Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, Wardhani YK

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA TEPUNG CANGKANG KIJING LOKAL


(Pilsbryoconcha exilis)
Physical and Chemical Characteristic of Local Mussel Shell Flour
(Pilsbryoconcha exilis)
Asadatun Abdullah*, Nurjanah, Yulia Kusuma Wardhani
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Abstract
Local mussel (Pilsbryoconcha exilis) is one aquatic commodity that has high enough
potential. Mussel shell is solid waste that has not been used optimally. The purpose of this
research is to study the physical and chemical characteristics shells and mussel shell flour
with the different of size and body length. The observed parameters include the physical
characteristics of shells, yield, chitin, flour yield, degree of white, proximate contents, pH,
minerals and mineral solubility determination of mussel shell flour. Mussel obtained from
waters Situ Gede has length between 72-103 mm, 31-47 mm high and 13-34 mm thick.
Mussel shells in all size contained chitin ranging from 0,72% to 0,75%. Mussel shell flour
measuring <90 mm 20% larger than the size of mussel ≥ 90 mm. Mussel shell flour measuring
<90 mm has a value of 5% degrees whiter than white shell size ≥ 90 mm. Shell flour has a water
content between 1,19-1,2%, 93,14-93,34% of ash, 1,85-2,31% of protein, 0,66-0,72% of fat,
carbohydrate by difference 2,62-2,94% with a pH range of 8,5-8,9. Mussel shell flour has a
mineral content, respectively from the largest which are calcium, phosphorus and magnesium.
The calcium and phosphorus mussels flour shell has an optimal value for solubility at pH 2.
Mussel shells contained chitin ranged from 0,72% to 0,75%. Mussel shell size difference gave a
significantly different effect on the physical characteristics of the mussel shell flour produced but
did not influence significantly different to the chemical characteristics of the mussel shell flour
produced.

Keywords: mussel shells, mussel shell flour, chemical characteristics, calcium.

PENDAHULUAN
Mineral merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup dan dikenal
sebagai zat anorganik. Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral terbagi
menjadi dua golongan, yaitu mineral esensial dan non esensial (Suzuki et al. 1992). Salah satu
contoh mineral esensial adalah kalsium. Konsumsi kalsium yang kurang akan menyebabkan
osteomalasia dan apabila keseimbangan kalsium negatif dapat mengakibatkan osteoporosis .
Kasus osteoporosis di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh
rendahnya konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia yaitu sebesar 254 mg/hari.


Korespondensi: Asadatun Abdullah, Jln. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga-Bogor, 16680,
email:[email protected]

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
48
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, WardhaniYK

Osteoporosis dapat dicegah dan diobati dengan cara memenuhi asupan kalsium di dalam tubuh,
melakukan aktivitas fisik serta merubah pola hidup sehat.
Kalsium yang digunakan untuk memenuhi asupan di dalam tubuh dapat berasal dari susu,
ekstrak tulang hewan, dan batu-batuan. Kalsium dapat juga diperoleh dari komoditas perairan.
Salah satu komoditas perairan tawar yang memiliki potensi sebagai sumber kalsium yaitu
cangkang kijing lokal (P. exilis). Kijing lokal merupakan salah satu komoditas perairan tawar
yang digemari masyarakat. Kijing yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat memiliki ukuran
panjang tubuh < 90 mm hingga ≥ 90 mm. Banyaknya konsumsi kijing menghasilkan limbah padat
yang cukup tinggi. Cangkang kijing merupakan limbah padat yang belum dimanfaatkan secara
optimal. Cangkang kijing tersusun atas kalsium karbonat. Karnkowska (2004) menunjukkan
bahwa kandungan kalsium yang terdapat pada cangkang bivalvia adalah sebesar 37%.
Penelitian ini penting dilakukan karena kijing merupakan komoditas perairan tawar yang
disukai masyarakat namun limbah padat yang berupa cangkang belum dimanfaatkan secara
optimal. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai komposisi kimia, meliputi
proksimat, pH, mineral serta kelarutan mineral, pada cangkang kijing lokal.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2009 di Laboratorium Karakteristik
Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Teknologi dan
Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan pada tahap persiapan sampel dan pembuatan tepung meliputi
penggaris, timbangan digital, baskom, pisau, tampah, kompor listrik, oven, gelas piala 1 L dan
mortar. Bahan utama yang digunakan adalah kijing lokal yang diperoleh dari Situ Gede. Peralatan
yang digunakan untuk uji proksimat meliputi oven, desikator, timbangan digital, cawan porselen,
tanur pengabuan, labu soxhlet, kapas wool atau kertas saring, labu kjeldahl 100 ml, pemanas
listrik/alat destruksi dan buret 10 ml. Pelarut dan pereaksi yang digunakan untuk uji proksimat
yaitu, hekasana, campuran katalis selen, etanol 95%, asam borat (H3BO3) 2%, NaOH, H2SO4

