Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ISSN-e : 2614 - 8641

ISSN-p : 2598 - 8603

PENGELOLAAN
PERIKANAN TROPIS
Journal of Tropical Fisheries Management
Volume 02 - Nomor 01 - Juni 2018
JURNAL PENGELOLAAN PERIKANAN TROPIS
Journal of Tropical Fisheries Management

ISSN-e : 2614 - 8641


ISSN-p : 2598 - 8603

DEWAN PENASEHAT
Ketua
Prof. Dr. Mennofatria Boer (Institut Per tanian Bogor )

Anggota
Dr. Luky Adrianto (Institut Per tanian Bogor )
Prof. Dr. Ali Suman (Balai Riset Kelautan Per ikanan, KKP)
Dr. Gelwyn Yusuf (BAPPENAS)
Prof. Dr. Tridoyo Kusumastanto (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Majariana Krisanti (Institut Per tanian Bogor )

EDITOR
Ketua
Dr. Yonvitner (Institut Per tanian Bogor )

Sekretaris:
Dr. Ali Mashar (Institut Per tanian Bogor )

Anggota:
Dr. Achmad Fahrudin (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Rahmat Kurnia (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Nurlisa Alias Butet (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Isdradjad Setyobudiandi (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Zairion (Institut Per tanian Bogor )
Ahmad Muhtadi, S.Pi., M.Si (Univer sitas Sumater a Utar a)

SEKRETARIAT:
Surya Gentha Akmal (Institut Per tanian Bogor )
Agus Alim Hakim (Institut Per tanian Bogor )
REVIEWER

Prof. Dr. Dietriech G Bengen (Institut Per tanian Bogor )


Prof. Dr. Sulistiono (Institut Per tanian Bogor )
Prof. Dr. Yusli Wardiatno (Institut Per tanian Bogor )
Prof. Dr. Ety Riani (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Edwarsyah (Univer sitas Teuku Umar )
Prof. Dr. Ali Sarong (Univer sitas Syah Kuala)
Dr. Hawis Madduppa (Institut Per tanian Bogor )
Dr. Zulhamsyah Imran (Institut Per tanian Bogor )
Prof. Dr. Gadis Suryani (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI)
Dr. Agung Damar Syakti (Univer sitas J endr al Soedir man)
Dr. Abdul Ghofar (Univer sitas Diponegor o)
Prof. Dr. Ida Bagus Jelantik (Univer sitas Pendidikan Ganesha)
Dr. Ernik Yuliana (Univer sitas Ter buka)
Dr. Selvi Tebay (Univer sitas Neger i Papua)
Dr. James Abrahamsz (Univer sitas Pattimur a)
Prof. Dr. Ahsin Rivai (Univer sitas Lambung Mangkur at)

ASSOCIATE REVIEWER

Jiri Patoka, Ph.D, Czech Zemedelska Univer sity (Czech)


Martin Blaha, Ph.D, South Bohemia Univer sity (Czech)
Prof. Lucas Kalous, Czech Zemedelska Univer sity (Czech)
Prof. Josep Lloret, Univer sidad de Gir ona (Spain)
Prof. Tokeshi Miura, South Ehime Fisher ies Resear ch Center (J apan)
Prof. Dr. Nurul Huda, Univer sity Zainal Abidin (Malaysia)
Dr. Mohammad Ali Noor Abdul Kadir, Univer sity of Malaya (Malaysia)

Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Depar temen Manajemen Sumber daya Per air an, Fakultas Per ikanan dan Ilmu kelautan,
Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 – Telepon (0251) 8622912,
Fax. (0251) 8622932.
E-mail : [email protected]

JURNAL PENGELOLAAN PERIKANAN TROPIS (Journal of Tropical Fisheries Management). Diterbitkan sejak Desember
2017 oleh Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Partanian Bogor.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi
ganda sepanjang lebih kurang 10 halaman, dengan format seperti tercantum halaman kulit dalam-belakang (Persyaratan Naskah untuk
JPPT). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Penerbit: Divisi Manajemen Sumber daya Per ikanan, Depar temen Manajemen Sumber daya Per air an, Masyar akat Sains
Kelautan dan Perikanan, dan Ikan Sarjana Perikanan Indoneisa.
JURNAL PENGELOLAAN PERIKANAN TROPIS ISSN p: 2598 – 8603
Journal of Tropical Fisheries Management ISSN e: 2614 – 8641
Juni 2018, Vol 02, Nomor 01
Halaman 1 – 73

Yonvitner, Masykur Tamanyira, Wawan Ridwan, A Habibi, Destilawati, S Gentha Akmal.


Kerentanan Perikanan Bycatcth Tuna dari Samudera Hindia: Evidance dari Pelabuhan
Perikanan Pelabuhanratu …………………………………………………........................... 1

Ferawati Runtuboi, Roni Bawole, Abraham Goram, Yuliana Wawiyai, Mercy Wambrauw,
Yan Zakeus Numberi, Alvian Gandegoai, Pati Beda Elvis Lamahoda, Salim
Rumakabes, Markus Luturmase, Suparlan, Dessy Kartika Andoi. Inventarisasi
Jenis Ikan Karang dan Komposisi Jenis Ikan Ekonomis Penting (Studi Kasus
Kampung Kornasoren, Saribi dan Syoribo) Pulau Numfor Kabupaten Biak Numfor …… 11

Aulia M Khatami1, Yonvitner, Isdrajad Setyobudiandi. Tingkat Kerentanan Sumberdaya


Ikan Pelagis Kecil Berdasarkan Alat Tangkap Di Perairan Utara Jawa …………………… 19

Thomas Hidayat, Tegoeh Noegroho dan Umi Chodrijah. Biologi Ikan Tongkol Komo
(Euthynnus affinis) Di Laut Jawa ....……………………………………………………….. 30

Julia Syahriani Hasibuan1, Mennofatria Boer2, Yunizar Ernawati2. Hubungan Panjang


Bobot dan Potensi Reproduksi Ikan Kurau (Polynemus dubius Bleeker, 1853) di Teluk
Palabuhanratu ……………………………………………………………………………… 37

Sabilah Fi Ramadhani, Isdradjad Setyobudiandi, Sigid Haryadi. Inventarisasi dan


Ekologi Ikan Gelodok (Famili : Gobidae) di Kabupaten Brebes
Provinsi Jawa Tengah ……………………………………………………………………… 43

Dedi Parenden, Selvi Tebaiy, Dodi J Sawaki. Keanekaragaman Jenis dan Biomassa
Ikan Karang (Species Target) di Perairan Pesisir Kampung Oransbari
Kabupaten Manokwari Selatan ……………………………………………………………. 52

Muhammad Bibin, Zulhamsyah Imran. Kesesuaian Perairan Pantai Labombo


Di Kota Palopo Untuk Aktivitas Wisata Bahari …………………………………………... 61
Tingkat Kerentanan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Berdasarkan Alat
Tangkap Di Perairan Utara Jawa
(Vulnerability of Small Pelagic Fish Based on Fishing Gear in Norther Java Sea)

