Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No.

2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

GESTURE SISWA TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN


MASALAH MATEMATIKA

Rivatul Ridho Elvierayani1*, Abdul Kholiq2


1
Program Studi Manajemen, Universitas Islam Lamongan
2
Program Studi Pendidikan Bahasa Ingris, Universitas Islam Lamongan
[email protected]

Abstract

Developmental students have slightly different learning principles from other common children,
both in understanding concepts or solving mathematical problems. This study aims to determine
the type of gestures performed by retarded students and the resulting role in solving
mathematical problems. There are 3 (three) subjects from 6 (six) mentally retarded students in
class VII and VIII. The selection of the three subjects is based on the exploration of the gestures
used when solving mathematical problems. The approach used in this study is a qualitative
approach. Research data in the form of descriptions of the types of gestures used and their role
in solving mathematical problems. The data collection process is carried out by audiovisual
recording of all student activities during the process of solving mathematical problems in
SDLBN Lamongan. The data analysis activity was carried out exploratively and continued
continuously until it was completed, so that the data was saturated. The results of the study
described the types of gestures performed by students in two types namely deictic gestures,
iconic gestures, and writing gestures. In this study it was found that retarded students use
gestures in solving problems in order to (1) Communicate students' thinking about Mathematics
(2) Scaffolding for mentally retarded students (3) Focusing attention retarded students.
Keywords: Developmental Deaf, Gesture, Dectic Gesture, Iconic Gesture, Mathematical
Concepts

Abstrak

Siswa tunagrahita memiliki prinsip belajar yang sedikit berbeda dengan anak umum lainnya,
baik dalam memahami konsep ataupun menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis gesture yang dilakukan oleh siswa tunagrahita beserta peranan
yang dihasilkan dalam menyelesaikan masalah matematika. Terdapat 3 (tiga) subjek dari 6
(enam) siswa tunagrahita kelas VII dan VIII. Pemilihan ketiga subjek didasarkan atas eksplorasi
gesture yang digunakan selama menyelesaikan masalah matematika. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data penelitian berupa deskripsi
jenis-jenis gesture yang digunakan beserta peranannya dalam menyelesaikan masalah
matematika. Proses pengumpulan data dilkukan dengan merekam secara audiovisual segala
aktivitas siswa selama proses menyelesaikan masalah matematika di SDLBN Lamongan.
Kegiatan analisis data dilakukan secara eksploratif dan berlangsung secara terus-menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.hasil penelitian mendeskripsikan jenis gesture yang
dilakukan siswa ada dua macam yaitu gesture deiktik, gesture ikonik, dan gesture menulis.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa siswa tunagrahita menggunakan gesture dalam
menyelesaikan masalah guna untuk (1) Mengkomunikasikan pemikiran siswa tentang
Matematika (2) Scaffolding bagi siswa tunagrahita (3) Memusatkan perhatian siswa tunagrahita.
Kata Kunci: Tunagrahita, Gesture, Gesture Deiktik, Gesture Ikonik, Konsep Matematika

38
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

I. PENDAHULUAN membutuhkan sebuah metode


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pembelajaran yang sifatnya khusus pula.
merupakan istilah lain yang diberikan Sebagai tenaga pengajar di sekolah
untuk anak-anak dengan kelainan khusus. khusus yang disebut dengan Sekolah
Mereka berhak untuk memperoleh Luar Biasa (SLB) momok besar yang
pendidikan yang layak agar mereka menjadi capaian dalam proses belajar
mampu bertahan hidup dalam dunia mengajar khususnya materi matematika
global seperti sekarang. Sehingga dalam adalah pemahaman siswa terhadap
konteksnya mereka ditempatkan pada konsep matematika. Hal ini sesuai
sekolah khusus untuk lebih dengan pendapat Marpaung (2009) yang
memperdalam keilmuan mereka. Di menyatakan bahwa matematika tidak
Indonesia ABK yang memiliki gangguan akan ada artinya kalau hanya dihafalkan,
perkembangan dan telah diberikan sehingga pemahaman konsep matematis
layanan salah satunya adalah anak menjadi salah satu tujuan pembelajaran
dengan gangguan perkembangan matematika. Berdasarkan hasil observasi
kemampuan yang disebut dengan yang dilakukan peneliti, proses belajar
tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki mengajar di SLB dituntut sangat
masalah belajar yang disebabkan adanya interaktif. Proses interaksi dua arah
hambatan perkembangan intelegensi, ditekankan oleh para pengajar agar siswa
mental, emosi, sosial dan fisik. Anak mampu menggali pengetahuan mereka.
tunagrahita dibagi dalam tiga tingkatan, Dalam prakteknya guru sering kali
yaitu tunagrahita ringan, sedang dan menghasilkan banyak gerakan tubuh baik
berat. Ketiganya memiliki karakteristik disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini
yang berbeda. Karakteristik tersebut berdapak pula kepada siswa, ketika
diantaranya (1) keterbatasan intelegensi, mereka berdiskusi maupun mengerjakan
(2) keterbatasan sosial, (3) keterbatasan secara mandiri tentang konsep-konsep
fungsi mental, (4) jarang menghayati matematika banyak aktifitas-aktifitas
perasaan bangga; tanggung jawab dan alamiah yang dilakukan secara tidak
hak sosial, (5) mengalami keterlambatan sadar oleh mereka yang mana
dalam perkembangan sikap. Dalam memberikan gambaran tersendiri bagi
penelitian ini, anak tunagrahita di mereka dalam menyerap berbagai ilmu
fokuskan pada tungragita dengan yang telah disampaikan. Sesuai dengan
tingkatan ringan. Dilihat secara rinci, penelitian yang dilakukan oleh Guru
kecerdasan berfikir anak tunagrahita besar Pendidikan Luar biasa Bendi
ringan paling tinggi sama dengan Delphi (2009) bahwa dengan suatu pola
kecerdasan anak normal usia 12 tahun. gerak yang bervariasi, diyakini mampu
Mereka memiliki tingkat kecerdasan meberikan potensi peserta didik dengan
paling tinggi diantara kelompok kebutuhan khusus dalam kegiatan
tunagrahita yang lain, dengan IQ berkisar pembelajaran.
50-70. Meskipun kecerdasan dan adaptasi Kreatifitas merupakan esensi
sosialnya terhambat, namun mereka pertama yang digunakan untuk ABK
mempunyai kemampuan untuk dalam meningkatkan potensi diri mereka.
berkembang di bidang pelajaran Sehingga perkembangan kognitif dan
akademik, penyesuaian sosial, dan sosial mereka diharapkan timbul melalui
kemampuan bekerja. (Amin, 1995). kreatifitas gerak yang dihasilkan baik dari
Siswa-siswa yang memiliki diri sendiri maupun dari sekitarnya
gangguan perkembangan tersebut (pengajar). Gesture merupakan sebuah
menurut Bandi Delphie (2009) kreatifitas yang dilakukan baik disengaja

