Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 114

HASIL PENELITIAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASMA BRONCHIAL


DI PUSKESMAS BONEGUNU KABUPATEN
BUTON UTARA

SAFIRA
NIM. P.2016 010 79

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
ii
ABSTRACT

Mandala Waluya College of Health Sciences


Nursing Science Study Program
Research Results, August 2020
Safira, (P.2016 010 79)
"Risk Factors for Bronchial Asthma Occurrence in Bonegunu Health Center,
North Buton Regency 2020"
Advisor I: Firman
Advisor II: Mimi Yati
(xiii+ 68 pages + 15 table+ 2 pictures + 10 attachment)

Bronchial Asthma sufferers in Bonegunu Health Center, North Buton


Regency in 2020 the number of cases 54 people. The purpose of this study was to
determine the risk factors for the incidence of bronchial asthma in Bonegunu
Health Center, North Buton Regency in 2020.
This type of research is observational quantitative analytic with case control
design. The population in this study were all who suffered from bronchial asthma
who visited the health center. The sample of this study was 35 respondents. The
sampling technique uses simple random sampling. The statistical test used is the
Odds Ratio.
The results showed there were risk factors for family history with the
incidence of bronchial asthma (OR = 7,000). There is a risk factor for dust allergy
with the incidence of bronchial asthma (OR = 1,209). There are risk factors for air
pollution with the incidence of bronchial asthma (OR = 13,600).
Research suggestions are expected for the Bonegunu Community Health Center to
routinely carry out counseling to the community, especially bronchial asthma
sufferers about the cleanliness of the house and its surroundings.

Keywords: Bronchial Asthma, Family History, Dust Allergy, Air Pollution


Bibliography: 20 (2008-2020)

iii
ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya


Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil Penelitian, Agustus 2020

Safira, (P.2016 010 79)


“Faktor Risiko Kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu
Kabupaten Buton Utara 2020”
Pembimbing I : Firman
Pembimbing II : Mimi Yati

(xiii + 68 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 10 lampiran)

Penderita Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton


Utara tahun 2020 jumlah kasus 54 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
faktor risiko kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton
Utara tahun 2020.
Jenis penelitian ini analitik kuantitatif observasional dengan desain case
control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua yang menderita Asma
Bronchial yang berkunjung ke Puskesmas. Sampel penelitian ini 35 responden.
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.Uji statistik
yang digunakan adalah Odds Ratio.
Hasil penelitian menunjukkan ada faktor risiko riwayat keluarga dengan
kejadian Asma Bronchial (OR = 7,000). Ada faktor risiko alergi debu dengan
kejadian Asma Bronchial (OR = 1,209). Ada faktor risiko polusi udara dengan
kejadian Asma Bronchial (OR = 13,600).
Saran penelitian adalah diharapkan bagi pihak Puskesmas Bonegunu agar
rutin melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita Asma
Bronchial tentang kebersihan rumah dan sekitarnya.
Kata Kunci : Asma Bronchial, Riwayat Keluarga, Alergi Debu,
Polusi Udara
Daftar Pustaka : 20 (2008-2020)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
meberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Hasil penelitian yang berjudul “Faktor Risiko Kejadian Asma
Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara” guna memenuhi
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan di STIKES-MW Kendari.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghanturkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Firman,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku
Pembimbing I dan kepada Ibu Mimi Yati,S.Kep.,NS.,M.Kes. selaku pembimbing
II atas semua waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyusun hasil penelitian ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan


terima kasih kepada :

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari.


2. Ketua STIKES-MW Kendari beserta jajaranya.
3. Wakil Ketua STIKES-MW (Bidang Akademik, Non Akademik, dan
Kemahasiswaan).
4. Ketua Lembaga STIKES-MW (LPPM dan LPM).
5. Ketua Program Studi Keperawatan STIKES-MW Kendari dan stafnya.
6. Dewan penguji Bapak H.Muh.Idrus,SKM.,M.Kes selaku penguji I, Ibu Islaeli
S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji II dan Ibu Dwi Wulandari Ningtias,
S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji III.
7. Lembaga Penelitian Daerah Sulawesi Tenggara

v
8. Bapak, Ibu dosen beserta segenap staf STIKES-MW Kendari yang telah
memberi ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan di STIKES-MW Kendari.
9. Kepala Puskesmas Bonegunu Provinsi Sulawesi Tenggara atas izin dan
Bantuannya dalam pengambilan data penelitian ini
10. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta yang telah mendidik, mengasuh, dan membina penulis serta
memberikan do’a dan dorongan baik moril maupun materi sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan hasil ini.
11. Teman-teman yang tidak biasa disebutkan namanya satu persatu terima kasih
atas dukungan bantuan dan kebersamaannya selama penulis
menyelesaikankuliah terutama saat menulis hasil ini.

Demikian semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES-MW Kendari, Amin.

Kendari, Agustus 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

ABSTRACK ................................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................

B.Rumusan Masalah...........................................................................

C.Tujuan Penelitian............................................................................

D. Manfaat Penelitian.......................................................................

E.Kebaruan Penelitian........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

vii
A. Tinjauan Teori Variabel Terikat..................................................

14

B. Tinjauan Teori Variabel Bebas....................................................

22

C. Kajian Empiris ............................................................................

25

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian .......................................................31

B. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................32

C. Variabel Penelitian .......................................................33

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................

33

E. Hipotesis Penelitian .......................................................37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................38

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................

39

C. Populasi dan Sampel .......................................................39

D. Sumber dan Cara Pengumpulan Data..........................................

41

E. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data..................................

42

F. Etika Penelitian .......................................................45

viii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ...............................................

47

B. Hasil Penelitian ............................................................................

51

C. Pembahasan .................................................................................

60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................

65

B. Saran ............................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kebaruan Penelitian.........................................................................
9
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga yang Berdomilisi
di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ..................
49
Tabel 3. Jumlah Unit Pelayanan di Puskesmas Bonegunu Kabupaten
Buton Utara .....................................................................................
50

ix
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara .................................................
50
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020.........................................
51
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020.........................................
52
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ........................................
53
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020.......................
53
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Asma Bronchial di
Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ......................
54
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga di
Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020.......................
55
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Debu di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ........................................
56
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Polusi Udara di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ........................................
56
Tabel 13. Faktor Risiko Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Asma
Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara
2020 .................................................................................................
57
Tabel 14. Faktor Risiko Alergi Debu Dengan Kejadian Asma Bronchial
di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ..................
58

x
Tabel 15. Faktor Risiko Polusi Udara Dengan Kejadian Asma Bronchial
di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 ..................
59

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian...........................................................
32
Gambar 2. Desain Penelitian Case Control......................................................
38

xi
DAFTAR SINGKATAN

CI = Confidence Interva

Ha = Hipotesis Alternatif

H0 = Hipotesis Nol

IUD = Intrauterine Device

KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

KEMENKES RI = Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

PDPI = Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

PKMD = Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

PUSKESMAS = Pusat Kesehatan Masyarakat

RSCM = Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo

WHO = Word Health Organitation

OR = Odd Ratio

UL = Upper Limit

LL = Lower Limit

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

Lampiran 5. Ouput Hasil Olahan Data SPSS Versi 16

Lampiran 6. Distribusi Nilai OR (Odds Ratio)

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala
Waluya Kendari

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari Balitbang Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 9. Keterangan Telah melakukan Penelitian dari Puskesmas Bonegunu

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka penyakit alergi akhir-akhir ini terus meningkat, sejalan

dengan perubahan pola hidup masyarakat dan polusi, baik dari lingkungan

maupun zat- zat yang terdapat makanan.Salah satu penyakit-penyakit alergi

yang banyak terjadi di masyarakat adalah asma.Asma merupakan penyakit

yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dihampir semua negara di

dunia. Asma diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit

yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan (wahyudi dkk, 2016

dalam Arifuddin 2019 )

Asma Bronchial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran

napas yang melibatkan banyak sel dan elemen selulernya. Inflamasi kronik

mneyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan

gejala episodik berulang berupa mengi atau weezing, sesak napas, dada terasa

berat, dan batuk, terutama pada mala hari atau dini hari (Price &

Wilson,2006)

1
Secara global, dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma

seluruh dunia adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi asma meningkat

5-30% dalam satu dekade terakhir. (Global Asthma Repost, 2016). Secara

globalmenunjukkan diperkirakan terdapat 339,4 juta orang yang menderita

asma di dunia dengan prevalensi terbesar pada usia 18-45 tahun (Global

Asthma Network, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi asma di indonesia, sebesar 2,4% angka ini menurun dari Riskesdas

tahun 2013 sebesar 4,5%. Prevalensi asma di jawa timur berada diatas

prevalensi nasional (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi Asma berdasarkan

diagnosis dokter pada semua penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sulawsi Tenggara sebesar 2,43% (Data Sulawesi Tenggara, 2018). Sedangkan

Prevalesi penduduk Kabupaten Buton Utara yang menderita penyakit Asma

sebanyak 3,40% data ini menempatkan Kabupaten Buton Utara berada

diurutan keempat dengan prevalensi jumlah Asma di sulawesi tenggara. (Data

Kabupaten Buton Utara, 2018).

2
Risiko berkembangnya atau eksaserbasi asma bronchial merupakan

interaksi antara faktro penjamu (host factor) dan faktor lingkungan.Faktor

penjamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk

berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktivitas

bronkus, jenis kelamin dan ras.Faktor lingkungan mempengaruhi idividu

dengan kecenderungan/predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,

menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala

asma menetap.(PDPI, 2004 dalam Wibowo 2017).

Ada beberapa faktor yang menjadi risiko terjadinya asma bronchial

diantaranya yaitu asap rokok, tungau debu rumah, dan polusi udara (Laksana

DKK, 2015).

Riwayat keluarga merupakan faktor utama yang berhubungan

terhadap kejadian asma. riwayat asma pada kedua orang tua akan

meningkatkan resiko anak terkena asma 8,2 kali, sedangkan salah satu orang

tua dengan riwayat asma akan meningkatkan risiko 4,24 kali dibandingkan

anak dengan orang tua yang tidak memiki riwayat asma (Mangguang, 2016).