Aulia M Khatami1, Yonvitner2, Isdrajad Setyobudiandi

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Article History
Recevied: 14 Februari 2018 Ikan pelagis kecil merupakan spesies target penangkapan karena ber-
Accepted: 23 Juni 2018 nilai ekonomis. Sampai 2016, Kementerian Kelautan Perikanan
melaporkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil telah
Kata Kunci: mencapai kondisi tangkap lebih. Hal ini disebabkan oleh upaya pe-
alat tangkap ikan, ikan pelagis, Kerentanan, nangkapan yang tidak terkendali, salah satunya akibat penggunaan alat
perairan utara Jawa
tangkap ikan yang sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk men-
gevaluasi tingkat kerentanan sumberdaya ikan pelagis kecil berdasar-
Korespondensi Author
1
kan jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan Utara Jawa.
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan, KKP-RI Diketahui bahwa lima dari enam jenis ikan yang ditangkap memiliki
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
laju eksploitasi yang melebihi batas optimum (50%) dan digolongkan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB sebagai overexploited. Selain itu, alat tangkap bagan juga diduga se-
Email: [email protected] bagai alat tangkap yang paling menyebabkan sumberdaya ikan pelagis
kecil rentan, karena memiliki nilai kerentanan tangkap (IV catch) yang
paling tinggi sebesar 52,21. Hal ini diindikasikan juga oleh biomassa
hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan yang tertangkap dari suatu
alat tangkap. Jika ukuran ikan yang tertangkap makin kecil dan ukuran
pertama kali matang gonadnya (Lm50) rendah, maka jenis ikan terse-
but dikhawatirkan berada pada kondisi rentan. Spesies ikan yang ber-
status rentan tinggi berarti beresiko mengalami deplesi di alam dalam
waktu yang singkat.

PENDAHULUAN tangkapan yang diperoleh dalam jangka panjang.


Ikan pelagis kecil menjadi salah satu Laju penangkapan ikan di perairan Utara Jawa
sumberdaya perikanan yang paling melimpah di terus mengalami peningkatan. Jika kondisi
Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Jawa, demikian terus dilakukan tanpa ada batasan
dengan potensi sebesar 340.000 ton per tahun penangkapan, maka pada tingkatan tertentu
(Suyasa 2007). Pada tahun 2011 dilaporkan dikhawatirkan terjadi tangkap lebih pada suatu
potensi perikanan pelagis kecil di WPP 712 telah stok ikan. Hasil penelitian Triarso (2012)
mencapai angka 380.000 ton per tahun (KKP menyatakan bahwa perikanan di pantai utara Jawa
2011). Sumberdaya ikan pelagis kecil telah Tengah telah mengalami tangkap lebih,
dieksploitasi di hampir seluruh daerah ditunjukkan dengan upaya penangkapan aktual
penangkapan di bagian selatan Paparan Sunda. yang lebih besar daripada upaya penangkapan
Sementara itu, pantai utara Pulau Jawa adalah MSY. Kondisi ini mengindikasikan adanya
salah satu daerah padat nelayan sehingga tekanan penangkapan yang menyebabkan ikan
permasalahan yang berhubungan dengan pelagis kecil rentan sehingga dapat mengganggu
pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di Laut keberlanjutan sumberdaya yang ada di alam.
Jawa menjadi sangat kompleks (Atmaja 2002). Status kerentanan ikan pelagis kecil di Laut Jawa
Aktivitas penangkapan akan mempengaruhi sangat diperlukan agar pemanfaatan perikanan
keberadaan stok ikan dan biomassa hasil pelagis kecil dapat berkelanjutan. Maka dari itu,-

19
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

tingkat kerentanan ikan akibat alat tangkap Kemudian terdapat beberapa data sekunder
yang dioperasikan menjadi kebutuhan utama yakni data produksi perikanan yang
dalam pengelolaan perikanan di berbagai lokasi di dikelompokkan berdasarkan jenis ikan dan jenis
perairan utara Jawa. Kerentanan juga merupakan alat tangkap. Secara keseluruhan, data yang
metode yang dapat dijadikan dasar dalam diperoleh berupa data panjang total ikan (mm),
pengelolaan perikanan. Aspek kunci dalam bobot ikan (gram), tingkat kematangan gonad
mengembangkan rencana pengelolaan perikanan (TKG), harga ikan, data produksi hasil tangkapan
adalah mengkaji resiko-resiko perikanan pada dan hasil wawancara. Analisis data dilakukan
suatu ekosistem terhadap kriteria ekologi, untuk mengetahui ukuran pertama kali matang
ekonomi, dan sosial (Astles et al. 2006). Tujuan gonad (Lm50), parameter pertumbuhan, tingkat
dari penelitian ini adalah mengevaluasi alat mortalitas, laju eksploitasi dan kerentanan alat
tangkap ikan pelagis kecil yang dioperasikan tangkap terhadap sumberdaya ikan pelagis kecil.
menurut jenisnya dalam rangka mengetahui
tingkat kerentanan sumberdaya ikan pelagis kecil Analisis data
dari setiap lokasi pendaratan di perairan Utara Ukuran pertama kali matang gonad
Jawa. Metode yang digunakan untuk menduga
ukuran rata-rata ikan yang pertama kali matang
METODOLOGI gonad adalah metode Spearman-Karber (Udupa
Lokasi Penelitian 1986) adalah:
Lokasi penelitian yaitu di pantai utara Ja-
wa dengan lokasi sampling pada Pelabuhan Peri-
kanan Nusantara (PPN) Karangantu Banten,
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan
Subang, dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dengan Lm50 = antilog m; dan selang
Eretan Indramayu. Ikan contoh yang diperoleh kepercayaan 95% bagi log m dibatasi sebagai
merupakan hasil tangkapan nelayan di sekitar berikut.
perairan Laut Jawa (Gambar 1). Pengumpulan
data primer dan sekunder dilaksanakan pada bu-
lan Maret hingga September 2017.

Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan dua jenis
data, yaitu data primer dan data sekunder. m adalah log panjang ikan pada
Pengumpulan data primer diperoleh dari kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai
pengambilan ikan contoh dengan metode tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah
penarikan contoh acak sederhana. Pengambilan matang gonad, x adalah log pertambahan panjang
ikan meliputi ikan-ikan yang berukuran kecil, pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang
sedang, dan besar dari Tempat Pelelangan Ikan gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah
(TPI) lalu dipreservasi di dalam cool box yang
ikan pada selang panjang ke-i, ni adalah jumlah
telah berisi es balok. Jumlah ikan contoh yang
diambil kurang lebih 30 ekor. Kemudian ikan ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1–pi, dan
ditimbang menggunakan timbangan digital Lm50 adalah panjang dugaan ikan pertama kali
dengan ketelitian 0,5 gram dan diukur panjang matang gonad dari sebagian populasi yang
total menggunakan penggaris dengan ketelitian diamati.
0,5 mm. Setelah dilakukan pembedahan, gonad
ikan diamati untuk pendugaan ukuran pertama
kali matang gonad (Lm50).
Pemilihan jenis ikan yang dijadikan contoh
berdasarkan spesies yang dapat ditemukan di tiga
lokasi pendaratan ikan. Menurut Keputusan
Menteri Nomor 79 Tahun 2016, ikan tembang
(Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger
spp.), dan selar (Selar spp.) termasuk tiga jenis
ikan kelompok pelagis kecil yang paling dominan
di WPP 712. Ikan lain seperti selar bentong
(Selar crumenophthalmus), selar komo (Atule
mate), dan japuh (Dussumieria acuta) dipilih
karena penelitian mengenai karakteristik
biologinya masih jarang dilakukan. Gambar 1 Peta lokasi penelitian
20
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Mortalitas dan laju eksploitasi IV catch atau intrinsic vulnerability catch


Laju mortalitas total (Z) diduga dengan merupakan hasil kali dari nilai kerentanan spesies
kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan ikan dari penelitian Cheung (2007) dengan
data komposisi panjang, sehingga diperoleh Annual Average Production (AAP). Nilai AAP
hubungan berikut.
atau rata-rata produksi tahunan dalam satuan ton
per tahun kemudian dibagi dengan total produksi
yang didapatkan dari satu jenis alat tangkap. Nilai
kerentanan spesies untuk masing-masing jenis
Persamaan diatas diduga melalui regresi ikan pelagis kecil dapat dilihat pada website
linear sederhana y = b0 + b1x dengan y = seaaroundus.org.

sebagai ordinat, x = sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN


absis, dan Z = -b. Kondisi umum perairan Utara Jawa
Laju mortalitas alami (M) diduga dengan Perairan Utara Jawa termasuk ke dalam
menggunakan rumus empiris Pauly (1980 in Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Sparre dan Venema 1999). Indonesia 712. Batas administratif sebelah utara
adalah pantai selatan Provinsi Kalimatan Selatan
sedangkan batas sebelah selatan Kabupaten
Serang, Kota Cilegon, Provinsi Jawa Barat.
Sementara itu, batas timur WPP 712 adalah
M adalah mortalitas alami, L∞ adalah Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur
panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan sedangkan batas baratnya adalah Kabupaten
von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien Lampung Timur sampai Kabupaten
pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Tulangbawang, Provinsi Lampung (PKSPL IPB
Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat 2011).
panjang 0, dan T adalah rata-rata suhu permukaan Sumberdaya ikan dominan di perairan ini
air sebesar 30oC. Pauly 1980 in Sparre dan yaitu jenis ikan layang, kembung, kurisi, kuniran,
Venema 1999) menyarankan perhitungan untuk swanggi, kakap merah, kerapu, dan bloso.
jenis ikan yang memiliki kebiasaan bergerombol Sumberdaya perikanan lain yaitu udang dan cumi.
dikalikan dengan nilai 0,8 sehingga untuk nilai Aktivitas perikanan di pantai Utara Jawa yang
dugaan menjadi 20% lebih rendah. didominasi perikanan pelagis kecil, memegang
peranan penting dalam pembangunan perikanan
di Indonesia. Menurut data Kementerian Kelautan
dan Perikanan, pada tahun 2011 tiga pulau di
Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, dan Sulawesi
dengan rumus berikut: memiliki jumlah unit kapal perikanan yang
tertinggi. Hal ini diduga berpengaruh pada
kondisi perikanan pelagis kecil telah
menunjukkan tingkat lebih tangkap, dengan
menurunnya produktivitas tahunan. Perairan
Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan Utara Jawa yang termasuk ke dalam WPP 712
membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) telah dikategorikan sebagai fully exploited untuk
dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984). jenis ikan pelagis kecil (KKP 2016).
Tiga lokasi yang dipilih termasuk ke dalam
WPP 712. Meski begitu, ditinjau dari kegiatan
perikanan tangkapnya terdapat perbedaan
M adalah laju mortalitas alami, F adalah karakteristik antara satu lokasi dengan lokasi
laju mortalitas penangkapan, dan Z adalah yang lainnya. Secara budaya, ekonomi, dan sosial
mortalitas total. tentu dapat dilihat perbedaan antara pelaku usaha
perikanan dan aktivitas yang terjadi di lokasi
Nilai intrinsic vulnerability catch tersebut. Pertama, kegiatan perikanan tangkap di
Nilai kerentanan intrinsik diperoleh dengan
Karangantu dikelola langsung oleh Pelabuhan
menggunakan rumus:
Perikanan Nusantara. Temuan yang menarik
adalah adanya koperasi di PPI Blanakan, Subang
dan PPP Eretan, Indramayu yang berfungsi
sebagai pengelola Tempat Pelelangan Ikan (TPI),