39
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

maupun tidak yang mana memberikan Berdasarkan penelitian-penelitian


gambaran bahwa kognisi seseorang dapat yang telah dilakukan, peneliti ingin
diwujudkan dalam bentuk tindakan. melakukan analisis deskriptif mengenai
Sesuai dengan Theories of Embodied jenis gesture yang digunakan oleh siswa
Cognition yang diungkap oleh Caroline, tunagrahita dalam menyelesaikan
dkk (2012) bahwa kemampuan kognitif masalah matematika. Sehingga tujuan
seseorang berhubungan dengan tindakan dari penelitian ini adalah untuk
dan sistem persepsinya. menggambarkan jenis gesture yang
Proses belajara mengajar tidak lepas dilakukan oleh siswa tunagrahita dalam
dari bentuk embodied cognition. Baik menyelesaikan masalah matematika.
yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Karena berdasarkan teori bahwa gesture
Dari beberapa penelitian, gesture dianggap sebagai alat representasi
merupakan modal khusus dari embodied spontan yang baik dalam menstransfer
cognition (pengetahuan yang pengetahuan, peneliti juga ingin mengkaji
diwujudkan), gesture terhubung dengan secara mendalam peranan gesture siswa
perkataan dan gesture dapat menjadi tunagrahita terhadap masalah matematika
jembatan penting antara internal imagery yang sedang mereka hadapi.
(ruang mental) dan ekspresi simbolik dari Tunagrahita berasal dari kata tuno
ide-ide matematika. Dengan kata lain yang berarti rugi sedangkan gahita dari
gesture dapat menjadi jembatan antara kata nggrahita yang artinya aku tidak
aksi dan pikiran. Gesture mendukung berpikir sampai seperti itu. Sehingga
diskusi antara semua partisipan baik tunagrahita dapat diartikan kurang daya
pembicara maupun pendengar, khususnya pikir. Mereka memiliki tingkat
ketika mereka belum selesai untuk kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak
mendapatkan jawaban yang benar secara normal, sehingga tidak mampu mengikuti
pribadi. Hal ini dilakukan untuk program sekolah yang diperuntukkan
memperoleh suatu solusi bersama bagi anak-anak normal. Mereka
(Francaviglia & Servidio, 2011). membutuhkan pelayanan pendidikan
Berdasarkan teori di atas, peneliti khusus.
ingin mengetahui apakah embodied Berdasarakan pendapat Mohammad
cognition dapat terjadi dalam dunia Amin (Astati dkk,2003) yang dikutip dari
pendidikan ABK khususnya anak Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun
tunagrahita yang notabene mengalami 1991 dengan sebutan anak tunagrahita.
hambatan dan keterbelakangan berdasarkan pendapat Edgare Dole
perkembangan mental intelektual jauh (Smith, dkk, 2002) mengemukan
dari rata-rata sehingga mengalami beberapa ciri anak tunagrahita
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, diantaranya: (a) tidak berkemampuan
komunikasi maupun sosial. Dalam secara sosial dan tidak mampu mengelola
penelitian Cook, S.W., & Goldin- dirinya sendiri sampai tingkat dewasa, (b)
Meadow (2006) menunjukkan bahwa mental di bawah rata-rata, (c) terlambat
siswa seringkali menggunakan gesture kecerdasannya sejak lahir, (d) terlambat
untuk mempelajari konsep baru dan tingkat kemasakannya, (e) cacat mental
untuk menjelaskan pemahaman mereka. disebabkan pembawaan dari ketruunan
Peneliti sangat ingin tahu apakah anak atau penyakit, dan (f) tidak dapat
tunagrahita mampu menyampaikan apa disembuhkan. American Association on
yang dipikirkannya melalui gerakan Mental Deficiency / AAMD
tubuh (gesture) seperti siswa umum mendefinisikan tunagrahita sebagai
lainnya. kelainan yang meliputi fungsi intelektual

40
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke hal-hal yang berkaitan dengan