3
Penelitian ini didukung oleh penelitian

Arifuddin,dkk,2019.Menyatakan bahwa riwayat keluarga berhubungan

terhadap kejadian asma. Artinya riwayat asma pada kedua orang tua akan

meningkatkan resiko asma pada anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo pada tahun

2008 pada pasien asma bronkial di RS Daerah Kudus, didapatkan faktor

risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial pada anak

adalah jenis kelamin, kepemilikan binatang peliharaan, perubahan cuaca,

riwayat penyakit keluarga, asap rokok. Sedang faktor risiko yang tidak

terbukti berpengaruh adalah perabot rumah tangga, jenis makanan, dan debu

rumah.

Dalam penelitian Wahyuni dan Yulia, 2014 faktor pencetus serangan

asma terbanyak adalah alergen 94,1%, Polusi udara 89,1%, perubahan cuaca

79,2%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novianti Kasim, dkk,

2019 pada pasien asma bronkial di Puskesmas Singgani Kota Palu

terdapathubungan yang signifikan asap rokok dan alergi debu dengan

kejadian asma bronkhial.

4
Jumlah penderita Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara pada tahun 2017 berjumlah 37 orang atau 0,8%, dan

meningkat pada tahun 2018 dengan jumlah 43 orang atau 1,28%,

danmeningkat pada tahun 2019 dengan jumlah 46 orang atau 1,31%, hingga

(Data Puskesmas Bonegunu 2019)

Berdasarkan wawancara dengan 9 orang responden yang menderita

Asma Bronkial yang berkunjung di Puskesmas Bonegunu didapatkan data, 3

responden mengatakan bahwa mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit

Asma Bronkial, selain itu 3 responden mengatakan bahwa alergi terhadap

lingkungan seperti debu, dan 3 responden mengatakan sering terpapar polusi

udara seperti, asap rokok, asap kayu masak.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang penyakit asma bronkhial dengan judul “ Faktor Risiko

Kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton

Utara”.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah riwayat keluarga merupakan faktor risiko kejadian asma bronchial

di Puskesmas Bonegunu ?

2. Apakah alergi debu merupakan faktor risiko kejadian asma bronchial di

Puskesmas Bonegunu ?

3. Apakah polusi udara merupakan faktor risiko kejadian asma bronchial di

Puskesmas Bonegunu ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor risiko kejadian asma bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi faktor risiko riwayat keluarga dengan kejadian

asma bronchial di Puskesmas Boegunu

6
b. Untuk mengidentifikasi faktor risiko alergi debu dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Boegunu

c. Untuk mengidentifikasi faktor risiko polusi udara dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan tambahan referensi bagi pengembang ilmu

pengetahuan khususnya keperawatan tentang Faktor Risiko Kejadian

Asma Bronchial.

2. Manfaat Praktis

a. Pelayanan Kesehatan

Sebagai dasar penelitian lanjut mengenai upaya preventif pada

asma bronchial.

b. Masyarakat

Aplikasi penelitian dalam upaya penyuluhan kesehatan

masyarakat khususnya mengenai faktor yang dapat dicegah.

c. Bagi Peneliti

7
Peneliti dapat memperoleh ilmu, pengetahuan, wawasan dan

pengalaman mengenai Faktor Risiko Kejadian Asma Bronchial.

8
E. Kebaruan Penelitian

No Nama Peneliti, Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun & Judul Penelitian

1. Arifuddin, dkk. Metode - Ada hubungan - Variabel - pendekatan


(2019) “Faktor- penelitian ini antara tingkat indpenden cross
faktor yang menggunakan kecemasan, : sectional
berhubungan pendekatan kebiasaan Riwayat - lokasi
dengan kejadian cross sectional merokok, riwayat Keluarga penelitian di
asma di wilayah study, dengan keluarga, hewan wilayah
kerja puskesmas teknik peliharaan kerja
singgani kota pengambilan dengan kejadian puskesmas
palu” Sampel yaitu asma di wilayah kota palu
accidental Kerja Puskesmas
sampling Singgani Kota
Palu
2. Kasim, dkk Metode - Ada Hubungan - Variabel - pendekatan
(2019) penelitian asap rokok dan indpenden cross
“Hubungan menggunakan alergi debu : sectional
antara asap cross dengan asma Alergi - Teknik
rokok dan alergi sectional bronkhial di debu accidental
debu dengan study dengan puskesmas sampling
penyakit asma teknik singgani kota - lokasi
bronkhial di accidental palu penelitian di
puskesmas sampling wilayah
singgani kota kerja
palu” puskesmas
kota palu
3. Khaidir, dkk Metode - Ada hubungan - Faktor - pendekatan
(2019) penelitian antar umur, genetik cross
“Hubungan menggunakan pendidikan, sectional
antara cross tingkat - Lokasi
karakteristik sectionla pendapatan faktor penelitian di
penderita survey dengan genetik dengan rumah sakit
dengan deraja tehnik derajat asma di umum
asma bronkhial pengambilan rumah sakit umun daerah andi
di rumah sakit sampel yaitu daerah andi makkasau
umun daerah purposive makkasau kota kota
andi makkasau sampling parepare. parepare
kota parepare” Sedangkan jenis
kelamin tidak
meliliki
hubungan dengan
derajat asma di
rumah sakit
umum daerah
andi makkasau
kota parepare
4. Wibowo, (2017) Metode - Faktor risiko - Variabel - pendekatan
“Hubungan penelitian ini penyebab asma indpenden cross
antara faktor menggunakan kebanyakan : sectional
risiko pajanan pendekatan terpajan oleh - lokasi

9
lingkungan cross debu yaitu
dengan kasus sectional sejumlah 33%, Debu, penelitian di
eksaserbasi penyebab kedua asap. priwengsu,
asma bronkhial terbanyak adalah lampung
di pringsewu, olahan tanaman
lampung seperti padi, kopi,
coklat, dan lada
yaitu sekitar 22%,
sedangkap
penyebab ketiga
terbanyak adalah
asap rokok yaitu
18%.
5. Mangguang. Metode - Hasil analisis - Metode - Lokasi
(2016) “Faktor penelitian ini hubungan antara penelitian penelitian di
risiko kejadian menggunakan riwayat keluarga case kota padang
asma pada anak case control asma dengan control
di kota padang” study kejadian asma di study
peroleh OR - Variabel
sebesar 11,1 indpenden
(95%CI: 4,1- :
29,9) dengan Riwayat
p<0,001. Yang Keluarga
berarti adanya
riwayat keluarga
asma merupakan
faktor risiko
terhadap kejadian
asma
6. Indri, dkk Metode - Prevalesi - jenis - Lokasi
(2016) penelitian ini tertinggi penelitian penelitian di
“Prevalensi dan menggunakan terjadinya asma deskriptif RSU GMIM
faktor-faktor jenis pada anak di RSU restopektif Bethesda
yang penelitian GMIM Bethesda Tomohon
menyebabkan deskriptif Tomohon periode - Sampel
asma pada anak restopektif Agustus 2011 – anak 0-18
di RSU GMIM Juli 2016. tahun
Bethesda Riwayat aopi,
Tomohon tungau debu, dan
periode Agustus perubahan cuaca
2011 – Juli atau udara dingin
2016” berpengaruh
besar terhadap
kejadian episodik
asma
7. Ramdhani dan Metode - Kejadian assma - Variabel - pendekatan
Soeroso, (2015) penelitian ini pada murid indpenden cross
“Faktor Risiko menggunakan sekolah dasar di : sectional
Asma Pada studi kota mrdan Riwayat - lokasi
Murid Sekolah observasional memilki atopi penelitian di
Dasar di Kota analitik hubungan yang keluarga kota medan
Medan” dengan desain signifikan dengan
cross adanya riwayat
sectional  atopi keluarga,
riwayat infeksi

10
dan kepemilikan
hewan
peliharaanberbulu
. Riwayat
pemberian ASI,
status gizi,
paparan asap
rokok,
dankepemilikan
perabot kapuk,
tidak memilki
hubungan yang
signifikan dengan
kejadian asma
8. Usman, dkk. Metode - Berdasarkan - Variabel - pendekatan
(2015) “Faktor penelitian ini penelitian yang di indpenden cross
risiko dan faktor menggunakan lakukan di : sectional
pencetus yang desain cross- dapatkan anak Perubahan - Lokasi
mempengaruhi sectional dengan asma Cuaca penelitian di
kejadian asma yang di pengaruhi RSUP Dr.
pada anak di perubahan cuaca M.Djamil
RSUP Dr. M. adalah 29 orang Padang
Djamil Padang” (65,91%), Faktor
risiko aktivitas
adalah 12 orang
(27,27%), anak
dengan asma
yang memiliki
berat badan lahir
<2500 gram
adalah 7 orang
(15,91%), faktor
risiko debu pada
kejadian asma
yaitu 28 orang
(63,64)

9. Wahyuni dan Metode - Hasil penelitian - Variabel - pendekatan


Yulia, (2014) penelitian ini menunjukkan indpenden cross
“Prefalensi menggunakan ahwa distribusi : sectional
faktor-faktor penelitian faktor pencetus Polusi - Lokasi
pencetus deskriptif asma karena udara penelitian di
serangan asma kuantitatif alergen adalah salah satu
pada pasien dengan 94,1%, faktor rumah sakit
asma disalah pendekatan pencetus asma di Jakarta
satu rumah sakit cross karena infeksi - Tehnik
di jakarta” sectional, pernapasan purposive
dengan tehnik adalah 26,7%, random
pengambilan faktor pencetus sampling
sampel asma karena
purposive latihan fisik
sampling adalah 94,15,

11
faktor pencetus
asma karea
sensitif terhadap
obat dan
makanan adalah
28,7%, faktor
pencetus asma
karen apolusi
udara adalah
89,1%, faktor
pencetus asma
karena penyakit
refluks
gastroesophageal
adalah 68,3%,
faktor pencetus
asma karena
perubahan
psikologis/emosi
adalah 88,1%,
faktor pencetus
asma karena
perubahan cuaca
adalah 79,2%.
10. Purnomo, Metode - Faktor risiko - Variabel Lokasi
(2008) dalam penelitian ini yang terbukti independe penelitian di
mengerjakan menggunakan berpengaruh n: RS kabupaten
skripsi “Faktor- desain terhadap kejadian kudus
faktor risiko Hosptal based asma bronkhial Riwayat
yang case control pada anak adalah keluarga,
berpengaruh study jenis kelamin
terhadap (OR = 8,25; 95%
kejadian asma CI ; 1,252-
bronkhial pada 54,364; p
anak di RS =0,028),
kabupaten kepemilikan
kudus” binatang
peliharaan (OR =
30,65 ; 95%
CIyang terbukti
berpengaruh
terhadap kejadian
asma bronkhial
pada anak adalah
jenis kelamin
(OR = 8,25; 95%
CI ; 1,252-
54,364; p
=0,028),
kepemilikan
binatang
peliharaan (OR =
30,65 ; 95% CI;
1,538 – 610,7 ; p
= 0,025),

12
perubahan cuaca
(OR = 19,27 ;
95% CI ; 2,169 –
171,3 ; p = 0,008,
Riwayat penyakit
keluarga (OR =
8,27 ; 95% CI ;
1,505-45,434 ; p
= 0,015), asap
rokok (OR =
23,13 ; 95% CI ;
4,141 – 129,2 ; p
= 0,00).
Probabilitas
individu untuk
terkena asma
bronkhial dengan
memiliki faktor-
faktor risiko
tersebut adalah
sebesar 46,51

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori Variabel Terikat

1. Definisi

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya

respons trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (The

American Thoracic Society, 1962, dalam Arif Mutaqqin, 2014 : 172)

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian penyakit

asma. Asma didefinisikan sebagai suatu kelainan berupa inflamasi

13
(peradangan kronik) saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas

bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala

episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada

terutaama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat

reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif

(hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu

aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat

bahkan dapat menimbulkan kematian.