21
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

penyedia sarana dan prasarana seperti pabrik es Ikan selar bentong, selar, dan selar komo berasal
dan perumahan, unit usaha simpan pinjam, dari famili Carangidae atau yang dikenal dengan
pengadaan BBM solar, hingga pelaksana kegiatan istilah scads. Ikan japuh dan tembang berasal dari
sosial dan budaya terkait yakni acara ruwatan/ famili yang sama yaitu Clupeidae atau kelompok
syukuran laut (Destilawaty 2012). ikan herrings. Sementara itu, ikan kembung
Sementara itu, di PPN Karangantu kegiatan berasal dari famili Scombridae yang masih dalam
jual beli ikan yang dilakukan tidak melalui sistem 1 kelompok ordo yang sama dengan ikan famili
lelang seperti TPI pada umumnya. Selain itu, di Carangidae, yakni Perciformes.
PPN Karangantu tidak tersedia koperasi yang Ordo Perciformes merupakan ordo terbesar
menaungi kegiatan nelayan dengan pelaku usaha dalam kelas ikan, dengan kurang lebih 156 jenis
perikanan. Meski begitu, fasilitas seperti pabrik famili salah satunya Carangidae. Ikan pada famili
es, bengkel kapal, SPBU, serta laboratorium Carangidae didominasi oleh ikan laut, hanya
basah disediakan oleh PPN dan dalam kondisi
baik. Laboratorium basah ini digunakan untuk uji sebagian kecil ikan payau. Memiliki bentuk tubuh
kandungan formalin pada ikan-ikan yang yang secara umum pipih, famili ini tergolong
didaratkan di TPI secara berkala. Hingga sebagai predator perenang cepat yang dapat
pengamatan di lapangan berakhir, PPN ditemukan pada terumbu karang dan laut terbuka.
Karangantu melakukan renovasi terhadap TPI Ikan-ikan dari famili ini kebanyakan bernilai
dalam rangka meningkatkan mutu hasil perikanan ekonomi tinggi karena merupakan target rekreasi
tangkap.
selam dan penangkapan di laut tropis (Nelson
Kondisi lain yang menarik dari PPN
Karangantu adalah terjadinya pendangkalan di 1984).
dermaga pelabuhan sejak sepuluh tahun terakhir. Berbeda dengan Carangidae, famili
Idris (2014) menyatakan hal ini menjadi Scombridae dapat ditemukan tidak hanya pada
penyebab utama dari berkurangnya jumlah kapal perairan tropis tetapi juga subtropis. Meski
perikanan terutama kapal dengan GT besar yang bentuk tubuhnya mirip dengan ikan-ikan scads,
bisa berlabuh di PPN Karangantu. Bahkan, beberapa ikan pada famili ini memang merupakan
berdasarkan data yang diperoleh dari ikan predator tetapi khusus untuk ikan dari genus
Kementerian Kelautan Perikanan per Juni 2017 Scomber dan Rastrelliger menyaring plankton
diketahui bahwa tidak ada lagi kapal di atas 30 sebagai pakannya. Hal ini juga yang membedakan
GT yang berpangkalan di Karangantu, Banten. ikan kembung perempuan dan kembung lelaki,
Sebagian besar kapal yang berpangkalan di PPN adapun ikan kembung perempuan memiliki tapis
Karangantu hanya berukuran 10-19 GT saja. insang yang lebih halus karena plankton
Sementara itu, kapal berukuran lebih dari 30 GT makanannya terdiri dari plankton berukuran kecil
yang berpangkalan di PPI Blanakan dan PPP sementara ikan kembung lelaki sebaliknya. Selain
Eretan masing-masing sebanyak 2 dan 3 kapal itu, ikan kembung perempuan lebih mudah
saja. Sedangkan untuk kapal-kapal lain yang ditemukan di perairan dekat pantai sedangkan
bersandar di kedua lokasi ini umumnya berukuran ikan kembung lelaki banyak terdapat di perairan
11-30 GT. agak jauh dari pantai (Nontji 2007). Meski secara
Dilihat dari segi sosial, kebanyakan morfologis ikan kembung sulit dibedakan, selama
masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar PPN penelitian berlangsung ikan kembung perempuan
Karangantu merupakan pendatang dari Sulawesi lebih sering ditemukan bercampur dengan ikan
Selatan. Jumlahnya cukup banyak hingga selar komo. Begitu pula dengan ikan selar komo
terbentuk sebuah kampung bugis di mana para ukuran kecil yang sering ditemukan pada hasil
pendatang tersebut bermukim. Hal ini sangat tangkapan ikan selar karena memiliki ciri fisik
berbeda dengan pesisir Utara Jawa bagian Barat yang mirip.
yakni daerah Blanakan, Subang dan Eretan, Dua jenis ikan lain yang mirip secara
Indramayu yang masih banyak dihuni oleh suku fisiologis yaitu ikan tembang dan ikan japuh.
Sunda. Meski begitu, beberapa nelayan di pantai Keduanya merupakan ikan jenis herrings yang
Utara Jawa juga merupakan pendatang dari Jawa masuk dalam famili Clupeidae. Menurut beberapa
Tengah hingga Jawa Timur. klasifikasi ikan japuh sudah digolongkan ke
dalam famili sendiri yakni Dussumieriidae.
Deskripsi ikan Secara umum, ikan herrings memiliki warna biru
Enam jenis ikan pelagis kecil yang kehijauan yang mencolok saat berada di
dijadikan ikan contoh dalam penelitian ini antara permukaan tetapi jika dibandingkan, ikan japuh
lain ikan selar bentong (Selar memiliki bentuk tubuh lebih besar dan panjang
crumenophthalmus), japuh (Dussumeria acuta), daripada ikan tembang. Meski begitu, kedua jenis
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma), ikan ini tergolong ikan karnivora yang pakan
selar kuning (Selaroides leptolepis), selar komo utamanya adalah ikan teri nasi. Hal ini berbeda
(Atule mate), dan tembang (Sardinella fimbriata). dengan hasil penelitian Asriyana et al. (2010) -
22
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

yang menyatakan bahwa makanan utama ikan umur ikan, tempat, musim, kondisi lingkungan
japuh adalah plankton jenis Bacillariophyceae. dan kompetisi yang terjadi di suatu perairan.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan
Tabel 1 Klasifikasi 6 jenis ikan pelagis yang diteliti
Jenis ikan
Klasifikasi Kembung
Selar Bentong Selar kuning Selar komo Japuh Tembang
perempuan
Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Perciformes Clupeiformes
Family Carangidae Scombridae Clupeidae
Genus Selar Selaroides Atule Rastelliger Dussumieria Sardinela
Species Selar Selaroides Atule mate Rastrelliger Dussumieria Sardinella
crumenophthal leptolepis brachysoma acuta fimbriata
mus

(e)
(a)

(f)
(b)

Gambar 2 Jenis ikan yang diteliti


Keterangan : (a) ikan selar bentong, (b) ikan
japuh, (c) ikan kembung perempuan, (d) ikan
selar kuning, (e) ikan selar komo, (f) ikan
tembang.

Occurrence of fishes
(c) Penelitian berlangsung selama enam bulan
pada tiga lokasi yang berbeda. Berdasarkan kurun
waktu tersebut, ikan yang didapatkan di lapangan
tidak menentu baik jenis maupun jumlahnya. Hal
ini diduga karena perbedaan alat tangkap, daerah
penangkapan ikan, dan kondisi cuaca yang terus
berubah. Ketiga hal ini menjadi faktor yang
menyebabkan ketidakpastian dalam
(d) tertangkapnya ikan sebagai sumberdaya yang
dinamis.

