Professional Documents
Culture Documents
Biofloc System 15368566
Biofloc System 15368566
2: 16 - 25
Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada kultur ikan nila, Orechromis niloticus)
Abstract
This study was aimed to find out the growth rate of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus) cultured with biofloc technology, and to understand the dynamic of several water
quality parameters during culture period. This experiment was conducted in the Laboratory of
Aquaculture Technology, FPIK, UNSRAT. Several substances were added to stimulate the
development of biofloc, which were: 0,3 mL of EM-4 containing probiotic-bacteria
Lactobacillus casei dan Saccharomyces cerevisiae.; 15 mL of mollases; 0,5 g of yeast
commonly used to ferment soybean ; 12 g of dolomite. 60 seeds of nile tilapia, with an
individual weight of 6 g, were stocked in each container. Fish were fed at a dose of 3% of
the total biomass/day at the first week, and the dose was decreased down to 1% of the total
biomass per day afterwards. Fish were weighed at day-1, day-15 and day-30. The change of
water color and the density of the floc was consistently evaluated using imhoff-cone. The
initial weight of the tested individual fish were 6,00 g. After 15 days, the weight was
increased to 7,37g, and at the end of the experiment the individual fish weighed 11,47 g.
Hence, the absolut growth of the tested fish was 5,47g, the specific growth rate was 91% and
the daily growth rate was 2,11%. The density of flok reached 9,5 mL/L at the beginning of
the second week, which was categorized as very high density. The density of floc then was
decreased to 4 mL/L. The density of the floc was maintained around 5 mL/L during the
experiment. The temperature of the medium was at the range of 26-300C. The level of
ammonia was 0,03mg/L and the level of nitrite fluctuated between 0,15-3mg/L, which is
normal and safe for biofloc system. The level of nitrate was 4-55 mg/L, which was quite
high for biofloc system but not harmful for fish.
16
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
sehingga margin keuntungan pembudidaya pada level yang tidak layak, khususnya,
juga meningkat (Pillay, 1993). Input DO, NH3, NO2, NO3 (Midlen and
teknologi dilakukan pada semua aspek Redding, 1998; Ekasari, 2009). Kondisi
dalam operasional akuakultur seperti, ini pada awalnya menyebabkan organisme
infrastruktur, kualitas benih, nutrisi dan kultur berada dalam keadaan cekaman
pakan, kualitas air, kesehatan dan (stress) yang dapat mengakibatkan
lingkungan akuakultur (Pillay, 1992; ketahanan dan kekebalan tubuh akan
Midlen and Redding, 1998). Di lain menurun. Ikan dalam kondisi seperti itu
pihak, intensifikasi membutuhkan biaya sangat mudah diserang oleh
investasi dan operasional yang sangat mikroorganisme patogenik, yang pada
besar, dan juga memiliki dampak negatif umumnya sudah berkembang pesat dalam
yang tak terhindarkan (Avnimelech, 2009; wadah kultur dengan kondisi seperti itu
Ekasari,2009). (Yuasa dkk., 2003). Jika kondisi ini
Pada sistem intensif, untuk memicu dibiarkan berlarut dan tidak ditangani
pertumbuhan ikan yang dikultur dengan segera, maka kematian ikan kultur akan
kepadatan tinggi, maka pakan dengan nilai mulai terjadi. Penanganan yang paling
nutrisi tinggi harus disuplai dalam jumlah penting adalah dengan mengontrol
yang besar sesuai dengan total biomassa medium air kultur agar tidak terakumulasi
ikan kultur (Ekasari, 2009). Akan tetapi, dengan semua material-material buangan
berdasarkan data penelitian serta observasi serta produk dekomposisinya (Midlen and
pada usaha-usaha kultur ikan dan Redding, 1998).
krustasea, dari total jumlah pakan yang Pada daerah dengan sumber air
disuplai ke wadah kultur, hanya sekitar 30- bersih yang berlimpah, sistim air mengalir
40% yang dapat dimanfaatkan oleh (running water system) biasanya
organisme kultur untuk pertumbuhan dan diterapkan untuk kultur intensif dengan
sumber energi untuk pergerakan kepadatan tinggi, contohnya kolam air
(Beveridge, 1991; Avnimelech, 2009) . deras (Forteath, 1993). Akan tetapi lokasi-
Sebagian pakan tidak ditangkap oleh ikan lokasi tersebut sangat terbatas jumlahnya
dan jatuh ke dasar wadah, sementara dari dan pada umumnya banyak kepentingan
yang sudah dimakan oleh ikan, yang mengakses sumber air tersebut,
sebagiannya lagi akan terbuang dalam sehingga rentan terjadi konflik
bentuk faeces. Pakan yang tidak kepentingan. Akuakultur dengan sistem
termakan, faeces dan produk sisa resirkulasi (recirculation system) menjadi
metabolisme ikan, merupakan material- alternatif karena dapat diterapkan di mana
material buangan yang akan terakumulasi saja, meskipun sumber air sangat terbatas
dalam wadah kultur dengan konsentrasi (Forteath, 1993).
