DEWA OKA SUPARWATA, JPSEK, 15 (1) 2018, HLM 47-62 PDF
DEWA OKA SUPARWATA, JPSEK, 15 (1) 2018, HLM 47-62 PDF
DEWA OKA SUPARWATA, JPSEK, 15 (1) 2018, HLM 47-62 PDF
1, 2018 : 47-62
p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi No. 687/AU3/P2MI-LIPI/07/2015
ABSTRACT
Nowadays, development of agroforestry has been focused on the people living near forest. Positive views from
community may have a good impact on agroforestry development program. This research aims to study the views
of the forest outskrit community on the agroforestry development program in Dulamayo Barat village, Telaga Sub
District, Gorontalo Regency, Gorontalo Province. The study used survey approach and focus group discussion
(FGD) method. Respondents were all the members of agroforestry farmer group. The entire population were taken
for interview (10 respondents) while FGD was attended by 26 participants. Data were analyzed descriptively. The
result showed that 100% of the respondents want the program to be sustainable, although from the socio economic
point of view the impact has not contributed significantly. From the respondents views of its benefit, 50% believe
that the program is for critical land rehabilitation, 30% have a view for the improvement of environmental service,
10% view to increase community economy, and 10% view that the program is to eliminate erosion. These indicate
that the community is concerned with agroforestry development, therefore, continuous facilitation is needed.
Furthermore, the community expects to be actively involved in the agroforestry development program.
ABSTRAK
Saat ini pengembangan agroforestri baru difokuskan pada masyarakat-masyarakat pinggiran hutan. Pandangan
yang positif dari masyarakat mampu memberikan dampak yang baik terhadap program pengembangan agroforestri.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji pandangan masyarakat pinggiran hutan terhadap program pengembangan
agroforestri di Desa Dulamayo Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Penelitian
ini didesain menggunakan pendekatan survei dan focus group discussions (FGD). Responden penelitian adalah
semua anggota kelompok tani agroforestri. Sampel ditentukan dengan sampling sensus dengan mengambil seluruh
populasi untuk diwawancarai (10 responden). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan FGD. Kegiatan
FGD diikuti oleh 26 peserta. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
100% masyarakat menginginkan program agroforestri dilakukan secara berkelanjutan, meskipun dari segi sosial
ekonomi belum dirasakan secara nyata. Dari sudut pandang manfaatnya, 50% responden berpandangan bahwa
program pengembangan agroforestri adalah untuk rehabilitasi lahan kritis, 30% responden berpandangan untuk
perbaikan jasa lingkungan, 10% responden berpandangan untuk peningkatan ekonomi rakyat dan 10% responden
lainnya berpandangan untuk mengurangi erosi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat menitik beratkan
harapan terhadap agroforestri. Dibutuhkan suatu pendampingan secara kontinyu. Lebih lanjut, masyarakat
berharap dapat dilibatkan secara aktif dalam program pengembangan agroforestri.
©2018 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2017.15.1.47-62 47
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
48
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
Gambar 1. Lokasi penelitian di Desa Dulamayo Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo
Figure 1. Study site in West Dulamayo Village, Telaga District, Gorontalo Regency, Gorontalo Province
49
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
50
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
kegiatan tersebut, maka langkah selanjutnya ini yang menjadi topik utama kajian
adalah melakukan deskripsi. Deskripsi data adalah mengekstrak hasrat petani sebagai
ini berupa perspektif petani yang dituangkan dasar pengambilan keputusan untuk ikut
dalam pendapat-pendapat masyarakat dalam mengembangkan pertanaman agroforestri.
kegiatan pengembangan agroforestri. Perspektif berbentuk perasaan, keinginan,
pandangan, harapan maupun saran yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dikembangkan yang berhubungan dengan
Permasalahan di masyarakat saat ini diri sendiri dengan segala sesuatu yang ada
ialah maraknya konversi kawasan hutan di sekitarnya. Perspektif selalu muncul bila
ke pertanian. Hutan yang merupakan paru- manusia menginginkan sesuatu (hasrat)
paru dunia (Nikoyan, Uslinawaty, Meisanti, yang menurutnya bisa atau tidak terpenuhi.
