakuan yang berbeda yang menimbulkan inequal-
pola perilaku masyarakat, tetapi penegakan hukum ity before the law tadi menyangkut mereka yang
terletak pada faktor-faktor yang mungkin memiliki kekuasaan atau pengaruh politik dan
mempengaruhinya dan bersifat netral. kemasyarakatan, maka hal itu akan menjadi lebih
mencolok lagi.
18
Ibid, hlm. 5. Lihat Satjipto Rahardjo, Op. Cit,. hal. 23,
15
J. G. Merrills, The Development of International Law By The yang menjelaskan bahwa unsur penegakkan hukum
European Court of Human Rights, Manchester University dibagi dalam dua golongan besar, yaitu unsur-unsur yang
Press, 1993, hlm. 185. mempunyai tingkat keterlibatan yang agak jauh dan yang
16
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dekat. Unsur yang keterlibatannya dekat adalah Badan
Penegakkan Hukum, Cet. Pertama (Jakarta : CV. Rajawali, Legislaif (unsur pembuatan undang-undang), sedangkan
1983). hlm. 2. tingkat keterlibatannya agak jauh adalah unsur
17
Ibid, hlm. 3. lingkungan.
Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law... 23

Jika dikaji dan ditelaah secara mendalam, tiga unsur20 (three elements of legal system) yaitu,
setidaknya terdapat tujuh faktor penghambat struktur (structure), subtansi (substance) dan kultur
penegakan hukum di Indonesia19, ketujuh faktor hukum (legal culture). Dalam konteks Indonesia,
tersebut ialah : reformasi terhadap ketiga unsur sistem hukum yang
1. Lemahnya political will dan political action para dikemukakan oleh Friedman tersebut sangat mutlak
pemimpin negara ini, untuk menjadi hukum untuk dilakukan.
sebagai panglima dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Dengan kata lain supremasi Harmonisasi Konflik Antar Lembaga atau
hukum masih sebatas retorika dan jargon Institusi Penegak Hukum Dalam Sistem
politik yang didengung-dengungkan pada Negara Hukum Indonesia
saat kampanye; Harmonisasi dalam KBBI diartikan sebagai
2. Peraturan perundang-undangan yang ada upaya mencari keselarasan21, dalam websters new twen-
saat ini masih lebih merefleksikan tieth century dictionary, harmonization diartikan the art
kepentingan politik penguasa ketimbang of harmonizing. Kata harmonisasi sendiri berasal dari
kepentingan rakyat; kata harmoni yang dalam bahasa Indonesia berarti
pernyataan rasa, aksi, gagasan dan minat :
3. Rendahnya integritas moral, kredibilitas,
keselarasan, keserasian. Harmonisasi dalam bahasa
profesionalitas dan kesadaran hukum aparat
Inggris disebut harmonize, dalam bahasa Perancis
penegak hukum (hakim, jaksa, polisi, advokat)
disebut dengan harmonie, dan dalam bahasa Yunani
dalam menegakkan hukum.
disebut harmonia. Harmonize menurut websters new
4. Minimnya sarana dan prasarana serta fasilitas twentieth century dictionary adalah:
yang mendukung kelancaran proses “a fitting together, agreement, to exist in peace and friend-
penegakan hukum; ship as individuals or families (1) combination of parts
5. Tingkat kesadaran dan budaya hukum into an orderly or proportionate whole, (2) agreement in
masyarakat yang masih rendah serta kurang feeling, idea, action, interest etc.22”.
respek terhadap hukum; Dari rumusan kata harmonisasi diatas maka
6. Paradigma penegakan hukum masih harmonisasi antar lembaga atau institusi penegak
positivis-legalitas yang lebih mengutamakan hukum adalah upaya untuk menselaraskan ide,
tercapainya keadilan formal (formal justice) gagasan, cita-cita dan aksi dalam penegakan hukum
daripada keadilan substansial (substansial jus- yang tanpa pandang bulu, tanpa melihat siapa
tice); orangnya, tetap mengacu pada asas equality before
7. Kebijakan (policy) yang diambil oleh para the law agar menjadi proporsional dan menjaga
pihak terkait (stakeholders) dalam mengatasi profesionalitas demi kepentingan bersama atau
persoalan penegakan hukum masih bersifat masyarakat.