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
49
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, Wardhani YK

pekat dan akuades. Peralatan yang digunakan untuk analisis kadar kalsium, fosfor dan magnesium
terdiri atas gelas piala, timbangan digital, labu takar, pipet volumetrik, labu kjeldahl 100 ml, alat
destruksi, kertas saring whatman, corong, kuvet, spektrofotometer dan AAS. Bahan kimia dan
pelarut yang digunakan meliputi asam nitrat, HNO3, HClO4, HCl, amonium molibdat, amonium
vanadat, asam nitrat pekat, akuades, indikator merah metil, NH4OH, amonium oksalat, akuades,
amonium fosfat, HCl, dan asam molibdat.
Lingkup Penelitian
Tahapan penelitian meliputi persiapan sampel kijing dan pengamatan karakteristik fisik
cangkang kijing (Hess et al. 2005 dan Liu et al. 2008), pembuatan tepung cangkang kijing,
kemudian analisis mengetahui karakteristik fisik dan kimia tepung cangkang kijing.
Persiapan Sampel
Sampel berupa kijing lokal (P. exilis) diperoleh dari perairan tergenang Situ Gede. Kijing
yang telah diperoleh kemudian ditimbang bobotnya dan diukur panjang tubuhnya. Kijing yang
telah dihitung bobot tubuh dan panjangnya kemudian dipisahkan daging, jeroan serta cangkang
untuk dihitung rendemennya. Cangkang yang telah ditimbang kemudian dikelompokkan
berdasarkan ukurannya yaitu ukuran < 90 mm dan ≥ 90 mm. Pembagian kelompok ukuran
cangkang kijing ini didasarkan pada ukuran konsumsi kijing. Cangkang yang telah dikelompokkan
berdasarkan ukurannya kemudian siap untuk dibuat tepung.
Pembuatan Tepung Cangkang Kijing
Cangkang kijing yang telah dikelompokkan berdasarkan ukuran direbus dengan larutan
NaOH 1 N, kemudian dilakukan penepungan. Analisis karakteristik fisik yang meliputi rendemen
dan derajat putih serta analisis kimia yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak, kalsium,
magnesium dan fosfor dilakukan terhadap cangkang kijing yang telah ditepungkan. Tepung
cangkang kijing dibuat dengan metode Sada (1984) diacu dalam Wahyuni (2007) yang dimodifikasi
pada tahap penepungan.
Cangkang yang telah dipisahkan dari dagingnya dibersihkan. Cangkang dikeringkan dengan
panas matahari selama 6-8 jam, kemudian cangkang direbus dalam larutan NaOH 1 N pada
suhu 50 ºC selama 3 jam. Perebusan dengan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan organik yang terdapat pada cangkang kijing. Cangkang kijing yang telah direbus kemudian
dinetralisasi dengan pencucian, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 121 ºC selama 15 menit.
Cangkang kijing yang telah dikeringkan kemudian dihancurkan dengan menggunakan mortar lalu