Rahmah, & Arsyad, 2013) telah berubah Dalam pengembangan agroforestri hasrat
fungsi menjadi kawasan budidaya pertanian yang dimaksud adalah hasrat sosial, dimana
yang semakin hari semakin marak terjadi, seseorang saling berhubungan dengan
dengan kata lain deforestasi semakin pihak lainnya, baik antara manusia dalam
meningkat. Pengelolaan hutan saat ini juga kelompoknya ataupun dengan lingkungan
telah mengalami perubahan signifikan yakni alam disekitarnya. Di samping itu hasrat
lebih ke arah peningkatan aspek ekonomi. seseorang memengaruhi dalam berpikir,
Seperti yang diungkapkan oleh Ali, Nikoyan, berkata dan berbuat dalam suatu realisasi
Salman, Demmalino, & Summase (2015) program-program yang dikembangkan di
bahwa telah terjadi perubahan dari paradigma desa.
hutan utama menjadi hutan sekunder yang A.
Perspektif Masyarakat terhadap
menekankan pada keseimbangan ekologi Program Agroforestri
dan sosial (ekonomi, budaya, sosial) dalam
Agroforestri telah menarik perhatian para
manajemen hutan. Memandang hal tersebut,
peneliti bidang teknis dan sosial tentang
perlu arah pengembangan pertanian yang
pentingnya pengetahuan dasar kombinasi
berbasis pelestarian lingkungan, sosial dan
antara pepohonan dengan tanaman, serta
ekonomi. Oleh karena itu, sistem agroforestri
segala keuntungan dan kendalanya (Hairiah,
menjadi satu solusi dalam menyikapi
Sardjono, & Sabarnurdin, 2003). Munculnya
permasalahan tersebut.
agroforestri menjadi salah satu solusi
Perkembangan praktik agroforestri di
dalam menanggulangi masalah pertanian
kawasan zona penyangga (buffer zone),
yang berkaitan dengan pola penggunaan
menjadi potensi penyangga ekosistem dan
lahan pertanian. Menurut Mahendara
nilai jasa lingkungan (Yuslinawari, 2016).
(2009) agroforestri memberikan manfaat
Pengembangan sistem agroforestri salah
yang signifikan dalam tiga aspek yaitu (1)
satunya ditentukan oleh adanya minat dan
Aspek ekonomi; Sistem agroforestri bisa
keikutsertaan (partisipasi) masyarakat
mendongkrak tingkat kesejahteraan petani,
dalam setiap tahapan kegiatan. Selain
dengan pemilihan jenis tanaman yang
pentingnya landasan keinginan tersebut,
tepat, manajemen yang baik, penerapan
tentu juga didukung oleh sarana produksi
pola tanam yang optimal maka hasil akan
dan prasarana yang menunjang dalam
melimpah sehingga menjadi solusi atas
pengembangan agroforestri. Suatu program
masalah ekonomi; (2) Aspek sosial budaya;
yang dikembangkan di pedesaan dapat
Sistem agroforestri memungkinkan seluruh
memunculkan berbagai pandangan, baik
anggota keluarga terlibat dalam pengelolaan,
itu pandangan yang bersifat baik atau pun
kehidupan sosial terbangun indah, budaya
yang sifatnya kritikan. Dalam penelitian
51
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
bercocok tanam menjadi budaya semua orang, sangat penting dalam menciptakan manajemen
serta kebijakan pemerintah pun akan ikut hutan yang lestari. Hal ini didasarkan atas
menyesuaikan dengan budaya bercocok tanam posisi manusia sebagai bagian komunitas
masyarakat; dan (3) Aspek ekologi; Sistem sosial yang merupakan sub sistem ekosistem
agroforestri akan menciptakan multi strata hutan. Dengan kemampuan intelektual dan
tajuk tanaman, mengurangi kerusakan akibat teknologi, manusia mampu mengubah bentuk
erosi air hujan, peningkatan kesuburan tanah, kualitas ekosistem. Oleh karena itu, menurut
serta meningkatkan kelimpahan mikro dan Gunawan, Barkey, & Hajar (2012) arahan
makro fauna. Ditambahkan oleh Mayrowani perbaikan implementasi program bersama
& Ashari (2011) manfaat yang diperoleh dari masyarakat dilakukan dengan pengembangan
agroforestri adalah meningkatkan produksi usaha produktif masyarakat desa hutan,
pangan, pendapatan petani, kesempatan penguatan kelembagaan dan pola kemitraan
kerja, dan kualitas gizi masyarakat bagi antara masyarakat desa hutan dengan
kesejahteraan petani sekitar hutan. Perhutani.