parsial, tambal sulam, tidak komprehensif Dalam hal cakupan harmonisasi hukum, L.M
dan tersistematis; Gandhi yang mengutip buku Tussen Eenheid en
Mencermati berbagai problem yang Verscheidenheid : Opstellen Over Harmonisatie Instaat en
menghambat proses penegakan hukum Bestuurecht (1998) mengatakan bahwa harmonisasi
sebagaimana diuraikan di atas. Langkah dan strategi dalam hukum adalah mencakup penyesuaian
yang sangat mendesak (urgent) untuk dilakukan saat peraturan perundang-undangan, keputusan
ini sebagai solusi terhadap persoalan tersebut ialah pemerintah, keputusan hakim, sistem hukum dan
melakukan pembenahan dan penataan terhadap asas-asas hukum dengan tujuan peningkatan
sistem hukum yang ada. Menurut Lawrence Meir kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan (jus-
Friedman di dalam suatu sistem hukum terdapat
20
Lawrence Meir Friedman, Law and Society: An Introducton,
Englewwod Cliffs, Prentice Hall, 1977 dalam Soerjono
Soekanto, Ibid.
19 21
Baca selengkapnya dalam Soerjono Soekanto, Faktor- Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www.
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum di Indonesia, Kamusbahasaindonesia.org, diunduh 28 Januari 2015.
22
Cet. V, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 11- Jean L. McKechine, Websters New Twentieth Century Dic-
68. tionary Unabridged (Second Edition: 1983), hlm. 828.
24 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 17- 27

tice, gerechtigheid) dan kesebandingan (equit, bilijkeid), dominasi yang disebabkan karena keadaan
kegunaan dan kejelasan hukum, tanpa masyarakatnya yang berbeda, dimana tatanan
mengaburkan dan mengorbankan pluralism hukum kehidupan masyarakatnya menurut Hart
kalau memang dibutuhkan.23 Sementara menurut dalam Satjipto Rahardjo didasarkan Secondary
Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam buku Rules Oblogation di mana masyarakatnya
yang disusun oleh Moh. Hasan Wargakusumah dan mempunyai kehidupan yang terbuka, luas,
kawan-kawan, harmonisasi hukum adalah kegiatan dan kompleks seperti saat ini maka terdapat
ilmiah untuk menuju proses pengharmonisasian diferensiasi dan institusionalisasi pekerjaan
tertulis yang mengacu baik pada nilai-nilai filosofis, hukum berupa :
sosiologis, ekonomis maupun yuridis24. a. Rules of Recognition;
Penegakan hukum ditujukan guna untuk
b. Rules of Change;
meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum
dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain c. Rules of Adjudication;
dengan menertibkan fungsi, tugas, dan wewenang Salah satu yang paling menonjol yang
lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan dirasakan di Indonesia saat ini adalah sifat
hukum menurut proporsi ruang lingkup masing- birokrasinya penegakan hukum yang sesuai dengan
masing, serta didasarkan atas sistem kerjasama yang kewenangan masing-masing institusi atau lembaga
baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai. hukum yang bertugas menegakan hukum sesuai
Tingkat perkembangan masyarakat tempat dengan kewenangan yang telah diberikan oleh
hukum diberlakukan mempengaruhi pola Undang-Undang. Harmonisasi antar lembaga atau
penegakan hukum, karena dalam masyarakat institusi penegak hukum sangatlah berperan
modern yang bersifat rasional dan memiliki tingkat penting di dalam upaya penegakan itu sendiri,
spesialisasi dan differensiasi yang tinggi terlebih lagi jika kita berbicara tentang upaya-upaya
pengorganisasian penegak hukumnya juga semakin pemberantasan korupsi di Indonesia. Masalah
kompleks dan birokratis. korupsi adalah masalah pidana atau kriminalitas
Pembicaraan penegakan hukum dalam yang jelas melawan hukum. Masalah pidana
kenyatan sehari-hari tampak bahwa hubungan maupun krimina-litas di negara ini telah memiliki
antara penegakan hukum dan struktur masyarakat lembaga penegak hukum yaitu Polri dan Kejaksaan.
memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap Ketika KPK dilahirkan, maka secara implisit
cara-cara penegakan hukum suatu negara.25 Indo- memang ada sebuah ketidakpercayaan lagi terhadap
nesia sebagai negara modern tampak dari ciri- lembaga negara tersebut untuk melenyapkan
cirinya sebagai berikut : korupsi di negara ini.
1. Adanya UUD dalam bentuk tertulis; Walaupun begitu, ketiga lembaga tersebut
2. Hukum itu berlaku untuk wilayah negara; sudah sewajarnya berjalan beriringan dan saling
bekerja sama untuk memberantas korupsi.
