Indikator Mutu
Indikator Mutu
Indikator Mutu
Email :[email protected]
ABSTRACT
Results : The results showed 66.7% level of education was high school and 33.3%
respondents educated medical record diploma. It showed that the knowledge of
medical records slightly. There were 33.3% of respondents who worked > 10 years
and 66.7% of respondents worked <10 years. It showed that the officer less
experienced. There were 66.7% of respondents said that they had attended training
and 33.3% of respondents who have not been trained on medical record, it showed
lack of knowledge.
Recommendation : Researcher recomend to divide the tasks according to their
knowledge, each assembling officer to hand over the patient documents to coding in
a timely.
Keywords : Characteristics, Knowledge, Main tasks and functions Assembling,
Stacking medical record document
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam rumah sakit prosedur tetap adalah hal yang harus tersedia. Memiliki tujuan
dan langkah-langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja
rutin tertentu untuk menunjang pelayanan di sarana pelayanan kesehatan
berdasarkan standar profesi.
Pada bagian assembling memiliki peran penting di unit rekam medis yang meliputi
sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakit dokumen rekam medis sebelum
disimpan, menerima dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit pelayanan,
mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya belum lengkap dan
secara periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai
ketidaklengkapan isi dokumen dan petugas yang bertanggung jawab terhadap
kelengkapan isi tersebut, mengendalikan penggunaan formulir rekam medis dan
secara periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai jumlah dan
jenis formulir yang telah digunakan, mengalokasikan dan mengendalikan nomor
rekam medis, menyerahkan dokumen rekam medis yang sudah lengkap ke fungsi
pengkode, dan menyerahkan sensus harian ke fungsi analisis dan pelaporan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bagian assembling di RSUD Sunan
Kalijaga Demak dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi assembling belum
berjalan secara optimal. Dengan petugas assembling yang berjumlah tiga orang
masih ditemukan penumpukan dokumen rekam medis setiap harinya yaitu antara
10-20 DRM dari yang dikembalikan bangsal perawatan. Hal ini diakibatkan oleh
adanya pergantian formulir baru yang membuat petugas kesulitan dalam merakit
formulir sesuai urutannya. Selain itu jika pasien pulang di luar jam kerja dokumen
rekam medis pasien dikembalikan ke unit rekam medis pada hari berikutnya.
Masalah lain yang terjadi adalah dalam mengurutkan dan merakit setiap lembar
pemeriksaan laboratorium pasien yang memakan waktu. Selain itu dilatarbelakangi
dengan pendidikan terakhir petugas assembling yang tamatan SMA.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas bagian
assembling yang berjumlah tiga orang dan kepala unit rekam medis di
RSUD Sunan Kalijaga Demak.
C. Pengumpulan Data
D. Pengolahan Data
1. Editing
Data yang diperoleh kemudian dikoreksi dan disusun menurut
bagian yang diteliti supaya dapat dibaca dan diuji dengan objek yang
diteliti.
2. Tabulasi
Melakukan penggelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian
guna memudahkan dalam analisis data.
3. Penyajian data
Setelah data diproses dengan langkah-langkah diatas data siap
disajikan dalam bentuk informatif.
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode pengambilan data primer dengan
cara observasi dan kuisioner. Berikut adalah hasil dari penelitian tersebut :
Tabel 1. Hasil Kuisioner Karakteristik Petugas Assembling di RSUD Sunan
Kalijaga Demak
Dari hasil kuisioner di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak, pada
tingkat pendidikan (66,7 %) responden pendidikan terakhir SMA dan (33,3 %)
responden lulusan D3 RM, itu menunjukkan bahwa yang mengerti dengan imu
rekam medis sedikit. Ada (66,7 %) responden menyatakan pernah mengikuti
pelatihan rekam medis dan (33,3 %) responden yang belum pernah mengikuti
pelatihan rekam medis, hal itu menunjukkan bahwa responden kurang pengetahuan
tentang rekam medis. Pada tingkat masa kerja (33,3 %) responden yang bekerja >
10 tahun dan (66,7%) responden bekerja kurang dari < 10 tahun, itu menunjukkan
bahwa petugas kurang mendapatkan banyak hal yang dikerjakan dan pengalaman.
Berdasarkan prosedur tetap assembling tentang tugas pokok dan fungsi assembling
di RSUD Sunan Kalijaga Demak dalam prosedur merakit dan menganalisa DRM,
petugas setiap hari terjadi penumpukan DRM yang dapat merugikan bagian lain
terutama bagian koding karena pengkodean panyakit pada DRM pasien menjadi
terlambat.
Dari hasil tabel 4.3, pada pengetahuan responden tingkat tahu (Know) dari 5
pertanyaan ada (66,7 %) responden menjawab tahu dan (33,3 %) responden
menjawab tidak tahu tentang cara mengendalikan ketidaklengkapan DRM dengan
analisa kuantitatif meliputi : review identifikasi, review pelaporan, review pencatatan,
review autentifikasi dan analisa kualitatif. Itu artinya pengetahuan responden
mengenai cara mengatasi ketidaklengkapan masih kurang. Adapun pada
pertanyaan tentang cara mengatasi keterlambatan penyerahan DRM ke bagian
koding sebanyak (66,7 %) responden menjawab tahu dan (33,3 %) responden
menjawab tidak tahu cara mengatasi keterlambatan DRM itu artinya bahwa masih
ada responden yang tidak dapat menyelesaikan penumpukan DRM setiap hari agar
tidak merugikan bagian lain.
Pengetahuan tahap analisis (Analysis) tentang isi protap yang berbunyi : Jika DRM
lengkap diserahkan keurusan koding indeksing untuk diproses lebih lanjut sebanyak
(100 %) responden menjawab terlambat. Itu berarti responden tidak dapat
melaksanakan tugasnya selesai tepat waktu dan tidak merugikan bagian lain.
SIMPULAN
1. Prosedur tetap assembling yang berlaku No : 700 / 05.05 / 2009 dengan tanggal
terbit 2 desember 2009. Dimana prosedur tetap tersebut berisi pengertian,
tujuan, kebijakan, tugas pokok dan fungsi, unit terkait.
2. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi assembling dalam prosedur merakit
dokumen rekam medis, terdapat penumpukan DRM setiap harinya di bagian
assembling yang dapat merugikan bagian lain terutama dalam pengkodean
penyakit yang dilakukan bagian koding menjadi terlambat.
3. Pada karakteristik petugas assembling pada tingkat pendidikan 66,7 %
responden pendidikan terakhir SMA dan 33,3 % responden lulusan D3 RM. Ada
66,7 % responden menyatakan pernah mengikuti pelatihan rekam medis dan
33,3 % responden yang belum pernah mengikuti pelatihan rekam medis. Pada
tingkat masa kerja 33,3 % responden yang bekerja > 10 tahun dan 66,7%
responden bekerja kurang dari < 10 tahun, itu menunjukkan bahwa petugas
kurang mendapatkan banyak hal yang dikerjakan dan pengalaman.
4. Pada tahap pengetahuan petugas sebanyak 75 % (3 responden) menjawab
bahwa tidak mampu menyelesaikan DRM pasien tepat waktu sehingga
penyerahan ke bagian koding terlambat dan 50 % (2 responden) menjawab
bahwa pernah mengalami kesulitan dalam merakit DRM pasien.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA