Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

J.

Agroland 20 (2) : 90 - 98, Agustus 2013 ISSN : 0854-641X

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL KACANG TANAH


PADA BERBAGAI KERAPATAN TANAM

Weed Growth and Ground Nutyield on Various Planting Densities


Hidayati. Mas’ud1)
1)
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Jl Soekarno Hatta KM 9 Palu
Sulawesi Tengah. Telp/Fax : 0451-429738.

ABSTRACT

This research was conducted in the Sub District of Sigi Biromaru Loru District Donggala.
The research used a randomized completely block design (CBD) with 7 kinds of planting
spaces included J1 = (15 x 15) cm2, J2 = (15x 20) cm2, J3 = (20 x 20) cm2, J4 = (20 x 25) cm2,
J5 = (25 x 25) cm2, J6 = (25 x 30) cm2, and J7 = (30 x 30) cm2. Each experimental unit was repeated
4 times, so that there were 28 units. Observation was done on the Some Dominance Ratio (SDR)
of weeds, number of pods containingseeds plant-1,podweightcontaining seeds plant-1, weightof
pods ha-1, weight of 100 seed grainsand dried beans yield. Data were analyzedusinganalysis of
variance. Ifthe effect was significant then the test was continued using Honest Significance
Difference at 5% level. Largest SDR was found in nut grass group (46.92%, Cyperus rotundus)
followed by broadleaf grass group (24.62%, Trianthema portulacstrum), and barnyard grass group
(15.84%, Echinocloa crussgalli). Various planting spaceshad significant effect on peanut yield
components ie. number of pods containing seeds plant-1, weight of pods containing seeds plant-1 and
pod weight ha-1. The planting space of 20 cm x 25 cm increased peanut yield.

Key Words : Crop density,peanut yield, and weeds growth.

PENDAHULUAN kacang tanah 5,071ha dengan produksi


sebesar 8,424 ton (BPS-Sulteng, 2010).
Tanaman kacang tanah Hasil tersebut masih tergolong rendah dibanding
(Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman potensi yang dapat dicapai 2 – 2,5 ton/ha
polong-polongan terpenting setelah kedelai bahkan dapat mencapai rata-rata produksi
yang bernilai gizi tinggi. Biji kacang tanah potensial 3,5 ton/ha (Infotek, 2010).
mengandung kadar lemak (16 – 50)% dan Untuk meningkatkan produktivitas
protein tinggi (25 – 34)% yang terdiri dari tanaman kacang tanah, diperlukan aspek
asam-asam amino esensial, juga mengandung pembudidayaan dengan menerapkan teknologi
anti oksidan, arakhidonat dan mineral serta budidaya yang dianjurkan. Pengelolaan
vitamin E dan vitamin A, Riboflavin, gulma dilakukan dengan tujuan untuk
Thianin, Asam nikotinik. Kacang tanah membatasi investasi gulma sedemikian rupa
dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan sehingga tanaman dapat dibudidayakan
industri keju, mentega, sabun dan minyak secara produktif dan efisien atau merupakan
(Ispandi dan Munip, 2004) prinsip mempertahankan kerugian minimum
Produksi kacang tanah di yaitu menekan populasi gulma sampai pada
Sulawesi Tengah belum menunjukkan tingkat populasi yang tidak merugikan secara
angka yang memuaskan. Dampaknya adalah ekonomi atau tidak melampaui ambang
kebutuhan dalam negeri yang meningkat ekonomi, namun dalam pengendaliannya
tidak bisa dipenuhi sehingga volume impor diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
kacang menjadi tinggi. Dari luas areal gulma yang bersangkutan dan teknik