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
50
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, WardhaniYK

disaring dengan saringan kasar dan nilon mesh ukuran 60 mesh hingga menjadi tepung cangkang
kijing. Tepung yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui karakteristik fisik dan
kimia tepung cangkang kijing.
Karakterisasi Fisik Cangkang Kijing
Karakterisasi fisik cangkang kijing meliputi pengukuran panjang, tebal dan tinggi cangkang,
rendemen tubuh kijing (Salamah et al. 2008) dan rendemen cangkang.
Karakterisasi Kimia Tepung Cangkang Kijing
Karakterisasi kimia cangkang kijing meliputi kitin, rendemen tepung, derajat putih, kandungan
proksimat, pH, mineral (Arifin 2008) dan penentuan kelarutan mineral tepung cangkang kijing
(Santoso et al. 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Fisik
Karakterisasi fisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik cangkang kijing
dan tepung cangkang kijing yang dihasilkan. Karakteristik fisik cangkang kijing dan tepung
cangkang kijing yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Kijing yang diperoleh dari perairan Situ Gede memiliki panjang berkisar antara
72-103 mm, tinggi 31-47 mm dan tebal 13-34 mm (Tabel 1). Kerang air tawar memiliki panjang
berkisar antara 70-100 mm (Paunovic et al. 2006). Kerang air tawar P. exilis yang ditemukan
di perairan Situ Gede memiliki cangkang tipis berwarna coklat kekuningan hingga agak gelap.
Cangkang berbentuk oval, elips atau memanjang, membulat di bagian anterior dan meruncing di
bagian posterior (Gregoire 1972). Cangkang kijing yang berukuran <90 mm dan ≥ 90 mm memiliki
karakteristik fisik yang sedikit berbeda. Cangkang yang berukuran <90 mm memiliki warna
yang lebih cerah, coklat kekuningan serta relatif tipis. Cangkang yang berukuran ≥ 90 mm memiliki
warna1.cenderung
Tabel gelap
Karakteristik dancangkang
fisik cukup tebal.
kijing dan tepung cangkang kijing
Ukuran cangkang
Parameter
< 90 mm ≥ 90 mm
Panjang (mm) 81,05±2,72 96,17±2,40
Tinggi (mm) 36,38±1,70 43,19±1,25
Tebal (mm) 15,73±0,62 19,28±1,40
Rendemen cangkang (%) 52,40±0,29 52,19±0,08
Rendemen tepung cangkang (%) 42,82±3,40 34,91±0,10
Derajat putih tepung cangkang (%) 76,36±0,83 72,91±1,55

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
51
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, Wardhani YK

Rendemen Cangkang Kijing (P. exilis)


Cangkang merupakan bagian terluar dari tubuh kijing. Ukuran cangkang yang digunakan
pada penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu cangkang kecil yang memiliki ukuran <90 mm dan
cangkang besar yang memiliki ukuran ≥ 90 mm. Pembagian ukuran cangkang berdasarkan pada
sebaran panjang kijing yang diperoleh dari Perairan Situ Gede. Kijing yang diperoleh dari perairan
Situ Gede memiliki panjang antara 72 hingga 103 mm. Rendemen cangkang yang berukuran
<90 mm dan ≥ 90 mm berturut-turut sebesar 52,40% dan 52,19% (P > 0,05) (Gambar 1).
Cangkang kijing memiliki rendemen yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa limbah kijing
memiliki potensi yang cukup besar namun pemanfaatannya belum optimum. Informasi mengenai
kandungan yang terdapat dalam cangkang kijing sangat diperlukan agar pemanfaatan limbah
kijing dapat dilakukan secara optimum. Cangkang kijing mengandung kalsium sehingga diharapkan
dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat terutama sebagai sumber
kalsium.
Karakteristik Fisik Tepung Cangkang Kijing (P. exilis)
Rendemen tepung
Rendemen tepung cangkang kijing dihitung berdasarkan perbandingan berat tepung yang
dihasilkan dengan berat kering cangkang. Tepung cangkang yang diperoleh terdiri dari tepung
yang halus, agak halus dan bentuk yang masih kasar. Cangkang yang berukuran <90 mm dan ≥ 90
mm memiliki rendemen tepung cangkang rata-rata berturut-turut sebesar 42,82% dan 34,91%
(P < 0,05) (Tabel 1). Cangkang yang berukuran ≥ 90 mm memiliki rendemen yang rendah, hal
ini diduga disebabkan oleh tekstur cangkang yang keras dan tebal sehingga lebih sulit untuk
dihancurkan.

