Jurnal Nurul Revisi
Jurnal Nurul Revisi
Abstrack. This research was motivated by the low mathematical literacy ability
of students and lack of knowledge about Banten's cultural values in students. In
addition, the unavailability of teaching materials that contain mathematical
literacy ability as demanded by the 2013 curriculum which prioritizes
mathematical literacy ability must be achieved by students and lack of Banten
cultural values in existing teaching materials. Therefore we need a teaching
material that contains mathematical literacy ability and the value of Bantenese
culture. This development research used a development model which was
initiated by Borg and Gall and adapted by Sugiyono into seven steps. Six
expert tests from the material expert test and media expert test have carried out
testing of the textbook and e-book teaching materials developed.The product of
this research is in the form of student and teacher books based on realistic
mathematics education containing the value of Bantenese culture to develop
mathematical literacy ability in social arithmetic material. The results showed
that: (1) the quality of teaching materials which are seen from the validity
aspect is good criteria with percentage value of 85% based on the assessment
of two expert lecturers (material experts and media experts) and from the
evaluation aspect is very practical with percentage value of 82% based on
mathematics teacher evaluation result; (2) the quality of teaching materials
which are seen from the practical aspect is very practical criteria with
percentage value of 90% based on the results of student responses for teaching
materials; (3) the quality of teaching materials which are seen from the aspect
of student responses is good criteria with percentage of 89% and interesting
categories; and (4) the quality of teaching materials which are seen from the
aspect of effectiveness shows that teaching materials are effective to be used to
develop the achievement of students' mathematical literacy. The effectiveness is
based on the results of posttest mathematical literacy which shows the
percentage of completeness of student learning outcomes reaches 93%.
Pendahuluan
Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir sehingga
matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
kemajuan IPTEK (Hudojo, 2005: 32). Ruseffendi (1991: 94) mengatakan bahwa, “matematika
dapat menjadi pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”. Mengingat
pentingnya matematika dalam ilmu pengetahuan serta dalam kehidupan pada umumnya, maka
1
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sekolah
formal.
Penguasaan matematika melalui pembelajaran matematika sekolah menengah pertama
menurut Depdiknas (2006) memiliki tujuan (1) memahami konsep matematika, (2)
mengembangkan penalaran matematis, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah, (4) mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dan (5) mengembangkan
sikap menghargai matematika. Tujuan pembelajaran matematika ini dalam Kurikulum 2013
terangkum dalam 4 (empat) Kompetensi Inti yaitu Kompetensi Sikap Spritual, Kompetensi
Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan. Akan tetapi, pada
kenyataannya banyak sekolah yang ada di Indonesia belum mengacu pada tujuan mata pelajaran
matematika yang telah ditetapkan dalam KI ketika mengelola pembelajaran matematika. Hal ini
yang mungkin menjadi salah satu penyebab prestasi atau pencapaian belajar matematika siswa-
siswa Indonesia tidak kunjung membaik. Kondisi ini dapat dibuktikan dengan melihat penilaian
internasional terhadap prestasi belajar matematika siswa-siswa Indonesia.
Berdasarkan penilaian internasional PISA (Programme for International Student
Assessment), yaitu studi tentang penilaian siswa tingkat internasional tiap 3 tahun sekali
terhadap kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains, hasil yang
dicapai siswa Indonesia jauh dari memuaskan. Hal ini terlihat pada PISA 2015, peringkat
Indonesia untuk matematika menduduki peringkat 63 dari 70 negara dengan skor 386
(http://pisaindonesia.wordpress.com). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih sangat rendahnya
kemampuan siswa-siswi Indonesia terhadap mata pelajaran matematika.
Fokus dari PISA adalah literasi yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi
peserta didik yang diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam berbagai situasi (Stacey, 2012). Literasi atau melek matematika pada draft assessment
framework PISA 2015 diartikan sebagai kemampuan seseorang individu untuk merumuskan,
menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/ kejadian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawati dan Nursyahida (2017) di SMP
Negeri 1 Purwodadi bahwa kemampuan literasi matematis siswa tergolong kategori rendah
hanya sampai pada level 1. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa menyelesaikan
soal berbentuk PISA.