90
penanggulangannya dan salah satu perbaikan J7 = (30 x 30) cm2. Percobaan diulang
teknik budidaya adalah usaha pengelolaan sebanyak 4 kali sehingga keseluruhan
gulma dengan tidak merusak lingkungan terdapat 28 unit percobaan. Untuk
yaitu penekanan gulma secara kultur mencapai tujuan penelitian maka dilakukan
teknis melalui pengaturan jarak tanam pengamatan/pengukuran terhadap gulma
(Froud-Williams, 2002). dan hasil kacang tanah. Parameter pengamatan
Kepadatan tanaman dengan jarak antara lain :
tanam yang umum digunakan (20 x 20 cm) 1. Summed dominance Ratio (SDR) /
ternyata mampu mengurangi pertumbuhan Nisbah Jumlah Dominan (%), dapat
gulma lebih dari 30% dan berkorelasi dihitung dengan menggunakan rumus
meningkat dengan tanaman kacang tanah (Tjitrosemito, 1999):
10%. Pengurangan jarak antar baris dari
50 cm sampai 20 cm dapat mengurangi Kerapatan nisbi + Frekuensi nisbi + Bobot kering nisbi
berat kering gulma 50% dibandingkan 3
Kerapatan mutlak = Jumlah individu jenis dalam petak contoh
perlakuan antar baris yang lebih terbuka dan Kerapatan nisbi = Kerapatan mutlak suatu jenis x 100%
51% dibandingkan dengan perlakuan mulsa. Jumlah kerapatan mutlak semua jenis
Peningkatan kepadatan tanaman ternyata
meningkatkan kemampuan dalam berkompetisi Frekuensi mutlak = Jumlah petak contoh yang berisi suatu jenis x 100%
Jumlah semua petak contoh yang diambil
(Sukman dan Yakup, 2002). Untuk menentukan
jenis-jenis gulma yang dominan di areal Frekuensi nisbi = Frekuensi mutlak suatu jenis x 100%
pertanaman maka perlu dilakukan analisis Jumlah frekuensi mutlak suatu jenis
vegetasi (Tjitrisemito, 1999) sebagai langkah Bobot kering nisbi = Bobot kering suatu jenis x 100%
dalam menentukan tindakan pengendalian Jumlah bobot kering semua jenis
gulma yang efektif.
Berdasarkan hal diatas, maka 2. Jumlah Polong Berisi Per tanaman(10
dipandang perlu mengkaji pertumbuhan tanaman untuk diamati).
gulma dan hasil kacang tanah pada berbagai 3. Berat Polong Berisi Per tanaman
kerapatan tanam. 4. Berat Polong Per hektar
5. Bobot 100 Butir Biji
BAHAN DAN METODE 6. Hasil Biji Kering (Hasil penimbangan
ubinan seluas 1m x 1 m ).
Penelitian dilaksanakan di Desa
Loru Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Data pengamatan yang telah
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah terkumpul dianalisis dengan analisis ragam.
dengan ketinggian tempat 60 m dari Bila berpengaruh nyata dilakukan uji BNJ
permukaan laut,, pelaksanaan penelitian 5% (Steel dan Torrie (1989)
dimulai Oktober 2011.
Bahan yang digunakan adalah benih HASIL DAN PEMBAHASAN
kacang tanah varietas kelinci, jerami padi,
tali ravia, amplop, pupuk : Urea, SP36, Hasil.
KCl, pestisida dan Legin. Sedangkan alat Komposisi Gulma dan Summed Dominnce
yang digunakan bajak, meteran, cangkul, Ratio/Nilai Jumlah Dominan. Summed
timbangan, kuadrat gembor, hand sprayer, Dominance Ratio/Nisbah Jumlah Dominan
ember, oven dan alat tulis menulis. berguna untuk menggambarkan hubungan
Penelitian menggunakan rancangan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan
acak kelompok (RAK) pola 1 faktor jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas,
yang terdiri atas 7 taraf perlakuan, yaitu sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai
J1 = (15 x 15) cm2, J2 = (15x 20) cm2, species gulma tertentu yang tumbuh lebih
J3 = (20 x 20) cm2, J4 = (20 x 25) cm2, dominan dari species yang lain. SDR dapat
J5 = (25 x 25) cm2, J6 = (25 x 30) cm2, dilihat pada tabel 1.