Berdasarkan hal tersebut, maka resiko Perspektif/sudut pandang masyarakat
kegagalan petani dalam bercocok tanam akan terhadap agroforestri sangat dipengaruhi
menjadi sangat minim. Hal ini karena sistem keadaan sebelum dan setelah kegiatan
agroforestri terdiri dari banyak jenis tanaman dilaksanakan. Pandangan tersebut dapat
yang nota bene jenis tanaman yang diusahakan bersifat positif ataupun negatif yang timbul
ialah tanaman yang menjadi kebutuhan pokok dari masing-masing individu masyarakat.
masyarakat maupun untuk kepentingan Hasil penelitian ini diekstrak dari pendapat-
komersil. Ditambahkan oleh Afifuddin (2006) pendapat yang diberikan ketika wawancara
agroforestri utamanya diharapkan dapat dilakukan.
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna sebagian besar pandangan masyarakat
menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup terhadap program agroforestri mengarah
masyarakat. kepada rehabilitasi lahan kritis dan perbaikan
Program agroforestri yang dilakukan jasa lingkungan dan hutan (Gambar 2).
selain bertujuan untuk pemenuhan dan Pada Gambar 2, hasil penelitian
diversifikasi pangan juga ditujukan untuk menunjukkan bahwa pandangan masyarakat
rehabilitasi hutan dan lahan kritis secara terhadap manfaat program pengembangan
sosial kemasyarakatan. Menurut Triwanto agroforestri dominan 50% untuk
(2011) dalam pengelolaan hutan mulai penanggulangan rehabilitasi lahan kritis,
disadari bahwa dimensi sosial masyarakat 30% memberikan pandangannya dalam
menjadi titik penting dalam pengelolaan perbaikan jasa lingkungan, dan hanya 10%
hutan. Dalam perkembangan selanjutnya, yang berpandangan bahwa agroforestri dapat
konsep pengelolaan hutan berkelanjutan meningkatkan ekonomi rakyat dan penekanan
(sustainable forest management), selain erosi serta aliran permukaan. Hal ini
mempertimbangkan kelestarian ekologis dan mengindikasikan bahwa fungsi agroforestri
ekonomi, juga mensyaratkan terjaminnya di Desa Dulamayo Barat telah dirasakan dari
fungsi-fungsi sosial masyarakat yang hidup aspek rehabilitasi lahan kritis dan perbaikan
di dalam dan/atau di sekitar hutan. Oleh jasa lingkungan, namun belum secara
karena itu, hutan dikategorikan lestari jika signifikan dirasakan dari aspek ekonominya.
syarat kelayakan ekologis, ekonomis dan Hal ini wajar karena program agroforestri
sosial budaya terpenuhi dengan baik di ini baru dilakukan pada akhir tahun 2014.
