DEWA OKA SUPARWATA, JPSEK, 15 (1) 2018, HLM 47-62 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.

1, 2018 : 47-62
p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi No. 687/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

PANDANGAN MASYARAKAT PINGGIRAN HUTAN TERHADAP


PROGRAM PENGEMBANGAN AGROFORESTRI
(The Views of Forest Outskrit Community on Agroforestry Development Program)

Dewa Oka Suparwata


Program Studi Agribisnis, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Gorontalo, 96181, Indonesia
E-mail: [email protected]

Diterima 5 September 2017, direvisi 23 November 2017, disetujui 13 Februari 2018.

ABSTRACT

Nowadays, development of agroforestry has been focused on the people living near forest. Positive views from
community may have a good impact on agroforestry development program. This research aims to study the views
of the forest outskrit community on the agroforestry development program in Dulamayo Barat village, Telaga Sub
District, Gorontalo Regency, Gorontalo Province. The study used survey approach and focus group discussion
(FGD) method. Respondents were all the members of agroforestry farmer group. The entire population were taken
for interview (10 respondents) while FGD was attended by 26 participants. Data were analyzed descriptively. The
result showed that 100% of the respondents want the program to be sustainable, although from the socio economic
point of view the impact has not contributed significantly. From the respondents views of its benefit, 50% believe
that the program is for critical land rehabilitation, 30% have a view for the improvement of environmental service,
10% view to increase community economy, and 10% view that the program is to eliminate erosion. These indicate
that the community is concerned with agroforestry development, therefore, continuous facilitation is needed.
Furthermore, the community expects to be actively involved in the agroforestry development program.

Keywords: Community's view; forest; agroforestry.

ABSTRAK

Saat ini pengembangan agroforestri baru difokuskan pada masyarakat-masyarakat pinggiran hutan. Pandangan
yang positif dari masyarakat mampu memberikan dampak yang baik terhadap program pengembangan agroforestri.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji pandangan masyarakat pinggiran hutan terhadap program pengembangan
agroforestri di Desa Dulamayo Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Penelitian
ini didesain menggunakan pendekatan survei dan focus group discussions (FGD). Responden penelitian adalah
semua anggota kelompok tani agroforestri. Sampel ditentukan dengan sampling sensus dengan mengambil seluruh
populasi untuk diwawancarai (10 responden). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan FGD. Kegiatan
FGD diikuti oleh 26 peserta. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
100% masyarakat menginginkan program agroforestri dilakukan secara berkelanjutan, meskipun dari segi sosial
ekonomi belum dirasakan secara nyata. Dari sudut pandang manfaatnya, 50% responden berpandangan bahwa
program pengembangan agroforestri adalah untuk rehabilitasi lahan kritis, 30% responden berpandangan untuk
perbaikan jasa lingkungan, 10% responden berpandangan untuk peningkatan ekonomi rakyat dan 10% responden
lainnya berpandangan untuk mengurangi erosi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat menitik beratkan
harapan terhadap agroforestri. Dibutuhkan suatu pendampingan secara kontinyu. Lebih lanjut, masyarakat
berharap dapat dilibatkan secara aktif dalam program pengembangan agroforestri.

Kata kunci: Pandangan masyarakat; hutan; agroforestri.

©2018 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2017.15.1.47-62 47
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

I. PENDAHULUAN kondisi lingkungan tetap lestari. Menurut


Suatu pembangunan dikatakan berhasil Ardi, Kartodiharjo, Darusman, & Nugroho
di Indonesia ketika pembangunan yang (2011) upaya yang dilakukan ini adalah untuk
dilaksanakan tersebut dapat merubah tatanan menyeimbangkan antara tujuan konservasi
pola pertumbuhan yang berkemajuan. Setiap dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
pola yang diciptakan memberikan dampak sekitar hutan.
yang berbeda pada skala nasional maupun Secara sederhana agroforestri berarti
daerah, terlebih lagi di masyarakat. Pola pertanian dan kehutanan. Artinya, suatu pola
top down dan bottom up, kedua sistem ini yang berusaha memadukan antara sistem
memiliki variasi tata laksana yang berbeda pertanian dan sistem kehutanan. Pola ini
dalam realisasi program pembangunannya. bertujuan untuk mengembangkan berbagai
Pola pembangunan tersebut secara eksplisit macam tanaman pertanian yang disandingkan/
dijadikan pedoman dalam merubah cara dikombinasikan dengan tanaman kehutanan,
pandang masyarakat terhadap kehidupannya. dan atau dengan peternakan, perikanan.
Pembangunan yang tepat akan berkontribusi Suryanto, Tohari, & Sabarnurdin (2005)
secara maksimal terhadap peningkatan menyatakan bahwa agroforestri dicirikan
sosial-ekonomi masyarakat, baik di daerah, oleh keberadaan komponen pohon dan
maupun di tingkat nasional, sekaligus tetap tanaman semusim dalam ruang dan waktu
mengendalikan dan mengkonservasi sumber yang sama. Menurut Prasetyo (2016) sistem
daya alam (SDA) yang ada agar tetap lestari. ini sangat membantu masyarakat desa untuk
Dewasa ini pembangunan pertanian mengoptimalkan pemanfaatan lahannya
semakin memperlihatkan kondisi yang melalui fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial
sangat memprihatinkan. Nampak jelas budaya. Ditambahkan oleh Yuwariah (2015)
dengan semakin parahnya fenomena- bahwa produktivitas, diversitas, kemandirian,
fenomena alam yang terjadi di bidang dan stabilitas, merupakan keunggulan potensi
pertanian. Penggunaan pestisida kimia dan agroforestri dalam kontribusi terhadap
pupuk kimia yang berlebih menambah deret peningkatan pendapatan, kemandirian bangsa,
panjang residu terhadap tanah dan lingkungan dan perbaikan lingkungan. Dalam agroforestri
yang terjadi di pertanian. Pembangunan menurut Widianto, Utami, & Hairiah (2003)
pertanian yang berbasis industri dan masih harus diingat bahwa petani atau masyarakat
tradisional membentuk pola pertanaman yang adalah elemen pokoknya atau sebagai
mengarah pada sistem pertanian monokultur subyek. Dengan demikian kajian agroforestri
(satu jenis tanaman). Sebagai akibatnya, tidak hanya terfokus pada masalah teknik
terjadi ketergantungan terhadap lahan untuk dan biofisik saja, tetapi juga masalah sosial,
pengembangan satu jenis tanaman oleh ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari
petani. Hal ini tentunya dapat mengorbankan waktu ke waktu dan sifatnya dinamis.
aspek lingkungan, karena model pertanaman Dalam kajian lain agroforestri dikenal
monokultur yang sangat kecil sumbangannya dengan pola wanatani atau tumpangsari.
terhadap pelestarian lingkungan. Di samping Di Indonesia agroforestri telah banyak
itu tidak adanya kesepahaman program dikembangankan, dan hampir diseluruh
diantara elit-elit pemangku pertanian dalam daerah di Indonesia, termasuk wilayah
pengembangan pertanian. Oleh karena itu, Gorontalo, tetapi masih dalam skala kecil
agoforestri lahir menjadi salah satu solusi dan tersebar lokasinya. Menurut Rachman
dalam pengembangan pertanian yang & Hani (2014) tujuan pengelolaan lahan
memberi keuntungan terhadap peningkatan secara agroforestry adalah memaksimalkan
sosial-ekonomi dan sekaligus menjaga produktivitas lahan, menciptakan lapangan

