Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

St Darojah 233

Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen


Gunungkidul

Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku


Siswa MTs N Ngawen Gunungkidul

St Darojah
Guru MAN Maguwoharjo Sleman DIY
e-Mail: [email protected]

Abstract
This research aimed to 1) describe and find out the methods used to instill akhlak
(Islamic morals) in building the characters of student in MTs N (State Islamic Junior
High School) Ngawen Gunungkidul, 2) investigate the problem found in the methods
used to instill akhlak in building the characters of student in MTs N Ngawen
Gunungkidul. This research was expected to contribute to knowledge development
and enrichment, become a benchmark for every teacher in playing their rolein
teaching, and to be a feedback for all stakeholders of education, particularly
teachers. This research was a field research, which means that the research is
conducted intensively and thoroughlyon an object by studying the object as a case.
The object of the research was the methods to instill akhlak in building the characters
of students in MTs N Ngawen Gunungkidul. The result showed that: 1) the methods
used to instill akhlak in building the characters of student in MTs N Ngawen
Gunungkidul were: Storytelling, modeling, habit formation, demonstration, and
reward and punishment. 2) the problems in instilling akhlak consisted of internal and
external factors. The external factors were: The Globalization and flow of
information, the increasing internet accessibility in villages, the high living cost, and
the lack of religious organizations. Meanwhile, the internal factors included the low
quality of school inputs, the socio-economic condition of the parents, the poor
instructional management, students’ low motivation and enthusiasm, as well as the
tight schedule of the class.

Keywords : Instilling Akhlak, Character

Abstrak
Penelitian ini bertujuan 1) mendeskripsikan dan mengetahui metode penanaman
akhlak dalam pembentukan perilaku Siswa MTs N Ngawen Gunung Kidul. 2)
mengetahui problematika penanaman akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa
MTs N Ngawen Gunungkidul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk memperkaya khazanah keilmuan dan sebagai tolok ukur bagi
setiap guru dalam peranannya dibidang belajar mengajar dan dapat menjadi
masukan bagi semua pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan,
khususnya guru.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Obyek penelitian
ini adalah Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
234 St Darojah
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
Ngawen Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Penanaman
Akhlak dalam Pembentukan Perilaku siswa MTs N Ngawen Gunungkidul melalui
Metode cerita, Metode keteladanan, Metode latihan pembiasaan, Metode
demonstrasi dan Metode ganjaran dan hukuman. Problematika yang dihadapi
dalam penanaman akhlak adalah; terdiri dari faktor luar dan faktor dalam. Faktor dari
luar adalah arus globalisasi dan informasi, internet yang sudah dapat diakses di desa-
desa, mahalnya biaya hidup, minimnya organisasi keagamaan. Sedangkan
problematika dari dalam sendiri adalah; rendahnya masukan (input) madrasah,
kondisi ekonomi sosial orang tua siswa, pengelolaan manajemen pembelajaran belum
optimal, semangat dan motivasi belajar siswa belum maksimal.