lapangan. Ketiga butir kelayakan-kelayakan Wajar juga kalau program ini belum
itu, kelayakan sosial (masyarakat) berperan dirasakan secara signifkan dalam peningkatan
52
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
Sumber (Source): Data Primer Diolah, 2016 (Primary data processed, 2016)
ekonomi masyarakat. Namun untuk masa Seperti dijelaskan oleh Hairiah et al. (2003)
depan agroforestri ini dapat memberikan agroforestri mempunyai fungsi ekonomi
sumbangan yang signifikan dalam percepatan penting bagi masyarakat setempat. Peran
pertumbuhan ekonomi rakyat. utama agroforestri bukan sebagai penghasil
Di sisi lain program pengembangan bahan pangan, melainkan sebagai sumber
agroforestri juga memberikan pandangan pendapatan dan modal. Menurut Hairiah et
yang negatif kepada petani terutama pada (1) al. (2003) agroforestri mampu menyumbang
Kesulitan dalam mengkombinasikan tanaman 50% hingga 80% pemasukan dari pertanian di
pertanian dan kehutanan; (2) Penerapan pola pedesaan melalui produksi langsung maupun
agroforestri mengurangi luasan pertanaman tidak langsung yang berhubungan dengan
tanaman semusim yang biasanya petani pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran
menanam dengan pola monokultur; (3) hasilnya. Diungkapkan juga oleh Kittur &
Hasil yang diterima dari tanaman tahunan Bargali (2013) bahwa agroforestri dapat
dirasakan sangat lama, sehingga petani meningkatkan produktivitas, manfaat sosial,
enggan untuk menerapkan pola agroforestri; keuntungan ekonomi, menjaga kelestarian
dan (4) Petani merasa dalam agroforestri sulit ekologi dan jasa lingkungan. Selanjutnya
menerapkan kebiasaan sanitasi lahan dengan Wulandari (2010) menyatakan berdasarkan
tebang/pangkas-bakar, hal ini karena terdapat hasil penelitian yang di lakukan di kampung
tanaman tahunan pada lahan budidaya. Tri Budi Syukur, Lampung Barat menyatakan
Untuk saat ini perspektif masyarakat bahwa masyarakat yang mempunyai level
masih menganggap bahwa pengembangan persepsi baik terhadap pengelolaan lanskap
agroforestri belum signifikan dapat agroforestri sebanyak 42,07 %, persepsi
meningkatkan ekonomi mereka. Masyarakat sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%.
belum sepenuhnya memusatkan perhatiannya Lebih lanjut diungkapkan untuk meningkatkan
pada agroforestri. Dibutuhkan intensifikasi persepsi petani tentang agroforestri perlu
dalam praktek agroforestri, sehingga perlu terobosan kegiatan nyata yang dapat
perbaikan manajemen dalam pengelolaan dirasakan manfaatnya secara langsung.
lahan agroforestri, yang ke depannya dapat Seperti yang direkomendasikan oleh Ruhimat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (2015) bahwa program pemerintah perlu
sekitar hutan di Desa Dulamayo Barat. memfasilitasi petani untuk 1) pendidikan,
53
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
54
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
55
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
Sumber (Source): Data Primer Diolah, 2016 (Primer Data processed, 2016)
Gambar 3. Perspektif masyarakat tentang keberlanjutan program agroforestri di Desa Dulamayo Barat Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo
Figure 3. The Community's perspective on the sustainability of agroforestry program in West Dulamayo Village
kelestarian ekosistem hutan. Selanjutnya hasil keterampilan petani perlu diasah dengan cara
penelitian Wulandari (2010) di Sub-DAS diadakan penyuluhan dan pelatihan dari pihak
Way Besai, Provinsi Lampung melaporkan stakeholder.
bahwa masyarakat yang mempunyai level
C. Harapan Masyarakat pada Program
persepsi baik terhadap pengelolaan lanskap
Pengembangan Agroforestri
agroforestri sebanyak 42,07 %, persepsi
sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%. Desa Dulamayo Barat Kabupaten
Dilaporkan juga oleh Satriani, Golar, & Ihsan Gorontalo merupakan salah satu desa binaan
(2013) bahwa persepsi dan sikap responden Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
tergolong baik, karena program-program Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
yang dijalankan adalah “dari mereka, oleh Dalam diskusi terarah (focus group discussion/
mereka, dan hasilnya untuk mereka”. Demi FGD) yang dilakukan tertuang harapan yang
keberlanjutan program agroforestri sangat besar untuk pengembangan agroforestri
dibutuhkan faktor-faktor pendukung dari berbasis partisipasi masyarakat (Gambar 4).