48
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

kerja dan meningkatkan pendapatan di daerah pengembangan agroforestri, begitu juga


pedesaan. sebaliknya. Terlebih lagi kepada masyarakat
Tolok ukur keberhasilan pengembangan yang berada di kawasan hutan. Pengembangan
agroforestri adalah tingkat partisipasi agroforestri pada saat ini baru difokuskan
masyarakat yang tinggi. Partisipasi pada masyarakat-masyarakat pinggiran hutan.
masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaannya Seperti yang diungkapkan oleh Center for
dalam penerapan pola-pola agroforestri. International Forestry Research (2003) bahwa
Memahami tingkat partisipasi terlebih dahulu hingga saat ini, pendekatan pengelolaan hutan
harus memahami perspektif masyarakat pada berbasis masyarakat tetap berada di posisi
agroforestri. Perspektif merupakan intuisi hati pinggiran, bukan menjadi pilihan pemerintah,
yang terpendam dalam diri individu petani, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup
berisi pandangannya terhadap hal-hal yang dan Kehutanan. Ditambahkan oleh Irawan,
disukai dan tidak disukai. Bisikan-bisikan Iwanuddin, Halawane, & Ekawati (2017)
hasrat yang ingin dicapai petani tersebut bahwa persepsi dan perilaku seseorang adalah
tentunya harus didukung oleh pengambil bentuk karakteristik sosial yang banyak
kebijakan yang nantinya dapat dijadikan dipertimbangkan untuk mengelola kawasan
program, dengan arah pembangunan yang hutan berbasis masyarakat.
bottom up. Agroforestri yang merupakan Berdasarkan beberapa hal di atas maka
pola baru yang diketahui oleh petani, tetapi tujuan penelitian ini untuk mengkaji pandangan
sebenarnya telah lama diterapkan sejalan masyarakat pinggiran hutan terhadap program
dengan peradaban manusia. Diharapkan pengembangan agroforestri.
menurut Noordwijk et al. (2004) dari
pengembangan agroforestri dapat diperoleh II. METODE PENELITIAN
solusi yang saling menguntungkan, baik A. Lokasi dan Waktu Penelitian
dari segi kesejahteraan petani, maupun Penelitian ini dilakukan di Desa Dulamayo
jasa lingkungan yang menjadi hajat hidup Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten
masyarakat. Gorontalo, Provinsi Gorontalo (Gambar 1).
Pandangan yang positif dari masyarakat Lokasi penelitian merupakan lokasi binaan
dapat memberikan dampak yang baik terhadap Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas

Sumber (Source): Kow et al. 2015

Gambar 1. Lokasi penelitian di Desa Dulamayo Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo
Figure 1. Study site in West Dulamayo Village, Telaga District, Gorontalo Regency, Gorontalo Province

49
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

Muhammadiyah Gorontalo sejak tahun C. Populasi dan Sampel


2013 dalam pengembangan agroforestri. Penelitian ini menjadikan masyarakat
Lokasi ini dipilih secara purposive dengan sebagai target, sehingga populasi dalam
melihat beberapa faktor pertimbangan, penelitian ini adalah masyarakat yang
yaitu (1) Merupakan desa pengembangan menerapkan pola agroforestri. Lebih
agroforestri yang berbasis masyarakat; (2) spesifik, populasi di sini yaitu kelompok
Desa Dulamayo Barat merupakan daerah hulu tani agroforestri yakni satu kelompok tani
darah aliran sungai (DAS) yang notabene yang berjumlah 10 petani. Dengan demikian,
menjadi penyangga utama bencana dan penarikan sampel penelitian menggunakan
sumber cadangan SDA; (3) Jenis tanaman metode sensus. Artinya, seluruh populasi
yang dibudidayakan oleh masyarakat desa dalam kelompok tani agroforestri tersebut
dominan adalah tanaman tahunan, sehingga dijadikan sebagai sampel. Kelompok tani
bila ini dikaji lebih dalam akan lebih mudah ini merupakan kelompok tani pemula yang
dalam aplikasi agroforestri; dan (4) Sosio- bersedia mengembangkan model bercocok
budaya bertani masyarakat desa yang tanam agroforestri. Jenis tanaman didominasi
masih menghargai alam sebagai sumber oleh tanaman kemiri, cengkeh, beberapa jenis
keseimbangan dalam kehidupan. Penelitian tanaman buah dan tanaman kehutanan.
ini dilaksanakan pada Bulan April 2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan
Kementerian Kehutanan (2009) dalam Kow Data dalam penelitian ini digunakan
et al. (2015) (Gambar 1), sebagian besar data primer dan sekunder. Data primer yang
wilayah Desa Dulamayo Barat merupakan dikumpulkan berupa opini, pandangan,
kawasan hutan lindung (HL). Di samping harapan dan saran dari masyarakat. Data ini
itu usaha-usaha yang dikembangkan adalah diperoleh dari lapangan yang merupakan hasil
berdasarkan atas sektor kehutanan dan wawancara dan FGD dari kelompok tani dan
agroforestri. Dengan demikian sangat layak stakeholder terkait agroforestri. FGD diikuti
dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk oleh 26 peserta dari berbagai unsur/elemen,
mengukur pandangan masyarakat terhadap yakni unsur petani (10 orang), perangkat desa
program agroforestri. (Kades 1 orang, Sekdes 1 orang, kepala dusun
3 orang), unsur LPM (3 orang), unsur BPD (1
B. Rancangan Penelitian orang), tokoh masyarakat (3 orang), dan Tim
Penelitian ini menggunakan pendekatan AgFor (4 orang). Data sekunder adalah data
survei dan focus group discussion (FGD) yang dikumpulkan dan diinterpretasikan dari
yang melibatkan petani, aparat desa (kepala data desa, data agroforestri dan kehutanan,
desa, sekretaris desa dan kepala dusun), dan data pendukung lainnya.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Teknik pengumpulan data dalam penelitian
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh ini terdiri dari (1) wawancara dengan daftar
masyarakat dan Tim AgFor. Pendekatan survei pertanyaan yang telah disiapkan, (2) teknik
digunakan dengan tujuan untuk memetakan transkripsi dengan agenda focus group
discussion (FGD), (3) observasi, dan (4)
pandangan masyarakat dalam program
dokumenter.
pengembangan agroforestri. Pendekatan
FGD dilakukan untuk memberikan solusi E. Analisis Data
atas permasalahan yang dihadapi oleh Data primer hasil penelitian dianalisis
petani melalui diskusi. FGD memberikan dengan menggunakan analisis deskripsi.
keuntungan kepada peneliti dalam memahami Langkah dalam analisis, terlebih dahulu
permasalahan yang substansial dari petani melakukakan akuisisi data, yang terdiri dari
agroforestri di Desa Dulamayo Barat. mengklasifikasi dan interpretasi data. Dari dua