Kata Kunci: Penanaman Akhlak,Perilaku

Pendahuluan
Kemerosotan moral yang melanda masyarakat kita saat ini, terutama di
kalangan generasi muda sangat memprihatinkan. Hal ini adalah dampak dari
perkembangan yang tidak diimbangi dengan kesiapan mental dalam
mengkonsumsi dan memanfaatkan teknologi modern. Secara garis besar penyebab
utamanya ialah merebaknya teknologi modern di masyarakat yang semakin sulit
dikontrol penggunanya. Padahal, sebenarnya kemajuan teknologi seharusnya
diimbangi dengan pembinaan iman dan taqwa yang lebih intensif, terutama
terhadap para pelajar kita sebagai penerus bangsa.
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
(dalam UU Sidiknas, 2003:6-7).
Berkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu
dikaji lebih lanjut ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasa 30 yang berbunyi:
“Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan penanaman ajaran agamanya dan/
atau menjadi ahli ilmu agama” (dalam UU Sisdiknas, 2003:19). Penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2)
disebutkan bahwa suatu pendidika Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada penanaman agama,
kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagi sistem maupun
institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang berurat berakar pada
Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016
P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
St Darojah 235
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Nasional (Hasbullah, 2005:174).
Pendidikan agama dan akhlak mulia merupakan salah satu mata pelajaran
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Ruang lingkup pendidikan
agama dan akhlak mulia dalam KTSP disebutkan bahwa: ”Kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi perkerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama” (Mulyasa, 2007:47).
Problematika yang dihadapai dalam masalah pendidikan agama
khususnya akhlak adalah bagaimana peserta didik dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan
peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan berakhlak mulia. Dengan
demikian, muatan akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang
agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian peserta didik agar
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa
dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.
Berkaitan dengan pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
memang bukanlah satu-satunya yang menentukan akhlak peserta didik. Akan
tetapi secara substansional mata pelajaran akidah akhlak memiliki konstribusi
yang sangat besar terhadap penanaman Akhlak peserta didik. Karena guru
sebagai pengganti orangtua ketika peserta didik berada di lingkungan Madrasah,
maka seorang guru berkewajiban mendidik, membimbimbing dan mengarahkan
peserta didik agar tujuan pendidikan agama dapat tercapai.
Sebagaimana kita ketahui bahwa guru yaitu pendidik profesional dengan
tujuan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan peserta didik, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (dalam UU
Guru dan Dosen terbitan Citra Umbara, 2006). Menurut Zakiah Daradjat, guru
adalah pendidik profesional karenanya secara emplisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul di
pundak para orang tua (Daradjat, 1996: 39). Dengan bekal pendidikan akhlakul
karimah yang kuat diharapkan akan lahir anak-anak masa depan yang memiliki
keunggulan kompetitif yang ditandai dengan kemampuan intelektual yang
tinggi (ilmu pengetahuan dan tehnologi) yang diimbangi dengan penghayatan
nilai keimanan, akhlak, psikologis, dan sosial yang baik (Mukhtar, 2003: 9).
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian,
sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga
yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya
anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
236 St Darojah
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik
anak-anak (Daradjat, dkk., 1992: 76).
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terutama menyangkut tentang metode penanaman akhlak dalam
pembentukan perilaku siswa di MTs Negeri Ngawen, karena terdapat kesenjangan
antara penerapan metode penanaman akhlak dengan perilaku siswa, sekalipun
metode penanaman akhlak telah diterapkan namun kenyataannya perilaku-
perilaku penyimpamgan terhadap ajaran agama masih dilakukan oleh mayoritas
siswa MTsN Ngawen Gunungkidul. Maka penulis ingin meneliti dan mengkaji
lebih jauh lagi persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul: “Metode
Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs Negeri Ngawen
Gunungkidul”.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu
obyek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus (Nawawi, 1995: 72).
Obyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode penanaman akhlak
dalam pembentukan perilaku siswa MTs N Ngawen Gunungkidul.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri: atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2006: 130). Dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MTs Negeri Gunungkidul.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut (Sugiyono, 2008: 118) Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
Purposive Sampling.Tehnik ini merupakan tehnik yang digunakan peneliti karena
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Sugiyono, 2008: 124).
Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data
dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subyek utama dalam penelitian ini
adalah Koordinator Keagamaan, siswa, Kepala Madrasah, Wakil Kepala Kurikulum
MTs Negeri Ngawen Gunungkidul.
Pengumpulan data teoritik dilakukan melalui studi pustaka, sedangkan
pengumpulan data empirik menggunakan beberapa cara seperti observasi,
wawancara dan dokumentasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Baik dan buruk dalam akhlak Islam
ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik
dan buruk itu bisa berbeda-beda (Marzuki, 2009: 34). Seseorang mengatakan
bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
St Darojah 237
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja
menyebutnya baik.
Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali
Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-
hadis yang tidak benar (dha’if/palsu).
Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak
menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan
memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan
adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan
buruknya akhlak manusia.