2. Etiologi

Faktor predisposisi etiologi asma dapat dipengaruhi:

a. Faktor genetik

- Usia kurang dari 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki

berjumlah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan

- Riwayat alergi keluarga, pasien dengan keluarga yang memiliki

riwayat alergi lebih beresiko

- Jenis kelamin pada pria lebih berisiko terjangkit asma pada anak

- Hipereaktivitas bronkus, yaitu keadaan saluran napas yang sensitif

terhadap paparan zat alergen atau iritan

- Bertambah banyak pada perempuan usia menopause

14
b. Faktor Lingkungan

- Alergen dari lingkungan sekitar seperti debu rumah, spora jamur,

tungau, serangga lainnya, serpihan kulit binatang

- Serbuk sari dan spora jamur disekitar penderita

- Alergen makanan (udang, susu, kepiting, kedelai, ikan laut, coklat,

kacang tanah, kiwi, dan lainnya)

- Zat iritan (asap kayu bakar, insektisida, parfum, cat, asap rokok, bau

cat, dan lainnya)

- Beberapa jenis obat (misalnya beta bloker)

- Pengaruh pikiran stress atau emosi

- Cuaca yang ekstrim

- Aktivitas berlebih (Udin, 2019 : 17-18)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronchial adalah:

a. Alergen

Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan

dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tungan debu

rumah (dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing,

bulu binatang, beberapa makanan laut, dan sebagainya.

b. Infeksi saluran Pernapasan

Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus.Virus

influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering

menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan, dua pertiga penderita asma

dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan

15
c. Faktor Genetik

- Hiperaktivitas

- Atopi/alergi bronkus

- Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

- Jenis kelamin

- Ras dan etnik

d. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asma bronchial akan mendapatkan serangan

asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik berlebihan. Lari cepat

dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan

serangan asma.

e. Obat – obatan

Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau alergi

terhadap obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein,

dan sebagainya.

f. Polusi udara

Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap

pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil

pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.

g. Lingkungan kerja

16
Linglungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang

menyumbang 2-15 % klien dengan asma bronkhial (Arif Mutaqqin,

2014: 173)

3. Klasifikasi Asma

Berdasarkan episodik serangan asma, dapat dibedakan :

a. Asma episodik yang jarang

Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya

dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas. Frekuensi serangan 3-4

x / th. Lamanya serangan beberapa hari dan langsung menjadi

sembuh.Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,

sedangkan batuk 10-14 hari serangan tidak ditemukan kelainan.

b. Asma episodik sedang

2 / 3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan

sampai 3 tahun, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas

akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang

jelas.

c. Asma Kronik/persisten

Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia

3 tahun (75%), pada 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan episodik

pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan nafas yang

persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap hari. Pada malam

hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan waktu ke waktu

serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.

17
Klasifikasi Asma berdasarkan berat penyakit

a. Tahap I : Intermitten

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :

- Gejala intermitten < 1 kali dalam seminggu

- Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa

hari)

- Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan

- Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode

eksaserbasi

- PEF atau FEV1 : > 80% dari prediksi

Variabilitas < 20%

- Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :

Obat untuk mengurangi gejala intermiten dipakai hanya kapan

perlu inhalasi jangka pendek

- Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi

kortikosteroid oral mungkin dibutuhkan

b. Tahap II : Persisten ringan

Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan:

- Gejala lebih dari 1 minggu tapi < 1 kali sehari

- Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur

- Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan

- PEF atau FEV1 : > 80% dari prediksi

Variabilitas < 20-30%

18
- Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :

Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu

bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan anti

inflamasi (terutama untuk serangan asma malam hari)

c. Tahap III : Persisten sedang

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan:

- Gejalan harian

- Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur

- Gejala serangan asma malam hari > 1 kali dalam seminggu

- Pemakaian inhalasi jangka pendek B2 agonis setiap hari

- PEF atau FEV1 : > 60% - <80% dari prediksi

Variabilitas >30%

- Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :

Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid

bronkodilator jangka panjang (terutama untuk serangan asma

malam hari)

d. Tahap IV : Persisten berat

Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan:

- Gejala terus menerus

- Gejala eksaserbasi sering

- Gejala serangan asma malam hari sering

19
- Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma

- PEF atau FEV1 : < 60% dari prediksi

Variabilitas >30%

4. Stadium

Stadium klinis asma di bagi dalam 3 stadium :

a. Stadium I

Waktu terjadi edema dinding bronchus, batuk paroksismal

karena iritasi dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul

merupakan benda asing yang merangsang batuk.

b. Stadium II

Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan

berbusa pada stadiu ini mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih

dalam, ekspirasi memanjang dan ada wheezing otot nafas tambahan

turut bekerja terdapat retraksi supra sternal epigastrium.

c. Stadium III

Obstruksi/spasmebronchus lebih berat.Aliran darah sangat

sedikit sehingga suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat

berbahaya karena sering disangka ada perbaikan pernafasan dangkal

tidak teratur dan frekuensi nafas menjadi tinggi. (Wijaya dan Putri,

2013 : 190-193)

5. Tanda dan Gejala

a. Secara umum asma mempunyai gejala seperti batuk (dengan atau tanpa

lendir), dispnea, dan mengi.

20
b. Asma bisanya menyerang pada malam hari atau di pagi hari

c. Eksaserbasi sering didahului dengan meningkatnya gejala selama

berhari-hari, tapi bisa juga terjadi secara tiba-tiba.

d. Pernapasan berat dan mengi

e. Obstruksi jalan napas yang memburuk yang memperburuk dispnea

f. Batuk kering pada awalnya: diikuti dengan batuk yang lebih kuat

dengan produksi sputum berlebih

g. Gejala tambahan seperti diaforesis, takikardi, dan tekanan nadi yang

melebar (Puspasari, 2019 : 148).

6. Komplikasi

Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat memiliki efek buruk

pada kualitas hidup seseorang.Kondisi tersebut bisa mengakibatkan

kelelahan, kinerja menurun, masalah psikologis termasuk stres,

kecemasan, dan depresi.dalam kasus yang jarang terjadi, asma dapat

menyebabkan sejumlah kompikasi pernapasan serius, termasuk:

a. Pneumonia (infeksi paru-paru)

b. Kerusakan sebagian atau seluruh paru-paru

c. Gagal napas, dimana kadar oksigen dalam darah menjadi sangat rendah

atau kadn karbon dioksida menjadi sangat tinggi

d. Status asthmaticus (serangan ama berat yang tidak merespons

pengobatan) (Puspasari, 2019 : 151)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter

21
b. Uji revisibilitasi (dengan bronkodilator)

c. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada atau tidaknya hiperaktivitas

bronkus

d. Uji alergi (skin prick test) untuk menilai ada atau tidaknya alergi

e. Foto toraks untuk menyingkirkan penyakit lain selain asma (Puspasari,

2019 : 152).

B. Tinjauan Teori Variabel Bebas

Timbulnya penyakit asma bronchial dapat dipicu oleh beberapa faktor -

faktor yang berhubungan dengan kejadian asma bronchial yaitu:

1. Riwayat keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

mempunyai riwayat keluarga menderita asma yaitu sebanyak 34 responden

(59,6%) dibandingkan dengan yang mempunyai riwayat keluarga tidak

menderita asma yaitu 23 responden (40,4%). Sedangkan sebagian besar

responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga tidak menderita asma,

yaitu sebanyak 59 responden (64,8%) dibandingkan dengan yang tidak

mempunyai riwayat keluarga menderita asma yaitu 32 responden (35,2%).

Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai ρ ≤ α

(0,006 < 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Adhar Arifuddin,dkk (2019),

sebagian besar penderita asma bronchial adalah yang memiliki riwayat

penyakit asma keluarga sehingga dapat memicu terjadinya asma bronchial.

2. Alergi debu

22
Penelitian yang dilakukan oleh Novianti Kasim, dkk (2019),

hubungan antara alergi debu dengan kejadian Asma Bronkhial dikarenakan

responden mempunyai tingkat paparan yang tinggi, dimana responden

sering terpapar debu diluar dan didalam rumah. Sehingga hal ini yang

dapat memicu terjadinya peningkatan keterpaparan responden dengan

debu yang terdapat didalam rumah maupun di lingkungan sekitar.

Penderita yang sensitif terhadap alergen inhalasi spesifik indoor dan

outdoor seperti mold, tungau debu, kecoa, binatang peliharaan, pollen, dan

jamur.Beberapa penelitian membuktikan bahwa meskipun alergen tersebut

dapat menyebabkan serangan asma dan membuat perubahan yang besar

pada paru-paru penderita asma. Inhalasi alergen spesifik oleh penderita

asma bronkhial yang sensitif terhadap alergen tersebut menyebabkan

bronkokonstriksi akut, yang biasanyaakan membaik dalam dua

jam.Dimana, hal tersebut merupakan fase awal respon asmatik. Pada

kurang lebih 50% penderita respon pada awal tersebutakan diikuti dengan

bronkokonstriksi periode kedua (respon lambat) yang terjadi 3-4 jam

setelah inhalasi dan dapat berlangsung 24 jam (Kurniawati, 2006, dalam

Muliadi, 2017).