Permasalahan ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Berbagai upaya telah dan masih
dilakukan oleh banyak pihak pendidikan baik guru maupun peneliti. Upaya–upaya tersebut
seperti menerapkan dan mengembangkan berbagai metode, pendekatan, dan strategi
2
Jurnal Didaktik Matematika Author
pembelajaran matematika yang dapat melatih kemampuan literasi matematis siswa. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang mampu menjadikan siswa berlatih untuk mencapai dan
meningkatkan kemampuan literasi matematis adalah pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) yang merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menunjang
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Wijaya (2012:
20) bahwa RME merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dilandasi
dari pernyataan Freudenthal bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia.
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Freudenthal dan Treffers dari Belanda. RME
inilah yang menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang diupayakan di Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa.
Sejak dikenalkannya RME di Indonesia tahun 2001, sudah banyak pihak baik guru
maupun peneliti yang menerapkan dan mengembangkan pembelajaran matematika berbasis
R M E di sekolah-sekolah. Akan tetapi, dalam kurun waktu 2001 hingga sekarang belum
begitu tampak perubahan menuju arah yang lebih baik terhadap prestasi belajar matematika di
Indonesia. Bukti nyatanya adalah hasil penilaian PISA terhadap kemampuan literasi
matematika seperti yang telah ditulis di awal pendahuluan ini. Sementara itu, menurut
Wardhani (2011:2) perangkat pembelajaran yang mendukung siswa dalam meningkatkan
kemampuan literasi matematika ini masih sangat kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengembangan suatu bahan ajar yang mampu mendukung siswa untuk mengembangkan
kemampuan literasi matematis.
Bahan ajar merupakan bahan belajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran di
kelas demi tercapainya tujuan pembelajaran. Prastowo (2013:17) menjelaskan bahwa bahan ajar
merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis dan
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa serta digunakan dalam
proses pembelajaran. Misalnya, buku teks, modul, handout, LKS, model, bahan audio, dan
bahan ajar interaktif.
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran adalah
modul. Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya (Majid, 2011: 176).
Selain modul, bahan ajar noncetak berupa e-book ditujukan sebagai pelengkap pembelajaran
serta memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mempelajari kembali materi kapanpun dan
dimanapun sehingga dapat memberikan pengalaman yang berbeda kepada siswa dalam belajar
dan memahami materi (Lee dan Salman, 2012). Dalam konteks pelestarian dan menanamkan
3
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
nilai budaya, budaya lokal merupakan opsi yang tepat guna memediasi penanaman kearifan
lokal melalui bahan ajar ini. Kebudayaan menjadi falsafah pendidikan, sementara pendidikan
menjadi penjaga utama kebudayaan, karena peran pendidikan membentuk orang menjadi
berbudaya (Wibowo & Gunawan, 2015: 12-13)
Saat ini, berbagai daerah di Indonesia dihadapkan dengan keterancaman budaya lokal
oleh modernisasi, salah satunya Banten. Budaya lokal yang secara umum menyandang sifat
tradisional seringkali membuatnya tidak mampu bertahan dalam jeramnya arus modernisasi.
Parahnya ada pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa budaya lokal adalah budaya
primitif, sehingga menjadikan masyarakat alergi dengannya (Susiana, 2017: 177). Padangan-
pandangan seperti ini tentu akan mempercepat punahnya budaya lokal yang sebenarnya syarat
akan nilai.
Banten dikenal dengan istilah Jawara yang merupakan warisan budaya yang dikontruksi
sebagai bagian dari identitas masyarakat Banten, namun maksud JAWARA yang akan
disisipkan di penelitian ini merupakan sebuah akromin yang berarti Jujur, Adil, Wibawa,
Amanah, Religius, dan Akuntabel. Sebutan itu merupakan salah satu yang menjadi nilai budaya
yang dimiliki Banten. Akan tetapi, karena adanya arus modernisasi menyebabkan kearifan lokal
yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis (Nugroho, 2017: 28). Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya-upaya untuk melestarikan dan menanamkan nilai budaya Banten, salah satunya
dengan mengintegrasikannya ke dalam aktivitas pembelajaran di sekolah.
Bahan ajar matematika berbasis nilai budaya Banten secara teknikal dan subtansial
mewarnai berbagai komponen di dalam setiap teks yang akan disajikan kepada peserta didik
sebagai tujuan pengenalan budaya Banten yang arif sebagai upaya pelestarian budaya dan
menanamkan nilai budaya Banten. Penggunaan tema nilai budaya Banten lebih tepat digunakan
dalam materi pembelajaran matematika kelas VII SMP semester genap. Adapun Bahan ajar
berupa modul dan e-book yang akan dikembangkan memiliki beberapa karakteristik tertentu,
seperti berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang
dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, dan
memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. Perbedaan dari bahan ajar modul dan e-book yang
dibuat hanya terletak pada cara mengaplikasikannya namun dari segi tampilan dan konten tetap
sama.
Metode Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (research and development) yang bertujuan mengembangkan bahan ajar berupa
4
Jurnal Didaktik Matematika Author
buku cetak dan non cetak pada mata pelajaran matematika di SMP). Menurut Borg dan Gall
(1983) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan. Model penelitian pengembangan pendidikan berawal dari hasil
penelitian yang kemudian digunakan untuk mendesain produk baru yang secara sistematis
dilakukan tes, evaluasi dan perbaikan sampai pada tahap efektif untuk diterapkan. Aspek
penekanan terdapat pada proses penelitian dan pengembangan serta perolehan hasil final yang
dikembangkan menjadi suatu produk. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
berupa bahan ajar berbasis RME bernilai budaya Banten yang diharapkan akan mampu
mengembangkan kemampuan literasi matematis siswa.
Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan yang diadaptasi dari
Sugiyono (2015), yang terdiri dari tujuh tahap, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data,
desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan revisi produk.
Prosedur Pengembangan
Pada tahap potensi dan masalah dilakukan analisis kurikulum dan analisis kebutuhan.
Analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji kurikulum yang berlaku pada
sekolah. Analisis kebutuhan adalah langkah yang perlu untuk menentukan kemampuan-
kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk menumbuhkembangkan
kemampuan literasi matematis.
Pada tahap pengumpulan data dilakukan menyiapkan sumber atau referensi yang relevan
untuk pengembangan bahan ajar.
Pada tahap desain produk dilakukan mendesain bahan ajar dengan menyesuaikan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus berdasarkan kurikulum 2013.
Pada tahap validasi desain, produk pengembangan divalidasi oleh validator. Validator
yang dimaksud adalah ahli materi dan ahli media.
Pada tahap revisi desain, saat uji lapangan atau tahap validasi, maka pengembang akan
mendapatkan masukan atau saran-saran. Oleh karena itu, revisi dilakukan berdasarkan hal
tersebut.
Pada tahap uji coba produk dilakukan dalam skala kecil (terbatas). Uji coba dilakukan
kepada sekelompok kecil subyek yang berupa siswa SMP kelas VII yang dipilih acak.
Pada tahap revisi produk dilakukan apabila dalam uji skala terbatas masih terdapat
kekurangan dan kelemahan.
5
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
Data hasil postes literasi matematika diperoleh dari hasil penskoran pada jawaban
siswa. Dari jumlah skor yang diperoleh selanjutnya dihitung nilai siswa dengan rumus
berikut.
6
Jurnal Didaktik Matematika Author
x̄ =
∑ xij
3
Selanjutnya, data nilai siswa dikonversikan ke dalam data kualitatif dengan menggunakan
acuan pada tabel berikut (OECD, 2009: 42-44).
Nilai siswa pada postes literasi matematika dikatakan tuntas jika siswa memperoleh
nilai dengan kategori minimal “Level 3” berdasarkan acuan pada Tabel 3.
Persentase ketuntasan belajar siswa pada postes literasi matematika kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus:
Besar persentase ketuntasan belajar siswa pada postes literasi matematika selanjutnya
diubah menjadi data kualitatif berdasarkan pada acuan pada tabel berikut ini (Widoyoko, 2017:
242).
Tabel 4. Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
No. Persentase Ketuntasan Kategori
1 p > 80% Sangat Baik
2 60% < p ≤ 80% Baik
3 40% < p ≤ 60% Cukup
4 20% < p ≤ 40% Kurang
5 p ≤ 20% Sangat Kurang
7
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
Pada tahap desain produk dilakukan beberapa desain yaitu desain cover, informasi buku,
sekilas buku, kata pengantar, petunjuk penggunaan, daftar isi, bab judul, tampilan kompetensi,
peta konsep, materi pembelajaran, daftar pustaka, dan glosarium yang telah disesuaikan dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus berdasarkan kurikulum 2013.