Metode Penanaman Akhlak


Beberapa metode yang biasa digunakan dalam Penanaman akhlak antara
lain:
1 Metode Keteladanan. Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru
dan dicontoh dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani
pendidiknya. Karena secara psikologis anak senang meniru tanpa
memikirkan dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya,
"Langkah pertama membimbing anakku hendaknya membimbing dirimu
terlebih dahulu. Sebab pandangan anak itu tertuju pada dirimu maka
yang baik kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang buruk adalah
yang kamu tinggalkan (Sa’aduddin, 2006: 89).
2 Metode Latihan dan Pembiasaan. Mendidik dengan melatih dan
pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan
terhadap suatu norma tertentu kemudian membiasakan untuk
mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian
hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan sejenisnya.
3 Metode Cerita. Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik
perhatian setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap
indranya untuk memperhatikan orang yang bercerita. Hal itu terjadi
karena cerita memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab di
dalam cerita terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang, hal-hal yang
jarang terjadi dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama melekat
pada otak seseorang bahwa hampir tidak terlupakan (Syalhub, 2006: 115).
4 Metode Mauidzah (Nasehat). Mauidzah berarti nasehat. Rasyid Ridha
mengartikan mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan
kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan
membangkitkannya untuk mengamalkan dalam al-Qur'an juga

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
238 St Darojah
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan
manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal
dengan nasehat.
5 Metode Pahala dan Sanksi. Jika Penanaman akhlak tidak berhasil
dengan metode keteladanan dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada
metode pahala dan sanksi atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab
Allah SWT pun sudah menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan
surga itu serta mengancam dengan neraka-Nya.

Perilaku
Secara etimologis perilaku artinya setiap tindakan manusia atau hewan yang
dapat dilihat. Melihat beberapa uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku itu
adalah kegiatan atau aktifitas yang melingkup seluruh aspek jasmaniah dan
rohaniah yang bisa dilihat. Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek
yaitu pertama, aspek kognitif, yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,
inisiatif, kreatifitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah
menunjukan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku. Kedua, aspek
Afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan dengan
kehidupan alam perasaan atau emosi, dan ketiga, aspek Motorik, yaitu berfungsi
sebagai pelaksana tingkah laku manusia seoerti perbuatan dan gerakan jasmaniah
lainnya (Ahmadi dan Sholeh, 2010: 169).
Tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari lebih diartikan sebagai akhlak,
bahkan kata akhlak lebih siring digunakan. Perkataan akhlak berasal dari bahasa
arab yang artinya moral, etika (Muhammad, dkk., 1996: 151). Dalam pengertian
sehari-hari, akhlak sering disamakan artinya dengan kata budi pekerti, moral atau
etika. Moral ialah perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide
atau pendapat yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau
lingkungan-lingkungan tertentu. Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Perkembangan Perilaku dan Faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat
mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak (Ahmadi dan
Sholeh, 2010: 7). Perkembangan pribadi manusia menurut Alqur`an, ketika
menyatakan bahwa Allah adalah Maha Pencipta, Maha Penjaga dan Maha
Pemelihara segala sesuatu. Alqur`an juga mengatakan bahwa Allah menciptakan
manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan (Aliah b
dan Hasan, 2008: 23). Penanaman yang dimaksud di atas adalah suatu proses
tertentu terus-menerus dan proses yang menuju kedepan dan tidak begitu saja
dapat diulang kembali, atau secara umum diartikan sebagai serangkaian
perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin
menjalin, dan terarah kepada kematangan dan kedewasaan.

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
St Darojah 239
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda
pendapat karena sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi
siswa tidak sama. Terdapat tiga aliran yang mempengaruhi perkembangan
perilaku anak yaitu:
1 Aliran Nativisme (Pembawaan) yang dipelopori oleh Schoupenhower (Jerman)
yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah mempunyai pembawaan yang
kuat sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari luar.
2 Aliran Empirisme (Pengalaman) yang dipelopori oleh John Locke (Inggris)
berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh faktor lingkungan. Sedangkan faktor dasar atau pembawaan
tidak memainkan peran sama sekali.
John Locke, seorang tokoh yang terkenal dengan teorinya “Tabula
rasa”, yaitu yang menganggap bahwa anak yang dilahirkan itu bagaikan meja
lilin atau kertas putih bersih, yang belum terkena coretan apapun.
3 Aliran Konvergensi yang dipelopori oleh William Stern (Jerman) berpendapat
bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh factor sar (pembawaan,
bakat, keturunan) maupun lingkungan, yang keduanya memainkan peranan
penting (Zulkifli L, 2009: 13).