3. Hukum merupakan sarana yang dipakai Sayangnya dalam perjalanannya, ketiga lembaga
secara sadar untuk mewujudkan keputusan- atau institusi penegak hukum ini acapkali terjadi
keputusan politik masyarakatnya; pro dan kontra dalam penanganan perkara yang
4. Menurut Max Weber cara penegakan hukum berkaitan dengan kewenangannya masing-masing
pada suatu masa berbeda dengan masa yang terlebih lagi akan terlihat sangat mencolok ketika
sebelumnya yang tentunya tidak terlepas dari perkara-perkara ini melibatkan petinggi atau
pimpinan dari dua lembaga atau institusi ini baik
23
Ten Berge dan De Waard, seperti dikutip L.M Gandhi, dari Polri maupun KPK, sehing ga akan
“Harmonisasi Hukum Menuju Hukum Responsif”, Pidato memunculkan suatu polemik di dalam masyarakat
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap pada Fakultas yang akan dapat membentuk suatu opini publik
Hukum Universitas Indonesia (Jakarta 14 Oktober 1995). tentang citra penegakan hukum di Indonesia.
24
Moh. Hasan Wargakusumah dkk, “Perumusan Harmonisasi
Ketidakharmonisan dua lembaga atau
Hukum Tentang Metodologi Harmonisasi Hukum”, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman insititusi penegak hukum ini sekarang sedang ramai
dan Hak Asasi Manusia RI (Jakarta, 1996). diberitakan kembali, konflik yang terjadi dimulai
25
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung : dari penetapan tersangka oleh KPK kepada calon
Sinar Baru, 1983, hlm. 8. tunggal Kapolri yang diajukan oleh Presiden yaitu
Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law... 25

Komisaris Jenderal BG (nama samaran atau alias) BW diduga telah melakukan tindak pidana
ketika masih menjabat sebagai Kepala Biro mengarahkan saksi untuk memberikan keterangan
Pembinaan Karir Deputi SSDM Mabes Polri tahun palsu dihadapan persidangan yang pada saat itu
2004-2006. Banyak pertanyaan yang muncul sedang diperiksa dan diadili di Mahkamah
dipublik mengapa KPK baru menetapkan Konstitusi. Sekali lagi terjadi kontradiktif dengan
Komisaris Jenderal BG sebagai tersangka ketika fakta yang ada bahwasanya Mahkamah Konstitusi
dirinya dicalonkan menjadi Kapolri. Penetapan sendiri tidak pernah menyatakan bahwa saksi yang
Komisaris Jenderal BG sebagai tersangka itu sendiri dihadirkan oleh pihak pemohon adalah saksi palsu,
karena terkait dengan adanya dugaan kasus sehing ga dengan adanya penangkapan dan
transaksi keuangan yang tidak wajar sekitar tahun penetapan status tersangka kepada BW menuai pro
2006 di rekening Komjen BG atau rekening gendut dan kontra dikalangan para praktisi hukum,
yang akan mengarah kepada kasus korupsi akademisi, politisi, kepolisian, maupun masyarakat
(gratifikasi) dan sebagaimana yang telah disangkakan luas. Menurut ketentuan Bab IX tentang sumpah
kepada Komjen BG adalah telah melanggar Pasal palsu dan keterangan palsu Pasal 242 ayat (1)
12 huruf a atau b, Pasal 5 ayat (2), Pasal 11 atau KUHP menyebutkan bahwa:
Pasal 12B UU 31 Tahun 1999 Tentang Tindak “Barangsiapa dalam hal di mana Undang-Undang
Pidana Korupsi Juncto. Pasal 55 ayat 1 ke-1 menentukan supaya memberi keterangan di atas
KUHP26. Pengertian gratifikasi sendiri terdapat sumpah, atau mengadakan akibat hukum kepada
pada Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) Undang-Undang keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi
Nomor 31 Tahun 1999 Juncto. Undang-Undang keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan
Nomor 20 Tahun 2001, bahwa: atau tulisan, olehnya sendiri maupun oleh kuasanya
“Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana
adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi penjara paling lama tujuh tahun”, kemudian pada ayat
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi tanpa (2) disebutkan “Jika keterangan palsu di atas sumpah,
bunga, tiket perjalanan, fasilitas lainnya. Gratifikasi diberikan dalam perkara pidana dan merugikan
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun terdakwa atau tersangka, yang bersalah dikenakan
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan pidana penjara paling lama sembilan tahun”, dan pada
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik”. ayat (3) disebutkan “Disamakan dengan sumpah
Meskipun Komjen BG telah ditetapkan adalah janji atau penguatan, yang diharuskan menurut
sebagai tersangka, DPR tetap melanjutkan Fit and aturan-aturan umum atau yang menjadi pengganti
Proper Test yang dilakukan guna memberikan sumpah”.