Pada hasil penelitian tentang penyebab asma jelas terlihat bahwa

kebanyakan sampel penelitian paling banyak terpajang oleh debu yaitu

sejumlah 33%.Debu rumah yang menempel pada lantai kamar dan ruang

keluarga, perabot rumah, dan langit-langit rumah, tempat tidur, jendela

kamar tidur yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak dengan lap

23
basah dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkhial.Masuknya

suatu alergen (debu) kedalam saluran pernapasan seseorang dapat

merangsang terjadinya reaksi hipersensitivitas. (Wibowo, 2017).

3. Polusi Udara

Telah diketahui bahwa perokok pasif akan mengalami penurunan

fungsi paru. Faktor epidemiologi yang menunjukkan bahwa paparan

terhadap lingkungan asap tebamkau (termasuk perokok pasif)

meninggalkan risiko sistem pernapasan lebih rendah pada bayi, dan anak-

anak.Asap rokok tersebut yang merupakan alergen yang kuat. Asap rokok

pada tangan kedua telah terbukti sangat memicu timbulnya gejala asma,

terutama pada anak. Individu lain yang menghirup asap rokok

mendapatkan racun yang lebih banyak dibandingkan dengan pengguna

rokok, dan mengalami iritasi pada mukosa sistem pernafasan (Kurniawati,

2006, dalam muliadi, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Yulia (2014) yang

mana polusi udara responden tentang Asma Bronchial adalah sebagian

besar (89,1%).

4. Perubahan cuaca

Penelitian yang dilakukan oleh Usman, dkk (2015) yang mana

perubahan cuaca responden tentang Asma Bronchial adalah sebagian besar

(65,9%) dibandingkan dengan kelompok kontrol sebanyak (34%).

Kondisi cuaca dengan temperatur dingin, tingginya kelembapan

dapat menyebabkan Asma, epidemik ini menyebabkan asma menjadi lebih

24
parah dan meningkatkan partikel alergik. Penelitian yang dilakukan di

RSCM didapatkan penderita asma kemungkinan akan mengalami

kekambuhan asma 32x lebih besar dari pada penderita tanpa perubahan

cuaca. Dari hasil penelitian di dapatkan 79,2% responden mengalami

serangan asma karena perubahan cuaca, hal ini saat penelitian didapatkan

musim penghujan dimana temperatur udara lebih dingin dibanding musim

kemarau. (Wahyuni dan Yulia, 2014).

C. Kajian Empiris

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhar Arifuddin, dkk(2019),

dengan judul“Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma di

Wilayah Kerja Puskesmas Singgani Kota Palu”. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional study dengan jenis penelitian

survey analitik dan menggunakan tehnik pengambilan sampel yaitu

accidental sampling. Adapun Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada

hubungan antara tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga,

hewan peliharaan, dengan kejadian asma di wilayah Kerja Puskesmas

Singgani Kota Palu.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novianti Kasim, dkk (2019),

dengan judul “Hubungan antara asap rokok dan alergi debu dengan

penyakit asma bronkhial di puskesmas singgani kota palu”. Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian

pendekatancross sectional study dengan teknik accidental sampling.

Adapunkesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan asap rokok

25
dengan kejadian asma bronkial di Puskesmas Singgani Kota Palu, dimana

p value = 0,026 atau p < 0,05 artinya H0 ditolak menunjukkan bahwa dua

variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Ada hubungan

antaraalergi debu dengan asma bronkhial di Puskesmas Singgani Kota

Palu, dimana p value = 0,000 atau p < 0,05 artinya H0 ditolak

menunjukkan bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan yang

signifikan.

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Khaidir, dkk (2019),

dengan judul “Hubungan antara karakteristik penderita dengan deraja asma

bronkhial di Rumah Sakit Umun Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare”Metode penelitian menggunakan cross sectional survey dengan

tehnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Adapun kesimpulan

dari penelitian ini adalah ada hubungan antara umur, pendidikan, tingkat

pendapatan, faktor genetik, dan lingkungan dengan derajat asma di Rumah

Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Daerah Kota Parepare, Sedangkan

jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan derajat asma di Rumah

Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Daerah Kota Parepare.

4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adityo Wibowo,

(2017),dengan judul “Hubungan antara Faktor Risiko pajanan Lingkungan

dengan Kasus Eksaserbasi Asma Bronkhial di Pringsewu,

Lampung”Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectionaldengan tehnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Adapun

kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan faktor risiko antara

26
debu, olahan tanaman, dan asap dengan kejadian asma bronkial di

Priwengsewu, Lampung.

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masrizal Dt

Mangguang(2016), dengan judul “Faktor risiko kejadian asma pada anak

di kota padang”.Metode penelitian ini menggunakan case control study

dengan tehnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Adapun

kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian asma adalah jenis kelamin laki-laki (OR=5,2; 95% CI:

1,5-17,9), Pemberian ASI tidk ekslusif (OR=4,2; 95% CI: 1,2-14,7),

Riwayat keluarga asma (OR=10,8; 95% CI: 3,3-35,1), Kontak dengan

binatang peliharaan (OR=8,5; 95% CI: 1,3-54,9).

6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indri, dkk (2016) “, dengan

judul “Prevalensi dan faktor-faktor yang menyebabkan asma pada anak di

RSU GMIM Bethesda Tomohon periode Agustus 2011 – Juli

2016”Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

restopektif. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah Riwayat atopi,

tungau debu, danperubahan cuaca atau udara dingin berpengaruhnbesar

terhadap kejadiam asma.

7. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizky Ramdhani dan Noni

Novisari Soeroso, (2015) “Faktor Risiko Asma Pada Murid Sekolah Dasar

di Kota Medan”Metode penelitian ini menggunakan studi observasional

analitik dengan desain cross sectionaldengan tehnik pengambilan sampel

consecutive sampling. Adapun hasil dari penelitian ini adalah kejadian

27
asma memiliki hubungan yang signifikan dengan adanya riwayat keluarga,

riwayat infeksi, dan kepemilikkan hewan peliharaan berbulu.

8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Usman, dkk. (2015), dengan

judul “Faktor risiko dan faktor pencetus yang mempengaruhi kejadian

asma pada anak di RSUPDr.M.Djamil Padang”.Metode penelitian ini

menggunakan desain cross-sectional. Adapun kesimpulan dari penelitian

ini adalah faktor risiko dan faktor pencetus yang mempengaruhi asma pada

anak adalah perubahan cuaca (65,91%), debu (63,64%), jenis kelamin

(52,80%), makanan (43,29%), urtikaria pada anak (38,64%), rhinitis pada

anak (34,09%), dermatitis atopi pada ibu (22,72%), urtikaria pada ayah

(20,45%), berat badan lahir < 250 gram (15,91%) dan status gizi atau

obesitas (2,28%).

9. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anita Hera Wahyuni dan

Yulia, (2014), dengan judul “Prefalensi faktor-faktor pencetus serangan

asma pada pasien asma disalah satu rumah sakit di jakarta”, Metode

penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional, dengan tehnik pengambilan sampel purposive

sampling. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor pencetus

asma disebabkan oleh alergen (94,1%), faktor pencetus asma karena

infeksi pernapasan (26,7%), faktor pencetus asma karena latihan

fisik(94,1%), faktor pencetus asma karena sensitif terhadap obat dan

makanan ((28,7%), faktor pencetus asma karena polusi udara (89,1%),

faktor pencetus asma karena penyakit refluks gastroesophagneal (68,3%),

28
faktor pencetus asma karena perubahan psikologis atau emosi (88,1%),

faktor pencetu asma karena perubahan cuaca (79,2%).

10. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo, (2008) dalam

mengerjakan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian asma bronkhial pada anak di RS kabupaten kudus”.

Metode penelitian ini menggunakan desain Hosptal based case control

studydengan tehnik pengambilan sampel yaitu accidental sampling.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah Faktor risiko yang terbukti

berpengaruh terhadap kejadian asma bronkhial pada anak adalah jenis

kelamin (OR = 8,25; 95% CI ; 1,252-54,364; p =0,028), kepemilikan

binatang peliharaan (OR = 30,65 ; 95% CIyang terbukti berpengaruh

terhadap kejadian asma bronkhial pada anak adalah jenis kelamin (OR =

8,25; 95% CI ; 1,252-54,364; p =0,028), kepemilikan binatang peliharaan

(OR = 30,65 ; 95% CI; 1,538 – 610,7 ; p = 0,025), perubahan cuaca (OR =

19,27 ; 95% CI ; 2,169 – 171,3 ; p = 0,008, Riwayat penyakit keluarga

(OR = 8,27 ; 95% CI ; 1,505-45,434 ; p = 0,015), asap rokok (OR = 23,13 ;

95% CI ; 4,141 – 129,2 ; p = 0,00).

29
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Asma Bronchial merupakan gangguan pada saluran pernapasan yang

ditandai dengan gejala mengi, batuk, sesak nafas. Ada beberapa faktor yang

di curigai sebagai faktor penyebab terjadinya asma bronchial antara lain :

riwayat keluarga, alergi debu, dan polusi udara.

Faktor riwayat keluarga menjadi salah satu penyebab terjadinya

asma bronchial meliputi, atopi, fakor yang memodifikasi penyakit genetik,

jenis kelamin, ras, dan etnik. Riwayat asma pada keluarga akan meningkatkan

resiko asma pada anak. Hal ini terkait dengan kecenderungan genetik yang di

turunkan oleh orang tua untuk bereaksi terhadap zat-zat yang terdapat di

lingkungan (alergen).

30
Alergi debu adalah suatu alergen yang berasal dari lingkungan

seperti debu yang berterbangan di udara dan masuk kedalam saluran

pernapasan akan terjadi reaksi alergi yang mula-mula berupa bersin, batuk,

dan terakhir bisa sesak yang dapat menyebabkan terjadinya asma bronkhial.

Polusi udara adalah faktor pencetus berupa zat atau bahan pencemar

yang dapat berada di dalam dan di luar tempat tinggal yang dapat

menimbulkan gangguan asma bronchial.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang

di rumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat keluarga

Alergi debu
Asma Bronchial
Polusi udara

Perubahan cuaca

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan :

31
: Variabel yang di teliti (Independen/bebas)
: Variabel yang tidak di teliti
: Variabel Dependen (terikat)
: Hubungan antar variabel

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalan, 2013). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah Riwayat keluarga, Alergi debu, Polusi udara.

2. Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang di pengaruhi nilainya di

tentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penyakit asma bronkhial.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Penyakit Asma Bronchial

Asma Bronchial dalam penelitian ini adalah penyakit gangguan

inflamasi kronik saluran napas.Inflamasi kronik mneyebabkan peningkatan

hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang

berupa mengi atau weezing, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk,

terutama pada malam hari atau dini hari.

32
Kriteria Objektif:

Kasus : Jika diagnosa medis positif asma bronchial

Kontrol : Jika diagnosa medis negatif asma bronchial

2. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dalam penelitian ini adalah faktor genetik yang di

alami seseorang secara turun temurun.Kriteria dalam penilaian didasarkan

atas jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu satu pertanyaan dengan

mengunakan skala guttman dan setiap pertanyaan diberikan nilai antara 0-

1. Jika menjawab Ada diberi skor “1”, dan jika menjawab tidak diberi skor

“0”.

Skor tertinggi : 1 x 1 =1 (100%)

Skor terendah : 1 x 0 = 0 (0%)

Kemudian di ukur dengan menggunakan rumus Interval

Dimana :

R
I=
K

Ket:

I = Interval

R = Range (kisaranya yaitu nilai tertinggi – nilai terendah) = (100% - 0% )

= 100 %

K = jumlah kategori 2 ( Ada dan tidak )

100 %
I= =50%. Maka intervalnya 100% - 50% = 50%
2

Kriteria obyektif

33
Ada : Jika ada dari Ibu/Bapak yang pernah menderita asma

bronchial di beri skor nilai jawaban responden ≥ 50%

Tidak : Jikatidak ada dari Ibu/Bapakyang pernah menderita asma

bronchial di beri skor jawaban responden < 50%

3. Alergi debu

Alergi dalam penelitian ini adalah suatu alergen yang berasal dari

lingkungan seperti debu yang berukuran sangat kecil dapat terbang di

udara masuk melalui saluran pernapasan sehingga terjadi reaksi alergi

yang mula-mulai berupa bersin, batuk, dan terakhir bisa sesak yang dapat

menyebabkan terjadinya asma bronchial.Kriteria dalam penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu tiga (3) pertanyaan

dengan mengunakan skala guttman dan setiap pertanyaan diberikan nilai

antara 0-1. Jika menjawab Yadiberi skor “1”, dan jika menjawab tidak

diberi skor “0”.

Skor tertinggi : 3 x 1 =3 (100%)

Skor terendah : 3 x 0 = 0 (0%)

Kemudian di ukur dengan menggunakan rumus Interval

Dimana :

R
I=
K

Ket:

I = Interval

R = Range (kisaranya yaitu nilai tertinggi – nilai terendah) = (100% - 0% )

= 100 %

34
K = jumlah kategori 2 ( risiko tinggi dan risiko rendah )

100 %
I= =50%. Maka intervalnya 100% - 50% = 50%
2

Kriteria Obyektif :

Risiko Tinggi : Jika alergi pada debu di beri skor nilai jawaban

responden ≥ 50%

Risiko Rendah : Jika tidak alergi pada debu di beri skor jawaban

responden < 50%

4. Polusi Udara

Faktor polusi udara adalah faktor pencetus berupa zat atau bahan

pencemar yang dapat berada di dalam dan di luar tempat tinggal yang

dapat menimbulkan gangguan asma bronchial.Kriteria dalam penilaian

didasarkan atas jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu tiga (3) pertanyaan

dengan mengunakan skala guttman dan setiap pertanyaan diberikan nilai

antara 0-1. Jika menjawab Yadiberi skor “1”, dan jika menjawab tidak

diberi skor “0”.

Skor tertinggi : 3 x 1 =3 (100%)

Skor terendah : 3 x 0 = 0 (0%)

Kemudian di ukur dengan menggunakan rumus Interval

Dimana :

R
I=
K

Ket:

I = Interval

35
R = Range (kisaranya yaitu nilai tertinggi – nilai terendah) = (100% - 0% )

= 100 %

K = jumlah kategori 2 ( terpapar dan tidak terpapar )

100 %
I= =50%. Maka intervalnya 100% - 50% = 50%
2

Kriteria Obyektif :

Terpapar : Jika pernah terpapar dengan polusi seperti,

asaprokok, asap kayu, gas motor, dan mobil di beri

skor nilai jawaban responden ≥ 50%

Tidak terpapar : Jika tidak terpapar dengan polusi seperti, asap

rokok,asap kayu, gas motor, dan mobil di beri skor

nilai jawaban responden < 50%

E. Hipotesis Penelitian

1. Riwayat Keluarga

Ho : Tidak ada risiko faktor riwayat keluarga dengan kejadian

asma bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton

Utara

Ha : Ada risiko faktor riwayat keluargadengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

2. Alergi debu

Ho : Tidak ada risiko faktor Alergi debu dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Ha : Ada risiko faktor Alergi debu dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

36
3. Polusi Udara

Ho : Tidak ada risiko faktor Polusi udara dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Ha : Ada risiko faktor Polusi udara dengan kejadian asma

bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif melalui

observasional dengan menggunakan desain case control dimana jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi variabel

independen dan dependent hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Asma

Bronchial. Jenis penelitian ini dengan cara membandingkan kelompok kasus

dengan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya (Retrospektif) untuk

menganalisis risiko antara riwayat keluarga, alergi debu, dan polusi udara

dengan kejadian asma bronchial

Adapun rancangan desain penelitian case control :

Paparan (+)
Kasus
(penderita Asma
Retrospektif bronchial)
Paparan (-)

Sampel
Matching:
Jenis kelamin
Paparan (+)
Retrospektif Kontrol
(bukan penderita Asma
Paparan (-)
Bronchial)
37
Gambar 2.Bagan Desain penelitian Case Control.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Bonegunu Kabupaten

Buton Utara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua yang menderita Asma

Bronchial dari bulan Oktober 2019 sampai Februari 2020 di Puskesmas

Bonegunu Kabupaten Buton Utara tahun 2020 berjumlah 54 penderita.

(Data Puskesmas Bonegunu, 2020)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel yang

memberikan kesempatan/peluang yang sama kepada setiap individudalam

populasi tersebut untuk menjadikan sampel penelitian (Nursalam, 2013).

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

38
Keterangan (untuk prediksi) :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Tingkat signifikansi (p)

54
2
n = 1+54 (0 , 10)

54
n= 1+54 (0 , 01)

54
n = 1+0 ,54

n= 35,06= 35

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35 orang

a. Sampel Kasus

Kasus adalah penderita Asma Bronchial baru dan penderita yang

masih dalam masa pengobatan didapatkan 35 responden yang menderita

Asma Bronchial dan pada pemeriksaan diagnosa medis oleh petugas

kesehatan ditemukan positif Asma Bronchial diunit Puskesmas

Bonegunu dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara.

b. Sampel Kontrol

Kontrol adalah orang yang tidak terdiagnosis Asma Bronchial

diunit Puskesmas Bonegunu, didapatkan 35 responden dan bertempat

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara.

3. Kriteria sampel

39
a. Kriteria inklusi

1. Pasien yang menderita Asma Bronchial

2. Dapat berbahasa indonesia, membaca, dan menulis

3. Tempat tinggal pasien dapat terjangkau oleh peneliti

4. Bersedia menjadi responden dan menjawab kuesioner

b. Kriteria eksklusi

1. Pasien yang tidak menderita Asma Bronchial

2. Tidak dapat berbahasa indonesia, tidak dapat membaca, dan tidak

dapat menulis

3. Tempat tinggal pasien tidak dapat terjangkau oleh peneliti

4. Tidak bersedia menjadi responden dan menjawab kuesioner.

D. Sumber Data dan Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara

langsung dengan masyarakat Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton

Utara, yang berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan

sebelumnya

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, artikel atau

jurnal data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara dan Data

Puskesmas Bonegunu Tahun 2019 studi kepustakaan.

2. Cara Pengumpulan Data

40
Cara pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan

melakukan wawancara dengan pertanyaan tertutup dengan menggunakan

instrument penelitian berupa kuesioner.Jenis instrumen dalam penelitian

ini adalah kuesioner (angket). Pertanyaannya yaitu tentang Riwayat

Keluarga dengan menggunakan pertanyaan Ada dan Tidak, Alergi debu

dengan menggunakan pertanyaan Ya dan Tidak, dan Polusi Udara dengan

menggunakan pertanyaan Ya dan Tidak.

E. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Editing (pengeditan)

Adalah untuk meneliti apakah kuesioner sudah lengkap atau

belum sehingga ada kekurangan dapat segera dilengkapi.Editing dapat

dilakukan di tempat pengumpulan dan sehingga jika terjadi kesalahan,

maka upaya perbaikan dapat dilaksanakan.

b. Koding (pengkodean)

Adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban

responden atas pernyataan yang ada pada kuesioner.

c. Entry / processing (pemasukan data)

Adalah pemasukkan data-data penelitian tabel sesuai dengan

kriteria.

d. Tabulating

41
Untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokkan

kedalam tabel kerja, kemudian data dianalisa secara statistik deskriptif

melalui perhitungan persentase dan hasil perhitungan jumlah.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel atau proporsi dengan rumus:

Keterangan:

X = Presentase hasil penelitian

f = Frekuensi variabel yang diteliti

n = Jumlah sampel penelitian(100%)

K = Konstanta (100%)

b. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat, maka digunakan uji Odd Ratio (OR) dengan

formula dibawah ini :

Tabel 2 x 2 Case Control Study

42
Kelompok Studi
Faaktor
Total
Risiko Kasus Kontrol
Positif a b a +b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

OR =

Keterangan :

a = Jumlah kasus yang terpapar

b = Jumlah kontrol yang terpapar

c = Jumlah kasus yang tidak terpapar

d = Jumlah kontrol yang tidak terpapar

Dengan ketentuan yang digunakan dalam Odds Ratio (OR)adalah :

1) Angka confidence interval (CI) = 95 %

2) Untuk menentukan Ha diterima atau ditolak dengan

melihat bilap value (α). Apabila α > 0,05 maka Ha diterima.

43
3) Untuk menentukan apakah nilai OR yang diperoleh

mempunyai risiko kemaknaan maka harus dihitung nilai batas bawah

(lower limit) dan nilai batas atas (upper limit) dengan rumus :

+F
a) Upper Limit : OR (Σ )

b) Lower Limit : OR ( Σ -F)

Dimana : F = 1,96

E = Log Nature (2,72).