Pelaksanaan Metode Penanaman Akhlak Siswa MTs Negeri Ngawen


Pendidikan Agama Islam sangatlah berperan penting dalam membentuk
akhlak siswa untuk bekal hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan tuntunan Al-
Qur’an dan Hadits, ini semua juga karena dorongan dari kepala sekolah dan juga
oleh guru-guru yang lain. Karena pada dasarnya setiap manusia ingin memiliki
kepribadian yang simpatik, karena dengan itu, manusia akan dihormati, disegani,
dan dicintai oleh orang sekitarnya.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa siswa sebagai
sampel ternyata pendidikan agama Islam sangat berperan penting dalam
membentuk akhlak siswa. Dapat kita lihat Akhlak siswa tersebut walaupan tidak
semuanya baik, yang terbukti diantaranya para siswa sudah mempunyai kesadaran
berbakti kepada kedua orang tuanya, cara menghormati guru, cara berteman,
namun yang perlu ditekankan lagi adalah masalah mengaji di luar jam pelajaran
sekolah dan sholat lima waktu yang masih sangat minim agar siswa lebih dekat
dengan sang khaliq.
Pelaksanaan penanaman akhlak di MTs Negeri Ngawen disampaikan pada
setiap proses pembelajaran dan diluar proses pembelajaran. Dari hasil observasi
penulis, pelaksanaan penanaman akhlak di MTs Negeri Ngawen diperoleh data
sebagai berikut (Nurudin Azis, wawancara, 11 April 2015):

1. Akhlak terhadap Allah SWT


Setiap hari siswa MTs Negeri Ngawen mengawali kegiatan belajar mengajar
dengan berdoa yang kemudian dilanjutkan dengan membaca al-Qur’an. Tidak
hanya itu, MTs Negeri Ngawen juga mewajibkan siswanya untuk menghafal surat-

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
240 St Darojah
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
surat pendek, disamping itu mereka juga diwajibkan menghafal bacaan-bacaan
dalam sholat dan do’a-do’a harian. Pada saat jam istirahat pertama siswa juga
dianjurkan untuk melaksanakan sholat dhuha. Kemudian pada saat tiba sholat
dhuhur, siswa diwajibkan sholat berjama’ah di mushola madrasah yang dipimpin
oleh guru-guru MTs Negeri Ngawen dan dilanjutkan kultum oleh siswa.

2. Akhlak terhadap Sesama


MTs Negeri Ngawen dalam pelaksanaan penanaman akhlak, membiasakan
kepada siswa apabila bertemu guru, teman atau siapapun dilingkungan sekolah
mengucapkan salam, bertindak dan berucap dengan sopan dan baik terhadap
guru, karyawan dan sesama siswa. Salah satu kewajiban siswa di MTs Negeri
Ngawen adalah mengikuti sholat berjama’ah. Siswa dilibatkan dengan menjadi
mu’adzin dan kultum.

3. Akhlak terhadap Diri Sendiri


Salah satu kedisipinan yang diterapkan di MTs Negeri Ngawen adalah
berpakaian dan berpenampilan rapi. Siswa dibiasakan untuk memakai pakaian
menutup aurat sesuai dengan ketentuan sekolahan. Untuk penampilan siswa tidak
diperbolehkan menyemir atau mewarnai rambut dan harus memotong rambut
dengan rapi bagi laki-laki.

4. Akhlak terhadap Lingkungan


Kebersihan lingkungan dan turut memeliharanya merupakan sesuatu yang
menjadi keniscayaan bila ingin hidup sehat, selain itu kebersihan juga dianjurkan
agama. Agama mensyaratkan suci dari hadas dan najis ketika melakukan sholat
dengan cara tertentu. MTs Negeri Ngawen membimbing siswanya untuk menjadi
muslim sejati. Salah satu diantaranya adalah dengan membentuk mereka
berakhlak terhadap lingkungan. Hal ini diwujudkan dengan kegiatan kebersihan
lingkungan ditiap kelas sesuai dengan jadwal piket kelas masing-masing. Dan
diluar kelas (siswa dianjurkan membuang sampah pada tempatnya).

Metode Penanaman Akhlak Siswa MTs N Ngawen Gunungkidul


Metode-metode yang digunakan dalam penanaman akhlak siswa di MTs
Negeri Ngawen antara lain sebagai berikut (Nurudin Azis, wawancara, 11 April
2015):

1. Metode Cerita
Metode cerita dilakukan dengan mengisahkan peristiwa-peristiwa sejarah
hidup manusia masa lampau baik menyangkut keta’atannya maupun
kemungkarannya terhadap Allah SWT. Disini guru menceritakan materi
pelajaran yang berkaitan dengan akhlak Rasulullah, sahabat maupun orang shalih

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
St Darojah 241
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
atau ulama’ kepada siswanya, yang disertai dengan media pembelajaran yang
gambar-gambar, dan Penayangan Film.

2. Metode Keteladanan
Metode keteladanan sebagai metode yang digunakan untuk merealisasikan
tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa,
agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak
yang baik dan benar. Pada siswa SMP yang dilihat dari segi usianya berada dalam
masa remaja usia pubertas yang membutuhkan figur atau idola untuk dijadikan
panutan hidupnya. Sekolah sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pegetahuan,
siswa yang membutuhkan suri tauladan akan meniru dari apa yang diamatinya
terutama dari guru. Karena guru adalah orang yang dipercaya lebih pandai,
pengalaman dan mengerti agama. Oleh karena itu, guru yang ada di MTs
Ngawen dituntut keprofesionalannya baik dari segi penampilan, sikap, pergaulan
dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak pantas. Karena dikhawatirkan siswa
belum bisa memilah-milah mana yang pantas ditiru dan mana yang tidak.

3. Metode Latihan dan Pembiasaan


Metode latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan
latihan-latihan terhadap suatu kegiatan kemudian membiasakannya. Di madrasah
ini pelaksanaan metode tersebut dimulai dari hal-hal yang ringan seperti
mengucapkan salam dan bersalaman ketika bertemu dengan guru maupun teman,
berdo’a ketika mulai dan selesai belajar, membaca do’a dan dzikir, juz amma
dalam kegiatan keagamaan. Dengan mengadakan latihan dan pembiasaan
bersama-sama membaca do’a dan dzikir setelah shalat jam’ah dzuhur hampir
70% siswa kelas VII dan IX sudah hafal do’a dan dzikir diluar kepala dan
diharapkan dapat membiasaannya untuk membaca di rumah.

4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan dengan cara menggambarkan suatu cara
mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau
pengoperasian perasaan. Dalam pembelajaran agama, guru MTs Negeri Ngawen
mengguanakan metode ini dalam praktik ibadah, seperti wudhu, shalat dan
mengajarkan niat dan tata cara mandi besar yang benar, karena siswa memasuki
usia baligh.

5. Metode Ganjaran dan Hukuman


Metode hukuman sangat efektif untuk mengontrol perilaku siswa di
madrasah, siswa MTs Negeri Ngawen yang berada di lingkungan antara desa dan
kota terkadang iseng-iseng ingin mencoba hal baru. Meskipun konsekuensinya
mendapat hukuman dari sekolah. Di MTs Negeri Ngawen dalam upaya
menangani kenakalan siswa telah dibentuk tim khusus yang terdiri dari wali

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
242 St Darojah
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul
kelas, kesiswaan, guru, BP dan bekerja sama dengan tokoh agama, tokoh
masyarakat serta melibatkan orang tua. Metode Penanaman Akhlak melalui
Pembiasaan-pembiasaan di MTs N Ngawen Gunungkidul diantaranya adalah
sebagai berikut (Nurudin Azis, wawancara, 11 April 2015)
a) Pembiasaan Senyum Salam Sapa dan Sopan Santun (S5). Pelaksanaan
program ini sudah dilakukan sejak anak duduk dikelas VII. Mengucap salam
dan berjabat tangan dilakukan ketika siswa baru datang ke sekolah, dan
disaat siswa mengakhiri pelajaran dan ingin pulang. Hal ini rupanya menjadi
susuatu yang sudah tertanam pada diri siswa. Ini dapat dilihat ketika siswa
yang baru datang langsung mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan
temannya yang lebih dahulu datang.
b) Pembiasaan shalat dhuha di madrasah. Program shalat dhuha yang menjadi
prioritas di MTs N Negeri Ngawen. Disini anak selalu diberi pemahaman
betapa banyaknya manfaat yang terkandung dalam shalat dhuha.
c) Tadarus Al-Qur’an. Ini dilaksanakan setiap hari, yakni 20 menit sebelum
proses pembelajaran dimulai dengan dipandu oleh bapak/ibu guru masing-
masing. Strategi ini dilakukan agar siswa lancar dan khatam membaca Al-
Qur’an.
d) Shalat dhuhur berjama’ah. Ini dilaksanakan pada jam istirahat kedua yakni
pada jam 12.10-12.400 WIB, untuk setiap hari senin dan kamis ada kultum
oleh guru dan siswa setelah dilakukan selesai melakukan shalat dhuhur.
e) Infaq Jum’at. Amal jum’at, ini dilaksanakan setiap hari jum’at oleh semua
siswa siswi MTs Negeri Ngawen dengan merelakan sebagian uang sakunya
untuk amal shadaqah. Program ini diadakan dengan tujuan untuk melatih
siswa merelakan sebagian hartanya dan belajar hidup dermawan.

Simpulan
Simpulan dari penelitian Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan
Perilaku Siswa MTsN Ngawen Gunungkidul adalah bahwa metode penanaman
akhlak siswa MTs N Ngawen Gunungkidul menggunakan Metode cerita, Metode
keteladanan, Metode latihan pembiasaan, Metode demonstrasi dan Metode
ganjaran dan hukuman.
Problematika yang di hadapi dalam penerapan metode penanaman akhlak
dalam pembentukan Perilaku siswa MTsN Ngawen adalah terdiri dari faktor luar
dan faktor dari dalam. Faktor dari luar adalah arus globalisasi dan informasi, internet
yang sudah dapat diakses di desa-desa, mahalnya biaya hidup, minimnya organisasi
keagamaan. Sedangkan problematika dari dalam sendiri adalah; rendahnya masukan
(input) madrasah, kondisi ekonomi sosial orang tua siswa, pengelolaan manajemen
pembelajaran belum optimal, semangat dan motivasi belajar siswa belum maksimal.

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794
St Darojah 243
Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTs N Ngawen
Gunungkidul

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2010. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta
Aliah B dan Purwakania Hasan. 2008. Psikologi Perkembangan Islam.
Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Amin, Muhammad dkk. 1996. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Semarang:
CV.IKIP Semarang Press
E. Mulyasa, 2007.Kurikulum Tingkat Satua Pendidikan; Suatu Panduan Praktis,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Asy Syalhub, Fuad. 2 0 0 6 . Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani
Perss
Nawawi, Handari. 1995. Metode Penelitian bidang Sosial. Cet.I. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sa’aduddin, Imam Abdul Mukmin. 2006. Meneladani Akhlak Nabi: Membangun
Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Marzuki. 2009. Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika
Dalam Islam). Yogyakarta: Debut Wahana Press.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Misaka
Galiza
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan NasionaI. 2003. Bandung: Citra Umbara
UU Guru dan Dosen. 2006. Bandung: Citra Umbara
Daradjat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Cet ke-2. Jakarta: Bumi
Aksara
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pengetahuan Islam. Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara
dan Depag
Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 1, Nomor 2, November 2016


P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794

You might also like