bawah berdasarkan tes dan muncul berpikir, dan mudah lupa. Rentan
sebelum usia 16 tahun (Astati dkk,2003). perhatiannya sangat kecil dan cepat
Menurut AAMD Moh. Amin (Astati beralih sehingga cepat menyerah
dkk., 2003) tunagrahita dapat ketika menghadapi tugas. Ingatannya
diklasifikasikan dalam tiga kondisi: cenderung pendek dan mengalami
a. Tunagrahita ringan (mampu didik) kesulitan mengungkapkan kembali
yaitu anak dengan tingakat kecerdasan suatu ingatan.
IQ berkisar 50-70. Anak mempunyai d. Dorongan dan emosi, anak dengan
kemampuan untuk berkembang dalam kondisi hambatan mental ringan
bidang pelajaran akademik, memiliki kehidupan emosi yang
penyesuaian sosial dan kemampuan hampir sama dengan anak normal
bekerja, mampu menyesuaikan lainnya, tetapi kurang memiliki
lingkungan yang lebih luas, dapat keragaman.
mandiri dalam masyarakat, mampu e. Organisme, baik terstruktur maupun
melakukan pekerjaan semi trampil dan fungsi organisme pada umumnya
pekerjaan sederhana. kurang dari anak normal. Sikap dan
b. Tunagrahita sedang (mampu latih) gerak lagaknya kurang indah
yaitu anak dengan tingkat kecerdasan diantaranya ada juga yang tidak
IQ berkisar 30-50. Anak mampu mampu membedakan perbedaan dan
belajar ketrampilan sekolah untuk persamaan.
tujuan fungsional, mampu melakukan
ketrampilan mengurus dirinya sendiri Pendidikan dasar merupakan aspek
(self-help), mampu mengadakan penting dan mendasar dalam upaya
adaptasi sosial dilingkungan terdekat, mengahsilkan manusia Indonesia yang
mampu mengerjakan pekerjaan rutin berkualitas serta merupakan upaya untuk
yang perlu pengawasan. menyiapkan peserta didik terjun kedalam
c. Tunagrahita berat dan sangat berat masyarakat. Proses belajar mengajar
(mampu rawat) yaitu anak dengan dilakukan untuk mencapai tujuan
tingkat kecerdasan IQ kurang dari 30 pembelajaran. Secara luas belajar
hampir tidak memiliki kemampuan diartikan sebagai kegiatan psikofosik
untuk dilatih mengurus diri sendiri. menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
Ada yang masih mampu dilatih Sedangkan secara sempit belajar adalah
mengurus diri sendiri, berkomunikasi usaha penguasaan materi ilmu
secara sederhana dan dapat pengetahuan yang merupakan sebagian
menyesuaikan diri dengan lingkungan kegiatan menuju terbentuknya
sangat terbatas. kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011).
Secara umum karakteristik Berdasarkan Heruman (2007) matematika
tunagrahita menurut Moh Amin (Astati, merupakan bahasa simbol, ilmu deduktif
dkk, 2003) sebagai berikut: yang tidak menerima pembuktian secara
a. Kecerdasan kapasitas belajar terbatas induktif, ilmu tentang pola keteraturan,
terutama dalam hal-hal abstrak. dan struktur yang terorganisasi.
b. Dalam sosial, mereka tidak dapat Matematika merupakan pengetahuan
mengurus diri sendiri, cenderung dasar yang selalu ada baik pada
bergaul dengan anak normal di bawah pendidikan dasar maupun pendidikan
usianya, dan mudah terpengaruh. tinggi. Matematika juga merupakan
c. Dalam fungsi mental, mereka sulit materi penting dalam sekolah luar biasa
memusatkan perhatian, menghindari bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

41
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

Menurut Mumpuniarti (2007) pendekatan McNeill (1992) mengkategorikan


pembelajaran matematika bagi siswa gesture menjadi empat kategori utama,
berkebuthan khusus khususnya siswa yaitu (1) gesture deiktik atau gesture
tunagrahita berkaitan dengan prinsip menunjuk, (2) gesture ikonik, (3) gesture
tingkah laku. prinsip-prinsip atas dasar metaforik dan (4) gesture beat. Gesture
teori tingkah laku tersebut meliputi: deiktik adalah gesture menunjuk yaitu
a. Suatu program yang dapat diberikan gesture yang menunjuk ke objek,
kepada siswa dari yang mudah menuju kejadian, lokasi atau orang. Gesture ini
tugas yang sukar atau belum diketahui sering ditandai dengan penggunaan jari
sebelumnya. tapi terkadang dengan jari-jari lainnya
b. Belajar akan lebih efektif apabila ikut atau dengan seluruh tangan. Contohnya
serta dalam proses pembelajaran. menunjuk sebuah kubus yangmana
c. Positif reinforcement harus segera menunjukkan bahwa yang dimaksud
diberikan untuk mengikuti tanggapan adalah kubus. Gesture ikonik merupakan
yang tepat. gesture yang menggambarkan hubungan
d. Program harus menyediakan kesesuaian dengan isi semantik
pembelajaran yang bersifat individual pembicaraan. Gesture ikonik
sehingga siswa dapat mengikuti sesuai menggambarkan entitas konkret atau
dengan kemampuannya. peristiwa, seperti melalui bentuk atau
e. Evaluasi perlu dilakukan untuk gerak lintasan tangan. Gesture metaforik
menentukan cara belajar siswa. adalah gesture yang menggambarkan isi
semantik melalui kiasan tanpa bentuk
Gesture didefinisikan oleh McNeill
fisik. Gesture beat disebut juga dengan
(1992) sebagai gerakan lengan dan
baton, yaitu gerakan motorik, gerakan
tangan yang bersesuaian dengan
berirama (percakapan).
keluarnya ucapan. Secara lebih luas
Becvar, dkk (2008) mendefinisikan
gesture sebagai semua gerakan tubuh, II. METODE PENELITIAN
khususnya lengan dan tangan, yang Penelitian ini merupakan penelitian
terintegrasi baik dengan ucapan maupun kualitatif dengan jenis deskriptif-
tidak dan digunakan sebagai alat untuk exploratif. Penelitian kualitatif adalah
mengomunikasikan sesuatu. Gesture penelitian yang datanya dipercayakan
sering dijadikan sebagai bukti bahwa pada koleksi data-data kualitatif yakni
tubuh terlibat dalam berpikir dan berupa data-data non numerik. Dalam
berbicara tentang ide-ide yang penelitian ini data yang diperoleh berupa
disampaikan melalui gesture tersebut hasil rekaman audiovisual tiga siswa
(Alibali & Nathan, 2011). Oleh tunagrahita dalam menyelesaikan
karenanya gesture digunakan sebagai masalah matematika berkaitan dengan
bukti bahwa pengetahuan sejatinya operasi bilangan yang disediakan oleh
diwujudkan melalui tubuh (Hostetter & peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk
Alibali, 2008). Gesture dapat beragam mengetahui peranan gesture dari jenis-
bentuknya, dapat dihasilkan dengan jenis gesture yang dilakukan siswa
tangan, kepala atau anggota tubuh selama menyelesaikan masalah
lainnya yang mengarahkan perhatian ke matematika. Untuk memperoleh
arah atau menjauhi pembicara dan secara gambaran peranan gesture tersebut
kultural berkaitan dengan representasi peneliti menganalisis gesture yang
yang dilakukan pembicara (Cartmill, dkk, dilakukan siswa selama menyelesaikan
2012). masalah matematika. Data yang diperoleh