60 52,4 52,19
Rendemen (%)

50
40
30
20
10
0
< 90 ≥ 90
Ukuran cangkang (mm)

Gambar 1. Rendemen cangkang kijing

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
52
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, WardhaniYK

Derajat putih
Derajat putih tepung cangkang kijing dari kijing yang berukuran < 90 mm dan ≥ 90 mm
berturut-turut adalah 76,36% dan 72,91% (P < 0,05) (Tabel 1). Tepung cangkang kijing yang
dihasilkan dari cangkang berukuran <90 mm memiliki derajat putih yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cangkang yang berukuran ≥ 90 mm. Warna tepung yang dihasilkan diduga berasal dari
warna alami cangkang. Cangkang yang berukuran <90 mm memiliki warna yang agak cerah
sedangkan cangkang yang berukuran ≥ 90 mm memiliki warna yang cenderung gelap sehingga
derajat putih cangkang berukuran < 90 mm lebih tinggi.
Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia cangkang kijing (P. exilis)
Kandungan kitin yang terdapat pada cangkang kijing memiliki nilai antara 0,58 hingga
0,89%. Cangkang kijing yang berukuran kecil memiliki kandungan kitin rata-rata sebesar
0,75% sedangkan cangkang kijing berukuran besar memiliki kandungan kitin rata-rata sebesar
0,72% (P > 0,05). Cangkang bivalvia mengandung kitin namun jumlahnya tidak terlalu banyak.
Karakteristik kimia tepung cangkang kijing (P. exilis)
Analisis kimia untuk mengetahui karakteristik kimia tepung cangkang kijing meliputi
kandungan proksimat (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat by difference), mineral
(kalsium, magnesium, fosfor) serta mineral terlarut. Karakteristik kimia tepung cangkang
kijing yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
pH
Tepung cangkang kijing yang berukuran <90 mm dan ≥ 90 mm memiliki pH berturut-
turut 8,5 dan 8,9 (P <0,05) (Tabel 2). Nilai pH memegang peranan penting dalam proses
penyerapan zat gizi dalam tubuh. Nilai pH suatu bahan pangan akan mempengaruhi proses
penanganan dan pengolahan bahan pangan tersebut (Kaya 2008). Tepung cangkang kijing
memiliki nilai pH yang bersifat basa. Nilai pH yang bersifat basa pada tepung cangkang
kijing ini diduga berasal dari kapur (Ca) yang terkandung dalam cangkang kijing.
Kalsium
Kandungan kalsium cangkang kijing yang berukuran <90 mm dan ≥ 90 mm berturut-turut
adalah 39,55% dan 28,97% (P >0,05) (Tabel 2). Karnkowska (2004) menyatakan bahwa

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
53
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, Wardhani YK

Tabel 2. Karakteristik kimia tepung cangkang kijing


Kelompok ukuran cangkang
Parameter
<90 mm ≥ 90 mm
Kadar air (%) 1,19±0,00 1,20±0,01
Kadar abu (%) 93,34±0,09 93,14±0,10
Kadar protein (%) 1,85±0,29 2,31±0,13
Kadar lemak (%) 0,66±0,06 0,72±0,11
Karbohidrat by difference (%) 2,94±0,24 2,62±0,20
pH 8,50±0,05 8,87±0,09
Kalsium (%) 39,55±22,8 28,97±13,5
Magnesium (%) <0,01±0,00 <0,01±0,00
Fosfor (%) 0,28±0,21 0,08±0,03