penilaian kelayakan Komjen BG sebagai calon Menurut ketentuan Bab V tentang penyertaan
Kapolri yang hasilnya akan disampaikan kepada dalam melakukan perbuatan pidana : Pelaku yang
Presiden sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal menyuruh lakukan, yang turut serta melakukan dan
11 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2002 penganjur Pasal 55 ayat (1) KUHP ditegaskan
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa:
bahwa “Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden “Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. pidana :
Sepekan kemudian setelah KPK menetapkan ke-1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh
Komjen BG sebagai tersangka secara mengejutkan lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan;
terjadi penangkapan dan penetapan tersangka ke-2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan
kepada salah satu pimpinan KPK yaitu BW (nama sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
samaran atau alias), polisi menyatakan penangkapan martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan,
BW terkait dengan kasus sengketa Pemilukada atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
Kotawaringin Barat tahun 2010 yaitu Pemilihan keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
Bupati Pangkalan Bun, yang pada saat itu BW melakukan perbuatan;”
sebagai kuasa hukum dari Bupati Terpilih Pangkalan
Bun Kotawaringin Barat atas nama Ujang Iskandar. Kemudian pada ayat (2) ditegaskan pula bahwa:
“Terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja
26
Telah diposting pada hari Selasa, 13 Januari 2015, 16:23 dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-
WIB, http/www.m.news.viva.co.id akibatnya”.
26 SYARIAH Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 17- 27

Para Advokat yang tergabung didalam dasar agama, ras, etnik, kelompok, golongan, sta-
Asosiasi Advokat Mahkamah Konstitusi merasa tus sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keberatan dengan adanya penangkapan dan keyakinan politik, dilarang dan setiap orang berhak
penetapan tersangka oleh Polri kepada BW, karena mendapatkan perlindungan atas perlakuan yang
mereka menganggap bahwa profesi Advokat adalah diskriminatif.
profesi yang terhormat (Officium Nobille) dan Disharmonisasi antar lembaga atau institusi
Advokat adalah berkedudukan yang sama yaitu penegak hukum yang sekarang sedang marak
sebagai penegak hukum (hakim, polisi, jaksa), terjadi, seharusnya dapat segera diselesaikan dengan
sebagaimana yang ditegaskan di dalam Bagian mendasarkan kepada peraturan perundang-
Ketiga tentang Status Pasal 5 ayat (1) Undang- undangan yang ada. Proses penegakan hukum
Undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang adalah bagian dari sistem Negara Hukum di Indo-
menyatakan bahwa “Advokat berstatus sebagai penegak nesia sebagaimana yang telah dinyatakan secara
hukum, bebas, dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan tegas di dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 NRI
peraturan perundang-undangan”. bahwa: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”,
Selain itu pula Advokat mempunyai hak untuk itu tidak ada satu apapun yang menjadi alasan
imunitas (kebal hukum) didalam menjalankan bagi lembaga atau institusi penegak hukum
profesinya sebagaimana yang ditegaskan pula melakukan tebang pilih dalam penanganan perkara.
didalam Pasal 16 Undang-Undang No.18 Tahun Tidak boleh ada intervensi apapun dan dari
2003 tentang Advokat yang menyatakan bahwa siapapun didalam upaya penegakan hukum di In-
“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun donesia, terlebih lagi jika ada kepentingan-
pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad kepentingan politik yang berusaha mengintervensi
baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang upaya-upaya penegakan hukum di Indonesia.
pengadilan”. Sebagai penutup ijinkan peneliti mengutip
kata-kata yang diucapkan oleh Ferdinand I (1503-
Kesimpulan 1564) Raja Hungaria dan Bohemia dari 1558 sampai
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dengan 1564, yaitu :
pengakuan normatif dan empirik akan prinsip “Fiat Justitia et Pereat Mundus, yang artinya
supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah Hendaklah Keadilan Ditegakkan, Walaupun Dunia
diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman Harus Binasa”.
tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum (su-
premacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi Daftar Pustaka
negara yang sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia – Analisis
konstitusi yang mencerminkan hukum yang Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya,
tertinggi. Pengakuan normatif mengenai supremasi Jakarta, Cet. Pertama UI Press.