42
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

selanjutnya dideskripsikan berdasarkan menuliskan nama mereka saat


keadaan yang sebenarnya. menyelesaikan masalah. Sehingga
Analisis data penelitian dilakukan membutuhkan tutor (peneliti) sebagai
dengan mengorganisasikan data, penerjemah dalam menyelesaikan
menjabarkan data ke dalam unit-unit, masalah yang mereka hadapi. Saat
melakukan penggolongan, menyusun ke mengamati masalah yang pertama
dalam pola, memilih mana yang penting berkaitan dengan operasi bilangan yang
dan mana yang akan dikaji sehingga diwujudkan dalam bentuk gambar,
dapat dibuat suatu simpulan untuk mereka (baik tunagrahita ringan maupun
dipaparkan kepada orang lain. Proses sedang) secara langsung mengunakan
analisis data diawali sejak peneliti gesture deiktik dengan menggunakan
memasuki lapangan, kemudian pensil untuk menyelesaikan masalah
dilanjutkan saat peneliti berada di tersebut. Seperti terlihat dalam rekaman
lapangan sampai peneliti menyelesaikan proses penyelesaian di bawah ini:
kegiatan di lapangan. Dalam melakukan
penelitian ini peneliti bertindak sebagai
instrumen kunci yanki keberadaan
peneliti mutlak diperlukan dan tidak
dapat diwakilkan oleh orang lain.

III. HASIL DAN DISKUSI


Data dari tiga siswa kelas VII SMP
Gambar 1. Gesture deiktik oleh Ft
Negeri Luar Biasa Lamongan yang disertai dengan ucapan
memiliki gangguan belajar (siswa
tunagrahita). Ketiga siswa ini terdiri dari
dua anak (Ft dan St) merupakan
tunagrahita ringan dan satu anak (Ag)
merupakan tunagrahita sedang. Siswa
tunagrahita merupakan siswa dengan
Gambar 2. Gesture deiktik oleh Ag
kondisi belajar yang tidak bisa
disertai dengan ucapan
ditinggalkan sendiri untuk menyelesaikan
masalah. Sehingga mereka selalu Pada gambar 1 dan 2 secara spontan
membutuhkan bantuan pengajar (peneliti) gesture deiktik dilakukan oleh siswa
untuk mendampinginya dalam proses tunagrahita memberikan mereka
pemecahan masalah. Dalam proses perhatian serta fokus yang lebih terhadap
pembelajaran ini peneliti fokus masalah yang sedang mereka hadapi.
mengamati gerakan tubuh siswa yang Pada gambar 1 terlihat bahwa tanpa
diperoleh dari gerakan lengan dan tangan membaca soal mereka sudah memahami
serta mimik wajah pada saat mengerjakan gambar dan mampu menjawab
soal matematika pada topik bilangan. permasalahan dengan bantuan gesture
Penelitian di lakukan dari mulai siswa yang diberikan secara spontan. Hal ini
bekerja menyelesaikan masalah menunjukkan pula bahwa dengan
didampingi oleh peneliti. Bagi siswa menunjuk gambar memberikan bantuan
tunagrahita ringan mereka sudah mampu kepada mereka untuk mengekspresikan
untuk mengisi nama mereka masing- apa yang sedang mereka pikirkan.
masing. Namun pada kondisi tertentu (bagi siswa
Namun, bagi siswa tunagrahita tunagrahita sedang) gambar 2 gesture
sedang mereka kesulitan untuk deiktik saja tidak cukup untuk

43
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

menyelesaikan masalah tersebut. Gambar siswa tunagrahita masih mengalami


2 dilakukan siswa untuk menuliskan kesulitan dalam menyelesaikan masalah
jumlah pensil dalam bentuk bilangan operasi bilangan dalam bentuk abstrak,
yang sedang di hitungnya di bawah mereka lebih mudah memahami masalah
gambar tersebut. Untuk melanjutkan yang dihadapi dalam bentuk-bentuk
masalah tersebut perlu bantuan tutor konkrit.
untuk mengarahkan agar siswa
memahami masalah tersebut. Hal ini
diberikan dengan meminta siswa (Ag)
untuk mengkonkritkan operasi bilangan
yang sedang dihadapinya. Ag
memberikan respon yang baik dengan
mengangkat kedua tangannya. Seperti Gambar 3. Gesture ikonoik yang
terekam dalam dialog di bawah ini: ditampilkan Ag
dalam menyelesaikan operasi bilangan
Tutor : tadi gambar pertama berapa
pensilnya? Hal ini mendukung penelitian bahwa
Ag : empat (dengan gerakan tangan) anak tunagrahita kesulitan dalam
Totor : gambar selanjutnya? menyelesaikan masalah abstrak. Oleh
Ag : ada tiga karenanya mereka membutuhkan
Tutor : sekarang coba di jumlahkan scaffolding dalam bentuk gesture untuk
Ag : ....... membantu mengkonkritkan masalah yang
Tutor : kalau gitu ... empat tadi gimana sedang mereka hadapi. Dengan
mas? mengikonikan bilangan dalam wujud
Ag : (menunjukkan dengan gerakan tangan memberikan bantuan
mengangkat ke-empat jarinya) mereka dalam mereduksi beban dalam
Tutor : kalau satunya tadi tiga gimana kognisi mereka agar lebih mudah
mas? menyampaikan informasi yang dipikirkan
Ag : (menunukkan dengan tiga oleh meraka. Hal ini menandakan
jarinya) bantuan gesture siswa mampu berinovasi
Tutor : coba seperti ibu, tangan satunya dalam menyelesaikan masalah mereka
empat, tangan yang ini tiga, agar mereka mampu memperoleh
kemudian kita hitung semua jawaban dari masalah yang mereka
jarinya ya ... hadapi secara kreatif. Sesuai dengan
Ag : mengangkat kedua tangannya Bendi Delphi (2009) bahwa gerak irama
(seperti gambar 3) (gesture) merupakan kajian penting dan
Tutor : masak tiga seperti itu? Ayo coba sangat relevan dalam konteks pendidikan
di hitung pelan-pelan bagi anak berkebutuhan khusus, agar
Ag : mengangkat kembali tangannya membantu para guru dalam konteks
Ag : ...... pembelajaran yang berada di tingkat
Tutor : iya, satu, dua, tiga, bagus ... ayo sekolah dasar maupun sekolah menengah
jumlahkan semua jarinya pertama agar anak mampu
Ag : satu, dua, tiga, empat, lima, mengembangkan daya cipta dan daya
enam, tujuh (sambil mangut- pikir, pengembangan afektif dan
mangut menekuk jarinya) kreativitas.
Pada menit ke lima rata-rata siswa
Dialog dan gambar di atas mulai mengerjakan soal berikutnya. Soal
memberikan gambaran yang nyata bahwa masih berhubungan dengan operasi