91
Tabel 1. Summed Dominance Ratio (%) Sesaat Setelah Panen

No Jenis Gulma Jarak Tanam Rata-Rata


1 Golongan Rumput J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 Sdr

1.1 Cynodon dactylon (L) 10,16 11,86 12,58 13,02 13,26 13,26 16,21 12,91

1.2 Echinocloa cruss-galli L 9,55 9,70 11,16 13,83 15,45 16,56 34,65 15,84

1.3 Echinocloa colonum (L) 4,92 6,77 7,23 8,85 8,91 51,98 12,07 8,17

1.4 Paspalum Konyugatum 4,42 5,16 6,17 8,02 8,33 10,22 12,07 7,84

2 Golongan Teki
2.1 Cyperus Sp 42,54 43,32 44,89 44,02 46,40 51,98 30,95 46,92

3 Golongan Berdaun Lebar


3.1 Trianthema 17,39 19,30 22,80 23,40 10,22 29,48 30,95 24,62
Portulasctrum L
3.2 Euphorbia glonifera 5,24 5,95 6,17 9,13 10,22 11,87 12,37 8,17

3.3 Echipta alba 4,61 4,70 5,40 5,87 6,99 7,85 8,00 6,20

3.4 Phylantus niruri 4,47 4,70 6,56 6,21 7,52 9,11 10,16 7,11

3.5 Althernantera pungens 2,25 4,61 5,59 5,57 6,15 5,64 7,76 5,37

3.6 Ageratum conyzoides 5,65 5,62 6,14 6,77 6,57 6,45 7,18 6,47

Hasil analisis vegetasi (tabel 1) pada nilai SDR tertinggi yaitu 30,95%, kemudian
saat panen, gulma yang tumbuh pada lahan disusul 29,48% pada perlakuan jarak tanam
percobaan terdapat 11 jenis gulma yang 30 x 25 cm, SDR 28,92% diperoleh pada
terdiri atas golongan rumput, teki dan perlakuan jarak tanam 25 x 25 cm. Nilai
berdaun lebar. Gulma yang dominan sesuai SDR terendah diperoleh pada perlakuan
dengan nilai rata-rata SDR yang tertinggi jarak tanam 15 x 15 cm (17,39%).
adalah dari golongan teki yaitu Cyperus Echinocloa crussgalli juga
rotundus (42,92%), dari golongan berdaun termasuk gulma yang mendominasi lahan
lebar yaitu Trianthema pontulacstrum (L) percobaan dengan nilai rata-rata SDR
(24,62%) dan dari golongan rumput adalah 15,84%. Pada tabel diatas menunjukkan
Echinocloa crussgalli (15,84%) dan Cynodon nilai SDR tertinggi diperoleh pada perlakuan
dactylon (L) adalah 18,02% serta diikuti jarak tanam 30 x 30 cm (J7) yaitu 34,65%,
jenis gulma lainnya yang memiliki nilai kemudian disusul pada perlakuan jarak tanam
rata-rata yang lebih rendah. 25 x 30 cm dengan nilai SDR 16,56%. Nilai
Cyperus rotundus merupakan gulma SDR 15,45% diperoleh pada perlakuan
dominan, dimana pada perlakuan jarak tanam 25 x 25 cm. Nilai SDR terendah diperoleh
30 x 30 cm menghasilkan nilai SDR tertinggi pada perlakuan jarak tanam 15 x 15 cm
(54,27%), kemudian disusul 51,98% pada yaitu 9,70%, kemudian disusul 9,55% pada
perlakuan jarak tanam 30 x 25 cm, nilai perlakuan jarak tanam 15 x 20 cm.
SDR terendah diperoleh pada perlakuan Cynodon dactylon L memiliki
jarak tanam 15 x 15 cm (42,54%). nilai rata-rata SDR 12,91% dengan nilai
Trianthema portulacstrum L., SDR tertinggi diperoleh pada perlakuan
merupakan gulma dominan, dimana pada jarak tanam 30 x 30 cm (J7) yaitu 16,21%,
perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm menghasilkan kemudian disusul pada perlakuan jarak tanam
92
25 x 30 cm dan 25 x 25 cm dengan nilai mortalitas untuk menjaga out put reproduksi
SDR 13,26% dan 13,02%. Perlakuan jarak yang stabil (Rao, 2000).
tanam 15 x 15 cm (J1) diperoleh nilai SDR Jumlah Polong Berisi Per tanaman, Berat
terendah yaitu 10,16%. Polong Berisi Per tanaman dan Berat
Terdapat implikasi praktis yaitu Polong Per hektar. Hasil sidik ragam
walaupun hanya beberapa batang gulma menunjukan perlakuan berbagai jarak tanam
yang bisa lolos dari upaya kultur teknis, sangat berpengaruh terhadap jumlah polong
out put reproduksi untuk mempertahankan berisi per tanaman, berat polong berisi per
kontinuitas populasi gulma dari waktu ke tanaman dan berat polong per hektar. Rata-
rata jumlah polong berisi, berat polong
waktu. Gulma semusim mampu memanfaatkan berisi per tanaman dan berat polong per
respon sehubungan dengan kerapatan dan hektar dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Polong Berisi Per tanaman, Berat Polong Berisi Per tanaman, Berat
Polong Per hektar pada Berbagai Jarak Tanam