Interpretasi OR :

a) Jika OR = > 1, merupakan faktor risiko terjadi kasus

b) Jika OR = 1, tidak ada faktor risiko dengan kasus

c) Jika OR = < 1, merupakan faktor risiko proteksi atau perlindungan

terjadinya kasus.

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel beserta

narasi penjelasan.

F. Etika Penelitian

1. Informend consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti memenuhi judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika subyek

44
bersedia diteliti maka harus menandatangani persetujuan, dan jika subyek

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

45
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Puskesmas Bonegunu merupakan Puskesmas Rawat

Inap.Puskesmas Bonegunu terletak di Kelurahan Buranga. Jln. Drs.

Maoela Daud yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan

Bonegunu Kabupaten Buton Utara dengan wilah kerja terdiri dari 10 desa

dan 1 kelurahan yang terbagi atas 3 yaitu:

a. Daerah Daratan yaitu:

1.) Desa Gunung Sari

2.) Desa Waode Angkalo

46
3.) Desa Ronta

4.) Desa Rantegola

5.) Desa Koboruno

b. Daerah Pesisir:

1.) Kelurahan Buranga

2.) Desa Waode Kalowo

3.) Desa Ngapaea

4.) Desa Eensumala

c. Daerah yang menyebrangi Lautan:

1.) Desa Koepisino

2.) Desa Langere

Sebagian besar wilayah Kerja Puskesmas Bonegunu terdiri atas

dataran tinggi dan dataran rendah serta rawa-rawa yang secara administrasi

berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tatombuli

b. Sebelah barat berbatasan dengan Maligani

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Soloi Agung

d. Sebelah timur berbatasan dengan Bonerombo

Keadaan Iklim yang mempengaruhi meliputi musim kemarau dan

musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi.Keadaan ini sangat

mempengaruhi pola penyakit yang disebarkan oleh vektor dan tingkat

pencemaran terhadap sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat

47
begitu pula dengan penyakit yang penyebarannya melalui media udara

sangat berpengaruh terutama penyakit saluran pernapasan.

2. Kependudukan

Jumlah penduduk yang berdoomisili dalam wilayah kerja

puskesmas Bonegunu sekitar 19.839 jiwa yang tersebar di 10 desa dan 1

kelurahan yan terdiri atas berbagai etnis, agama, budaya, dan tingkat

pendidikan. Tingat mobilitas penduduk yang cukup tinggi, baik yang

menggunakan kendaraan darat maupun laut sangat mepengaruhi

penyebrangan penyakit yang berasal dari luar daerah.

Tabel 2. Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga yang


berdomisili di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton
Utara 2020

No Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah


Tangga
1. Eensumala 546 116
2. Buranga 210 89
3. Waode Angkalo 687 178
4. Langere 690 180
5. Koepisino 789 195
6. Rantegola 501 128
7. Gunung Sari 474 129
8. Ronta 390 95
9. Koboruno 251 41
10. Waode Kalowo 387 219
11. Ngapaea 417 109
Sumber: Sekunder, Juli 2020

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tertinggi terdapat

pada dea koepisino dengan jumlah 789 jiwa dengan jumlah rumah tangga

195, kemudian terdapat di Desa Langere dengan jumlah 690 jiwa dengan

48
jumlah rumah tangga 180 dan terendah terdapat pada Desa Koboruno

dengan Jumlah 251 jiwa dengan jumlah rumah tangga 41.

3. Keadaan Umum Puskesmas Bonegunu

Puskesmas Bonegunu merupakan Puskesmas perawatan yang

dilengkapi dengan tempat tidur untuk pasien rawat inap atau merupakan

salah satu puskesmas rujukan dari puskesmas lain yang ada disekitarnya.

Tabel 3. Jumlah Unit Pelayanan di Puskesmas Bonegunu Kabupaten


Buton Utara
No Unit pelayanan Jumlah
1. Klinik Keluarga Berencana 1
2. Unit Gawat Darurat 1
3. Poliklinik Gizi 1
4. Juru Imunisasi 1
5. Laboratorium Sederhana 1
6. Poliklinik Umum 1
7. Apotek 1
8. Gudang Obat 1
9. Unit Rawat Inap 5
10. Unit Puskesmas Keliling 1
11. Unit Puskesmas Pembantu 9
Sumber: Data Sekunder, Juli 2020

4. Ketenagaan

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Puskesmas


Bonegunu Kabupaten Buton Utara
No. Jenis Kelamin
Nama Tenaga Medis Jumlah
Laki-laki perempuan
1. Dr. Spesialis - - -
2. Dr. Umum 1 1 2

49
3. Dr. Gigi - - -
4. Bidan - 19 19
5. Perawat 7 13 20
6. Perawat Gigi 1 1 2
7. Farmasi - 1 1
8. Apoteker - 1 1
9. Kesmas - 6 6
10. Kesling 2 1 3
11. Gizi 1 3 4
12. Analisis 1 1 2
13. Teknis Kardiovaskular - - -
Sumber: Data Sekunder, Juli 2020

B. Hasil Penelitian

1.Karakteristik Responden

Gambaran umumtentang karakteristik responden menurut jenis

kelamin,usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Adapun karakteristik responden berdasarkan kelompok jenis

kelamin sebagaimanadiuraikan padatabel dibawah ini:

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2020

Kelompok
Jenis Kelompok Kasus
No. Kontrol
Kelamin
n % n %
1. Laki-laki 19 54,3 19 54,3

50
2. Perempuan 16 45,7 16 45,7
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 5 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok

kasus yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki yakni sebanyak

19 responden (54,3%) dan perempuan sebanyak 16 responden (45,7%)

sedangkan pada kelompok kontrol yang paling banyak adalah jenis

kelamin laki-laki yakni sebanyak 19 responden (54,3%) dan perempuan

sebanyak 13 responden (45,7%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Adapun karakteristik responden berdasarkan kelompok Umur

sebagaimanadiuraikan padatabel dibawah ini:

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas


Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Kelompok
Kelompok Kontrol
No. Umur Kasus Umur
n % n %
1. 17-26 7 20 25-28 7 20
2. 27-36 10 28,7 29-32 10 28,7
3. 37-46 7 20 33-36 5 14,2
4. 47-56 7 20 37-40 8 22,9
5. 57-66 4 11,3 41-44 5 14,2
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 6 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok

kasus yang paling banyak adalah umur 27-36 tahun yakni sebanyak 10

responden (28, 6%) dan yang paling sedikit adalah umur 57-66 tahun

51
sebanyak 4 responden (11,3%) sedangkan pada kelompok kontrol yang

paling banyak adalah umur 29-32 tahun yakni sebanyak 20 responden

(28,7%) dan yang paling sedikit adalah umur 41-44 tahun sebanyak 5

responden (14,2%).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Adapun karakteristik responden berdasarkan kelompok

Pekerjaan sebagaimanadiuraikan padatabel dibawah ini:

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2020
Kelompok Kasus Kelompok Kontrol
No. Pekerjaan
n % n %
1. Petani 17 48.6 12 34.3
2. Wiraswasta 8 22.9 9 25.7
3. PNS 6 17.1 9 25.7
4. Nelayan 4 11.4 5 14.3
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 7 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok

kasus yang paling banyak adalah petani yakni sebanyak 17 responden

(48.6%) dan yang paling sedikit adalah nelayan sebayak 4 responden

(11,4%) sedangkan pada kelompok kontrol yang paling banyak adalah

petani yakni sebanyak 12 responden (34,3%) dan yang paling sedikit

adalah nelayan sebanyak 5 responden (14,3%).

52
d. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Adapun karakteristik responden berdasarkan kelompok Tingkat

Pendidikan sebagaimanadiuraikan padatabel dibawah ini:

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun
2020

Tingkat Kelompok Kasus Kelompok Kontrol


No.
Pendidikan n % n %
1. SMP 18 51,4 16 45.7
2. SMA 11 31,4 10 28.6
3. S1 6 17,1 8 22.9
4. S2 0 0 1 2.9
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 8 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok

kasus yang paling banyak adalah dengan kategori tingkat pendidikan

SMP yakni sebanyak 18 responden (51,4%) dan yang paling sedikit

adalah dengan kategori tingkat pendidikan S1 sebanyak 6 responden

(17,1%) sedangkan pada kelompok kontrol yang paling banyak adalah

dengan kategori tingkat pendidikan SMP yakni sebanyak 16 responden

(45,7%) dan yang paling sedikit adalah dengan kategori tingkat

pendidikan S2 sebanyak 1 responden (2,9%).

2. Analisis Univariat

Adapun hasil pengolahan data tentang variabel penelitian dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Distribusi responden berdasarkan kejadian Asma Bronchial

53
Adapun karakteristik responden berdasarkan kejadian asma

bronchial, sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Asma


Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton
Utara

No Kejadian Asma Bronchial Frekuensi (n) Persentase (%)


1. Positif 35 50,0
(kelompok kasus)
2. Negatif 35 50,0
(kelompok kontrol)
Total 70 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa yang menderita Asma Bronchial

berjumlah 35 (50%) responden dan yang tidak menderita Asma

Bronchial berjumlah 35 (50%) responden.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga

Adapun Karakteristik berdasarkan Riwayat Keluarga, sebagaimana

diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga di


Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Riwayat Kelompok Kasus Kelompok Kontrol


No.
Keluarga n % n %
1. Ada 30 85.7 35 100.
2. Tidak 5 14.3 0
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 10 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok kasus

terdapat 30 responden (85,7%) dengan kategori ada riwayat keluarga

dengan penyakit asma bronchial dan 5 responden (14,3%) dengan

54
kategori tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit asma bronchial

dan pada kelompok kontrol terdapat 35 responden (100%) dengan

kategori ada riwayat keluarga dengan penyakit asma bronchial

c. Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Debu

Adapun Karakteristik berdasarkan Alergi debu, sebagaimana

diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Debu di


Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Kelompok Kasus Kelompok Kontrol


No. Alergi Debu
n % n %
1. Risiko Tinggi 23 65.7 10 28.6
2. Risiko Rendah 12 34.3 25 71.4
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 11 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok

kasus terdapat 23 responden (65,7%) dengan kategori risiko tinggi dan

12 responden (34,3%) dengan kategori tidak risiko rendah. Sedangkan

pada kelompok kontrol terdapat 10 responden (28,6%) dengan kategori

risiko tinggi dan 25 responden (71,4%) dengan kategori risiko rendah.

d. Distribusi Responden Berdasarkan Polusi Udara

Adapun Karakteristik berdasarkan Polusi Udara, sebagaimana

diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Polusi Udara di


Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Kelompok Kasus Kelompok Kontrol


No. Polusi Udara
n % n %

55
1. Terpapar 25 71.4 34 97.1
2. Tidak
10 28.6 1 2.9
Terpapar
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer, Juli 2020

Tabel 12 menunjukkan bahwa 35 responden pada kelompok kasus

terdapat 25 responden (71,4%) yang terpapar polusi udara dan 10

responden (28,6%) yang tidak terpapar polusi udara. Sedangkan pada

kelompok kontrol terdapat 34 responden (97,1%) yang terpapar polusi

udara dan 1 responden (2,9%) yang tidak terpapar polusi udara.