44
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

bilangan, namun soal dideskripsikan matematika yang sedang dihadapi oleh


dalam bentuk soal cerita sehingga siswa siswa. Setelah menuliskan bilangan
membutuhkan penalaran dalam tersebut siswa secara spontan meletakkan
menyelsaikannya. Pada saat membaca pensilnya dan menggunakan gesture
soal siswa tunagrahita ringan maupun ikonik tanpa ucapan untuk menyelesaikan
sedang belum mampu memahami masalah tersebut. Hal ini secara tidak
maksud soal. Sehinga tutor mencoba sadar dilakukan oleh siswa agar siswa
untuk membacakan ulang soal tersebut. mampu menghubungkan hal abstrak yang
Ketika tutor membacakan ulang siswa ada di pikirannya dengan hal konkret
tunagrahita tetap belum memahami apa melalui media jari dan tanggannya.
yang di iniginkan oleh soal. Namun Karena bagi anak tungrahita mereka sagat
ketika tutor mencoba membacakan sulit untuk menyelesikan masalah-
disertai dengan gerakan lengan untuk masalah abstrak. Sehingga dengan
mendeskripsikan masalah, mereka bantuan gesture yang dia lakukan mampu
mencoba untuk menjawab apa maksud mensimulasikan objek secara nyata.
soal nomor dua. Selanjutnya siswa
tunagrahita ringan mulai menuliskan
bilangan yang sesuai dengan soal dan
menjawabnya. Soal nomor dua tersebut
merupakan soal bilangan dengan operasi
pengurangan billangan dengan tempat
ratusan. Mereka menyusun bilangan
dengan menggunakan gesture menulis
Gambar 5. Gesture ikonik oleh Ft untuk
seperti yang nampak dalam gambar 4
mengkonkritkan objek
dibawah ini
Namun, bagi siswa tunagrahita
sedang, mereka belum mampu
menunjukkan maksud soal dalam bentuk
tertulis, sehingga butuh bantuan tutor
untuk memberikan scaffolding dengan
membacakannya dan menuliskan
bilangan yang dimaksud dalam soal agar
lebih mudah untuk dipahami. Ketika
mereka diminta untuk menyelesaikan
masalah tersebutpun siswa masih
Gambar 4. Gesture menulis mengalami kesulitan. Sehingga tutor
mencoba kembali memberikan
Gesture menulis yang dilakukan oleh scaffolding dengan jalan melakukan
siswa tunagrahita ringan disertai dengan gesture ikonik kepada siswa (Ag). Ag
ucapan. Gesture ini ditampilkan oleh secara spontan melihat dan menirukan
siswa guna mentransfer pemikiran apa yang dilakukan tutor dengan
mereka dalam wujud yang nyata agar menggunakan jarinya (seperti pada
mereka lebih mudah menyelesaikan gambar 6).
masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai Hal ini menunjukkan bahwa dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh gesture yang dia lakukan bertujuan untuk
Alibali & Nathan (2011) bahwa dirinya sendiri agar lebih fokus pada
penggunaan gesture mensimulasikan objek yang sedang dibicarakan. Terlihat
objek secara nyata dari sebuah situasi pula mimik wajah yang ditampilkan oleh

45
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

Ag menandakan bahwa Ag fokus menunjukkan bahwa siswa konsentrasi


menirukan gesture yang dilakukan oleh pada satu hal, dan memusatkan
tutor agar Ag siap menyelesaikan perhatiannya pada objek nyata. Mereka
masalah yang sedang dihadapinya. memiliki beban berpikir yang berat dalam
menyelesaikan masalah tersebut sehingga
membutuhkan alat yang dapat mereduksi
beban berpikir mereka. Melalui
scafolding gesture yang diberikan oleh
tutor dan gesture yang mereka lakukan
memberikan bantuan kepada mereka
dalam merencanakan penyelesaian
masalah. Hal ini nampak jelas dari
interaksi terakhir yang ditunjukkan oleh
Ag dengan ekspresi wajah yang sangat
bahagia mampu menemukan solusi dari
masalah yang dihadapinya. Setelah
memahami scafolding yang diberikan
oleh tutor, siswa secara mandiri
Gambar 6. Siswa menirukan gesture mengerjakan masalah yang dihadapinya
tutor dengan disertai gesture baik ikonik
maupun menulis dan dengan disertai
Tidak lama setelah itu siswa ucapan maupun tidak. Bagi Ag gesture
melakukan gesture deiktik yang sangat membantunya dalam
bersamaan dengan gesture ikonik. Karena menyelesaikan masalah tersebut.
Ag merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan pikirannya dengan Gesture yang dilakukan siswa
gerakan tangannya sendiri. Ag mencoba tunagrahita selama proses
menunjuk jari tangan tutor nya untuk penyelesaian masalah
menyelesaikan masalah tersebut, seperti Dari hasil penelitian siswa
terekam pada dialog dan gambar berikut: menggunakan gesture disertai dengan
ucapan ataupun tidak baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain. Dari
keseluruhan proses penyelesaian masalah
ketiga siswa menggunakan gesture
sebanyak 79 kali baik disertai ucapan
maupun tidak. Gesture yang dihasilkan
ada tiga jenis yaitu gesture deiktik, ikonik
dan menulis. Gesture deiktik merupakan
gesture menunjuk yang digunakan siswa
tunagrahita dengan menggunakan tangan
Gambar 7. Proses penyelesaian masalah ataupun alat tulis. Alibali dan Nathan
siswa dengan tutor disertai Gesture (2007) beranggapan bahwa gesture
deiktik juga dapat dilakukan dengan
Berdasarkan interaksi tersebut, menggunakan pensil (alat tulis) sebagai
mimik muka siswa terlihat sangat serius alat tunjuk. Gesture ini sebagai bentuk
dan fokus dalam menyelesaikan masalah. siswa dalam menunjukkan sebuah objek,
Bola matanya selalu bergerak mengikuti gambar, ataupun hal lain yang menjadi
jari yang ditunjuknya. Keadaan tersebut sorotan bagi siswa tunagrahita. Gesture