semua pihak. Seperti yang diungkapkan oleh Desa ini merupakan desa yang terisolir dan
Ruhimat (2016) bahwa faktor kunci yang keberadaannya sukar dijangkau. Kondisi
harus diperhatikan dalam pengembangan akses jalan yang sangat terjal, rumah penduduk
kelembagaan agroforestry adalah dukungan yang terpencar-pencar, serta fasilitas umum
kebijakan, ketersediaan paket teknologi yang belum memadai merupakan hal yang
agroforestry, serta optimalisasi keterlibatan dijumpai di lapangan.
dinas kehutanan dan perkebunan. Di samping Tahap perencanaan program menjadi
itu Nyanga, Johnsen, Aune, & Kalinda (2011) suatu titik awal untuk menentukan arah
mengungkapkan bahwa proyek pertanian dan tujuan dari pengembangan agroforestri
seharusnya tidak hanya terfokus pada teknik di desa Dulamayo Barat. Namun, yang
budidaya tetapi juga harus melibatkan aspek menjadi problem adalah dalam melakukan
sosial seperti partisipasi masyarakat. Selain perencanaan terkadang masyarakat tidak
itu, Cole (2010) menekankan perlu tambahan diberikan hak penuh dalam menentukan
modal investasi dalam jangka pendek sampai rencana program. Di samping itu anggota
menengah untuk pengembangan agroforestri. kelompok tani tidak sepenuhnya menerima
Ditambahkan oleh Maulaya (2016) agar legitimasi dalam penentuan program.
keberlanjutannya semakin meningkat, maka Anggota kelompok hanya menerima rencana
56
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
a b
Gambar 4. Kegiatan FGD bersama masyarakat dan stakeholder dan hadir pula tim AgFor Sulawesi
(a. penyampaian pendapat dari masyarakat, b. peneliti dan tim AgFor)
Figure 4. Focus group discussion with community, stakeholders and AgFor Sulawesi Team (a. Submission of
opinion from the community, b. Researcher and AgFor Team)
program yang telah disusun pihak lain, yang diaplikasikan dalam agroforestri.
selanjutnya dilakukan bersama. Di sinilah Tahap pelaksanaan pengembangan
letak kerentanan sosial sehingga anggota agroforestri yang umum terjadi adalah
kelompok tani tersebut tidak memiliki menitikberatkan pada peran serta seluruh
rasa bertanggungjawab, karena tidak ada kelompok tani dalam program agroforestri.