Perlakuan Jumlah Polong Berisi Berat Polong Berisi Berat Polong


Jarak Tanam Per Tanaman Per Tanaman (g) Per Hektar (ton)
J1 6,75a 6,06a 2,66ab
J2 8,69b 7,85b 2,89b
J3 10,38c 11,78c 3,00bc
J4 13,19e 13,86d 3,46c
J5 13,13e 13,57d 3,16bc
J6 12,63de 12,88d 2,53ab
J7 11,81d 12,94d 2,20a
BNT 1,13 1,46 0,50
Ket : Rata-rata yang Diikuti Huruf Sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda pada Uji BNT taraf 5%

16

14

12

10 Jumlah Polong berisi Pertanaman

8
Berat Polong Berisi Pertanaman (g)
6
Berat polong Perhektar (ton)
4

0
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7

Gambar 1
Rata-rata Jumlah Polong Berisi Per tanaman, Berat Polong Berisi Per tanaman
dan Berat Polong Per hektar pada Berbagai Jarak Tanam

93
Hasil uji BNT 5% (tabel 2) Hasil uji BNT 5% (tabel 3)
menunjukkan bahwa jarak tanam 20 x 25 menunjukkan bahwa jarak tanam 20 x 25
cm (J4) menghasilkan jumlah polong berisi cm (J4) menghasilkan berat biji per hektar
per tanaman tertinggi dan tidak berbeda tertinggi dan berbeda pada perlakuan jarak
pada perlakuan jarak tanam J5 dan J6 tetapi tanam J1, J2, J3, J5, J6, dan J7. Berat biji
berbeda pada perlakuan jarak tanam J1, J2, per hektar terendah di peroleh pada jarak
J3 dan J7. Jumlah polong berisi per tanaman tanam 30 x 30 cm (J7) dan berbeda pada
terendah diperoleh pada perlakuan 15 x 15 cm jarak tanam lainnya. Tabel yang sama
(J1) dan berbeda pada perlakuan lainnya. menunjukkan jarak tanam 20 x 25 cm (J4)
Pada pengamatan berat polong berisi menghasilkan berat 100 biji tertinggi
per tanaman tertinggi diperoleh pada dan tidak berbeda pada perlakuan jarak
perlakuan jarak tanam 20 x 25 cm (J4) dan tanam 25 x 25 cm (J5) tetapi berbeda
berbeda pada perlakuan jarak tanam J1, J2, pada perlakuan J1, J2, J3, J6, dan J7. Berat
dan J3 tetapi tidak berbeda pada perlakuan 100 biji terendah diperoleh pada jarak
jarak tanam J5, J6 dan J7. Berat polong tanam 15 x 15 cm (J1) dan berbeda pada
berisi per tanaman terendah diperoleh pada perlakuan lainnya.
perlakuan 15 x 15 cm (J1) dan berbeda pada Pembahasan.
perlakuan lainnya. Penekanan Gulma. Hasil penelitian
Tabel yang sama menunjukkan berat menunjukkan bahwa nilai SDR tertinggi
polong per hektar tertinggi diperoleh pada terdapat pada gulma dari golongan teki
perlakuan jarak tanam 20 x 25 cm (J4) dan (Cyperus Sp), golongan berdaun lebar