hukum adalah pengakuan yang tercermin dalam
Bagir Manan, 1993, Kekuasaan Kehakiman di Indone-
perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan
sia Sejak Kembali ke UUD 1945, dalam Sri
pengakuan empirik adalah pengakuan yang
Soemantri Martosoewignjo dan Bintan R.
tercermin dalam perilaku sebagian terbesar
Saragih, Ketatanegaraan Indonesia Dalam
masyarakatnya bahwa hukum itu memang “su-
Kehidupan Politik Indonesia – 30 Tahun Kembali
preme”.
ke Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta ,
Secara normatif baik dalam Undang-Undang
Pustaka Sinar Harapan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maupun dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun Burns H. Weston, 1993, Hak-Hak Manusia, dalam
1999 Tentang Hak Asasi Manusia, prinsip equality Hak-Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat
treatment before the law telah dimuat secara Dunia, Isu dan Tindakan, T. Mulya Lubis
komprehensif, sebagai hak asasi yang harus (Penyunting), diterjemahkan oleh A.
dihormati, dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh Setiawan Abadi, Yayasan Obor Indonesia
negara. Persamaan dihadapan hukum (equality be- J. G. Merrills, 1993, The Development of International
fore the law) diartikan bahwa yang sama akan Law By The European Court of Human Rights,
diperlakukan yang sama, dan yang tidak sama akan Manchester University Press
diperlakukan tidak sama. Pembedaan perlakuan atas
Dadin E. Saputra, Hubungan Antara Equality Before The Law... 27

Jean L. McKechine, 1983, Websters New Twentieth Undang-Undang


Century Dictionary Unabridged, Second Edi- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-
tion sia 1945
Lawrence Meir Friedman, 1997, Law and Society: An Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang
Introducton, Englewwod Cliffs, Prentice Hall, Hukum Acara Pidana
dalam Soerjono Soekanto Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Moh. Hasan Wargakusumah dkk, 1996, “Perumusan Asasi Manusia
Harmonisasi Hukum Tentang Metodologi Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-
Harmonisasi Hukum”, Badan Pembinaan Undang No.20 Tahun 2001 Tentang
Hukum Nasional, Departemen Kehakiman Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta
Undang-Undang No.30 Tahun 2002 Tentang
Peter Westen, The Empty Idea Of Equality, 95
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Harvard Law Review 537
Korupsi
Ralph C. Chandler et. al., 1987, The Constitutional
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang
Law Dictionary, Volume 2, ABC-CLIO,
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Santa Barbara, California, Oxford England
Undang-Undang No.18 Tahun 2003 Tentang
Satjipto Rahardjo, 1983, Masalah Penegakan Hukum, Advokat
Bandung : Sinar Baru
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Jakarta, Undang-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang
Cet. Pertama CV. Rajawali Kekuasaan Kehakiman
Sri Soemantri Martisoewignjo,1992, Asas Negara
Hukum dan Perwujudannya dalam Sistem Kamus Hukum
Hukum Nasional, dalam M.B. Muqoddas Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996,
dkk, Politik Pembangunan Hukum Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Yogyakarta, UII Press Cet. Kedelapan, Jakarta, Balai Pustaka
Ten Berge dan De Waard, 1995, seperti dikutip L.M Kamus Besar Bahasa Indonesia online, www.
Gandhi, “Harmonisasi Hukum Menuju Kamusbahasaindonesia.org, diunduh 28
Hukum Responsif”, Pidato Pengukuhan Januari 2015
Jabatan Guru Besar Tetap pada Fakultas
Hukum Universitas Indonesia (Jakarta 14 Artikel Media Massa
Oktober 1995) Telah diposting pada hari Selasa, 13 Januari 2015,
W. Friedman, 1994, Teori Dan Filsafat Hukum, 16:23 WIB, http/www.m.news.viva.co.id
Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer,
diterjemahkan dari Legal Theory, oleh
Muhammad Arifin, Penerbit PT. Raja
Grafindo
Yusril Ihza Mahendra, Dekrit Presiden 5 Juli 1959
dan Implikasinya terhadap Perumusan Politik
Hukum Nasional, makalah disampaikan pada
seminar sehari Menyongsong Hari
Kemerdekaan RI ke 50, tanggal 5 Agustus
1945 yang diselenggarakan oleh ICMI
Korwil DKI Jakarta

You might also like