50
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

kegiatan tersebut, maka langkah selanjutnya ini yang menjadi topik utama kajian
adalah melakukan deskripsi. Deskripsi data adalah mengekstrak hasrat petani sebagai
ini berupa perspektif petani yang dituangkan dasar pengambilan keputusan untuk ikut
dalam pendapat-pendapat masyarakat dalam mengembangkan pertanaman agroforestri.
kegiatan pengembangan agroforestri. Perspektif berbentuk perasaan, keinginan,
pandangan, harapan maupun saran yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dikembangkan yang berhubungan dengan
Permasalahan di masyarakat saat ini diri sendiri dengan segala sesuatu yang ada
ialah maraknya konversi kawasan hutan di sekitarnya. Perspektif selalu muncul bila
ke pertanian. Hutan yang merupakan paru- manusia menginginkan sesuatu (hasrat)
paru dunia (Nikoyan, Uslinawaty, Meisanti, yang menurutnya bisa atau tidak terpenuhi.
Rahmah, & Arsyad, 2013) telah berubah Dalam pengembangan agroforestri hasrat
fungsi menjadi kawasan budidaya pertanian yang dimaksud adalah hasrat sosial, dimana
yang semakin hari semakin marak terjadi, seseorang saling berhubungan dengan
dengan kata lain deforestasi semakin pihak lainnya, baik antara manusia dalam
meningkat. Pengelolaan hutan saat ini juga kelompoknya ataupun dengan lingkungan
telah mengalami perubahan signifikan yakni alam disekitarnya. Di samping itu hasrat
lebih ke arah peningkatan aspek ekonomi. seseorang memengaruhi dalam berpikir,
Seperti yang diungkapkan oleh Ali, Nikoyan, berkata dan berbuat dalam suatu realisasi
Salman, Demmalino, & Summase (2015) program-program yang dikembangkan di
bahwa telah terjadi perubahan dari paradigma desa.
hutan utama menjadi hutan sekunder yang A.
Perspektif Masyarakat terhadap
menekankan pada keseimbangan ekologi Program Agroforestri
dan sosial (ekonomi, budaya, sosial) dalam
Agroforestri telah menarik perhatian para
manajemen hutan. Memandang hal tersebut,
peneliti bidang teknis dan sosial tentang
perlu arah pengembangan pertanian yang
pentingnya pengetahuan dasar kombinasi
berbasis pelestarian lingkungan, sosial dan
antara pepohonan dengan tanaman, serta
ekonomi. Oleh karena itu, sistem agroforestri
segala keuntungan dan kendalanya (Hairiah,
menjadi satu solusi dalam menyikapi
Sardjono, & Sabarnurdin, 2003). Munculnya
permasalahan tersebut.
agroforestri menjadi salah satu solusi
Perkembangan praktik agroforestri di
dalam menanggulangi masalah pertanian
kawasan zona penyangga (buffer zone),
yang berkaitan dengan pola penggunaan
menjadi potensi penyangga ekosistem dan
lahan pertanian. Menurut Mahendara
nilai jasa lingkungan (Yuslinawari, 2016).
(2009) agroforestri memberikan manfaat
Pengembangan sistem agroforestri salah
yang signifikan dalam tiga aspek yaitu (1)
satunya ditentukan oleh adanya minat dan
Aspek ekonomi; Sistem agroforestri bisa
keikutsertaan (partisipasi) masyarakat
mendongkrak tingkat kesejahteraan petani,
dalam setiap tahapan kegiatan. Selain
dengan pemilihan jenis tanaman yang
pentingnya landasan keinginan tersebut,
tepat, manajemen yang baik, penerapan
tentu juga didukung oleh sarana produksi
pola tanam yang optimal maka hasil akan
dan prasarana yang menunjang dalam
melimpah sehingga menjadi solusi atas
pengembangan agroforestri. Suatu program
masalah ekonomi; (2) Aspek sosial budaya;
yang dikembangkan di pedesaan dapat
Sistem agroforestri memungkinkan seluruh
memunculkan berbagai pandangan, baik
anggota keluarga terlibat dalam pengelolaan,
itu pandangan yang bersifat baik atau pun
kehidupan sosial terbangun indah, budaya
yang sifatnya kritikan. Dalam penelitian

51
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

bercocok tanam menjadi budaya semua orang, sangat penting dalam menciptakan manajemen
serta kebijakan pemerintah pun akan ikut hutan yang lestari. Hal ini didasarkan atas
menyesuaikan dengan budaya bercocok tanam posisi manusia sebagai bagian komunitas
masyarakat; dan (3) Aspek ekologi; Sistem sosial yang merupakan sub sistem ekosistem
agroforestri akan menciptakan multi strata hutan. Dengan kemampuan intelektual dan
tajuk tanaman, mengurangi kerusakan akibat teknologi, manusia mampu mengubah bentuk
erosi air hujan, peningkatan kesuburan tanah, kualitas ekosistem. Oleh karena itu, menurut
serta meningkatkan kelimpahan mikro dan Gunawan, Barkey, & Hajar (2012) arahan
makro fauna. Ditambahkan oleh Mayrowani perbaikan implementasi program bersama
& Ashari (2011) manfaat yang diperoleh dari masyarakat dilakukan dengan pengembangan
agroforestri adalah meningkatkan produksi usaha produktif masyarakat desa hutan,
pangan, pendapatan petani, kesempatan penguatan kelembagaan dan pola kemitraan
kerja, dan kualitas gizi masyarakat bagi antara masyarakat desa hutan dengan
kesejahteraan petani sekitar hutan. Perhutani.
Berdasarkan hal tersebut, maka resiko Perspektif/sudut pandang masyarakat
kegagalan petani dalam bercocok tanam akan terhadap agroforestri sangat dipengaruhi
menjadi sangat minim. Hal ini karena sistem keadaan sebelum dan setelah kegiatan
agroforestri terdiri dari banyak jenis tanaman dilaksanakan. Pandangan tersebut dapat
yang nota bene jenis tanaman yang diusahakan bersifat positif ataupun negatif yang timbul
ialah tanaman yang menjadi kebutuhan pokok dari masing-masing individu masyarakat.
masyarakat maupun untuk kepentingan Hasil penelitian ini diekstrak dari pendapat-
komersil. Ditambahkan oleh Afifuddin (2006) pendapat yang diberikan ketika wawancara
agroforestri utamanya diharapkan dapat dilakukan.
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna sebagian besar pandangan masyarakat
menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup terhadap program agroforestri mengarah
masyarakat. kepada rehabilitasi lahan kritis dan perbaikan
Program agroforestri yang dilakukan jasa lingkungan dan hutan (Gambar 2).
selain bertujuan untuk pemenuhan dan Pada Gambar 2, hasil penelitian
diversifikasi pangan juga ditujukan untuk menunjukkan bahwa pandangan masyarakat
rehabilitasi hutan dan lahan kritis secara terhadap manfaat program pengembangan
sosial kemasyarakatan. Menurut Triwanto agroforestri dominan 50% untuk
(2011) dalam pengelolaan hutan mulai penanggulangan rehabilitasi lahan kritis,
disadari bahwa dimensi sosial masyarakat 30% memberikan pandangannya dalam
menjadi titik penting dalam pengelolaan perbaikan jasa lingkungan, dan hanya 10%
hutan. Dalam perkembangan selanjutnya, yang berpandangan bahwa agroforestri dapat
konsep pengelolaan hutan berkelanjutan meningkatkan ekonomi rakyat dan penekanan
(sustainable forest management), selain erosi serta aliran permukaan. Hal ini
mempertimbangkan kelestarian ekologis dan mengindikasikan bahwa fungsi agroforestri
ekonomi, juga mensyaratkan terjaminnya di Desa Dulamayo Barat telah dirasakan dari
fungsi-fungsi sosial masyarakat yang hidup aspek rehabilitasi lahan kritis dan perbaikan
di dalam dan/atau di sekitar hutan. Oleh jasa lingkungan, namun belum secara
karena itu, hutan dikategorikan lestari jika signifikan dirasakan dari aspek ekonominya.
syarat kelayakan ekologis, ekonomis dan Hal ini wajar karena program agroforestri
sosial budaya terpenuhi dengan baik di ini baru dilakukan pada akhir tahun 2014.
lapangan. Ketiga butir kelayakan-kelayakan Wajar juga kalau program ini belum
itu, kelayakan sosial (masyarakat) berperan dirasakan secara signifkan dalam peningkatan