46
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

deiktik sering dilakukan siswa dengan ada di dalam otak) baik secara tertulis
menggunakan ucapan. Hal ini sesuai ataupun metaforis melalui tangan atau
dengan pendapat Alibali & Nathan rangkaian gerakan. selain itu gesture
(2011) yaki dalam mengekspresikan ikonik juga banyak dilakukan siswa
pengetahuan baru dalam bentuk gesture untuk memberikan respon kepada tutor.
sebelumnya mereka menyampaikannya Ketika tutor membacakan masalah
dengan perkataan. Ucapan yang kepada mereka, mereka memberikan
disampaikan siswa memberikan arti informasi dengan gesture ikonik sebagai
bahwa siswa mampu memberikan aksi bentuk bahwa siswa fokus dengan apa
pada masalah yang sedang dihadapinya. yang sedang mereka hadapi.
sesuai dengaan penelitian yang dilakukan Gesture menulis merupakan gerakan
Rasmussen, dkk (2004) bahwa gesture yang didefinisikan sebagai tulisan yang
yang dilakukan memberikan arti bahwa dihasilkan siswa saat berbicara, dan
gesture bukanlah sesuatu yang terjadi mengintegrasikan ucapan secara temporer
secara terpisah dari yang lain. seperti dan secara temporer terintegrasi dengan
terlihat pada gambar 1, secara spontan ucapan menggunakan lengan dan tangan.
siswa tunagrahita melakukan gesture Contohnya pada gambar 4 pada saat
deiktik disertai dengan ucapan untuk siswa tunagrahita menuliskan bilangan
menunjuk pensil dan menghitung yang mereka terjemahkan dari
jumlahnya, hal ini memperlihatkan adana pengikonikan bilangan “ini tiga”.
kombinasi yang baik antara
pengungkapan makna di pikiran siswa
dengan masalah nyata. Gesture menjadi
sarana komunikasi yang penting pada
saat membicarakan masalah matematis
yang sedang berlangsung.
Gesture ikonik merupakan gerakan
lengkan dan tangan yang digunakan
siswa untuk merepresentasikan objek Gambar 8. Gesture (a) deiktik dan (b)
secara konkrit. siswa tunagrahita banyak representasional siswa
menggunakan gesture ini di udara.
Gesture ikonik terlihat lebih banyak Peneliti juga menemukan siswa
digunakan siswa tunagrahita dalam menggunakan gesture ikonik bersamaan
menyelesaikan masalah bilangan baik itu dengan gesture deiktik. Tiga kali siswa
untuk dirinya sendiri ataupun orang lain. melakukan hal tersebut pada saat
Gesture yang digunakan oleh siswa menyelesaikan masalah kedua. gesture
tunagrahita merupakan gerakan yang tersebut dilakukan siswa pada saat siswa
digunakan untuk menggambarkan diberikan scafolding oleh guru dengan
keadaan pikiran mereka dalam bentuk bantuan gesture, selanjutnya mereka
konkrit seperti mengikonikan bilangan menirukan gesture tersebut dengan
bulat menggunakan jari tangannya. bagi tangan kirinya untuk mengikonikan
siswa tunagrahita keadaan tersebut bilangan, serta tangan kanannya
memebrikan sedikit gambaran nyata menunjuk jari tutor yang memberikan
karena siswa tunagrahita kesulian untuk szafolding kepadanya. Soal cerita
menerjemahkan hal-hal abstrak. Seperti dianggap siswa tunagrahita merupakan
yang dikatakan oleh Alibali dan Nathan masalah yang sulit sehingga
(2007) bahwa gesture memberikan membutuhkan penalaran tinggi bagi
gambaran isis semantik (satuan ide yang mereka. Ketika kesulitan menghampiri

