Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.

1 ;37-45

KECERNAAN LEMAK KASAR DAN TDN (Total Digestible Nutrient)


RANSUM YANG MENGANDUNG PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT
DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGIS DAN
KOMBINASINYA PADA DOMBA

(Crude Fat Digestibility and TDN (Total Digestible Nutrient) of Diet Containing Oil Palm
Frond Treated by Physical, Chemical, Biological and Their Combination on Sheep)

Mastopan1, Ma’ruf Tafsin2 dan Nevy Diana Hanafi2


1. Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara
2. Staf Pengajar Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research aims to examine the digestibility of oil palm frond treated by physical, chemical,
biological and their combination of crude fat digestibility and TDN on sheep. The research was conducted at
Livestock Biology Laboratory, of Animal Science Field Study, Agriculture Faculty, USU, Medan started from
June - Augt 2013, using completely randomize designs with four treatments and four replications. Sixteen
growing local sheep with initial body weight 10 + 1,16 kg were used in this experiment. The experiment were:
P0 (concentrate + oil palm frond be treated a physical); P1 (concentrate + oil palm frond be treated a
biological); P2 (concentrate + oil palm frond be treated a chemical) and P3 (concentrate + oil palm frond be
treated a combination). The variables were measured consist of crude fat digestibility and TDN. The result of
this research showed digestibility of diet containing oil palm frond with treatment physical, chemical, biological
and combination on sheep were significantly different (P<0,01) on crude fat digestibility, but were not
significanly different (P>0,05) on TDN. It is concluded that biological treatment showed lower crude fat
digestibility than other treatments, but not affect to TDN.

Keywords: oil palm frond, chemical, biological, digestibility and TDN.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ransum yang mengandung pelepah daun kelapa
sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya terhadap kecernaan lemak kasar dan TDN pada
domba. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
USU, Medan dimulai dari bulan Juni – Agustus 2013, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan empat ulangan. Domba lokal jantan sebanyak 16 ekor dengan rataan bobot badan awal 10
± 1,16 kg. Perlakuan diuji meliputi: P0 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara fisik); P1 (konsentrat +
pelepah kelapa sawit diolah secara biologi); P2 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kimia); P3
(konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kombinasi). Parameter yang diamati adalah konsumsi lemak
kasar, kecernaan lemak kasar dan TDN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang mengandung
pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya pada domba adalah berbeda
sangat nyata (P < 0,01) terhadap kecernaan lemak kasar, tetapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap
parameter yaitu Total Digestible Nutrient (TDN). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah perlakuan biologi
menurunkan kecernaan lemak kasar, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap TDN ransum.

Kata kunci: Pelepah daun kelapa sawit, kimia, biologis, kecernaan dan TDN.

37
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

PENDAHULUAN

Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dapat memenuhi
kebutuhan sumber protein asal hewani pada manusia. Untuk meningkatkan produksi daging
domba pada masyarakat maka perlu perbaikan dalam manajemen pakan.
Kekurangan akan sumber pakan menjadi masalah yang besar pada ternak domba.
Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan akan sumber pakan adalah dengan cara
memanfaatkan limbah pertanian yang ada. Limbah pertanian yang dipilih untuk dijadikan
sebagai bahan pakan untuk ternak tersebut harus disukai ternak, tidak beracun, tersedia dalam
jumlah banyak, murah, tersedia sepanjang tahun dan tidak bersaing dengan manusia. Pelepah
daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia
khususnya ternak domba di Sumatera Utara.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu limbah perkebunan kelapa sawit,
dimana keberadaannya cukup tersedia melimpah sepanjang tahun di Indonesia khususnya
Sumatera Utara. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,1 juta ha
dengan tahun 2008 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Sumatera Utara sendiri pada
tahun 2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 ha. Hasil analisis Laboratorium
Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas Sumatera Utara (2009) menunjukkan bahwa
pelepah dan daun kelapa sawit mengandung serat kasar 32,55 %, protein kasar 6,50 %, lemak
4,47 % dan TDN 56 %. Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan limbah perkebunan
kelapa sawit seperti pelepah dan daun. Kelapa sawit adalah tingginya kandungan serat kasar
dan rendahnya nilai protein sehingga kecernaannya menjadi rendah. Upaya yang dapat
diupayakan mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan pengolahan pakan secara
fisik, kimia, dan biologis.
Pelepah daun kelapa sawit tergolong bahan pakan yang mempunyai kandungan
protein kasar yang rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum digunakan sebagai pakan
ternak sehingga memberikan nilai tambah yakni menambah pakan dan mengurangi
penggunaan hijauan lapangan yang semakin sulit diperoleh dilingkungan serta menambah
nilai bagi petani. Hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat
menambah persediaan bahan makanan ternak.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui penggunaan pelepah daun sawit
dengan berbagai perlakuan (fisik, kimia, biologis dan kombinasi) terhadap kecernaan lemak
kasar dan TDN pada domba.
38
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan


Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Berlangsung selama 2 bulan mulai
bulan Juni sampai Agustus 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain: Domba lokal jantan lepas sapih sebanyak 16 ekor.
Bahan pakan yang diberikan terdiri atas: Pelepah daun kelapa sawit dan Aspergillus niger
sebagai fermentor serta konsentrat terdiri atas: Bungkil inti sawit, dedak padi, tepung jagung,
molasses, urea, mineral mix dan garam. Bahan pakan difermentasikan dengan Aspergillus
niger dan bahan pakan diamoniasi dengan urea. Obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen),
anti bloat untuk obat gembung, desinfektan (Rhodallon), vitamin dan air minum.
Alat yang digunakan antara lain: Kandang terdiri atas kandang individu 16 unit
dengan ukuran 1 x 1 m2 beserta perlengkapannya, ember sebanyak 16 buah tempat pakan dan
16 buah tempat minum, timbangan untuk berkapasitas 150 kg dengan kepekaan 50 g,
timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g, terpal plastik untuk menjemur bahan
pakan, goni plastik sebagai tempat pakan, alat penerangan, grinder, alat tulis, alat pembersih
kandang dan themometer.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah :
P0: Ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chooper)
P1: P0 + Aspergilus niger (biologis)
P2: P0 + amoniasi (kimiawi)
P3: P0 + Aspergillus niger + amoniasi
Metode linier rancangan percobaan yang digunakan menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + Єij
Keterangan:
I = 1,2…. Perlakuan.
j = 1,2….. Ulangan.
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ = Nilai tengah umum.

39
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.


Єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Pakan yang digunakan merupakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit dengan
Aspergillus niger, amoniasi pelepah daun kelapa sawit dengan urea dan konsentrat berupa
bungkil inti sawit, dedak padi, tepung jagung, molasses, urea, mineral mix dan garam.
Adapun susunan ransum komplit dan kandungan beberapa nutrisi dalam ransum yang
disusun dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Susunan komposisi ransum komplit penelitian
Komposisi bahan pakan
Kandungan nutrisi bahan
P0 P1 P2 P3
Pelepah (fisik) 50 0 0 0
Pelepah (biologi) 0 50 0 0
Pelepah (amoniasi) 0 0 50 0
Pelepah (kombinasi) 0 0 0 50
Tepung jagung 7.5 7.5 7.5 7.5
Bungkil inti sawit 20.5 20.5 20.5 20.5
Dedak padi 16 16 16 16
Molasses 4 4 4 4
Garam 0.5 0.5 0.5 0.5
Mineral 0.5 0.5 0.5 0.5
Urea 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
Nutrisi
Protein Kasar (PK) 11.36 15.11 12.47 15.05
Serat Kasar (SK) 22.87 20.33 20.94 19.98
Lemak Kasar (LK) 4.39 4.46 4.31 4.32

Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan limbah berupa pelepah daun kelapa
sawit sebagai bahan pakan. Pelepah daun kelapa sawit dirajang menggunakan alat pencincang
(chopper). Selanjutnya dilakukan penjemuran dengan sinar matahari.
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan bahan pakan
dimana bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat
penyusun dinding sel serta dapat juga digunakan dalam pengawetan dan menghilangkan
kandungan antinutrisi bahan dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis
(Hungata, 1966).

40
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang
diperoleh dianalisis dengan ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
(Steel dan Torrie, 1993).