52
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

Sumber (Source): Data Primer Diolah, 2016 (Primary data processed, 2016)

Gambar 2. Perspektif masyarakat pada pengembangan agroforestri di Desa Dulamayo Barat


Figure 2. The Community's perspective on agroforestry development in West Dulamayo Village

ekonomi masyarakat. Namun untuk masa Seperti dijelaskan oleh Hairiah et al. (2003)
depan agroforestri ini dapat memberikan agroforestri mempunyai fungsi ekonomi
sumbangan yang signifikan dalam percepatan penting bagi masyarakat setempat. Peran
pertumbuhan ekonomi rakyat. utama agroforestri bukan sebagai penghasil
Di sisi lain program pengembangan bahan pangan, melainkan sebagai sumber
agroforestri juga memberikan pandangan pendapatan dan modal. Menurut Hairiah et
yang negatif kepada petani terutama pada (1) al. (2003) agroforestri mampu menyumbang
Kesulitan dalam mengkombinasikan tanaman 50% hingga 80% pemasukan dari pertanian di
pertanian dan kehutanan; (2) Penerapan pola pedesaan melalui produksi langsung maupun
agroforestri mengurangi luasan pertanaman tidak langsung yang berhubungan dengan
tanaman semusim yang biasanya petani pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran
menanam dengan pola monokultur; (3) hasilnya. Diungkapkan juga oleh Kittur &
Hasil yang diterima dari tanaman tahunan Bargali (2013) bahwa agroforestri dapat
dirasakan sangat lama, sehingga petani meningkatkan produktivitas, manfaat sosial,
enggan untuk menerapkan pola agroforestri; keuntungan ekonomi, menjaga kelestarian
dan (4) Petani merasa dalam agroforestri sulit ekologi dan jasa lingkungan. Selanjutnya
menerapkan kebiasaan sanitasi lahan dengan Wulandari (2010) menyatakan berdasarkan
tebang/pangkas-bakar, hal ini karena terdapat hasil penelitian yang di lakukan di kampung
tanaman tahunan pada lahan budidaya. Tri Budi Syukur, Lampung Barat menyatakan
Untuk saat ini perspektif masyarakat bahwa masyarakat yang mempunyai level
masih menganggap bahwa pengembangan persepsi baik terhadap pengelolaan lanskap
agroforestri belum signifikan dapat agroforestri sebanyak 42,07 %, persepsi
meningkatkan ekonomi mereka. Masyarakat sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%.
belum sepenuhnya memusatkan perhatiannya Lebih lanjut diungkapkan untuk meningkatkan
pada agroforestri. Dibutuhkan intensifikasi persepsi petani tentang agroforestri perlu
dalam praktek agroforestri, sehingga perlu terobosan kegiatan nyata yang dapat
perbaikan manajemen dalam pengelolaan dirasakan manfaatnya secara langsung.
lahan agroforestri, yang ke depannya dapat Seperti yang direkomendasikan oleh Ruhimat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (2015) bahwa program pemerintah perlu
sekitar hutan di Desa Dulamayo Barat. memfasilitasi petani untuk 1) pendidikan,

53
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

pelatihan dan penyuluhan, 2) pengembangan pelestarian keanekaragaman hayati sistem


demplot paket teknologi agroforestry, dan 3) pengelolaan lahan dengan pola agroforestri
pelaksanaan studi banding untuk petani. berbasis tanaman berperan dalam konservasi
Dari berbagai pendapat yang diberikan lahan, air dan keanekaragaman hayati,
oleh masyarakat, mereka menyatakan sebagai menambah unsur hara, mengendalikan iklim
berikut (a) Pengembangan agroforestri dapat mikro, menambah cadangan karbon, menekan
dijadikan sebagai alternatif memulihkan serangan penyakit dan meningkatkan
lokasi lahan-lahan yang gersang, dengan pendapatan petani (Supriadi & Pranowo,
memanfaatkan lokasi tersebut dapat 2015). Dalam konteks pembangunan
memberikan kontribusi dalam rehabilitasi pertanian berkelanjutan, maka pola
lahan-lahan yang telah kritis, terutama di luar agroforestri ditujukan untuk mempertahankan
kawasan hutan; (b) Aplikasi pola agroforestri produktivitas hasil-hasil pertanian dan
merupakan solusi dalam melestarikan kehutanan dan mempertahankan basis sumber
lingkungan di sekitar tempat tinggal maupun daya alam yang mantap secara ekologis, dapat
kawasan DAS, sehingga fungsi ekologi hutan berlanjut secara ekonomis, adil, manusiawi
tersebut dapat dikembalikan seperti sedia dan luwes (Latumahina & Sahureka, 2006).
kala; (c) Pola agroforestri berkontribusi Laporan hasil analisis usahatani oleh
dalam menahan erosi dan aliran permukaan Triwanto (2016) pada berbagai tingkat
pada areal budidaya karena penggunaan perkembangan agroforestri di Resor
berbagai jenis tanaman; (d) Pengembangan Polisi Hutan (RPH) Pujon Kidul, Balai
agroforestri melalui pelatihan berkontribusi Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
dalam pembibitan dan pemeliharaan bibit Pujon, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
tanaman, tanaman yang dikembangkan Malang menunjukkan bahwa (i) Pada tingkat
adalah tanaman yang memiliki nilai komersial agroforestri awal, bidang olah efektif petani
tinggi dan sesuai keinginan masyarakat; cukup besar yaitu 96,9%. Petani lebih
dan (e) Pengembangan agroforestri dapat cenderung menanam tanaman sayuran dan
meningkatkan pendapatan petani, sehingga palawija, dengan besar pendapatan mencapai
perekonomian keluarga juga akan meningkat Rp6.728.928,00 per tahun, nilai B/C ratio=
dengan sendirinya. Hal ini disebabkan oleh 1,51; (ii) Pada tingkat pertengahan bidang
hasil yang diperoleh petani dari berbagai jenis olah efektif petani sebesar 31,0%. Petani
tanaman. Seperti diungkapkan oleh Achmad, lebih cenderung menanam rumput di bawah
Simon, Diniyati, & Widyaningsih (2012) tanaman pokok, dengan besar keuntungan
sebagian besar petani menyatakan bahwa mencapai Rp27.160.650,00 per tahun, nilai
hutan rakyat yang dikelola dengan pola B/C ratio= 1,66; dan (iii) Pada agroforestri
agroforestri menghasilkan manfaat ekonomi tingkat lanjut bidang olah efektif menurun,
yang tinggi. yaitu sekitar 12,6%. Besar keuntungan
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan mencapai Rp21.442.350,00 per tahun, nilai
bahwa agroforestri mampu menyediakan B/C ratio= 1,65. Penurunan bidang olah ini
hasil-hasil pertanian, di samping dapat menurut Mahendara (2009) dikarenakan
mempertahankan fungsi ekologi hutan. prosentase tanaman kehutanan (pohon)
Terdapat banyak spesies alami dalam sistem yang dominan, tutupan tajuk lebih dari 75%
agroforestri, sehingga ahli agroforestri sehingga luas bidang olah kurang dari 10%.
seringkali menekankan bahwa agroforestri Oleh karena itu Triwanto (2016) menegaskan
dapat memberikan kontribusi penting dalam bahwa luasan lahan yang andil, jumlah ternak
usaha melestarikan keanekaragaman hayati dan tingkat perkembangan memiliki indikasi
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kuat berpengaruh nyata terhadap keuntungan
Kabupaten Rokan Hilir, 2013). Selain usaha agroforestri.