masukan mereka dalam perencanaan tersebut. Di samping itu, topik bahasan penting lainnya
Oleh karena itu pelibatan seluruh elemen adalah penentuan tanaman yang diusahakan
masyarakat, pemerintah dan stakeholder yaitu jenis tanaman yang akan dibudidayakan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam yang dipilih berdasarkan keinginan masyarakat
perencanaan agroforestri. dan memiliki nilai ekonomi tinggi serta cepat
Pada dimensi perencanaan, hal yang menghasilkan. Pada kegiatan pelaksanaan ini
sangat penting adalah penyuluhan, pelatihan sangat diperlukan peran dari penyuluh untuk
dan pendampingan terhadap masyarakat dapat mendampingi masyarakat di lapangan,
pedesaan untuk pemilihan jenis tanaman yang baik dalam hal penanaman dan penentuan pola
dibudidayakan. Dalam kaitan ini Puspasari, tanam. Penentuan pola tanam dan kombinasi
Wulandari, Darmawan, & Banuwa (2017) tanaman menjadi salah satu faktor yang dapat
menyatakan sebaiknya petani memperkaya menentukan keberhasilan agroforestri. Di
dengan lebih banyak jenis tanaman multi sini dituntut kemampuan masyarakat dalam
guna dan mengikuti pelatihan-pelatihan menentukan dimensi ruang dan waktu baik
untuk meningkatkan pengetahuan sehingga vertikal maupun horizontal. Melalui cara ini
pengelolaan lahan lebih optimal. Di samping tidak terjadi kompetisi di antara jenis-jenis
itu Sumarlan, Sumardjo, Tjitropranoto, & Gani tanaman yang dikombinasikan. Pemilihan
(2012) menyatakan bahwa strategi penyuluhan jenis tanaman pangan misalnya, dapat dipilih
penting untuk meningkatkan kinerja petani dari (a) jenis tanaman pangan seperti jagung
yang berkelanjutan dalam penerapan sistem dan padi ladang, (b) komoditas hortikultura
agroforestri. Lebih lanjut dalam agroforestri dari jenis buah-buahan seperti rambutan,
menurut Meijer, Catacutan, Ajayi, Sileshi, durian dan manga, (c) jenis tanaman kehutanan
& Nieuwenhuis (2015) membutuhkan suatu dapat dipilih jati dan jabon, (d) komoditas
analisis kombinasi antara faktor intrinsik dan perkebunan dapat dipilih tanaman cengkeh,
ekstrinsik terhadap keputusan petani untuk pala, kemiri dan kelapa, dan (e) jenis tanaman
mengadopsi teknologi pertanian baru dan empon-empon seperti jahe, kunyit, lengkuas
57
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
karena dapat tumbuh di bawah naungan. Dikatakan oleh Rendra, Sulaksana, &
Pada kondisi ini, agroforestri memberikan Alam (2016) menyebutkan bahwa sistem
kontribusi yang signifikan terhadap efisiensi agroforestri juga dapat dimanfaatkan sebagai
penggunaan lahan untuk penganekaragaman penghasil bahan pangan, pakan ternak, madu,
hasil produk pertanian. Hasil penelitian bahan bangunan, dan bahan obat. Selanjutnya
Hiola (2011) menunjukkan bahwa petani disampaikan Tjatjo, Basir, & Umar (2015)
agroforestri ilengi di Dulamayo Selatan bahwa pola ini menjamin dan memperbaiki
memilih jenis pohon Aleurites moluccana kebutuhan bahan pangan, perbaikan kualitas
berdasarkan pertimbangan faktor biofisik, nutrisi, serta memiliki keterkaitan sangat
Switenia macrophylla dipilih berdasarkan erat dengan sosial-budaya lokal karena telah
faktor bentang alam, dan dari aspek sosial dipraktekkan secara turun temurun oleh
ekonomi petani lebih memilih jenis pohon masyarakat.
Syzigium aromaticum.
58
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
Pada tahap evaluasi, masyarakat lebih sudut pandang manfaatnya, 50% responden
mengharapkan peran serta pemerintah berpandangan bahwa program pengembangan
dalam terjun langsung untuk membina, agroforestri adalah untuk rehabilitasi
membimbing, dan ikut bersama-sama lahan kritis, 30% responden berpandangan
masyarakat dalam mengevaluasi keberhasilan untuk perbaikan jasa lingkungan, 10%
agroforestri. Diharapkan program agroforestri responden berpandangan untuk peningkatan
melakukan sistem evaluasinya tidak satu ekonomi rakyat dan 10% responden lainnya
arah, tetapi sistem dua arah. Di samping itu, berpandangan untuk mengeliminir erosi.
dalam mengevaluasi kegiatan agroforestri Lebih lanjut, masyarakat berharap dapat
kelompok tani mengharapkan untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan,
melibatkan seluruh anggota yang ada, serta pelaksanaan dan evaluasi program
melibatkan aparat desa. Hal ini bertujuan pengembangan agroforestri.