23
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Roughgarden dan Smith in Sethi et al para nelayan andun akan kembali ke daerah
(2003) menyatakan bahwa sumber dari masing-masing sehingga tidak melaut hingga
ketidakpastian dalam perikanan ada tiga, antara jangka waktu yang tidak tentu. Adanya tradisi
lain: (1) variabilitas lingkungan yang andun mengindikasikan wilayah pesisir yang
mempengaruhi pertumbuhan stok ikan, (2) bias terbatas sumberdaya alamnya. Bagi nelayan
pendugaan stok, dan (3) implemetasi kuota pantai Utara Provinsi Jawa Barat, andun menjadi
penangkapan yang tidak akurat. Dalam penelitian salah satu strategi yang dilakukan karena
ini ketidakpastian kejadian tertangkapnya keterbatasan ukuran perahu dan jangkauan
sumberdaya ikan pelagis kecil sangat dipengaruhi wilayah tangkap (Prihandoko et al. 2012).
oleh alasan yang pertama, yakni variabilitas Bulan Agustus menjadi bulan dengan
lingkungan. Selain faktor yang disebabkan oleh jumlah dan jenis ikan paling sedikit dibandingkan
kondisi alam, ketidakpastian penangkapan ikan dengan bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh
juga dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi cuaca yang buruk ditandai dengan angin timur
masyarakat pesisir khususnya nelayan yang dan arus laut yang kencang. Kondisi ini
berdampak pada pola penangkapan ikan oleh mempengaruhi pola penangkapan di perairan
nelayan. Utara Jawa Barat yang fishing groundnya adalah
Bulan April 2017 pengambilan sampel laut terbuka yakni Laut Jawa. Sementara untuk
dilaksanakan hanya di dua titik lokasi yaitu PPI perairan Utara Banten, hambatan yang terjadi
Blanakan, Subang dan PPP Eretan, Indramayu. adalah adanya konflik antara nelayan Karangantu
Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut dengan nelayan Kepulauan Seribu. Hal ini terkait
direncanakan pengambilan sampel dilakukan dengan perebutan fishing ground untuk nelayan
sebagai penelitian pendahuluan. Pengamatan juga bagan asal Karangantu yang dianggap tidak
dilaksanakan di PPN Karangantu, namun hanya ramah lingkungan oleh nelayan Kepulauan
sebatas survei lokasi tanpa adanya pengambilan Seribu. Konflik antar masyarakat nelayan
contoh. Penelitian pendahuluan dan survei lokasi biasanya terkait dengan perselisihan penggunaan
bertujuan untuk menentukan jenis ikan pelagis alat tangkap ikan (Nulhaqin et al. 2017). Dalam
kecil yang akan dijadikan objek penelitian mulai kasus ini diperoleh informasi nelayan Kepluauan
bulan berikutnya. Kemudian, pada bulan Mei Seribu banyak yang sudah memasang alat bantu
didapatkan keenam jenis ikan pada tiga lokasi penangkapan ikan yaitu rumpon di perairan Utara
pengambilan contoh dengan jumlah total ikan Jakarta, namun sumberdaya ikan pelagis kecil
paling tinggi dibandingkan bulan yang lain. justru tertangkap oleh nelayan bagan yang berasal
Memasuki bulan Juni, tidak didapatkan ikan dari Karangantu. Akibat konflik tersebut, ikan-
selar bentong dan selar komo di lapangan karena ikan yang tertangkap pada bulan ini hanya ikan
mulai berkurangnya jumlah trip yang dilakukan yang berasal dari alat tangkap pancing atau jaring
oleh kapal-kapal. Selain karena bulan puasa, gillnet.
diperoleh informasi bahwa pengaruh bulan terang Bulan September dilakukan pengambilan
dan gelap di masing-masing lokasi penelitian contoh terakhir dengan jumlah ikan yang
berbeda tergantung pada jenis alat tangkap dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal
armada yang beroperasi. Meskipun masih dalam ini menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan
daerah penangkapan ikan yang sama (WPP 712), sudah kembali berjalan normal meskipun jumlah
alat tangkap yang dominan untuk ikan pelagis ikannya cukup sedikit. Hal ini diduga karena
kecil di perairan Provinsi Banten dan Jawa Barat faktor alam yang masih mempengaruhi
sangat berbeda. Jenis alat tangkap bagan yang ketersediaan stok yang ada di alam. Faktor alam
dominan untuk ikan pelagis kecil di Banten tidak yang dimaksud adalah angin kering yang
akan melaut 6-10 hari lamanya saat terang bulan. menyebabkan arus perairan kencang. Menurut
Sementara di Subang dan Indramayu jenis alat hasil penelitian Kurnia et al. (2015), diketahui
tangkap yang dominan yakni pukat cincin akan bahwa arus perairan yang terlalu kencang
libur selama satu minggu pada pertengahan bulan menyebabkan ikan tidak betah tinggal lama pada
menurut kalender Jawa atau Hijriyah. catchable area. Arus yang terlalu kencang juga
Selanjutnya ikan-ikan yang didapatkan pada membuat distribusi cahaya yang masuk ke
bulan Juli antara lain ikan japuh, kembung perairan menjadi terpecah serta menghambat
perempuan, selar kuning, selar komo dan proses pengangkatan jaring, sehingga hasil
tembang. Pada bulan ini, jumlah ikan yang tangkapan berkurang. Arus perairan sendiri
diambil juga menurun dibandingkan bulan Mei merupakan variabel dinamis yang erat kaitannya
diakibatkan oleh berkurangnya jumlah trip oleh dengan iklim lautan (Keith 2013).
kapal pukat cincin di perairan Utara Jawa Barat.
Kapal pukat cincin yang biasanya mendarat di
PPI Blanakan, Subang dan PPP Eretan Indramayu
pada umumnya adalah milik nelayan andun yang
berasal dari Jawa Tengah. Ketika musim lebaran,
24
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan pelagis ELEFAN I. Sedangkan umur ikan saat panjang
kecil sama dengan nol (t0) diduga menggunakan
Parameter pertumbuhan lain yang terkait persamaan Pauly (1984). Parameter ini
dengan ukuran panjang ikan yaitu koefisien selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan (K) dan panjang asimptotik (L mortalitas dan laju eksploitasi dari masing-
infinity) diduga menggunakan program FISAT masing spesies ikan yang digambarkan pada
(FAO-ICLARM Stock Assesment) dengan metode Tabel 3.
Tabel 2 Jumlah dan jenis ikan contoh
Waktu pengamatan
Jenis ikan Total
April Mei Juni Juli Agustus September
Selar bentong 64 99 4 37 204
Japuh 33 36 85 4 158
Kembung perempuan 89 90 30 39 39 287
Selar 63 60 40 49 212
Selar komo 43 85 41 32 201
Tembang 71 186 110 107 66 540
Total 178 555 296 303 75 195 1602
Keterangan: : terdapat sampel ikan :tidak terdapat sampel ikan

Tabel 3 Parameter biologi dan laju eksploitasi


Jenis ikan
Parameter Selar Kembung Selar Selar
Japuh Tembang
bentong perempuan kuning komo
L∞ (cm) 23,10 18,59 25,83 16,28 28,67 18,17
Lm50 (cm) 0,73 0,76 0,57 1,90 0,41 0,72
K (per tahun) -0,76 -0,78 -0,96 -0,31 -1.31 -0,83
t0 (tahun) 0,68 0,74 0,56 1,40 0,44 0,72
M (mortalitas alami) 1,58 1,95 0,94 3,17 0,36 1,69
F (mortalitas tangkap) 2,26 2,69 1,50 4,57 0,79 2,41
Z (mortalitas total) 69,94 72,49 62,77 69,35 44,81 70,15
E (laju eksploitasi) 23,10 18,59 25,83 16,28 28,67 18,17