Pada tahap validasi desain, produk pengembangan divalidasi oleh validator. Validator
yang dimaksud adalah ahli materi dan ahli media. Berikut hasil dari tiga dosen uji ahli materi:
Tabel 5. Hasil Uji Ahli materi
No. Aspek Persentase Kategori
1. Isi 84% Baik
2. Penyajian 83% Baik
3. Bahasa 82% Baik
4. RME 84% Baik
5. Literasi Matematis 85% Baik
Rata-rata 83% Baik
Berdasarkan tabel 5, skor rata-rata penilaian buku siswa dan buku guru oleh ahli materi
83% dengan kriteria baik. Saran perbaikan yang diberikan ahli materi antara lain memperbaiki
aturan penulisan sumber referensi, menambahkan soal yang mendorong siswa untuk lebih
berfikir kritis, menambahkan aktivitas siswa terkait nilai budaya Banten, memberikan tanda soal
yang menggunakan level 1 sampai level 6 pada buku guru, dan memperbaiki aturan penulisan
bilangan.
Tabel 6. Hasil Uji Ahli Media
No. Aspek Persentase Kategori
1. Kegrafikan 88% Baik
2. Pemrograman 82% Baik
Rata-rata 87% Baik
Berdasarkan tabel 6, skor rata-rata penilaian buku siswa dan buku guru oleh ahli media
87% dengan kriteria baik. Saran perbaikan yang diberikan ahli media antara lain memperbaiki
desain yang kurang jelas, menambahkan logo universitas pada cover buku, menggunakan jenis
font yang tidak berekor seperti Arial, menyediakan laman khusus untuk menyelesaikan latihan,
jarak margin diperbesar. Saran yang diberikan ahli materi dan ahli media direvisi untuk
penyempurnaan buku yang dikembangkan.
Berdasarkan hasil uji ahli materi dan uji ahli media diperoleh persentase nilai sebesar
85% dengan klasifikasi baik (Pamungkas, 2017). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
menurut ahli materi dan ahli media, buku siswa dan buku guru yang dikembangkan layak
digunakan.
Kelayakan produk tentunya tidak terlepas dari masukan dan saran dari para ahli. Ahli
materi menyarankan untuk memberi tanda untuk soal-soal yang memiliki level kemampuan
matematika pada buku guru. Dari masukan tersebut maka dilakukan tindak lanjut sesuai dengan
saran ahli materi, revisi ini telah sampai pada bahan ajar buku teks layak digunakan.
Tindak lanjut perbaikan dari ahli materi disajikan gambar sebagai berikut.
8
Jurnal Didaktik Matematika Author
Ahli media menyarankan untuk menggunakan jenis font yang tidak berekor seperti Arial
dan menyediakan laman khusus untuk menyelesaikan latihan. Dari masukan tersebut maka
dilakukan tindak lanjut sesuai dengan saran ahli media, revisi ini telah sampai pada bahan
ajar buku teks layak digunakan. Tindak lanjut perbaikan dari ahli media disajikan gambar
sebagai berikut.
Pada tahap uji coba produk, Uji coba buku siswa dilakukan terhadap siswa kelas VII A
SMP Negeri 5 Kota Serang yang berjumlah 42 siswa. Dalam uji coba ini, peneliti menjadi guru
penelitian yang bertindak sebagai fasilitator dan observer. Uji ahli praktisi dilakukan untuk
melihat kepraktisan bahan ajar buku dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
bernilai budaya Banten untuk mengembangkan kemampuan literasi matematis. Uji praktisi
dilakukan oleh tiga orang guru matematika, 1 orang guru dari MAN 2 Kota Serang dan 2 orang
guru dari sekolah yang dijadikan tempat penelitian yaitu SMP Negeri 5 Kota Serang. Berikut ini
hasil uji ahli praktisi.
9
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
Tabel 9 menjelaskan bahwa bahan ajar buku tersebut dikatakan baik, dengan persentase
sebesar 89%. Secara keseluruhan dari hasil evaluasi bahan ajar, siswa merasa buku matematika
yang dikembangkan sangat menarik dan tidak membosankan.