54
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

Lebih lanjut evaluasi agroforestri terhadap mengakibatkan semakin terbatasnya akses


kesejahteraan petani di Kecamatan Pakong masyarakat terhadap manfaat ekonomi
yang dilaporkan oleh Kristiana (2016) hutan. Oleh karena itu, kapasitas masyarakat
menunjukkan bahwa pola agroforestri yang harus ditingkatkan agar akses terhadap
telah dilaksanakan Kecamatan Pakong berpola sumber daya hutan meningkat. Sedangkan
agrosylvo-pastoral system dan multipurpose untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
forest. Berdasarkan evaluasi terhadap program manusia, masyarakat terlebih dahulu harus
agroforestri petani memberikan umpan dientaskan dari kemiskinan agar memperoleh
balik yang sangat penting terhadap kegiatan akses terhadap pendidikan dan informasi.
yang sudah dilaksanakan. Hasil usahatani
B.
Perspektif Masyarakat tentang
menunjukkan perbedaan pendapatan yang
Keberlanjutan Program Agroforestri
diperoleh oleh petani, sebelum melaksanakan
agroforestri pendapatan yang dihasilkan Keberlanjutan suatu program dapat
sebesar Rp17.271,50 per kapita per hari dan diartikan sebagai suatu keadaan dimana
Rp518.145,00 per kapita per bulan. Berada di program tersebut dapat dirasakan seterusnya.
bawah garis kemiskinan menurut Word Bank Keberlanjutan program sangat dibutuhkan
dan Badan Pusat Statistik (BPS). Namun untuk melihat dampak kontinuitas yang dapat
setelah mengikuti program agroforestri dirasakan oleh masyarakat yang terkena
pendapatan petani naik menjadi Rp103.454,76 dampak program. Demikian juga pada
per kapita per hari dan Rp3.103.643,00 per agroforestri, perspektif masyarakat ditentukan
kapita per bulan atau berada di atas garis dari dampak dan manfaat yang diterima oleh
kemiskinan oleh Word Bank dan BPS, artinya masyarakat tersebut pada pengembangan
bahwa setelah mengikuti program agroforestri agroforestri. Hasil penelitian dapat dilihat
ada perubahan yang signifikan terhadap pada Gambar 3.
pendapatan petani dalam menjalankan Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa
usahanya. 100% masyarakat memberikan pandangan
Hingga saat ini pengelolaan lahan masih yang baik terhadap keberlanjutan program.
menitikberatkan pada keuntungan ekonomi Hal ini mengindikasikan bahwa program
semata dibanding kepentingan lingkungan agroforestri telah memberikan feedback
(Caya, Gunawan, Suprodjo, & Muta’ali, yang positif terhadap pelayanan jasa
2014). Mengejar keuntungan ekonomi semata lingkungan, meskipun dari segi sosial
dari kegiatan pertanian hanya menimbulkan ekonomi masyarakat di Desa Dulamayo
kerugian dalam jangka panjang, baik bagi Barat belum dirasakan secara konkrit. Dalam
kesejahteraan petani maupun kualitas hal ini butuh suatu pendampingan secara
lingkungan. Lanskap ekosistem agroforestri kontinyu kepada masyarakat pinggiran hutan
yang terintegrasi menawarkan manfaat yang untuk dapat menerapkan pola agroforestri
lebih besar tidak hanya bagi ekonomi, namun secara berkelanjutan. Dari pendampingan
juga bagi lingkungan (Amaruzaman, 2015). tersebut dapat menambah pengetahuan dan
Dengan demikian pengembangan agroforestri kemampuan masyarakat dalam mengadopsi
pada masyarakat kawasan hutan hendaknya teknik-teknik agroforestri. Bila hal ini biasa
didukung oleh faktor internal yang baik dilakukannya maka perspektif masyarakat
pula, seperti pendidikan yang mumpuni, pasti menjadi lebih baik, dan meningkatkan
dan memiliki pandangan yang baik terhadap nilai partisipasi mereka dalam mengelola hutan
pengembangan agroforestri. Diungkapkan dan lahan pertanian. Seperti diungkapkan oleh
oleh Hakim (2010) jika kapasitas sumber Setiawan, Purwanti, & Garsetiasih (2017)
daya manusia rendah (pendidikan, sosial bahwa persepsi yang positif dari masyarakat
ekonomi, dan informasi), maka hal ini merupakan faktor penting yang menentukan

55
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

Sumber (Source): Data Primer Diolah, 2016 (Primer Data processed, 2016)

Gambar 3. Perspektif masyarakat tentang keberlanjutan program agroforestri di Desa Dulamayo Barat Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo
Figure 3. The Community's perspective on the sustainability of agroforestry program in West Dulamayo Village

kelestarian ekosistem hutan. Selanjutnya hasil keterampilan petani perlu diasah dengan cara
penelitian Wulandari (2010) di Sub-DAS diadakan penyuluhan dan pelatihan dari pihak
Way Besai, Provinsi Lampung melaporkan stakeholder.
bahwa masyarakat yang mempunyai level
C. Harapan Masyarakat pada Program
persepsi baik terhadap pengelolaan lanskap
Pengembangan Agroforestri
agroforestri sebanyak 42,07 %, persepsi
sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%. Desa Dulamayo Barat Kabupaten
Dilaporkan juga oleh Satriani, Golar, & Ihsan Gorontalo merupakan salah satu desa binaan
(2013) bahwa persepsi dan sikap responden Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
tergolong baik, karena program-program Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
yang dijalankan adalah “dari mereka, oleh Dalam diskusi terarah (focus group discussion/
mereka, dan hasilnya untuk mereka”. Demi FGD) yang dilakukan tertuang harapan yang
keberlanjutan program agroforestri sangat besar untuk pengembangan agroforestri
dibutuhkan faktor-faktor pendukung dari berbasis partisipasi masyarakat (Gambar 4).
semua pihak. Seperti yang diungkapkan oleh Desa ini merupakan desa yang terisolir dan
Ruhimat (2016) bahwa faktor kunci yang keberadaannya sukar dijangkau. Kondisi
harus diperhatikan dalam pengembangan akses jalan yang sangat terjal, rumah penduduk
kelembagaan agroforestry adalah dukungan yang terpencar-pencar, serta fasilitas umum
kebijakan, ketersediaan paket teknologi yang belum memadai merupakan hal yang
agroforestry, serta optimalisasi keterlibatan dijumpai di lapangan.
dinas kehutanan dan perkebunan. Di samping Tahap perencanaan program menjadi
itu Nyanga, Johnsen, Aune, & Kalinda (2011) suatu titik awal untuk menentukan arah
mengungkapkan bahwa proyek pertanian dan tujuan dari pengembangan agroforestri
seharusnya tidak hanya terfokus pada teknik di desa Dulamayo Barat. Namun, yang
budidaya tetapi juga harus melibatkan aspek menjadi problem adalah dalam melakukan
sosial seperti partisipasi masyarakat. Selain perencanaan terkadang masyarakat tidak
itu, Cole (2010) menekankan perlu tambahan diberikan hak penuh dalam menentukan
modal investasi dalam jangka pendek sampai rencana program. Di samping itu anggota
menengah untuk pengembangan agroforestri. kelompok tani tidak sepenuhnya menerima
Ditambahkan oleh Maulaya (2016) agar legitimasi dalam penentuan program.
keberlanjutannya semakin meningkat, maka Anggota kelompok hanya menerima rencana