kandungan kalsium yang terdapat dalam cangkang bivalvia sebesar 37 % dan kandungan kalsium
yang terdapat dalam cangkang siput sebesar 39%.
Tepung cangkang kijing yang dihasilkan dari kijing yang berukuran <90 mm memiliki
kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung cangkang kijing yang dihasilkan
dari tepung cangkang kijing yang berukuran ≥ 90 mm. Hal ini diduga dipengaruhi oleh banyaknya
kalsium yang diperoleh dari perairan. Kijing yang masih muda atau yang memiliki ukuran
<90 mm membutuhkan cukup banyak mineral dari perairan untuk masa pertumbuhannya, sehingga
kandungan kalsium pada cangkangnya cukup banyak.
Kalsium yang terdapat dalam cangkang kijing berkisar antara 28,97%-39,55%.
Kandungan kalsium pada tepung cangkang kijing ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
kandungan kalsium pada tepung tulang ikan. Tingginya kandungan kalsium yang terdapat dalam
cangkang kijing diharapkan dapat memenuhi kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup
melalui cara fortifikasi.
Magnesium
Kandungan magnesium pada cangkang yang berukuran kecil lebih banyak daripada
cangkang kijing yang berukuran besar. Cangkang kijing berukuran <90 mm dan ≥ 90 mm
mengandung magnesium berturut-turut sebesar 0,000147% dan 0,0000757 % (P >0,05)
(Tabel 2). Magnesium merupakan salah satu mineral yang terdapat dalam cangkang kijing.
Magnesium memegang peranan penting dalam sistem tubuh. Kandungan magnesium pada
cangkang kijing tidak terlalu besar dan tidak dapat memenuhi kebutuhan magnesium tubuh.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
54
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, WardhaniYK

Kebutuhan magnesium di dalam tubuh manusia dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi bahan
pangan yang mengandung cukup banyak magnesium (Mc Dowell 1992).
Fosfor
Kandungan fosfor pada cangkang kijing berukuran kecil dan besar berturut-turut sebesar
0,278% dan 0,081% (P >0,05) (Tabel 2). Kandungan fosfor dalam cangkang kijing tidak begitu
banyak namun lebih banyak dari magnesium. Fosfor yang terkandung dalam cangkang kijing
tidak terlalu tinggi dan tidak dapat memenuhi jumlah fosfor yang dibutuhkan oleh tubuh makhluk
hidup.
Mineral terlarut
Kelarutan kalsium dan fosfor tepung cangkang kijing semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya keasaman. Kalsium terlarut tepung cangkang pada pH 2 memiliki nilai antara
0,00124% hingga 0,00533%, kalsium terlarut pada pH 4 bernilai antara 0,00024% hingga
0,00238% sedangkan kalsium terlarut pada pH 6 berkisar memiliki nilai antara 0,001% hingga
0,00359%. Fosfor terlarut tepung cangkang pada pH 2 bernilai antara 0,2258% hingga
0,3839%, pada pH 4 memiliki nilai antara 0,1446% hingga 0,2531% sedangkan pada pH 6
bernilai antara 0,0834% hingga 0,1642% (Gambar 2 dan Gambar 3). Mineral sangat penting
untuk reaksi biokimia dalam tubuh, oleh karena itu mineral harus dapat diserap oleh tubuh. Mineral
dapat diserap oleh tubuh apabila berada dalam bentuk terlarut, akan tetapi tidak semua mineral
yang dapat larut tersebut dapat diserap oleh tubuh (Clydesdale 1988, diacu dalam Santoso et
al. 2006 dan Yoshie et al. 1999).

0.006
0.00533
Kalsium terlarut (%)

0.005

0.004
0.00359
0.003
0.00238
0.002
0.00124
0.001 0.001

0 0.00024
2 4 6
Tingkatan nilai pH
< 90 mm ≥ 90 mm
Gambar 2. Grafik kelarutan kalsium tepung cangkang kijing

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
55
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, Wardhani YK

0.45
0.4 0.3839
Fosfor terlarut (%)
0.35
0.3
0.25 0.2531
0.2258
0.2
0.15 0.1642
0.1446
0.1 0.0834
0.05
0
2 4 6
Tingkatan nilai pH
< 90 mm ≥ 90 mm
Gambar 3. Grafik kelarutan fosfor tepung cangkang kijing

Persentase kelarutan fosfor dan kalsium yang tertinggi terdapat pada pH 2. Mineral terlarut
yang cukup tinggi pada pH asam diduga karena sampel tepung ini bersifat basa. Tingkat keasaman
dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat.