3. Analisis Bivariat

a. Risiko Riwayat Keluarga dengan Kejadian Asma Bronchial di

Wilayah Kerja Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

Tahun 2020

Hasil analisis data tentang analisis risiko riwayat keluarga dengan

kejadian Asma Bronchial, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Faktor Risiko Riwayat Keluarga dengan Kejadian


Asma Bronchial di Wilayah Kerja Puskesmas Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Kelompok Kelompok Total OR


Kasus Kontrol
Riwayat LL-UL
Keluarga
n % n % n %

7,000
Ada 30 85,7 35 100 65 92,9
3,109-15,759
Tidak 5 14,3 5 7,1

Total 35 100 35 100 70 100


Sumber: Data Primer, Juli 2020

56
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar (7,000)

sedangkan nilai CI (95%) dengan nilai Lower Limit (3,109) dan Upper

Limit (15,759), ini berarti bahwa riwayat keluarga merupakan faktor

risiko kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten

Buton Utara Tahun 2020. Berdasarkan penelitian ini bahwa riwayat

keluarga memiliki risiko 7 kali lebih besar menderita penyakit Asma

Bronchial.

b. Risiko Alergi Debu dengan Kejadian Asma Bronchial di Wilayah

Kerja Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Hasil analisis data tentang analisis risiko Alergi Debu dengan

kejadian Asma Bronchial, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 14. Faktor Risiko Alergi Debu dengan Kejadian Asma


Bronchial di Wilayah Kerja Puskesmas Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Kelompok Kelompok Total OR


Alergi Kasus Kontrol
Debu LL-UL

n % n % n %

Risiko 23 65,7 10 28,6 33 47,1 1,209


Tinggi
Risiko 12 34,3 25 71,4 37 52,9 0,076-3.574
Rendah
Total 35 100 35 100 70 100

Sumber: Data Primer, Juli 2020

57
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar

(1,209) sedangkan nilai CI (95%) dengan nilai Lower Limit (0.076) dan

Upper Limit (0,574), ini berarti bahwa Alergi Debu merupakan faktor

risiko kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten

Buton Utara Tahun 2020. Berdasarkan penelitian ini mempunyai OR

sebesar 1,2 kali artinya bahwa orang dengan alergi debu lebih berisiko

tinggi menderita Asma Bronchial dibandingkan dengan orang yang

tidak ada alergi debu lebih berisiko rendah menderita Asma Bronchial.

c. Risiko Polusi Udara dengan Kejadian Asma Bronchial di Wilayah

Kerja Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Hasil analisis data tentang analisis risiko Polusi Udara dengan

kejadian Asma Bronchial, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 15. Faktor Risiko Polusi Udara dengan Kejadian Asma


Bronchial di Wilayah Kerja Puskesmas Bonegunu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Kelompok Kelompok Total OR


Polusi Kasus Kontrol
Udara LL-UL

n % n % n %
3,600
Terpapar 25 71.4 34 97.1 59 84,3
1,633-113,246
Tidak 10 28.6 1 2.9 11 15,7
Perpapar
Total 35 100 35 100 70 100

Sumber: Data Primer, Juli 2020

58
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar

(3,600) sedangkan nilai CI (95%) dengan nilai Lower Limit (1,633) dan

Upper Limit (133,246), ini berarti bahwa polusi udara merupakan

faktor risiko kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara Tahun 2020. Berdasarkan penelitian ini

mempunyai OR sebesar 3 kali artinya bahwa orang yang terpapar polusi

udara merupakan faktor risiko menderita Asma Bronchial dibandingkan

dengan orang yang tidak terpapar polusi menderita Asma Bronchial.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor risiko kejadian Asma

Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020,

maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Risiko riwayat keluarga dengan Kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Hasil Penenlitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari

kelompok kasus 35 responden menunjukkan bahwa 30 responden (85,7%)

dengan kategori ada riwayat keluarga dan 5 responden (14,3%) dengan

kategori tidak ada riwayat keluarga dan pada kelompok kontrol terdapat 35

responden (100%) dengan kategori ada riwayat keluarga dengan penyakit

asma.

59
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada faktor risiko antara

riwayat keluarga dengan kejadian Asma Bronchial di Puskesmas

Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020. Artinya semakin seseorang

memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asma bronchial akan

cenderung menderita Asma Bronchial. Hal ini disebabkan karena adanya

riwayat keluarga sebelumnya yang menderita asma sehingga berisiko

terhadap anak angggota keluarga tersebut untuk menderita penyakit Asma

Bronchial.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai lower limit 3,109, upper

limit 15,759 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan nilai OR 7,000

karena nilai OR lebih dari 1 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak

dan Ha diterima yang berarti riwayat keluarga merupakan faktor risiko

kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

2020.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mangguang,

2016 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat

keluarga asma dengan kejadian asma bronchial dengan nilai OR sebesar

11,1 (95%CI: 4,1-29,9) dengan nilai p<0,001 yang berarti responden

dengan adanya riwayat keluarga asma berisiko menderita Asma Bronchial

sebesar 11 kali dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai

riwayat keluarga asma.

60
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyak responden

dengan adanya riwayat keluarga pada penyakit asma bronchial pada

sampel kasus yaitu 30 responden (85,7%) dan responden yang tidak

mempunyak riwayat keluarga asma bronchial 5 responden (14,3%).

2. Faktor Risiko Alergi Debu dengan Kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Hasil Penenlitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari

kelompok kasus 35 responden menunjukkan bahwa 23 responden (65,7%)

dengan kategori risiko tinggi dan 12 responden (34,3%) dengan kategori

risiko rendah dan pada kelompok kontrol terdapat 10 responden (28,6%)

dengan kategori risiko tinggi dan 25 responden (71,4%) dengan kategori

risiko rendah.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada faktor risiko antara Alergi

debu dengan kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara 2020. Artinya semakin tinggi risiko seseorang

memiliki alergi debu akan cenderung menderita Asma Bronchial.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai lower limit 0,076 upper

limit 3,547 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan nilai OR 1,209

karena nilai OR lebih dari 1 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak

dan Ha diterima yang berarti alergi debu merupakan faktor risiko kejadian

Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kasim ddk, 2019 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

61
Alergi debu dengan kejadian asma bronchial dengan nilai p value 0,000

yang berarti responden dengan adanya alergi debu berisiko menderita

Asma Bronchial dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki

alergi debu.

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyak responden

dengan risiko tinggi alergi debu pada penyakit asma bronchial pada

sampel kasus yaitu 23 responden (65,7%) dan responden yang risiko

rendah alergi debu 12 responden (34,3%).

3. Faktor Risiko Polusi Udara dengan Kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara Tahun 2020

Hasil Penenlitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari

kelompok kasus 35 responden menunjukkan bahwa 25 responden (71,4%)

yang terpapar polusi udara dan 10 responden (28,6%) yang tidak terpapar

polusi udara dan pada kelompok kontrol terdapat 34 responden (97,1%)

yang terpapar polusi udaradan 1 (2,9%) yang tidak terpapar polusi udara.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada faktor risiko antara polusi

udara dengan kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara 2020. Artinya semakin seseorang terpapar polusi

udara akan cenderung berisiko menderita Asma Bronchial.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai lower limit 1,633 upper limit

113,246 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan nilai OR 3,600

karena nilai OR lebih dari 1 yang berarti polusi udara merupakan faktor

62
risiko kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton

Utara 2020.

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni dan Yulia, 2014. Pada pasien asma bronchial di rumah sakit

jakarta menunjukkan adanya faktor risiko polusi udara dengan kejadian

asma bronchial. Maka responden yang terpapar polusi udara lebih berisiko

dengan kejadian Asma Bronchial dibandingkan dengan responden yang

tidak terpapar polusi udara.

Berdasarkan asumsi Laksana dan Berawi, 2015 Polusi udara adalah

suatu keadaan dimana udara mengandung bahan kimia, partikel,

organisme hidup lainnya yang menyebabkan kerugian atau

ketidaknyamanan pada manusia. Sehingga polusi udara dari dalam

maupun dari luar memberikan efek yang merugikan bagi kesehatan.

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyak responden

yang terpapar polusi udara pada penyakit asma bronchial pada sampel

kasus yaitu 25 responden (71,4%) dan responden yang tidak terpapar

polusi udara 10 responden (28,6%).

63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

dapat disimpulkan hal-hal mengenai faktor risiko kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara 2020 sebagai berikut:

1. Riwayat Keluarga merupakan faktor risiko kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

2. Alergi Debu merupakan faktor risiko kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

3. Polusi Udara merupakan faktor risiko kejadian Asma Bronchial di

Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton Utara

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

64
1. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

petugas kesehatan dengan cara memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai Asma Bronchial dan diharapkan bagi pihak Puskesmas

Bonegunu agar rutin melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat

khususnya penderita Asma Bronchial tentang kebersihan rumah dan

sekitarnya.

2. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bekal peneliti agar ketika

bekerja di Puskesmas atau di Rumah Sakit dapat melakukan keperawatan

sesuai dengan prosedur yang ada.

3. Bagi pendidikan

Diharapkan kepada pengelola lembaga pendidikan keperawatan agar

menekankan dan mengajarkan asuhan keperawatan dalam bentuk aplikatif

terhadap mahasiswa agar mahasiswa lebih memahami lagi terkait faktor

risiko kejadian Asma Bronchial.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian

terkait faktor risiko kejadian Asma Bronchial dengan mengangkat variabel

lainnya karena melihat banyaknya variabel yang dapat berisiko dengan

kejadian Asma Bronchial.