berbeda pada perlakuan jarak tanam J1, J2, adalah Trianthema portulacstrum Ldan dari
J6 dan J7 tetapi tidak berbeda pada perlakuan golongan rumput Echinocloa cruss-galli L.
jarak tanam J3 dan J5. Berat polong per Jenis gulma ini merupakan gulma dominan
hektar terendah diperoleh pada perlakuan pada per tanaman kacang tanah, Jenis
jarak tanam 30 x 30 cm (J7) dan berbeda gulma tersebut memiliki daya adaptasi yang
pada perlakuan lainnya. tinggi serta penyebaran yang lebih luas
Berat Biji Per hektar dan Berat 100 Biji. dibanding jenis gulma yang lain. Gulma
Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan jenis teki (Cyperus Sp) yang lebih dominan
berbagai jarak tanam berpengaruh sangat pada areal per tanaman kacang tanah
nyata terhadap berat biji perhektar dan berat menandakan bahwa gulma tersebut memiliki
100 biji dapat dilihat pada tabel 3. kisaran toleransi yang cukup tinggi terhadap
faktor iklim mikro di areal per tanaman.
Tabel 3. Rata-rata Berat Biji Per Hektar dan Menurut Yuliana dkk, (1993), bahwa Cyperus Sp
Berat 100 Biji pada Berbagai Jarak Tanam merupakan gulma yang distribusinya sangat
luas baik di daerah yang beriklim sedang
Berat Biji Per maupun panas. Tersebar pada daerah yang
Perlakuan Berat 100
Hektar dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan
Jarak Tanam Biji (g)
(ton/ha)
sehingga Cyperus Sp dikenal salah satu
J1 1,81ab 39,46a
gulma yang sulit dikendalikan. Terdapat
J2 1,87ab 41,77b
implikasi praktis yaitu walaupun hanya
J3 2,05b 46,79c
J4 2,57c 50,65d
beberapa batang gulma yang bisa lolos dari
J5 2,16b 50,03d upaya kultur teknis, out put reproduksi
J6 1,97ab 48,12c untuk mempertahankan kontinuitas populasi
J7 1,71a 47,70c gulma dari waktu ke waktu. Gulma semusim
BNT 5% 0,30 1,60 mampu memanfaatkan respon sehubungan
Ket : Rata-rata yang Diikuti Huruf Sama pada
dengan kerapatan dan mortalitas untuk
Kolom yang Sama Tidak Berbeda pada Uji menjaga out put reproduksi yang stabil
BNT taraf 5% (Rao, 2000).

94
60
50.65 50.03
46.79 48.12 47.7
50 41.77
39.46
40

30

20

10

0
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7

Gambar 2
Grafik Rata-rata Berat 100 Biji (gram) pada Berbagai Jarak Tanam

60
50.65 50.03
46.79 48.12 47.7
50 41.77
39.46
40

30

20

10

0
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7
Gambar 3
Grafik Rata-rata Berat Biji Per hektar Pada Berbagai Jarak Tanam