yang sangat tinggi, sesuai dengan jumlah Akan tetapi, operasional sistem
pakan yang disuplai (Pillay, 1992; Midlen resirkulasi sangat kompleks dan
and Redding, 1998). membutuhkan biaya besar karena, ruangan
Material-material buangan ini akan harus cukup besar untuk menempatkan
terurai dan membentuk gas-gas serta bagian-bagian dari sistem, pompa harus
substansi yang bersifat racun dan dioperasikan secara terus-menerus untuk
mengakibatkan beberapa parameter memutar air melewati sistem filtrasi,
kualitas air akan berfluktuasi dan berada pencucian filter mekanis setiap periode
17
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
waktu tertentu dan kondisi biofilter harus bioflok merupakan teknologi yang tepat
dikontrol efektifitasnya (Boham, 2004). untuk kultur ikan nila secara intensif
Oleh karena itu penelitian terus dilakukan dengan mempertimbangkan sifat ikan nila
untuk mendapatkan suatu bentuk yang mampu hidup pada kepadatan tinggi
pengelolaan air media kultur secara efisien dan memiliki toleransi yang luas pada
dan efektif, dan salah satu alternatif yang kondisi kualitas air.
terbaik adalah teknologi bioflok yang terus
disempurnakan sampai saat ini METODE PENELITIAN
(Avnimelech, 2009; Taw, 2014).
Pada sistem akuakultur dengan Percobaan ini dilaksanakan mulai
teknologi bioflok, air media kultur hanya dari Mei sampai Juni 2016, di
sekali dimasukkan dalam wadah, dan Laboratorium Teknologi Akuakultur,
digunakkan sampai panen. Penambahan Program Studi Budidaya Perairan,
air hanya untuk mengganti penguapan dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
pengontrolan kepadatan bioflok Universitas Sam Ratulangi.
(Avnimelech, 2009; Ekasari, 2009).
Dibanding sistem resirkulasi yang sangat Persiapan wadah kultur
kompleks, sistem kultur dengan teknologi Wadah kultur bioflok ikan nila
bioflok hanya menggunakan satu wadah, adalah dua unit loyang plastik masing-
yakni wadah kultur. Penguraian bahan masing berkapasitas 80 liter, dan diisi
organik oleh bakteri dan mikroorganisme dengan air tawar sebanyak 60 liter per
pengurai, sampai pada pemanfaatan hasil- wadah. Air tawar untuk medium kultur
hasil penguraian oleh mikroalga dan diperoleh dari sumur yang ada di halaman
mikroorganisme yang tumbuh, terjadi Fakultus Perikanan dan Ilmu Kelautan,
dalam wadah secara seimbang dengan Universitas Sam Ratulangi. Setiap wadah
kepadatan organisme kultur yang sangat dilengkapi dengan 2 tipe aerator, yaitu
tinggi. Pengontrolan kualitas air terjadi airlift pump-aerator yang ditempatkan 4
dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem unit pada tiap wadah, dan diffuser aerator
bioflok yang sudah berjalan dalam wadah (menggunakan batu aerasi) yang
kultur. Sistem ini sangat murah, ditempatkan 1 unit pada tiap wadah. 4 unit
sederhana, ramah lingkungan dan airlift-pump aerator pada setiap wadah
memiliki produktifitas yang sangat tinggi diatur searah sehingga air dalam wadah
(Taw, 2014). Oleh karena itu, sistem berputar secara terus menerus agar tidak
kultur dengan teknologi bioflok sangat terakumulasi endapan solid material di
penting untuk dipahami, didiskusikan, dasar wadah. Pada bagian tengah wadah
didiseminasikan untuk semua pemangku diletakkan diffuser aerator untuk
kepentingan dalam bidang akuakultur. memungkinkan supaya air yang berputar
Ikan nila merupakan salah satu tidak mengumpulkan solid organik
komoditas unggulan perikanan dengan material di tengah wadah, dan mencegah
tingkat permintaan pasar yang terus terciptanya daerah mati pada dasar wadah
meningkat, sehingga produktivitasnya (dead area). Sebagai pompa udara untuk
harus dipacu terus menerus dengan airlift pump dan diffuser aerator digunakan
berbagai teknologi akuakultur sistem 1 unit air-blower dengan kapasitas 45L
intensif (Maryam 2010). Teknologi udara per menit dan 4 unit portable
18
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
19
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
20
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
melaporkan bahwa benih ikan nila unggul Warna air medium dan kepadatan
hasil persilangan dengan ukuran awal 2-3 bioflok
cm memiliki pertumbuhan mutlak pada Warna air pada suatu sistim bioflok
kisaran antara 1,625 g – 2,815 gram untuk dapat berubah tergantung tahapan
masa kultur 50 hari. Sedangkan Maulana perkembangan awal bioflok, komposisi
(2011) melaporkan bahwa ikan nila yang utama flok dan tingkat kepadatan flok. Air
dikultur pada peningkatan salinitas sampai medium bioflok dapat berwarna hijau jika
15 ppt, memiliki pertumbuhan mutlak flok didominasi oleh algae, sementara jika
terbaik sebesar 2 gr setelah masa kultur 1 flok mulai didominasi oleh bakteri maka
bulan. Pada percobaan ini, pertumbuhan warna akan berubah menjadi kecoklatan.