47
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

siswa tunagrahita, mereka cenderung 1. Mengkomunikasikan pemikiran siswa


ingin menunjukkannya dengan gesture tentang Matematika
agar mereka lebih mudah memahami Siswa tunagrahita merupakan anak
masalah dan menyelesaikannya. berkebutuhan khusus yang memiliki
kemampuan rendah. Ketika mereka
diberikan masalah matematika, mereka
dianggap berhasil jika mereka mampu
menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Dalam menyelesaikan
masalah mereka banyak melakukan
gerakan-gerakan spontan yang tidak
disadarainya. Data hasil penelitian
Gambar 9. Gesture (a) ikonik bersamaan menunjukkan bahwa selama
dengan deiktik (b) menulis menyelesaikan masalah operasi bilangan
dalam bentuk soal cerita, siswa
Peranan gesture pada Siswa menginformasikan pemikiran mereka
Tunagrahita melalui gesture, baik itu gesture deiktik,
Selama proses penyelesaian masalah, gesture ikonik dan gesture menulis. Bagi
siswa tunagrahita didampingi oleh tutor. siswa tunagrahita saat tidak mampu
Mereka banyak melakukan gesture secara menyelesaikan masalah, gesture mampu
spontan. Penggunaan gesture tersebut menjadi dukungan yang baik bagi siswa
dilakukan siswa baik untuk dirnya sendiri saat tidak menemukan cara lain untuk
maupun orang lain. Gerakan-gerakan menyelesikan masalah. Seperti pada
yang dilakukan oleh siswa merupakan aktifitas siswa di gambar 1, 3 dan 4,
salah satu cara bagi siswa untuk siswa melakukan variasi gesture selama
mengkomunikasikan ide maupun hasil menyelesaikan masalah matematika. Hal
pemikiran mereka. Bagi siswa ini digunakan siswa untuk
tunagrahita yang memiliki keterbatasan mengkomunikasikan kepada orang lain
dalam memahami masalah. Apalagi maupun dirinya sendiri mengenai
masalah matematika yang dirasa cukup matematika yang sedang di pikirkannya.
sulit bagi mereka, gesture mampu Seperti yang diungkapkan oleh
menjadi sebuah alat yang mampu Francaviglia & Servidio (2011) bahwa
membimbing mereka dalam siswa menggunakan pola gesture yang
menyelesaikan masalah. selain itu gesture berbeda untuk mengomunikasikan ide-ide
yang mereka sampaikan memberikan matematika mereka.
informasi ke orang lain tenatng apa yang Variasi gesture yang dilakukan oleh
dipikirkannya. Hal ini seperti yang diteliti siswa tunagrahita sangat membantu
oleh Barrouillet, dkk (2007) bahwa mereka dalam menyelesaikan masalah
gesture terlihat sangat berguna bagi siswa matematika, karena dengan gesture yang
ketika mereka mengembangakan mereka hasilkan mereka lebih bisa
pemahaman yang muncul dari sebuah mengontrol emosi mereka dalam
konsep pada saat pikiran mereka bekerja menyelesaikan masalah. Karena seperti
menyelesaikan masalah atau ketika yang kita ketahui bahwa anak tunagrahita
beberapa potong informasi perlu untuk memiliki kecenderungan untuk
diproses, disimpan dan diintegrasikan. bertingkah dan cepat bosan dalam
Berikut beberapa peranan gesture yang menghadapi masalah. Namun dengan
dilakukan oleh siswa tunagrahita dalam gesture yang mereka lakukan mereka
menyelesaikan masalah matematika. menjadi lebih aktif dalam menyelesaikan

48
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

masalah matematika. Seperti yang mereka memproses sebuah masalah yang


diungkapkan oleh Cook, dkk (2013) banyak langkahnya.
gesture yang dilakukan dengan tangan Variasi gesture pun dilihatkan oleh
seperti menunjuk, atau memindahkan jari siswa dalam menyelesaikan masalah soal
ataupun lengan dapat membantu siswa cerita operasi bilangan. Variasi tersebut
dalam konteks pembelajaran matematika. memberikan gambaran kepada tutor
bahwa siswa mampu memodelkan
2. Scaffolding bagi Siswa Tunagrahita masalah secara konkrit dari masalah
Karakteristik belajar siswa tunagrahita abstrak yang mereka hadapi dengan
sama dengan anak normal lain jika gesture. Sehingga gesture bagi siswa
dillihat dari perkembangannya. tunagrahita berperan sangat penting
Perbedaan yang paling terlihat yakni sebagai alat bantu untuk dirinya sendiri.
kapasitas informasi yang diperoleh dan Pada gambar 8 dan 9 siswa mencoba
tingkat kesulitannya. Karena siswa mensimulasikan menggunakan gerakan
tunagrahita memerlukan waktu yang tangannya dari apa yang distimuluskan
lebih lama untuk memproses informasi oleh tutor. Karena siswa tunagrahita tidak
jika dibandingkan dengan rekan-rekan mampu secara cepat menangkap
normal lainnya. Dilihat dari hasil informasi dari masalah yang dihadapi,
penelitian siswa tunagrahita dalam tentor mencoba membacakannya secara
perlahan dan memberikan stimulus
menyelesaikan masalah operasi bilangan
melalui gerakan-gerakan kecil. Setelah
dalam bentuk soal cerita, mereka
itu siswa secara mandiri mencoba
kesulitan untuk mengakses informasi
menirukan secara ikonik masalah tersebut
yang dimaksud dari soal. Sehingga perlu disertai dengan gesture menunjuk ke jari
stimulus oleh tutor dalam tutor. Hal tersebut dilakukan oleh siswa
menyelesaiakannya. Selain itu siswa juga guna mengkomunikasikan ide ataupun
berlatih dan mengasah ketrampilannya gagasannya kepada orang lain.
dalam bentuk gerakan-gerakan yang Meskipun siswa tunagrahita cenderung
merupakan gesture ikonik. Seperti memiliki hambatan mental dalam bidang
terlihat dalam gambar 7 siswa akademik namun sikap tersebut masih
menyelesaikan masalah dengan diberikan nampak dilakukan siswa agar orang lain
stimulus oleh tutor. memahami apa yang dimaksudnya.
Selebihnya mereka mencoba Seperti penelitian yang dilakukan oleh
mengasah ketrampilan mereka dengan Goldin Meadow, dkk; 2001 dan Swanson
gerakan-gerakan spontan yang berasal & Siegel 2001 mengatakan bahwa
dari reduksi pemikiran mereka untuk gesture sangat bermanfaat dan berpotensi
mengurangi beban kerja otaknya. dalam intervensi pembelajaran
Sehingga bagi siswa tunagrahita gerakan- matematika bagi siswa dengan kesulitan
gerakan tersebut memberikan bantuan belajar karena gesture mampu
tersendiri bagi siswa tunagrahita dalam menurunkan beban kognitif serta
menyelesaikan masalah matematika. Hal kecenderungan siswa dalam
ini mendukung penelitian yang dilakukan menyelesaikan masalah di memori
oleh Alibali& Nathan (2011) bahwa mereka.
gestire mampu menjadi representasi
konsep yang baik bagi siswa dalam 3. Memustakan perhatian siswa
mencoba untuk mengingat dan membantu Karakteristik pembelajaran yang
siswa mengintegrasikan bagian-bagian terlihat pada siswa tunagrahita yaitu
berbeda dari sebuah informasi ketika perhatian yang bertahan dalam jangka