Hasil berat kering gulma berbeda setiap luasan per tanaman semakin berkurang
pada setiap perlakuan jarak tanam yang dan ruang antar tanaman semakin besar
dicobakan. Berat kering gulma tertinggi sehingga dapat memberikan keleluasaan
diperoleh pada perlakuan J7, hal ini bagi gulma untuk berkembang biak. Sebaliknya
menunjukkan bahwa semakin lebar jarak semakin rapat jarak tanam, maka populasi
tanam yang dicobakan maka pertumbuhan yang diperoleh semakin bertambah dan
dan perkembangbiakan gulma semakin tidak memberikan keleluasaan bagi gulma.
besar.Hal ini diduga selain dipengaruhi Pernyataan ini sesuai pendapat Harjadi (1991),
populasi tanaman juga dipengaruhi keadaan bahwa kerapatan tanam mempengaruhi
lingkungan yang mendukung pertumbuhan kompetisi intra spesies dan inter spesies
gulma. Sastrosupadi (1977) menyatakan yang kemudian dapat mempengaruhi hasil
penanaman dengan jarak tanam yang lebar tanaman kacang tanah.
akan memberikan kesempatan pada gulma Hasil penelitian menunjukkan
untuk tumbuh dan berkembang lebih leluasa. bahwa jumlah spesies gulma golongan
Semakin lebar jarak tanam yang rumput dan berdaun lebar yang tumbuh
digunakan, maka populasi tanaman pada pada akhir pengamatan berkurang baik
95
jumlah maupun kerapatannya bila dibandingkan besar dapat menyebabkan tingginya tingkat
pada awal pengamatan.Hal ini diduga selain persaingan. Faktor utama yang mempengaruhi
dipengaruhi oleh penutupan tajuk tanaman persaingan antar jenis tanaman yang sama
yang dapat menutupi ruang tumbuh karena diantaranya adalah kerapatan tanam. Jarak
jarak tanam yang semakin rapat juga tanam yang lebar maupun rapat dapat
dipengaruhi fungsi dan kegunaan mulsa berpengaruh terhadap saling menaungi
yang dapat menekan pertumbuhan gulma. diantar tanaman (Budianto, 2010) Hal ini
Hal ini sejalan dengan pernyataan Siswanto sesuai dengan pendapat Suseno (1981),
(1999), bahwa beberapa keuntungan dengan bahwa pengaruhi saling menaungi antar
pemberian mulsa, antara lain menurunkan tanaman menyebabkan terjadinya persaingan
temperatur tanah, meningkatkan penyimpanan cahaya. Terjadinya persaingan cahaya dapat
air tanah, menekan pertumbuhan gulma dan menyebabkan proses fotosintesis terhambat.
mengurangi kerusakan struktur tanah. Cahaya yang sampai pada daerah di bawah
Menurut Syamsudin dalam Mas’ud (2009) kanopi mengalami penurunan intensitas dan
bahwa dengan pemberian mulsa yang mutu untuk tujuan fotosintesa, sejauhmana
dihamparkan diatas permukaan tanah dapat persaingan atau kompetisi berlaku sangat
mengurangi laju pertumbuhan gulma dan bergantung pula pada banyaknya unsur hara
efektif dibanding dengan penggunaan yang tersedia dalam tanah dan jumlah
herbisida pratumbuh. tumbuhan yang terlibat (Nurwansyah, 2011).
Selain dapat menekan pertumbuhan Bobot biomassa mencerminkan status nutrisi
gulma, penutupan mulsa juga dapat berperan tanaman. Kerapatan tanam tinggi membuat
dalam penambahan species gulma baru yang semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai
awalnya tidak tumbuh sebelum penanaman akibat berkurangnya penerimaan cahaya
tetapi muncul setelah dilakukan percobaan. matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin
Hal ini diduga bahwa beberapa jenis gulma kecil pula hasil fotosintesis yang di translokasikan
yang peka terhadap sinar matahari sebaliknya dan disimpan (DA Novianty, 2010). Semakin
menghendaki kondisi tanahyang dingin dan rapat suatu populasi dalam pembudidayaan
lembab akibat penutupan tajuk tanaman dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
penutupan mulsa walaupun SDR dari gulma maupun produksi tanaman baik dari segi
tersebut kecil. kuantitas maupun kualitas.
Pengaruh terhadap Komponen Hasil. Hasil penelitian terhadap komponen
Kerapatan tanaman mempunyai hubungan hasil menunjukan adanya perbedaan pada
yang tak dapat dipisahkan dengan jumlah setiap jarak tanam yang digunakan
hasil yang akan diperoleh dari sebidang terutama jumlah polong yang berisi,
tanah. Produksi tanaman merupakan hasil jumlah polong berisi pertanaman, berat biji
perhektar dan berat 100 biji. Berdasarkan
resultante dari faktor reproduksi dan hasil
hasil uji BNJ 5% menunjukkan perlakuan
pertumbuhan vegetatif (Sulardi, 2010).