Parameter Penelitian
Konsumsi (Lemak kasar dan TDN)
Konsumsi lemak kasar dan TDN diukur dengan mengalikan konsumsi ransum
dengan kandungan lemak kasar dan TDN yang diperoleh dari data analisis di laboratorium.
Periode pengukuran dilakukan selama satu minggu.
Kecernaan Lemak Kasar (KcLK)
Kecernaan lemak kasar dapat diukur dengan menghitung berdasarkan
rumus: KcLk = (LK Konsumsi –LK dari feses) x 100%
LK konsumsi
Konsumsi dan pengeluaran feses (LK) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama
periode koleksi yaitu satu minggu.
Total Digestible Nutrient (TDN)
Total Digestible Nutrient (TDN) dapat diukur dengan menghitung berdasarkan rumus:
TDN = %PK DD + %SK DD + %BETN DD + (2,25 x %LK)
Ket= DD (Dapat Dicerna) (Hardjosubroto dan Astuti, 1993).
Konsumsi dan pengeluaran feses (TDN) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama
periode koleksi yaitu selama satu minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi hasil penelitian dari kecernaan lemak kasar dan TDN (Total Digestible
Nutrient) ransum yang mengandung pelepah daun pelepah daun kelapa sawit dengan
perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya pada domba dapat dilihat pada Tabel 2.
Rekapitulasi hasil penelitian diperoleh bahwa kecernaan lemak kasar tertinggi
terdapat pada perlakuan P3 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kombinasi)
dengan nilai 95.76% dan kecernaan lemak kasar terendah terdapat pada perlakuan P1
(konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara biologi) dengan nilai 92.26% dan kecernaan
TDN tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara
biologi) dengan nilai 58.20% dan kecernaan TDN terendah terdapat pada perlakuan P0
(konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara fisik) dengan nilai 54.32%.

41
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

Tabel 2. Rekapitulasi hasil penelitian


Uraian
Perl KCSK KCPK Kons. LK KCLK BETN TDN

P0 75.28a+ 1.97 85.73A+1.20 15.10AB±0.95 94.49B±0.49 46.98tn+8.09 54.32tn±3.62


P1 79.95b+ 1.91 88.74B+1.11 17.54B±0.49 92.26A±0.53 54.13tn+5.98 58.20tn±2.71
P2 77.72ab+1.41 88.50B+0.72 13.77A±0.91 95.50B±0.39 52.96tn+2.83 57.11tn±1.45
P3 78.02b+ 1.51 86.56AB+0.97 12.93A±2.23 95.76B±0.46 50.11tn+3.74 55.29tn±1.61
Ket: Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).
Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01).
Superskrip yang sama menunjukkan tn = tidak berbeda nyata (P > 0,05).

Kecernaan Lemak Kasar


Data kecernaan lemak kasar tertera pada Tabel 2, memperlihatkan kecernaan lemak
kasar dengan rataan tertinggi pada perlakuan P3 yaitu sebesar 95.76 ± 0.46 (%) dan rataan
kecernaan lemak kasar terendah pada perlakuan P1 sebesar 92.26 ± 0.53 (%). Berdasarkan
analisis ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa
sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada domba memberikan
pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kecernaan lemak kasar (KcLK).
Hasil BNT pada kecernaan lemak kasar (KcLK) menunjukkan bahwa perlakuan P0,
P2 dan P3 memberi pengaruh yang sama terhadap kecernaan lemak kasar (KcLK) tetapi
berbeda terhadap perlakuan P1. Kecernaan Lemak kasar (KcLK) P1 lebih rendah
dibandingkan kecernaan lemak kasar (KcLK) pada perlakuan P0, P2 dan P3. Hal ini
disebabkan daya cerna lemak kasar ternak terhadap tiap pakan berbeda dan dipengaruhi
banyak hal, termasuk kualitas pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sandri (2009) yang
menyatakan bahwa kemampuan kecernaan suatu pakan tergantung pada kualitas zat makanan
yang terdapat di dalam pakan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Komposisi kimia pakan akan mempengaruhi daya cerna pakan, disebabkan daya cerna suatu
pakan tergantung pada keserasian dari zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya.
Pengolahan secara fisik, kimia dan kombinasi yang menyebabkan meningkatnya daya
cerna pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman, et al., (1981) yang menyatakan
bahwa daya cerna tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi juga
dipengaruhi komposisi suatu makanan lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan tersebut. Hal
ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan penambahan secara bertingkat
dari bahan makanan yang diteliti untuk menentukan pengaruh pakan basal terhadap daya
cerna bahan yang sedang diteliti. Serat kasar mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya

42
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

cerna. Selulosa dan hemiselulosa yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin dan
hal ini sesuai dengan pernyataan Ranjhan dan Pathak (1979), disitasi Siregar (2009) yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam bahan pakan adalah
tingginya daya cerna bahan pakan tersebut, dalam arti bahwa pakan itu harus mengandung zat
pakan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan dan zat pakan yang terkandung tidak
seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar dikeluarkan lagi melalui feses karena
tidak tercerna.
Total Digestible Nutrient (TDN)
Nilai Total Digestible Nutrient (TDN) diperoleh dari hasil penjumlahan kecernaan
Protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Untuk
melihat pengaruh dari uji pakan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis,
kimia dan kombinasinya terhadap Total Digestible Nutrient (TDN) pada domba lokal dapat
dilihat dari Total Digestible Nutrient (TDN) yang tertera pada Tabel 2.
Data kecernaan TDN pada Tabel 2, memperlihatkan Total Digestible Nutrient (TDN)
dengan rataan tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 58.20 ± 2,71 (%) dan rataan Total
Digestible Nutrient (TDN) terendah pada perlakuan P0 sebesar 54.32 ± 3.62 (%). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ranjhan (1981) yang menyatakan bahwa TDN untuk domba 55-60
%. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan
pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada
domba memberikan pengaruh tidak nyata (tn) terhadap Total Digestible Nutrient (TDN).
Kadar TDN pakan (%) merupakan penjumlahan dari PK tercerna, serat kasar (SK)
tercerna, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tercerna dan 2.25 kali lemak kasar (LK)
tercerna (Hartadi et al., 2005). Total Digestible Nutrient (TDN) dengan rataan tertinggi pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 58.20 ± 2,71 (%) dan rataan Total Digestible Nutrient (TDN)
terendah pada perlakuan P0 sebesar 54.32 ± 3.62 (%), tetapi masing-masing perlakuan (fisik,
biologis, kimia dan kombinasinya) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada TDN. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya perbedaan TDN pada tiap perlakuan disebabkan karena
pada penelitian kecernaan bahan organiknya juga tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan.
TDN merupakan gambaran dari total energi yang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh
ternak. Besar kecilnya nilai energi tersebut tergantung pada kecernaan bahan organik pakan,
nutrien (protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN) merupakan bahan organik
(Hermanto, 2001).
Berdasarkan komposisi kimiawi pakan pada setiap perlakuan yang dapat dicerna
secara enzimatik oleh mikroba yang terdapat di dalam rumen domba yang mengakibatkan
43
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

meningkatnya daya cerna pakan. Tidak hanya komposisi kimiawi pakan tetapi juga tekstur
pakan yang halus menyebabkan laju pakan lebih cepat sampai ke usus sehingga
meningkatkan daya cerna pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman (1981) yang
menyatakan bahwa nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan atau setiap ekor
ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Komposisi kimiawi. Daya cerna
berhubungan erat dengan komposisi kimiawinya. Serat kasar berisi selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna oleh ternak ruminansia secara enzimatik.
2. Pengolahan makanan. Beberapa perlakuan terhadap bahan makanan seperti pemotongan,
penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus dari hijauan
menambah kecepatan jalannya bahan makanan melalui usus sehingga menyebabkan
pengurangan daya cerna 5-15%. 3. Jumlah makanan yang diberikan. Penambahan jumlah
makanan yang dimakan mempercepat arus makanan ke dalam usus, sehingga mengurangi
daya cerna. Penambahan jumlah makanan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan hidup
pokok mengurangi daya cerna 1-2%. Penambahan yang lebih besar akan menyebabkan daya
cerna akan menjadi turun. 4. Jenis Ternak. Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar
yang tinggi karena N Metaboliknya lebih tinggi sehingga daya cerna protein ruminansia lebih
rendah dibanding non ruminansia, disamping adanya peran mikroorganisme yang terdapat
pada rumen.
KESIMPULAN
Pelepah daun kelapa sawit yang diberi perlakuan secara fisik, kimia, biologi dan
kombinasi tidak menunjukkan pengaruh terhadap TDN ransum, tetapi untuk kecernaan lemak
kasar menunjukkan bahwa perlakuan biologi lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2010. Sekretariat
Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Hardjosubroto, W. dan Astuti. J. M. 1993. Buku Pintar Peternakan. Gramedia Widiasarana


Indonesia, Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hermanto, 2001. Pakan Alternatif Sapi Potong. Dalam Kumpulan Makalah Lahirnya Kajian
Teknologi Pakan Ternak Alternatif. Pakan Ternak Alternatif. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Dispet Propinsi Jatim, Surabaya.

Hungata, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York.

44
Jurnal Peternakan Integratif Vol.3 No.1 ;37-45

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi


SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.

Parakkasi, A., 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta.

Ranjhan, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. Second Revised Edition. Vikas Publishing
House PVT LTD, New Delhi.

Sastrawan, S., 2009. Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Pada Sapi Peranakan
Siemental. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siregar, A. 2009. Suplementasi Blok Multinutrisi Berbasis Hijauan Lapangan terhadap


Kecernaan In Vivo pada Domba Jantan. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Steel, G.D.R. dan James H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.,


1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tomaszeweska, M. W, J. M, Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya.,


1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia, Sebelas Maret University Press,
Solo.

45

You might also like