KESIMPULAN
Perbedaan ukuran cangkang kijing memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
karakteristik fisik tepung cangkang kijing yang dihasilkan namun memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap karakteristik kimia tepung cangkang kijing yang dihasilkan. Tepung
cangkang kijing yang berukuran <90 mm memiliki rendemen, derajat putih dan kandungan mineral
yang lebih baik dibandingkan dengan tepung cangkang yang berukuran ≥ 90 mm. Tepung
cangkang kijing yang berukuran <90 mm memiliki rendemen, derajat putih, kalsium, magnesium
dan fosfor berturut-turut sebesar 42,82%, 76,36%, 39,55%, <0,01% dan 0,28%. Tepung
cangkang kijing yang berukuran ≥ 90 mm memiliki rendemen, derajat putih, kalsium, magnesium
dan fosfor berturut-turut sebesar 34,91%, 72,91%, 28,97%, <0,01% dan 0,08%.
Tepung cangkang kijing memiliki kandungan proksimat yang tidak jauh berbeda untuk
berbagai ukuran. Kalsium dan fosfor tepung cangkang kijing memiliki nilai kelarutan yang optimum
pada pH 2. Cangkang kijing mengandung kitin berkisar antara 0,72%-0,75%.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya.
Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 99-105.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
56
Karakteristik Cangkang Kijing Lokal Abdullah A, Nurjanah, WardhaniYK

Gregoire C. 1972. Structure of the molluscan shell. Di dalam: Florkin M, Scheer BT, editor.
Chemical Zoologi Mollusca. Volume VII. New York: Academic Press. Hlm 45-102.
Hess P, Ngunyen L, Aasen J, Keogh M, Kilcoyne, McCarron P, Aune T. 2005. Tissue distribution,
effects of cooking and parameters affecting the extraction of azaspiracids from mussels,
Mytilus edulis, prior to analysis by liquid chromatography coupled to mass spectrometry.
Toxicon 2005;46:62-71.
Karnkowska EJ. 2004. Some aspects of nitrogen, carbon and calcium accumulation in mollusks
from the Zegrzynski reservoir ecosystem. Polish Journal of Environmental Studies
14(2):173-177.
Kaya AOW. 2008. Pemanfaatan tepung tulang ikan patin (Pangasius sp.) sebagai sumber kalsium
dan fosfor dalam pembuatan biscuit [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Liu J, Gu B, Bian J, Hu S, Cheng X, Ke Q, Yan H. 2008. Antitumor activities of liposome-
incorporated aqueous extracts of Anodonta woodiana (Lea, 1834). Eur Food Res
Technol 2008;227:919-924.
McDowell LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. California: Academic
Press Inc.
Paunovic M, Csanyi B, Simic V, Stojanovic B, Cakic P. 2006. Distribution of Anodonta
(Sinanodonta) woodiana (Rea,1834) in inland waters of Serbia. Aquatic Invasion
3(1):154-160.
Salamah E, Ayuningrat A, Purwaninsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari
Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin
Teknologi Hasil Perikanan 11(2): 119-133.
Santoso J, Gunji S, Yumiko YS, Suzuki T. 2006. Mineral contents of Indonesian seaweed and
mineral solubility affected by basi cooking. Food Science Technology 12(1):59-66.
Suzuki T, Clydesdale FM, Pandolf T. 1992. Solubility of iron, in model containing organic acids
and lignin. Journal of Food Protection 59: 879-884.
Yoshie Y, Suzuki T, Pandolf T, Clydesdale FM. 1999. Solubility of iron and zinc in selected
seafoods under simulated gastrointestinal conditions. Journal Food Science Technology
Research 5:140-144.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Vol XIII Nomor 1 Tahun 2010
57

You might also like