mutlak yang dicapai oleh ikan nila uji Kepadatan flok yang tinggi serta
dengan berat awal 6,005 gram dan suspended-solids yang padat menyebabkan
dikultur selama 30 hari adalah 5,47 gram. medium air menjadi coklat gelap (Rostro
Laju pertumbuhan harian ikan nila et al. 2012; Taw, 2014).
uji pada praktek kerja lapang ini sebesar Hasil observasi pada percobaan ini,
2,11%, berada pada kisaran normal dari di awal periode kultur, air yang telah
nilai pertumbuhan harian yang dicapai dimanipulasi dengan probiotik, prebiotik,
oleh ikan nila pada penelitian-penelitian serta substansi pengontrol lainnya
yang sudah dilakukan sebelumya. berwarna coklat. Setelah 4 hari, mulai
Setiawati dan Suprayudi (2003) terbentuk busa pada permukaan air dan
melaporkan bahwa ikan Nila dengan berat warna air menjadi cokelat kemerahan.
awal 4,15 - 4,42 g yang dikultur pada Kondisi ini mengindikasikan
peningkatan salinitas dari 0 sampai 10 ppt perkembangan awal bioflok berada pada
memiliki laju pertumbuhan harian pada masa transisi (Avnimelech, 2009).
kisaran antara 1,85 -2,57%. Sementara Perkembangan awal serta masa transisi
Diansari dkk. (2013) menyatakan bahwa untuk pembentukan bioflok pada kultur
ikan nila dengan ukuran awal 4cm dan ikan nila memerlukan waktu yang lebih
dikultur dengan kepadatan berbeda pada cepat dibanding pada kultur organisme lain
sistim resirkulasi memiliki laju (Avnimelech, 2009). Oleh karena itu,
pertumbuhan harian pada kisaran 1,7 – pada percobaan ini, hanya dalam waktu 5
2,5%. hari, warna air menjadi coklat gelap dan
flok mulai meningkat kepadatannya.
Air Medium Bioflok Perkembangan kepadatan flok kemudian
Selama periode kultur ikan Nila terjadi sangat cepat sampai hari
dengan teknologi bioflok, kondisi fisika, kesembilan. Warna air setelah dilakukan
kimia dan biologi air berfluktuasi secara pengenceran menjadi cokelat cerah.
dinamis akibat adanya manipulasi medium Pengenceran kedua dilakukan pada hari
kultur dengan probiotik, prebiotik serta ke-20, warna air setelah dilakukan
substansi pengontrol lainnya. Oleh karena pengenceran masih berwarna cokelat
itu dilakukan observasi dan analisis cerah.
kondisi air selama periode kultur.
21
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
14,000
12,000
11,475
10,000
4,000
2,000
0
1 14 31
hari
10
9.5 9.5
8
6 6
5 5 5
4 4 4
2 1.75
0 0.4
hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke-
3 5 7 9 11 14 15 19 22 28
Gambar-2. Perubahan kepadatan flok (mL/L) pada media kultur ikan nila dengan
teknologi bioflok.
22
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
23
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
24
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25
Oktavia DA. 2012. Pengolahan limbah cair Shokita S, Kakazu K, Tomori A, Toma T.
perikanan menggunakan 1991. Aquaculture in Tropical
konsorsium mikroba indigenous Areas. Midori Shobo. Japan. pgs.
proteolitik dan lipolitik. 360.
Agrointek, 6(2): 65-71. Suryaningrum FM. 2012. Aplikasi
Pillay TVR. 1993. Aquaculture: Principles teknologi boiflok pada
and Practices. Fishing News pemeliharaan benih ikan nila.
Books. London. Pgs 575. Thesis. Program Pascasarjana
Pillay TVR. 1992 . Aquaculture and the Universitas Terbuka. 123 hal.
Environment. Fishing News Book. Taw N. 2014. Shrimp Farming in Biofloc
189 pgs. System: Review and recent
Ricker WE. 1994. Bioenergetics and developments. FAO project, Blue
Growth. In Fish Physiology, Vol Archipelago. Presented in World
VIII. Hoar, W.S., DJ. Randal and Aquuaculture 2014, Adelaide.
Brett, J.R. (Eds.). Academic Press Yuasa K, Panigoro N, Bahnan M, Kholidin
Inc. 678-744 pgs. E. 2003. Panduan Diagnosa
Rostro PC, Fuentes JA, Vergara MPH. Penyakit Ikan ( Teknik diagnosa
2012. Biofloc, A technical penyakit ikan air tawar, di
alternative for culturing Indonesia). BBAT-Jambi dan
Macrobrachium rosenbergii. Lab. JICA. 75 hal.
of Native Crustacean Aquaculture,
Tech. Institute of Boca del Rio.
25