56
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

a b

Sumber (Source): Dokumentasi Penelitian, 2016 (Research Dokumentation, 2016)

Gambar 4. Kegiatan FGD bersama masyarakat dan stakeholder dan hadir pula tim AgFor Sulawesi
(a. penyampaian pendapat dari masyarakat, b. peneliti dan tim AgFor)
Figure 4. Focus group discussion with community, stakeholders and AgFor Sulawesi Team (a. Submission of
opinion from the community, b. Researcher and AgFor Team)

program yang telah disusun pihak lain, yang diaplikasikan dalam agroforestri.
selanjutnya dilakukan bersama. Di sinilah Tahap pelaksanaan pengembangan
letak kerentanan sosial sehingga anggota agroforestri yang umum terjadi adalah
kelompok tani tersebut tidak memiliki menitikberatkan pada peran serta seluruh
rasa bertanggungjawab, karena tidak ada kelompok tani dalam program agroforestri.
masukan mereka dalam perencanaan tersebut. Di samping itu, topik bahasan penting lainnya
Oleh karena itu pelibatan seluruh elemen adalah penentuan tanaman yang diusahakan
masyarakat, pemerintah dan stakeholder yaitu jenis tanaman yang akan dibudidayakan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam yang dipilih berdasarkan keinginan masyarakat
perencanaan agroforestri. dan memiliki nilai ekonomi tinggi serta cepat
Pada dimensi perencanaan, hal yang menghasilkan. Pada kegiatan pelaksanaan ini
sangat penting adalah penyuluhan, pelatihan sangat diperlukan peran dari penyuluh untuk
dan pendampingan terhadap masyarakat dapat mendampingi masyarakat di lapangan,
pedesaan untuk pemilihan jenis tanaman yang baik dalam hal penanaman dan penentuan pola
dibudidayakan. Dalam kaitan ini Puspasari, tanam. Penentuan pola tanam dan kombinasi
Wulandari, Darmawan, & Banuwa (2017) tanaman menjadi salah satu faktor yang dapat
menyatakan sebaiknya petani memperkaya menentukan keberhasilan agroforestri. Di
dengan lebih banyak jenis tanaman multi sini dituntut kemampuan masyarakat dalam
guna dan mengikuti pelatihan-pelatihan menentukan dimensi ruang dan waktu baik
untuk meningkatkan pengetahuan sehingga vertikal maupun horizontal. Melalui cara ini
pengelolaan lahan lebih optimal. Di samping tidak terjadi kompetisi di antara jenis-jenis
itu Sumarlan, Sumardjo, Tjitropranoto, & Gani tanaman yang dikombinasikan. Pemilihan
(2012) menyatakan bahwa strategi penyuluhan jenis tanaman pangan misalnya, dapat dipilih
penting untuk meningkatkan kinerja petani dari (a) jenis tanaman pangan seperti jagung
yang berkelanjutan dalam penerapan sistem dan padi ladang, (b) komoditas hortikultura
agroforestri. Lebih lanjut dalam agroforestri dari jenis buah-buahan seperti rambutan,
menurut Meijer, Catacutan, Ajayi, Sileshi, durian dan manga, (c) jenis tanaman kehutanan
& Nieuwenhuis (2015) membutuhkan suatu dapat dipilih jati dan jabon, (d) komoditas
analisis kombinasi antara faktor intrinsik dan perkebunan dapat dipilih tanaman cengkeh,
ekstrinsik terhadap keputusan petani untuk pala, kemiri dan kelapa, dan (e) jenis tanaman
mengadopsi teknologi pertanian baru dan empon-empon seperti jahe, kunyit, lengkuas

57
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

Tabel 1. Harapan masyarakat pada pengembangan agroforestri di Desa Dulamayo Barat


Table 1. The Community’s expectancy on agroforestry development in West Dulamayo Village

Tahap Kegiatan Harapan Masyarakat


(Stages of the activities) (Community’s expectancy)
Perencanaan : Menerima aspirasi dari masyarakat yakni tanaman yang disukai oleh masyarakat
(Planning) berupa tanaman buah dan tanaman kayu
Dilakukan dengan cara identifikasi tanaman, yang disukai oleh masyarakat
Libatkan semua elemen di desa dan yang ada di lokasi
Terlebih dahulu dilakukan sosialisasi, dan pemetaan
Perlu dilakukan kegiatan seperti ini demi mensejahterakan masyarakat
Intensifkan penyuluhan, pembinaan bidang agroforestri
Semua anggota dilibatkan dalam perencanaan agroforestri
Butuh pendampingan teknik, monitoring evaluasi
Pelaksanaan : Dilakukan secara bersama-sama/berkelompok
(Implementation) Dilakukan secara swakelola
Perlu kerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Sesuai teknik yang ada di lapangan
Perlu pendamping teknik dan kesesuaian iklim perlu di perhatikan
Fokus penentuan pola tanam, jenis tanaman yang menguntungkan
Disesuikan dengan keinginan kelompok tani
Hendaknya melibatkan instansi terkait
Evaluasi : Libatkan semua elemen Desa (pemerintah desa, masyarakat dan tokoh-tokoh adat
(Evaluation) di desa)
Sebaiknya identifikasi mana yang gagal dan mana yang berhasil
Diadakan inventarsasi - tingkat keberhasilan kegiatan
Harus ada pembinaan, pendampingan dan teknik evaluasi
Perlu pemantauan kondisi tanaman yang ada di lapangan
Mendampingi kegiatan sesuai dengan teknik atau sesuai prosedur
Sumber (Source): Data Primer Hasil FGD Diolah, 2016 (Primer data from FGD, data processed, 2016)

karena dapat tumbuh di bawah naungan. Dikatakan oleh Rendra, Sulaksana, &
Pada kondisi ini, agroforestri memberikan Alam (2016) menyebutkan bahwa sistem
kontribusi yang signifikan terhadap efisiensi agroforestri juga dapat dimanfaatkan sebagai
penggunaan lahan untuk penganekaragaman penghasil bahan pangan, pakan ternak, madu,
hasil produk pertanian. Hasil penelitian bahan bangunan, dan bahan obat. Selanjutnya
Hiola (2011) menunjukkan bahwa petani disampaikan Tjatjo, Basir, & Umar (2015)
agroforestri ilengi di Dulamayo Selatan bahwa pola ini menjamin dan memperbaiki
memilih jenis pohon Aleurites moluccana kebutuhan bahan pangan, perbaikan kualitas
berdasarkan pertimbangan faktor biofisik, nutrisi, serta memiliki keterkaitan sangat
Switenia macrophylla dipilih berdasarkan erat dengan sosial-budaya lokal karena telah
faktor bentang alam, dan dari aspek sosial dipraktekkan secara turun temurun oleh
ekonomi petani lebih memilih jenis pohon masyarakat.
Syzigium aromaticum.