Parameter pertumbuhan diantaranya kembung, selar kuning, selar komo, dan tembang
panjang maksimum teoritis (L∞) diperoleh nilai adalah sebesar 85%, 79%, 95%, 94%, 98% dan
yang selalu lebih besar dibandingkan dengan 87%. Kondisi ini menunjukkan bahwa ikan-ikan
panjang total ikan yang didaratkan pada 3 lokasi yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum
pelabuhan di perairan Utara Jawa. Koefisien matang gonad. Ikan yang ditangkap sebelum
pertumbuhan (K) ikan menunjukkan seberapa sempat tumbuh mencapai ukuran dengan
cepat ikan mampu mencapai L∞, dengan nilai peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan
terbesar yakni pada ikan selar kuning dan nilai mengindikasikan terjadinya growth overfishing.
terkecil pada ikan selar komo. Meskipun Widodo dan Suadi (2006) menyatakan salah satu
merupakan jenis ikan dari kelompok yang sama ciri yang dapat menjadi patokan suatu perikanan
(scads), keduanya memiliki karakteristik biologi sedang menuju kondisi tangkap lebih adalah
yang sangat berbeda. Ikan selar yang ditangkap ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil.
ada pada kisaran panjang 8,9-16 cm sedangkan Mortalitas alami ikan selar kuningpun jauh
ikan selar komo pada kisaran 11,7 – 27,4 cm. lebih tinggi dibandingkan dengan ikan selar
Ukuran panjang ikan ini menunjukkan bahwa komo, meski keduanya memiliki nilai mortalitas
ikan selar komo bisa mencapai ukuran yang tangkap yang tidak jauh berbeda. Menurut
hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan Sharfina (2014), ikan selar kuning yang memiliki
ikan selar kuning. nilai mortalitas alami lebih tinggi diduga
Jika dilihat dari panjang rata-rata dan dipengaruhi oleh nilai K yang tinggi pula
panjang minimumnya, sebagian besar ikan yang sehingga ikan tersebut lebih cepat mencapai L∞
tertangkap memiliki ukuran panjang yang lebih dan lebih cepat mati. Hasil analisis mortalitas
kecil dibandingkan dengan ukuran pertama kali diperoleh laju eksploitasi paling tinggi yakni pada
matang gonad. Dari jumlah N total masing- ikan japuh, tembang, dan selar kuning.
masing jenis ikan, diketahui persentase ikan Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui tingkat
dengan ukuran panjang kurang dari Lm50 eksploitasi empat jenis ikan selain ikan selar
berturut-turut dari ikan selar bentong, japuh, komo telah melebihi angka maksimum lestari—
25
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Alat penangkapan ikan dominan tertangkap oleh kapal pukat cincin.


Terdapat perbedaan karakteristik antara Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
aktivitas penangkapan di perairan Utara Jawa jenis alat tangkap yang beroperasi di PPP
daerah Banten dengan Jawa khususnya terkait Karangantu, Banten lebih beranekaragam. Dari
dengan alat tangkap yang digunakan. Selama jenis 9 jenis alat tangkap yang ada, sebanyak 8
pengamatan di lapangan berlangsung, diperoleh jenis alat tangkap digunakan untuk menangkap
informasi bahwa ikan pelagis kecil yang ikan pelagis kecil. Jaring dogol dan bagan apung
didaratkan di PPN Karangantu, Banten sebagian menangkap 9 jenis ikan sekaligus. Bagan tancap,
besar merupakan hasil tangkapan kapal bagan. pancing, jaring rampus menangkap 8 jenis ikan,
Sementara itu ikan-ikan pelagis kecil di PPI sedangkan jaring payang dan sero menangkap 4
Blanakan, Subang dan PPP Eretan, Indramayu jenis ikan.

Tabel 4 Jenis alat penangkapan ikan yang beroperasi di 3 lokasi


Alat tangkap yang beroperasi
Banten
Banten Subang
Nama dan
Ikan Jaring Bagan Bagan Jaring Pukat Jaring
Pancing Jaring Sero
Dogol apung tancap payang cincin rampus
(hooks & insang (guiding
(danish (boat life (stationary (included (purse (trammel
lines) (gill net) barrier)
seine) net) life net) lampara) seine) net)
Japuh √ √ √ - - - √ - -
Layang √ √ - √ - - - √ √
Lemuru √ √ √ √ √ - - √ √
Kembung √ √ √ √ √ √ √ √ √
Selar √ √ √ √ √ √ √ √ √
Siro √ √ √ √ - - - - √
Tembang √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tenggiri √ √ √ √ √ √ - √ √
Tetengkek √ √ √ √ √ - - - √
Bawal - - - - √ - - √ -
Keterangan: √ = tertangkap - = tidak tertangkap
PPN Karangantu, Banten PPI Blanakan, Subang
Alat Tangkap IK Alat Tangkap IK
jaring insang (gill net) 5,74 pukat cincin (purse seine) 27,66
jaring dogol (danish seine) 2,74 jaring rampus (trammel net) 7,06
bagan apung (boat life net) 52,21 jaring nylon 2,99
bagan tancap (stationary life net) 4,22 pancing 1,75
jaring payang (included lampara) 4,57
pancing (hook & lines) 28,01
jaring rampus (trammel net) 23,37
sero (guiding barrier) 29,16

Hasil wawancara dengan beberapa jaring insang dan bagan yang digunakan di
pemangku kepentingan seperti enumerator, bakul, perairan Teluk Banten tergolong tidak selektif.
dan pegawai pelabuhan diperoleh informasi Selektivitas alat tangkap juga mempengaruhi
bahwa ikan-ikan yang didaratkan di PPN komposisi hasil tangkapan dan ukuran ikan yang
Karangantu sebagian besar adalah hasil dari kapal tertangkap. Hasil penelitian Apriani et al. (2013) )
bagan. Kapal bagan pada umumnya melakukan juga menyatakan bahwa jenis jaring silir yang
one day fishing yang berarti lama trip melaut masuk dalam kelompok jaring insang merupakan
hanya sehari semalam. Ikan-ikan yang didapat alat tangkap yang kurang selektif dengan 53%
dari kapal bagan kebanyakan berukuran kecil Hasil Tangkapan Utama (HTU) dan 57% hasil
namun dengan biomassa besar. Hasil penelitian tangkapan sampingan (bycatch).
Triramdani (2014) menyatakan, alat tangkap
26
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Selanjutnya karakteristik perikanan di PPI Kerentanan alat tangkap