agar pemerintah desa juga dapat mengetahui
B. Saran
hal-hal yang telah dicapai dan yang belum
dicapai dalam pengembangan agroforestri. Pendampingan terhadap masyarakat
Seperti diungkapkan oleh Suparwata, Arsyad, peserta program pengembangan agroforestri
Hamidun, Rukmana, & Bahua (2016) bahwa perlu terus dilakukan agar agroforestri
proses evaluasi hendaknya melibatkan menghasilkan manfaat yang memadai kepada
seluruh anggota kelompok. Sebab dari masyarakat.
kegiatan evaluasi tersebut anggota kelompok
dapat mengetahui di mana letak kekurangan UCAPAN TERIMAKASIH
kegiatannya untuk selanjutnya dilakukan (ACKNOWLEDGEMENT)
perbaikan. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
Menyikapi masalah tersebut Sekretaris rasa terima kasih kepada (1) Masyarakat yang
Desa Dulamayo Barat menambahkan bahwa tergabung dalam kelompok tani agroforestri
untuk tidak menimbulkan prasangka yang tidak di Desa Dulamayo Barat yang telah berdiskusi
baik dan menghilangkan sifat kecemburuan serta memberikan data kepada peneliti; (2)
sosial, maka semua elemen perlu bersifat Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian pada Program
terbuka tentang informasi yang diberikan. Studi Agribisnis yang telah mendukung dalam
Agroforestri bukan sifat keproyekan yang pelaksanaan penelitian ini; dan (3) Kepada
menempatkan masyarakat sebagai obyek tim AgFor Sulawesi daerah Gorontalo yang
semata. Tetapi pengembangan agroforestri telah ikut berpartisipasi.
ini bersifat partisipatif yang menempatkan
masyarakat sebagai subyek, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
membutuhkan peran serta masyarakat dalam
mensukseskannya. Dengan adanya kesadaran Adrianto, L., & Wahyudin, Y. (2004). Modul
tersebut maka tujuan dari sustainable pengenalan konsep dan metodologi valuasi
triangle agroforestri dapat terwujud, yakni ekonomi sumber daya pesisir dan laut. Bogor:
PKSPL-IPB.
keberlanjutan dari aspek ekonomi, sosial dan
Achmad, B., Simon, H., Diniyati, D., & Widyaningsih,
lingkungannya. T. S. (2012). Persepsi petani terhadap
pengelolaan dan fungsi hutan rakyat di
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari,
12(1), 123–136.
A. Kesimpulan Afifuddin, Y. (2006). Penilaian ekonomi agroforestry
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tembawang di Kabupaten Sintang dan
Sanggau Propinsi Kalimantan Barat. (Tesis
100% masyarakat menginginkan program
Pascasarjana). Bogor: Institut Pertanian
agroforestri secara berkelanjutan. Dari Bogor.
59
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
Ali, M. S. S., Nikoyan, A., Salman, D., Demmalino, Hiola, A. S. (2011). Agroforestri ilengi: Suatu kajian
E. B., & Summase, I. (2015). Multi-actors pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon
collaboration in ecolabelling community teak (studi kasus di Desa Dulamayo Selatan,
forest management in Southeast Sulawesi Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo,
Province, Indonesia. International Journal of Provinsi Gorontalo). (Tesis Pascasarjana).
Agriculture System (IJAS), 3(1), 91–102. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Amaruzaman, S. (2015). Para petani dan penyandang Irawan, A., Iwanuddin, Halawane, J. E., & Ekawati,
dana perlu membuka mata mereka akan S. (2017). Analisis persepsi dan perilaku
besarnya manfaat bentang lahan yang masyarakat terhadap keberadaan kawasan
terintegrasi. World Agroforestry Centre KPHP model poigar. Jurnal Penelitian Sosial
(ICRAF) Southeast Asia Regional Office. dan Ekonomi Kehutanan, 14(1), 71–82.
Edisi Khusus AgFor Sulawesi, 8(3), 13. Kittur, B. H., & Bargali, S. S. (2013). Perspectives
Ardi, Kartodiharjo, H., Darusman, D., & Nugroho, of agroforestry: Present and future facets.