58
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

Pada tahap evaluasi, masyarakat lebih sudut pandang manfaatnya, 50% responden
mengharapkan peran serta pemerintah berpandangan bahwa program pengembangan
dalam terjun langsung untuk membina, agroforestri adalah untuk rehabilitasi
membimbing, dan ikut bersama-sama lahan kritis, 30% responden berpandangan
masyarakat dalam mengevaluasi keberhasilan untuk perbaikan jasa lingkungan, 10%
agroforestri. Diharapkan program agroforestri responden berpandangan untuk peningkatan
melakukan sistem evaluasinya tidak satu ekonomi rakyat dan 10% responden lainnya
arah, tetapi sistem dua arah. Di samping itu, berpandangan untuk mengeliminir erosi.
dalam mengevaluasi kegiatan agroforestri Lebih lanjut, masyarakat berharap dapat
kelompok tani mengharapkan untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan,
melibatkan seluruh anggota yang ada, serta pelaksanaan dan evaluasi program
melibatkan aparat desa. Hal ini bertujuan pengembangan agroforestri.
agar pemerintah desa juga dapat mengetahui
B. Saran
hal-hal yang telah dicapai dan yang belum
dicapai dalam pengembangan agroforestri. Pendampingan terhadap masyarakat
Seperti diungkapkan oleh Suparwata, Arsyad, peserta program pengembangan agroforestri
Hamidun, Rukmana, & Bahua (2016) bahwa perlu terus dilakukan agar agroforestri
proses evaluasi hendaknya melibatkan menghasilkan manfaat yang memadai kepada
seluruh anggota kelompok. Sebab dari masyarakat.
kegiatan evaluasi tersebut anggota kelompok
dapat mengetahui di mana letak kekurangan UCAPAN TERIMAKASIH
kegiatannya untuk selanjutnya dilakukan (ACKNOWLEDGEMENT)
perbaikan. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
Menyikapi masalah tersebut Sekretaris rasa terima kasih kepada (1) Masyarakat yang
Desa Dulamayo Barat menambahkan bahwa tergabung dalam kelompok tani agroforestri
untuk tidak menimbulkan prasangka yang tidak di Desa Dulamayo Barat yang telah berdiskusi
baik dan menghilangkan sifat kecemburuan serta memberikan data kepada peneliti; (2)
sosial, maka semua elemen perlu bersifat Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian pada Program
terbuka tentang informasi yang diberikan. Studi Agribisnis yang telah mendukung dalam
Agroforestri bukan sifat keproyekan yang pelaksanaan penelitian ini; dan (3) Kepada
menempatkan masyarakat sebagai obyek tim AgFor Sulawesi daerah Gorontalo yang
semata. Tetapi pengembangan agroforestri telah ikut berpartisipasi.
ini bersifat partisipatif yang menempatkan
masyarakat sebagai subyek, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
membutuhkan peran serta masyarakat dalam
mensukseskannya. Dengan adanya kesadaran Adrianto, L., & Wahyudin, Y. (2004). Modul
tersebut maka tujuan dari sustainable pengenalan konsep dan metodologi valuasi
triangle agroforestri dapat terwujud, yakni ekonomi sumber daya pesisir dan laut. Bogor:
PKSPL-IPB.
keberlanjutan dari aspek ekonomi, sosial dan
Achmad, B., Simon, H., Diniyati, D., & Widyaningsih,
lingkungannya. T. S. (2012). Persepsi petani terhadap
pengelolaan dan fungsi hutan rakyat di
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari,
12(1), 123–136.
A. Kesimpulan Afifuddin, Y. (2006). Penilaian ekonomi agroforestry
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tembawang di Kabupaten Sintang dan
Sanggau Propinsi Kalimantan Barat. (Tesis
100% masyarakat menginginkan program
Pascasarjana). Bogor: Institut Pertanian
agroforestri secara berkelanjutan. Dari Bogor.

59
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

Ali, M. S. S., Nikoyan, A., Salman, D., Demmalino, Hiola, A. S. (2011). Agroforestri ilengi: Suatu kajian
E. B., & Summase, I. (2015). Multi-actors pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon
collaboration in ecolabelling community teak (studi kasus di Desa Dulamayo Selatan,
forest management in Southeast Sulawesi Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo,
Province, Indonesia. International Journal of Provinsi Gorontalo). (Tesis Pascasarjana).
Agriculture System (IJAS), 3(1), 91–102. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Amaruzaman, S. (2015). Para petani dan penyandang Irawan, A., Iwanuddin, Halawane, J. E., & Ekawati,
dana perlu membuka mata mereka akan S. (2017). Analisis persepsi dan perilaku
besarnya manfaat bentang lahan yang masyarakat terhadap keberadaan kawasan
terintegrasi. World Agroforestry Centre KPHP model poigar. Jurnal Penelitian Sosial
(ICRAF) Southeast Asia Regional Office. dan Ekonomi Kehutanan, 14(1), 71–82.
Edisi Khusus AgFor Sulawesi, 8(3), 13. Kittur, B. H., & Bargali, S. S. (2013). Perspectives
Ardi, Kartodiharjo, H., Darusman, D., & Nugroho, of agroforestry: Present and future facets.
B. (2011). Prospek usaha agroforestry karet Journal of Progressive Agricultue, 4(2), 91–
dan jernang di Kabupaten Sarolangun-Jambi. 94.
Artikel, 6(1), 10–14. Kow, E., Wijaya, C., Khasanah, N., Rahayu, S.,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Martini, E., Widayati, A., … Saad. (2015).
Rokan Hilir. (2013). Pekerjaan kajian potensi Profil klaster telaga-telaga biru, Kabupaten
pengembangan agroforestry Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bogor,
Rokan Hilir. (Laporan Akhir). Pekanbaru: Indonesia: World Agroforestry Centre
Kerja Sama antara Badan Perencanaan (ICRAF), SEA Regional Office.
Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Kristiana, L. (2016). Evaluasi agroforestry terhadap
dengan PT. Kuanta Graha Marga. tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan
Caya, Gunawan, T., Suprodjo, S. W., & Muta’ali, L. Pakong (pp. 434-441). Prosiding Seminar
(2014). Optimalisasi penggunaan lahan untuk Nasional Agribisnis dan Pengembangan
agroforestri di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Ekonomi Perdesaan III, Mei 2016. Bangkalan:
Propinsi Jawa Barat. Jurnal Teknosains, 4(1), Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,
39–53. Universitas Trunojoyo Madura.
Center for International Forestry Research. Latumahina, F., & Sahureka, M. (2006). Agroforestri:
(2003). Refleksi empat tahun reformasi Alternatif pembangunan pertanian dan
mengembangkan sosial forestri di kehutanan berkelanjutan di Maluku. Jurnal
era desentralisasi. Jakarta: Center for Agroforestri, 1(3), 6–10.
International Forestry Research (CIFOR). Mahendara, F. (2009). Sistem agroforestri dan
Cole, R. J. (2010). Social and environmental impacts aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
of payments for environmental services Maulaya, F. R. (2016). Identifikasi sistem agroforestri
for agroforestry on small-scale farms in dan peluang keberlanjutannya di hutan
Southern Costa Rica. International Journal of rakyat Desa Hargowilis, Kecamatan
Sustainable Development and World Ecology, Kokap, Kabupaten Kulon Progo. (Skripsi).
17(3), 208–216. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gunawan, K. S., Barkey, R. A., & Hajar, M. A. I. Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan
(2012). Implementasi program pengelolaan agroforestry untuk mendukung ketahanan
sumber daya hutan bersama masyarakat pangan dan pemberdayaan petani sekitar
dalam perspektif pemberdayaan masyarakat hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
desa hutan. Artikel, (6), 1–15. 29(2), 83–93.
Hairiah, K., Sardjono, M. A., & Sabarnurdin, S. (2003). Meijer, S. S., Catacutan, D., Ajayi, O. C., Sileshi, G.
Pengantar agroforestri. (Bahan ajar 1). W., & Nieuwenhuis, M. (2015). The role
Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). of knowledge, attitudes and perceptions in
Hakim, I. (2010). Orientasi makro kebijakan social the uptake of agricultural and agroforestry
forestry di indonesia (pp.1-31). Dalam. innovations among smallholder farmers in
Hakim, I., Irawanti, S., ……, Rulliaty, S. Sub-Saharan Africa. International Journal of
Sosial forestry menuju restorasi pembangunan Agricultural Sustainability, 13(1), 40–54.
kehutanan berkelanjutan. Bogor: Pusat Nikoyan, A., Uslinawaty, Z., Meisanti, Rahmah, N.,
Penelitian dan Pengembangan Perubahan & Arsyad, M. (2013). The Impact of eco-
Iklim dan Kebijakan Kehutanan. labeling and forest certification on teak