Blanakan, Subang dan PPP Eretan, Indramayu Berbagai jenis alat tangkap digunakan
sebenarnya memiliki kemiripan dari segi alat untuk memaksimalkan hasil tangkapan termasuk
tangkap yang beroperasi. Namun, terbatasnya pada sumberdaya ikan pelagis kecil. Bahkan,
data mengenai jumlah dan jenis ikan yang pada satu jenis alat tangkap dapat ditemui ukuran
tertangkap dari alat tangkap di PPP Eretan mata jaring yang berbeda, yang bisa
menjadi kendala sehingga tidak ditampilkan pada mempengaruhi komposisi jenis serta ukuran ikan
Tabel (7). Alat tangkap purse seine memang yang ditangkap. Hal ini menyebabkan stok ikan
banyak digunakan di perairan utara Jawa seperti yang ada di alam menurun karena mengalami
Cirebon, Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, tekanan penangkapan. Pada kondisi demikian,
Juwana, Muncar sampai Pantai Selatan seperti sumberdaya ikan dapat dinyatakan rentan.
Cilacap dan Prigi. Alat tangkap purse seine Kerentanan alat tangkap merupakan hasil
disebut juga dengan ‘kursin, jaring kolor, pukat kali dari kerentanan intrinsik spesies dengan
cincin, janggutan dan jaring slerek’. Selanjutnya, dengan jumlah tangkapan per jenis alat tangkap.
penggunaan alat tangkap pukat cincin Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa alat
berkembang pesat terutama di sepanjang pantai tangkap bagan apung memiliki nilai indeks
Utara Jawa (Subani dan Barus 1989). Perbedaan kerentanan paling tinggi yaitu sebesar 52,21 dan
jenis alat tangkap yang digunakan berpengaruh dikategorikan sebagai rentan tinggi. Jika
terhadap durasi atau lamanya trip melaut. Kapal- dikaitkan dengan Tabel 13, dapat dilihat bahwa
kapal purse seine yang bersandar di kedua tempat bagan apung mampu menangkap 9 jenis ikan
baik Blanakan maupun Eretan pada umumnya sekaligus. Sama halnya dengan jaring dogol yang
melaut selama 3-7 hari. mampu menangkap 9 jenis ikan, namun biomassa
Tabel 5 menunjukkan bahwa pukat cincin hasil tangkapan kapal bagan apung bernilai jauh
mampu menangkap 7 jenis ikan. Sedangkan pukat lebih tinggi dibandingkan jaring dogol. Hasil
cincin mini dan jaring nylon masing-masing penelitian Yuda et al. (2012) menyebutkan bahwa
menangkap 4 dan 1 jenis ikan saja. Sementara itu, bagan merupakan alat tangkap yang kurang
hasil penelitian Destilawaty (2012) menunjukkan selektif. Pengoperasian alat tangkap yang kurang
alat tangkap yang berkembang untuk perikanan selektif akan mempengaruhi kualitas ekosistem
pelagis kecil di TPI Blanakan Subang selain dan potensial menyebabkan over fishing dalam
pukat cincin adalah cantrang, jaring udang, jaring jangka pendek maupun jangka panjang
bondet, jaring tegur, dan jaring sotong. Meski (Yonvitner et al. 2017).
begitu, diduga ikan-ikan pelagis kecil yang Alat tangkap lain dengan nilai indeks
tertangkap dari alat tangkap selain pukat cincin kerentanan pada kisaran 20-40 seperti pancing,
tersebut merupakan by catch atau hasil tangkapan sero, pukat cincin, pukat cincin mini, dan jaring
sampingan. rampus (Karangantu, Banten) dikategorikan
Baik di Banten maupun Tegal terdapat alat sebagai rentan sedang. Hal ini dikarenakan
tangkap yang sama-sama digunakan untuk beberapa alat tangkap ini masih selektif dalam
menangkap ikan pelagis kecil yakni jaring insang menangkap ikan yang berukuran lebih besar
(gill net). Jaring insang adalah alat penangkap dibandingkan bagan. Seperti yang telah diatur
ikan dari jaring yang berbentuk empat persedi dalam Peraturan Menteri Kelautan Perikanan
panjang dengan ukuran mata jaring yang sama. Nomor 71 tahun 2016 tentang Jalur Penangkapan
Jaring insang biasanya dioperasikan di Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan,
permukaan atau kolom perairan, maupun di dasar alat tangkap ikan pada kategori sedang ini
perairan dengan cara dibiarkan hanyut atau memiliki ukuran bukaan mata jaring (mesh size)
dipasang secara menetap. Berdasarkan yang jauh lebih besar dibandingkan bagan
konstruksinya, jaring insang dikelompokkan berperahu. Hal ini berpengaruh nyata terhadap
menjadi jaring indang satu lapis, dua lapis atau ukuran ikan yang tertangkap dan biomassa hasil
‘lapdu’, dan tiga lapis atau trammel net (Diniah tangkapan yang diperoleh.
2008). Khusus di PPP Karangantu, Banten dan Penelitian Lloret and Font (2013) yang
PPI Blanakan, Subang jenis jaring insang lain membandingkan kerentanan intrinsik alat tangkap
yang juga beroperasi adalah trammel net. Jaring jaring rampus (trammel net), jaring insang (gill
insang tidak hanya digunakan di perairan Utara net), pancing (long line) menyatakan bahwa alat
Jawa saja tetapi juga di perairan Selatan Jawa, tangkap dengan indeks kerentanan tertinggi yaitu
misalnya di wilayah Palabuhanratu, Jawa Barat pancing (long line). Namun, sejalan dengan hasil
dan Labuan, Banten. Penelitian Sarasati (2017) penelitian ini, ketiga alat tangkap tersebut
menyatakan bahwa tiga jenis ikan Rastrelliger menunjukkan angka kurang dari 60 sehingga
spp. di perairan Selat Sunda ditangkap masih tergolong rentan sedang. Di pesisir
menggunakan jaring insang. Mediterania, jumlah jenis ikan yang paling tinggi
justru ditangkap menggunakan jaring rampus dan-