49
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

pendek dan juga memiliki perhatian yang 3. Memusatkan perhatian siswa


kurang (Dunn John & Carol, 2006). tunagrahita.
Berdasarkan hasil penelitian siswa
banyak melakukan gesture deiktik yang V. DAFTAR PUSTAKA
mana digunakan siswa tunagrahita untuk Alibali, M.W. & Nathan, M.J. 2007.
memusatkan perhatian mereka dalam Teachers’ Gestures as a Means
menyelesaikan masalah. Gesture deiktik Scaffolding Student’s
yang digunakan siswa pada awal Understanding: Evidence from an
menyelesaikan masalah tidak lain sebagai Early Algebra Lesson. Dalam R.
alat bantu bagi siswa sendiri untuk Goldman, R. Pea, B. Barron & S.J.
memberikan fokus yang lebih dalam Derry (Eds), Video Research in the
menyelesaikan masalah matematika. Learning Sciences. Mahwa, NJ:
Selain itu, pada saat stimulasi tutor Erlbaum.
dalam menyelesaikan masalah Alibali, M.W. & Nathan, M.J. 2011.
matematika siswa melakukan gesture Embodiment in Mathematics
deiktik disertai dengan ikonik yangmana Teaching and Learning: Evidence
digunakan siswa dalam memusatkan from Learner’s and Teahcer’s
perhatianya agar konsentrasi tertuju pada Gestures. The Journal of The
masalah yang sedang dihadapinya. Learning Sciences. Hal: 247-286
Gesture yang dilakukan siswa
memberikan bantuan yang lebih bagi Astati, Teguh Santosa & Soedarini. 2003.
perhatian siswa karena berdasrkan Program Khusus Bina Diri Bisakah
karakteristik yang disampaikan oleh Aku Mandiri. Malang: Depdiknas.
(Mumpuniarti, 2016) siswa tunagrahita Bandi, Delphie. 2009. Pembelajaran
mengalami fokus perhatian yang kacau Anak Berkebutuhan Khusus dalam
dalam pemilihan stimulus yang Setting Pendidikan Inklusi. Sleman:
diperhatikan. Hal ini pun wajar ditemui PT. Intan Sejati Klaten.
karena siswa tunagrahita juga mencoba
Barrouillet, P., Bernardin, S., Portrat, S.,
untuk mengeksplorasi apa yang ada
Vergauwe, E., & Camos, V. (2007).
dalam memori mereka agar lebih mudah
Time and cognitive load in working
untuk menyampaikan segala informasi
memory. Journal of Experimental
yang sedang dipikirkannya kepada orang
Psychology: Learning, Memory, and
lain.
Cognition, 33(3), 570-585.
IV. SIMPULAN Becvar, A., Hollan, J., & Hutchins, E.
Ada beberapa gesture yang 2008.Representational Gestures as
dilakukan oleh siswa tunagrahita dalam Cognitive Artifacts for Developing
menyelesaikan masalah matematika. Theories in a Scientific Laboratory.
Gesture tersebut diantaranya adalah Ackerman, M.S., (eds) Resources,
gesture deiktik, gesture ikonik dan Co-Evolution and Artifacts: Theory
gesture menulis. Dalam penelitian ini in CSCW. Hal: 117-143.
ditemukan beberapa peranan penting Caroline C, W., Walkington, C.,
yang diperoleh dari penggunaan gesture Boncoddo, R., Srisurichan, R., Pier,
siswa tunagrahita dalam menyelesaikan E., Nathan, A., & Alibali, M. 2012.
masalah, diantaranya adalah: Invisible Proof: The Role of Gesture
1. Mengkomunikasikan pemikiran siswa and Action in Proof. Journal of
tentang Matematika. Memory and Languange, (Online),
2. Scaffolding bagi siswa tunagrahita. Vol. 43, No. 3,

50
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

(http://cwalkington.com ?PME2012_ the load. Psychological Science,


Presentasion_V15.pdf), diakses 12(6), 516-522.
Desember 2016 Heruman. 2007. Model Pembelajaran
Cartmill, E.A., Beilock, S. & Goldin- Matematika di Sekolah Dasar.
Meadow, S. 2012. A Word in The Bandung: Rosda.
Hand: Action, Gesture and Mental Hostetter, A.B. & Alibali, M.W. 2008.
Representation in Humans and Non- Visible Embodiment: Gestures as
Human Primates. Philosophical Simulated Action. Psychonomic
Transaction of The Royal Society B, Bulletin & Review. 15 (3): 495-514
367:129-143. McNeill, D. 1992. Hand and Mind: What
Cook, S. W., Duffy, R. G., & Fenn, K.
Gesture Reveal about Thought.
M. (2013). Consolidation and Chicago: Chicago University Press.
transfer of learning after observing
hand gesture. Child Development, Mumpuniarti, Pujaningsih. 2016.
84(6), 18631871. Pembelajaran Akademik Fungsional
Cook, S.W., & Goldin-Meadow, S. 2006. Dalam Konteks Pendidikan Khusus
The Role of Gesture in Learning: Do Orientasi Budaya. Yogyakarta. UNY
Children Use Their Hands to Change Press.
Their Minds? Journal of Cognition Mumpuniarti. 2007. Pembelajaran
and Development, 7: 211-232. Akademik bagi Tunagrahita.
Dunn, John & Carol A. Leitschuh. 2006. Yogyakarta: FIP.
Special Physical Education.
Dubuque Lowa: Kendall Publishing Rasmussen, C., Stephan, M., & Allen, K.
Company. 2004. Classroom Mathematical
Francaviglia, M. & Servidio, R. 2011. Practices and Gesturing. Journal of
Gesture as a Cognitive Support to Mathematical Behavior, 23: 301-
Solve Mathematical Problems. 323.
Psychology, 2 (2): 91-97. Swanson, H. L., & Siegel, L. (2001).
Goldin-Meadow, S., Nusbaum, H., Kelly, Learning disabilities as a working
S. D., & Wagner, S. (2001). memory deficit. Issues in Education,
Explaining math: Gesturing lightens 7(1), 1-48.

51

You might also like