jarak tanam 20 cm x 25 cm menghasilkan
Kepadatan populasi tanaman besar pengaruhnya rata-rata komponen hasil yang lebih baik.
bagi keragaman sifat tajuk seperti tinggi Jarak tanam 20 cm x 25 cm, efek saling
tanaman. Sifat tajukyang menyangkut luas menaungi antar satu tanaman dengan
permukaan daun, sudut dan letak susunan tanaman lain tidak terjadi sehingga tidak
daun serta pengaruh kanopi tanaman dapat terjadi persaingan antar tanaman kacang
mempengaruhi iklim mikro karena akan tanah. Semakin optimal jarak tanam yang
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi digunakan maka akan memberikan hasil
dan intersepsi cahaya. produksi yang sesuai, selain pertumbuhan
Ruang merupakan faktor yang vegetatif juga diimbangi dengan pertumbuhan
penting dalam persaingan antar spesies generatif dan menghasilkan produksi
karena ruang sebagai tempat hidup dan maksimal terutama bagian polong dan biji
sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang (Adnan, 2008).
96
Komponen hasil yaitu jumlah Rata-rata hasil penelitian pada
polong berisi per tanaman, berat 100 biji komponen hasil menurun pada jarak tanam
dan berat biji per hektar dapat diduga akibat yang lebih lebar yaitu pada perlakuan J7
pengaruh pemberian mulsa di permukaan (30cm x 30cm). Hal ini diduga akibat
tanah. Pertumbuhan dan hasil kacang tanah pengaruh gulma yang tumbuh pada areal
yang diperoleh juga dipengaruhi pemberian per tanaman yang dengan sengaja tidak
mulsa diatas permukaan tanah. Mulsa yang
disiangi sehingga terjadi persaingan antar
diaplikasikan berpengaruh pada translokasi
karbohidrat kebagian-bagian tanaman terutama tanaman kacang tanah dengan gulma dalam
pada polong dan biji. Berdasarkan hasil memperebutkan faktor tumbuh, dimana gulma
penelitian Mayun (2007) bahwa pemberian lebih kuat bersaing karena merupakan
mulsa jerami padi sebanyak 15 T Ha-1 dapat seleksi alam sedangkan tanaman budidaya
meningkatkan hasil biji kering oven kacang merupakan seleksi buatan.
tanah sebesar 3,09 T Ha-1 dibandingkan
tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 T Ha-1 KESIMPULAN DAN SARAN
atau meningkat sebesar 45,75%. Hal ini
diduga bahwa mulsa yang dihamparkan di Kesimpulan
areal per tanaman dapat mempengaruhi Pertumbuhan gulma golongan
perubahan temperatur dalam tanah. Tempratur
tanah dapat mempengaruhi aktivitas mikroba teki (Cyperus rotundus Sp) dengan SDR
tanah dalam merombak bahan organik serta tertinggi (46,92%) kemudian golongan berdaun
membebaskan senyawa-senyawa organik lebar yaitu Trianthema portulacstrum
yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan (24,62%) dan dari golongan rumput yaitu
dan perkembangan tanaman. Selanjutnya Echinocloa cruss-galli (15,84%). Secara
menurut Syamsudin (2006) bahwa dengan umum, ketentuan dominansi gulma dengan
pemberian mulsa yang dihamparkan diatas SDR > 15% diareal tanaman pangan, perlu
permukaan tanah dapat mengurangi laju dilakukan tindakan pengendalian gulma
pertumbuhan gulma dan efektif dibanding karena berpengaruh terhadap hasil tanaman.
dengan penggunaan herbisida pra tumbuh Perlakuan barbagai jarak tanam
(Rostar, 25EC). berpengaruh terhadap komponen hasil
Hal ini diduga dipengaruhi keadaaan kacang tanah (jumlah polong berisi per
lingkungan yang sesuai untuk tanaman tanaman, berat polong berisi per tanaman,
terutama dalam hal penerimaan cahaya. berat polong per hektar). Perlakuan jarak
Keadaan lingkungan tumbuh terutama di tanam 20 cm x 25 cm mampu meningkatkan
atas tanah (cahaya) digunakan untuk hasil tanaman kacang tanah.
akumulasi fotosintat. Hasil fotosintat yang
ditranslokasikan ke bagian polong juga Saran
meningkat, pada gilirannya jumlah polong Diperlukan penggabungan satu
isi pertanaman yang terbentuk lebih banyak. atau lebih cara penekanan gulma teki
Hasil polong ditetukan oleh hasil fotosintat (Cyperus rotundus Sp) berdasarkan
yang diakumulasi kedalam pericarp (kulit pertimbangan ilmiah.
polong) dan biji. Makin banyak akumulasi Untuk mendapatkan hasil panen
fotosintat tersebut memungkinkan pembentukan kacang tanah yang optimal disarankan
polong dan biji lebih banyak serta ukuran menggunakan jarak tanam 20 cm x 25 cm.
biji lebih besar (Kadekoh,1997).