27
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Padahal, jaring rampus di perairan Utara Jawa Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah
mampu menangkap 8 jenis ikan dari kelompok Pengelolaan Perikanan Negara Republik
ikan pelagis kecil saja. Hal ini mengindikasikan Indonesia. Jakarta (ID): KKP.
perbedaan karakteristik perikanan tangkap di [KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2016.
perairan subtropis dan tropis, di mana pada Keputusan Menteri Kelautan Perikanan
perairan tropis alat tangkap yang digunakan lebih Nomor 79 Tahun 2016 tentang Rencana
beragam. Menurut Wiyono dan Wahju (2006), Pengelolaan Perikanan Wilayah
perikanan multi spesies dan multigear di perairan Pengelolaan Perikanan Negara Republik
tropis merupakan karakteristik perikanan skala Indonesia 712. Jakarta (ID): KKP.
kecil. [PKSPL IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
Terakhir, alat penangkapan ikan dengan dan Lautan Institut Pertanian Bogor. 2011.
nilai indeks kerentanan di bawah 20 seperti jaring Keragaan Pendekatan Ekosistem Dalam
insang, dogol, payang, bagan tancap, jaring Pengelolaan Perikanan (Ecosystem
rampus, jaring nylon, dan pancing (Blanakan, Approach to Fisheries Management) di
Subang) dikategorikan sebagai rentan rendah. Hal Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.
ini bisa disebabkan oleh biomassa hasil tangkapan Jakarta (ID).
yang rendah karena jumlah alat tangkap yang Apriani, Irnamawati R, Susanto A. 2013.
beroperasi juga tidak banyak. Dogol sebagai salah Komposisi hasil tangkapan jaring silir yang
satu alat tangkap yang dilarang kini sudah tidak berbasis di PPN Karangantu Kota Serang
lagi beroperasi di PPN Karangantu. Data produksi Provinsi Banten. Ilmu Pertanian dan
tahunan menunjukkan hasil tangkapan ikan Perikanan. 2(2): 149-156.
pelagis dari alat tangkap dogol terakhir pada Asriyana, MF Raharjdo, ES Kartamihardja, DF
tahun 2015. Selain itu, jenis ikan yang tertangkap Lumban Batu. 2010. Makanan Ikan Japuh,
oleh alat tangkap payang, jaring nylon, dan gillnet Dussumieria acuta Valenciennes 1847
diketahui berjumlah lebih sedikit dibandingkan (Famili: Clupeidae) di Perairan Teluk
alat tangkap yang lain. Hal ini berarti alat tangkap Kendari. Iktiologi Indonesia. 10(1): 93-99,
payang, jaring nylon dan jaring insang lebih 2010.
selektif dibandingkan alat tangkap lainnya. Astles KL, MG Holloway, A Steffe, M Green, C
Ganassin, PJ Gibbs. 2006. An ecological
KESIMPULAN method for qualitative risk assessment and
Kesimpulan its use in the management of fisheries in
Berdasarkan parameter biologis masing- New South Wales, Australia. Fisheries
masing ikan diketahui ikan japuh (Dussumieria Research. 82 (2006) 290–303.
acuta), tembang (Sardinella fimbriata), dan selar Atmaja SB. 2002. Dinamika Perikanan Purse
kuning (Selaroides leptolepis) memiliki laju Seine di Laut Jawa dan Sekitarnya [thesis].
eksploitasi tinggi kurang lebih 70%. Selain itu, Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
ikan-ikan yang tertangkap dari jenis ini memiliki Cheung WL. 2007. Vulnerability of Marine
ukuran pertama kali matang gonad yang lebih Fishes to Fishing from Global Overview to
rendah yang menandakan adanya tekanan baik The Northen South China Sea [thesis].
dari alam maupun akibat faktor penangkapan. Hal Columbia (US): The University of British
ini didukung dengan hasil perhitungan indeks Columbia.
kerentanan alat tangkap bagan yang menunjukkan Destilawaty. 2012. Model Pengelolaan Perikanan
nilai terbesar dan tergolong sebagai rentan tinggi. Pelagis Kecil dan Demersal Berbasis
Ekologi-Ekonomi di Pantai Utara Blanakan,
Saran Subang, Jawa Barat [thesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Penelitian selanjutnya diharapkan Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap.
menggunakan data pendaratan ikan yang Bogor. Makaira. 62 hlm.
dikumpulkan secara mandiri, karena terdapat Idris D. 2014. Strategi Peningkatan Peran Sektor
kelemahan pada data produksi tahunan yang Perikanan Terhadap Perekonomian
didapatkan dari salah satu lokasi. Wilayah Provinsi Banten [thesis]. Bogor
Pengelompokan jenis ikan berdasarkan alat (ID): Institut Pertanian Bogor.
tangkap yang beroperasi juga kurang spesifik Keith B. 2013. Climate and Current
sehingga menjadi kendala dalam pengolahan data Anthropogenic Impacts on Fisheries.
sehingga diperoleh hasil yang kurang akurat. Climate Change. 119(1), 9-21.
Kurnia M, Sudirman, Alfa N. 2015. Studi Pola
DAFTAR PUSTAKA Kedatangan Ikan pada Area Penangkapan
[KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2011. Bagan Perahu dengan Teknologi
Keputusan Menteri Kelautan Perikanan Hidroakustik. IPTEKS PSP. Vol.2 (3) April
Nomor 45 Tahun 2011 tentang Estimasi 2015: 261-271.
28
Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, Juni 2018, Volume 2 Nomor 1

Lloret J and T Font. A Comparative Analysis Perikanan .Vol. 8. No. 1.


Between recreational and Artisanal Triramdani N. 2014. Kerentanan Stok Ikan
Fisheries in a Mediteranian Coastal Area. yang DIdaratkan di Pelabuhan Perikanan
Fisheries Management and Ecology. 2013, Nusantara (PPN) Karangantu, Banten
20, 1480160. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Nelson JS. 1984. Fishes of the world. New York Bogor.
(US): John Wiley . Udupa KS. 1986. Statistical method of
Nulhaqin SA, Maulana I, Wandi A. 2017. Konflik estimating the size at first maturity of
pada Masyarakat Nelayan Pantai Utara Jawa fishes. Fishbyte. 4 (2):8-10.
Barat (Studi Kasus : Di Desa Eretan Wetan Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta
Indramayu). Prosiding KS : KS & PKM. (ID): Gadjah Mada University Press.
Bandung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Wiyono ES dan Wahju RI. 2006. Perhitungan
Kelautan. Universitas Padjajaran. Hlm.1-40. Kapasitas Penangkapan (Fishing
Prihandoko S, Amri J, Darwis SG, I Gusti PP, Capacity) pada Perikanan Skala Kecil
Luky A, Iwan T. 2012. Kondisi Sosial Pantai. Suatu Penelitian Pendahuluan.
Ekonomi Nelayan Artisanal di Pantai Utara Prosiding Seminar Nasional Perikanan
Provinsi Jawa Barat. Pernyuluhan. Vol 8 No Tangkap. Bogor. Departemen
1: 82-91. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Tropical Waters: A Manual For Use With Institut Pertanian Bogor. Hlm.381-389.
Programmable Calculators. ICLARM Yuda LK, Iriana DA, Khan AMA. 2012. Tingkat
Studies and Review 8. ICLARM Manila. Keramahan Lingkungan Alat Tangkap
Filiphina. 325 hlm. Bagan di Perairan Palabuhanratu,
Sarasati W. 2017. Dinamika Populasi dan Biologi Kabupaten Sukabumi. Perikanan dan
Reproduksi Multispesies Ikan Kembung Kelautan. 3 (3):7-13.
(Rastrelliger faughni, R. kanagurta, R. Yonvitner, Setyobudiandi I, Apriansyah, Hidayat
branchysoma) di Perairan Selat Sunda DR. 2017. Tropical Eel: Vulnerability
[thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Approach untuk Pengelolaan Berkelanjutan.
Bogor. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis. Vol
Sethi SA. 2010. Risk Management for Fisheries. 1, No 1. Hal 41-50.
Fish and Fisheries. 11: 341-365.
Sharfina M. 2014. Dinamika Populasi dan Biologi
Reproduksi Ikan Selar Kuning (Selaroides
leptolepis) di Perairan Selat Sunda
[thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sparre P. dan Venema SC. 1999. Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku e-
manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama
Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-
Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan
Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta. 438 hlm.
Subani W, HR Barus. 1989. Alat Penangkapan
Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi
Khusus Jumal Penelitian Perikanan Laut.
Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta. 248 hlm.
Suyasa I N, MFA Sondita, VPH Nikijuluw, DR
Monintja. 2007. Status Sumberdaya Ikan
Pelagis Kecil dan Faktor Penentu Efisiensi
Usaha Perikanan di Pantai Utara Jawa.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Vol
XVI No 2.
Triarso I. 2012. Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap
di Pantura Jawa Tengah. Saintek
29

You might also like