Selama penggunaan buku siswa, siswa berlatih menyelesaikan masalah kontekstual pada
materi aritmetika sosial. Masalah-masalah yang disajikan berkaitan dengan konteks yang mudah
dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan buku siswa melalui pembelajaran
dengan pendekatan RME memudahkan siswa dalam menemukan konsep matematika yang
termuat pada setiap masalah yang disajikan dalam buku siswa. Secara tidak langsung, siswa
telah berlatih dalam meningkatkan kemampuan literasi matematis. Hal ini berdampak pada
10
Jurnal Didaktik Matematika Author
pencapaian siswa pada postes literasi matematis yang dilakukan siswa di akhir tahap uji coba.
Hasil postes literasi matematika digunakan untuk mengukur sejauh mana keefektifan buku
siswa dan buku guru dalam pembelajaran. Dari hasil postes literasi matematis diketahui bahwa
sebanyak 39 dari 42 siswa telah mencapai kemampuan literasi matematika dengan persentase
ketuntasan mencapai 93%.
Sebanyak 8 orang siswa mampu mencapai level 6. Terdapat 16 orang siswa mencapai
level 5, 10 orang siswa mencapai level 4, 5 orang siswa mencapai level 3, dan 3 orang siswa
yang hanya mampu mencapai level 2. Rata-rata nilai kelas adalah 602,33 menunjukkan bahwa
rata-rata kemampuan literasi matematika siswa berada pada level 4. Dari hasil postes literasi
matematika dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan efektif digunakan dalam
mengembangkan dan memfasilitasi pencapaian kemampuan literasi matematika siswa.
Pada tahap revisi produk, Setelah melakukan uji coba skala kecil untuk mengetahui
kemenarikan, materi, bahasa, dan pemrograman yang digunakan dalam bahan ajar buku teks
dan e-book pada materi aritmetika sosial, produk dikatakan sangat menarik, penyampaian
materinya dipahami, bahasa yang digunakan sangat mudah dibaca dan dipahami, dan cara
mengakses bahan ajar versi e-book mudah dilakukan, sehingga tidak perlu diujicobakan
kembali. Selanjutnya bahan ajar buku teks dan e-book dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber belajar bagi peserta didik di SMP/MTs pada materi aritmetika sosial untuk kelas VII.
11
Jurnal Didaktik Matematika Vol. …, No. …, Month Year
2. Perlu adanya pengembangan bahan ajar lebih lanjut sehingga bahan ajar ini dapat
digunakan dan diproduksi secara massal.
3. Perlu dilakukan pembaharuan isi materi maupun desain pada bahan ajar, sehingga
selalu sesuai dengan kebutuhan dan kurikulum yang berlaku.
4. Buku siswa dan buku guru yang dikembangkan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria
baik sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif sumber belajar oleh siswa dan guru
sebagai penunjang kegiatan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME pada materi
aritmetika sosial.
5. Buku siswa dan buku guru yang dikembangkan hanya untuk mengetahui dan memfasilitasi
pencapaian literasi matematis secara umum. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti lain yang ingin mengembangkan buku siswa dan buku guru dengan efektivitas
pencapaian literasi matematika pada level tertentu.
Daftar Pustaka
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational Research: An Introduction. London: Longman,
Inc.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006
Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Lee, K. B., & Salman, R. (2012). The Design and Development of Mobile Collaborative
Learning Application Using Android. Journal of Information Technology and
Application in Education (JITAE) JITAE, 1(1), 1-8. www.jitae.org (diakses 28 November
2018).
Nugroho, R. (2017). Pengaruh Kearifan Budaya Lokal Terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin
Tempe di Kampung Sanan Malang. Local Wisdom, 9(2), 27-39.
OECD. (2009). Learning Mathematics for Life: A View Perspective From PISA.
http://www.pisa.oecd.org (diakses 20 Mei 2018).
Pamungkas, A. S. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Bebasis Literasi pada Materi Bilangan
Bagi Mahasiswa Calon Guru SD. JPSD Vol. 3 No. 2.
Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
12
Jurnal Didaktik Matematika Author
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta CV.
Susiana. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Budaya Lokal Malang
Berdasarkan Kurikulum 2013 yang Disempurnakan untuk SMP/MTs Kelas VII Semester
Gasal. NOSI Vol. 5 No. 2.
Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar
dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK.
Wibowo, A., & Gunawan. (2015). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
13