97
DAFTAR PUSTAKA

Adnan., 2008. http://adnanlpp’s.wordpress.com.

Astanto Kusno., 2005. Aplikasi Teknik Produksi Kacang Tanah. http://www.situshijau.co.id.

BPS-Sulteng., 2010. Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Kacang Tanah 2006–2010 Sulteng.
http://www.bps.co.id.

Budianto., 2010. Kerapatan Tanam. http://bukubudianto.blogspot.com.

Dwi Ari Novianty dan Dwi Guntoro., 2010. Studi Kompetisi Tanaman Padi pada Beberapa Kepadatan
Populasi Echinochloa crussgalli dengan Pendekatan Parsial Aditif. Makalah Seminar Departemen
Agronomi dan Hortikultura – Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Froud-Williams, R.J. 2002. Weed competition in Robert. E.L. Naylor (Ed) Weed Management Hand Book.
Ninth Edition. Published for The British Crop Protection Council by Blackwell Science.

Harjadi S, 1997. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Indrakusuma., 2000. Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta.

Infotech 25., 2010. Pengelolaan Tanaman Terpadu Kacang Tanah. http://teknis-budidaya.blogspot.com.

Ispandi A dan Munip., 2004. Plasma Nutfah Kacang Tanah (Arachishypogeal L). http://journal.unsri.ac.id.

Yuliana, Kusniati dan Dinoto, 1993. Pemanfaatan Umbi Teki (Cyperus rotundus Sp) sebagai Bahan Baku
Senyawa yang Berguna Dalam industri dengan Menggunakan Mikroorganisme. Prosiding HIGI Thn
2005, Konfrensi Nasional XVII. Implementasi Gulma dalam Sistem Berkelanjutan yang berbasis
Agribisnis Dalam rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Yogyakarta.

Kadekoh, I., 2007. Komponen Hasil dan Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam dalam Sistem Tumpang
Sari dengan Jagung yang di Devoliasi pada Musim Kemarau dan Musim Hujan. J. Agroland.
Vol.14 No. 1. Hal 11-17.

Mas’ud.H., 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada Pertanaman Kedelai. J. Agroland
Vol. 16, No. 2.

Nurwansyah., 2011. Sifat Dari Kompetisi Gulma. http://Wahanapertanian.blogspot.com.

Rao, V.S., 2000. Principles of Weed Science 2nd ed. International Consultant, Weed Science Santa Clara,
USA. Science Publishers, Inc. p. 36 – 37.

Sastrosupadi dan Oesman, 1997. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kapas.
Lembaga Penelitian Tanaman Industri, Bogor.

Steel D.G.R. and J.H. Torrie., 1995. Principle and Procedure of Statistics 2nd (Ed). Mc Graw. Hill.
International Book Company. Singapore.

Sukman dan Yakup, 2002. Gulma dan Tehnik Pengendalianya. Rajawali Press, Jakarta.

Sulardi., 2010. Skripsi. TingkatKerapatan Tanam dan Pola Pemetaan Tanaman Pekarangandi Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang Jawa-Tengah. Program Studi Pendidikan Biologi–Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suseno H., 1981. Fisiologi Tumbuhan, Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya. Departemen Botani
IPB, Bogor.
Syamsudin., 2006–FAO of the United Nations. Pengendalian Gulma pada Tanaman Kedelai di Nimbokrang
Jayapura. Centre for Agricultural Library and Technology Dissemination Bogor 16122. Indonesia.
http://news.google.com.

98

You might also like