B. (2011). Prospek usaha agroforestry karet Journal of Progressive Agricultue, 4(2), 91–
dan jernang di Kabupaten Sarolangun-Jambi. 94.
Artikel, 6(1), 10–14. Kow, E., Wijaya, C., Khasanah, N., Rahayu, S.,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Martini, E., Widayati, A., … Saad. (2015).
Rokan Hilir. (2013). Pekerjaan kajian potensi Profil klaster telaga-telaga biru, Kabupaten
pengembangan agroforestry Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bogor,
Rokan Hilir. (Laporan Akhir). Pekanbaru: Indonesia: World Agroforestry Centre
Kerja Sama antara Badan Perencanaan (ICRAF), SEA Regional Office.
Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Kristiana, L. (2016). Evaluasi agroforestry terhadap
dengan PT. Kuanta Graha Marga. tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan
Caya, Gunawan, T., Suprodjo, S. W., & Muta’ali, L. Pakong (pp. 434-441). Prosiding Seminar
(2014). Optimalisasi penggunaan lahan untuk Nasional Agribisnis dan Pengembangan
agroforestri di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Ekonomi Perdesaan III, Mei 2016. Bangkalan:
Propinsi Jawa Barat. Jurnal Teknosains, 4(1), Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,
39–53. Universitas Trunojoyo Madura.
Center for International Forestry Research. Latumahina, F., & Sahureka, M. (2006). Agroforestri:
(2003). Refleksi empat tahun reformasi Alternatif pembangunan pertanian dan
mengembangkan sosial forestri di kehutanan berkelanjutan di Maluku. Jurnal
era desentralisasi. Jakarta: Center for Agroforestri, 1(3), 6–10.
International Forestry Research (CIFOR). Mahendara, F. (2009). Sistem agroforestri dan
Cole, R. J. (2010). Social and environmental impacts aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
of payments for environmental services Maulaya, F. R. (2016). Identifikasi sistem agroforestri
for agroforestry on small-scale farms in dan peluang keberlanjutannya di hutan
Southern Costa Rica. International Journal of rakyat Desa Hargowilis, Kecamatan
Sustainable Development and World Ecology, Kokap, Kabupaten Kulon Progo. (Skripsi).
17(3), 208–216. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gunawan, K. S., Barkey, R. A., & Hajar, M. A. I. Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan
(2012). Implementasi program pengelolaan agroforestry untuk mendukung ketahanan
sumber daya hutan bersama masyarakat pangan dan pemberdayaan petani sekitar
dalam perspektif pemberdayaan masyarakat hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
desa hutan. Artikel, (6), 1–15. 29(2), 83–93.
Hairiah, K., Sardjono, M. A., & Sabarnurdin, S. (2003). Meijer, S. S., Catacutan, D., Ajayi, O. C., Sileshi, G.
Pengantar agroforestri. (Bahan ajar 1). W., & Nieuwenhuis, M. (2015). The role
Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). of knowledge, attitudes and perceptions in
Hakim, I. (2010). Orientasi makro kebijakan social the uptake of agricultural and agroforestry
forestry di indonesia (pp.1-31). Dalam. innovations among smallholder farmers in
Hakim, I., Irawanti, S., ……, Rulliaty, S. Sub-Saharan Africa. International Journal of
Sosial forestry menuju restorasi pembangunan Agricultural Sustainability, 13(1), 40–54.
kehutanan berkelanjutan. Bogor: Pusat Nikoyan, A., Uslinawaty, Z., Meisanti, Rahmah, N.,
Penelitian dan Pengembangan Perubahan & Arsyad, M. (2013). The Impact of eco-
Iklim dan Kebijakan Kehutanan. labeling and forest certification on teak
60
Pandangan Masyarakat Pinggiran Hutan terhadap Program Pengembangan Agroforestri..........................(Dewa Oka Suparwata)
61
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.1, 2018 : 47-62
62