60
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)

forest plantation. International Journal of di Pegunungan Kendeng Pati. Jurnal Agro


Agriculture System, 1(1), 81–89. Ekonomi, 30(1), 25–39.
Noordwijk, M. Van, Agus, F., Suprayogo, D., Hairiah, Suparwata, D. O., Arsyad, M., Hamidun, M. S.,
K., Pasya, G., Verbist, B., & Farida. (2004). Rukmana, D., & Bahua, M. I. (2016).
Peranan agroforestri dalam mempertahankan Community participation on evaluation
fungsi hidrologi daerah aliran sungai (DAS). stage in critical land rehabilitation program.
Agrivita, 26(1), 1–8. Advances in Environmental Biology, 10(10),
Nyanga, P. H., Johnsen, F. H., Aune, J. B., & Kalinda, T. 170–180.
H. (2011). Smallholder farmers’ perceptions Supriadi, H., & Pranowo, D. (2015). Prospek
of climate change and conservation pengembangan agroforestri berbasis kopi di
agriculture: Evidence from Zambia. Journal Indonesia. Perspektif, 14(2), 135–150.
of Sustainable Development, 4(4), 73–85. Suryanto, P., Tohari, & Sabarnurdin, M. S. (2005).
Prasetyo, B. D. (2016). Agroforestry kaliwu in Sumba: Dinamika sistem berbagi sumber daya
Sebuah tinajuan sosiologis. Jurnal Penelitian (resouces sharing) dalam agroforestri: Dasar
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 13(3), 189– pertimbangan penyusunan strategi silvikultur.
199. Ilmu Pertanian, 12(2), 165–178.
Puspasari, E., Wulandari, C., Darmawan, A., & Tiurmasari, S. (2016). Analisis vegetasi dan tingkat
Banuwa, I. S. (2017). Aspek sosial ekonomi kesejahteraan masyarakat pengelola
pada sistem agroforestri di areal kerja hutan agroforestri di Desa Sumber Agung
kemasyarakatan (HKm) Kabupaten Lampung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
Barat, Provinsi Lampung. Jurnal Sylva (Skripsi). Universitas Lampung, Bandar
Lestari, 5(3), 95–103. Lampung.
Rachman, E., & Hani, A. (2014). Pola agroforestry Tjatjo, N. T., Basir, M., & Umar, H. (2015).
sengon (Falcataria moluccana L.) dan cabai Karakteristik pola agroforestri masyarakat di
merah keriting di Dataran Tinggi Ciamis Jawa sekitar hutan Desa Namo Kecamatan Kulawi
Barat. Jurnal Penelitian Agroforestry, 2(1), Kabupaten Sigi. Jurnal Sains Dan Teknologi
35–44. Tadulako, 4(3), 55–64.
Rendra, P. P. R., Sulaksana, N., & Alam, B. Y. C. S. Triwanto, J. (2011). Model pengembangan agroforestry
S. S. (2016). Optimalisasi pemanfaatan sistem pada lahan marginal dalam upaya peningkatan
agroforestri sebagai bentuk adaptasi dan pendapatan masyarakat sekitar hutan.
mitigasi tanah longsor. Bulletin of Scientific Humanity, 7(1), 23–27.
Contribution, 14(2), 117–126. Triwanto, J. (2016). Analisis usaha tani masyarakat pada
Ruhimat, I. S. (2015). Tingkat motivasi petani dalam berbagai tingkat perkembangan agroforestri,
penerapan system agroforestry. Jurnal RPH Pujon Kidul, BKPH Pujon, KPH Malang
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, (pp.273-284). Prosiding Seminar Nasional
12(2), 131–147. dan Gelar Produk (SeNasPro), Malang 17-
Ruhimat, I. S. (2016). Faktor kunci dalam 18 Oktober 2016. Malang: DPPM Universitas
pengembangan kelembagaan agroforestry Muhammadiyah Malang.
pada lahan masyarakat. Jurnal Penelitian Widianto, Utami, S. R., & Hairiah, K. (2003).
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 13(2), 73–84. Agroforestri dan ekosistem sehat. (Bahan Ajar
Satriani, Golar, & Ihsan, M. (2013). Persepsi dan sikap 3: Fungsi dan Peran Agroforestri). Bogor:
masyarakat terhadap penerapan program World Agroforestry Centre (ICRAF).
pemberdayaan di sekitar Sub Daerah Aliran Wulandari, C. (2010). Studi persepsi masyarakat
Sungai Miu (kasus program SCBFWM di tentang pengelolaan lanskap agroforestri
Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Kabupaten di Sekitar Sub DAS Way Besai, Provinsi
Sigi). Warta Rimba, 1(1), 1–10. Lampung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
Setiawan, H., Purwanti, R., & Garsetiasih, R. (2017). 15(3), 137–140.
Persepsi dan sikap masyarakat terhadap Yuslinawari. (2016). Model agroforestri untuk
konservasi ekosistem mangrove di Pulau penyangga ekosistem di Lereng Selatan
Tanakeke Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Taman Nasional Gunung Merapi. (Tesis
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 14(1), 57–70. Pascasarjana). Universitas Gadjah Mada,
Sumarlan, Sumardjo, Tjitropranoto, P., & Gani, D. S. Yogyakarta.
(2012). Peningkatan kinerja petani sekitar
hutan dalam penerapan sistem agroforestri

61
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62

Yuwariah, Y. A. (2015). Potensi agroforestri untuk


meningkatkan pendapatan, kemandirian
bangsa, dan perbaikan lingkungan (pp. 1-21).
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri
Tahun 2015. Bandung: Universitas
Padjadjaran. Diunduh 13 Oktober 2017 dari
http://balitek-agroforestry.org/btpaciadmin/
content/prosiding_Fdownload/Makalah_
Utama_%26_Komisi_A_Semnas_AF_
Unpad_2015.pdf

62

You might also like