65
DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin Adhar, dkk. 2019. Faktor-faktor Yang Berhubingan Dengan Kejadian


Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Singgani Kota Palu, 5(1) : Hal : 13-
18

Aryu, Scholastica Fina Puspasari, 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Dt Masrizal Mangguang, 2016.Faktor Risiko Kejadian Asma Pada Anak Di Kota


Padang, 3(1) : Hal : 1-7

Fahrul Muchammad Udin, 2019. Buku Praktis Penyakit Respirasi Pada Anak.
Malang: UB Press

Huda, Amin Nurarif dan Kusuma Hardhi, 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Medi dan Nanda Nic-Noc.Jogjakarta:
Mediaaction Publishing

Hera Anyta Wahyuni dan Yulia, 2014.Prevalensi Faktor-faktor Pencetus


Serangan Asma Di Salah Satu Rumah Sakit Di Jakarta, Hal : 1-7

Kasim Novianti, 2019. Hubungan antara asap rokok dan alergi debu dengan
penyakit asma bronkhial di puskesmas singgani kota palu. Hal : 1-10

66
Khaidir Andi, dkk. 2019. Hubungan antara karakteristik penderita dengan deraja
asma bronkhial di rumah sakit umun daerah andi makkasau kota
parepare. 2(2) : Hal: 205-2019

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008.Pedoman Pengendali


Penyakit Asma.No.1023. Hal : 1-34

Muliadi, 2017.Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asma


Bronkhial Di Puskesmas Tanggetada Kabupaten Kolaka.Skripsi

Mutaqqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba


Medika

Purnomo, 2008.Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma


Bronkhial Pada Anak.Skripsi

Puskesmas Bonegunu. Profil Puskesmas Bonegunu 2020

Ramdhani Rizky dan Novitasari Noni Soeroso, 2015.Faktor Risiko Asma Pada
Murid Sekolah Dasar di Kota Medan.35(2) : Hal : 118-123

Runtuwene K.T Indri, dkk, 2016. Prevalensi dan faktor-faktor yang menyebabkan
asma pada anak di RSU GMIM Bethesda Tomohon periode Agustus
2011 – Juli 2016. 4(2): Hal : 1-4

Saferi, Andra Wijaya dan Mariza Yessie Putri, 2013.Keperawatan Medikal


Bedah. Edisi 1.Yogyakarta:Nuha Medika

STIKES MW.Pedoman Penulisan Proposal Penelitian Dan Skripsi bagi


mahasiswa.STIKES MW Kendari.2018

Usman Isnaniyah, dkk. 2015. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus Yang
Mempengaruhi Kejadian Asma Pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil
Padang, 4(2): hal : 392-397

Wibowo Adityo, 2017. Hubungan Antara Faktor Resiko Pajanan Lingkungan


Dengan Kasus Eksaserbasi Asma Bronkhial Di Pringsewu, Lampung,
1(3): Hal : 513-517

67
68
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Saudara/(i).....

Di_

Tempat

Sehubung dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari, maka saya:

Nama : SAFIRA

Nim : P201601079

Status : Mahasiwa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Mandala Waluya

Kendari

Dalam rangka pelaksanaan penelitian dengan judul “Faktor Risiko

Kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu Kabupaten Buton

Utara”, maka dengan ini saya mohon hormat kepada saudara/i, untuk menjawab

beberapa pertanyaan yang telah disediakan.

Atas partisipasi dan dukungannya kami ucapkan terima kasih

Kendari, 2020

Peneliti

(………………)
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi yang berjudul

“Faktor Risiko Kejadian Asma Bronchial di Puskesmas Bonegunu

Kabupaten Buton Utara”, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sungguh-sungguh tanpa ada

paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kendari, 2020

Responden

(………………)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASMA BRONCHIAL

DI PUSKESMAS BONEGUNU KABUPATEN

BUTON UTARA

I. Identitas Responden

1. Nama (Inisial) :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pekerjaan :

5. Tingkat Pendidikan :

II. Kejadian Asma Bronchial

1. Apakah diagnosa medis menderita Asma Bronchial ?

a. Positif b. Negatif

III. Genetik

1. Apakah salah satu kedua orang tua anda pernah menderita asma

bronchial?

a. Ada b. Tidak

IV. Alergi Debu

1. Apakah anda tinggal di lingkungan yang berdebu?

a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda mempunyai riwayat alergi debu ?

a. Ya b. Tidak

3. Pernahkah anda mendengar suara mengi (seperti suara bersiul) pada dada

anda yang muncul jika menghirup debu ?

a. Ya b. Tidak

V. Polusi Udara

1. Apakah anda sering terpapar asap rokok sehingga menimbulkan sesak ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda sering terpapar asap kayu masak di rumah sehingga

menimbulkan sesak ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah tempat tinggal anda berada di daerah yang pada jalur

transportasi umum, seperti mobil atau motor ?

a. Ya b. Tidak

Sumber : Muliadi, 2017. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Asma Bronkhial Di Puskesmas Tanggetada Kabupaten Kolaka.Skripsi

Fitri Aprilia Rosalina, 2015. Faktor Predisposisi dan Pencetus

Serangan Asma Bronkhial

Kuesioner ISAAC
MASTER TABEL KONTROL
Tin Kejadian Asma Riwayat
Pe K K K
Nam gkat Bronchial Keluarga Alergi Debu Polusi Udara
J Um ke
No a/Ini Pen   S K   S % KRI
K ur ja
sial didi p ko ko P P P Sko P P P Sko
an
kan 1 r % KRI r 1 2 3 r % KRI 1 2 3 r % KRI
WM
1 A 1 31 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 1 1 1 3 100 T 1
2 HT 1 25 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
66,
3 IR 1 33 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 0 1 2 6 T 1
4 ZR 1 35 1 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 1 2 66,6 RT 1 1 1 1 3 100 T 1
5 AS 1 38 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
6 IBA 1 30 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
YR
7 K 1 32 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 1 1 1 3 100 T 1
NR
8 W 1 32 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
9 IN 1 34 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
66,
10 NR 1 29 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 0 1 2 6 T 1
HR
11 M 1 27 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
AT
12 K 1 26 1 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 1 2 66,6 RT 1 1 1 1 3 100 T 1
MN
13 K 1 26 1 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 1 1 1 3 100 T 1
AT 66,
14 G 1 42 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
GL 66,
15 N 1 29 4 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 1 2 66,6 RT 1 0 1 1 2 6 T 1
66,
16 MH 1 42 2 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
SH 66,
17 N 2 28 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
RA 66,
18 H 2 42 4 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 0 1 1 2 6 T 1
AR 66,
19 N 2 27 2 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 0 1 1 2 6 T 1
33,
20 IL 2 40 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 0 1 1 3 TT 2
AF 66,
21 Z 2 37 4 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
AZ 66,
22 N 2 31 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
TR 66,
23 N 2 32 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
AK 66,
24 H 2 31 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
SY 66,
25 T 2 39 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 1 2 66,6 RT 1 0 1 1 2 6 T 1
RW 66,
26 N 2 38 3 4 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
KR 66,
27 N 2 37 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
AP 66,
28 L 2 33 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
BN 66,
29 S 2 35 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
AS 66,
30 H 2 41 4 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
66,
31 LA 2 42 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 0 1 2 6 T 1
66,
32 AJH 2 27 4 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 0 1 1 2 6 T 1
LK 66,
33 G 2 37 2 2 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
AH 66,
34 D 2 29 3 3 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 RR 2 0 1 1 2 6 T 1
KA 66,
35 D 2 38 2 1 0 0 0 Kontrol 0 0 0 0 TA 2 1 1 1 3 100 RT 1 0 1 1 2 6 T 1

KETERANGAN :

JK : Umur : Pekerjaan : Tingkat Pendidikan :


1 = Perempuan 1 = 25-28 1 = Petani 1 = SMP
2 = Laki-Laki 2 = 29-32 2 = Wiraswasta 2 = SMA
3 = 33-36 3 = PNS 3 = S1
4 = 37-40 4 = Nelayan 4 = S2
5 = 41-44

Kejadian Asma Bronchial : Riwayat Keluarga : Alergi Debu : Polusi Udara :


0 = Kontrol 1 = Ada 1= Risiko Tinggi 1 = Terpapar
1 = Kasus 2 = Tidak Ada 2 = Risiko Rendah 2 = Tidak Terpapar

MASTER TABEL KASUS

No Nama/I J Um Pe Ting Kejadian Asma K Riwayat Keluarga K Alergi Debu K Polusi Udara K
nisial K ur kej kat Bronchial
Pend Sko % KRI S S
aa
idika Sko r P P P ko K P P P ko K
n
n   r % KRI 1 2 3 r % RI 1 2 3 r % RI
1 NMT 1 24 1 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 R 1 0 0 1 1 33,3 T 2
T T

R
SL 1 35 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 0 0 1 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
2
R
Bg 1 35 3 3 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 0 1 2 66,6 T 1
3
R
HN 1 27 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 0 0 1 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
4
R T
ST 1 38 1 2 1 100 100 Kasus 1 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 R 2 0 1 0 1 33,3 T 2
5
R
SA 1 34 1 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
6
R
SY 1 51 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 T 1 1 0 1 2 66,6 T 1
7
R
MS 1 37 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 0 0 0 0 0 R 2 1 1 1 3 100 T 1
8
R
ZN 1 37 3 3 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
9
R
NT 1 26 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
10
R
MRT 1 17 1 1 1 100 100 Kasus 1 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
11
R
RN 1 19 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
12
R
ZN 1 60 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 0 0 0 0 0 R 2 1 1 1 3 100 T 1
13
R T
FL 1 45 3 3 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 0 1 1 33,3 T 2
14
R
SNK 1 25 1 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 0 2 66,6 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
15
R T
NMT 1 17 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 1 2 66,6 T 1 0 1 0 1 33,3 T 2
16
R
GAJ 2 20 1 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 0 0 0 0 0 R 2 0 1 1 2 66,6 T 1
17
R
RN 2 35 2 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
18
R
AN 2 31 4 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 0 2 66,6 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
19
R T
SD 2 37 2 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 0 1 1 33,3 T 2
20
R
AMN 2 60 3 3 1 100 100 Kasus 1 0 0 0 TA 2 1 0 0 1 33,3 R 2 0 1 1 2 66,6 T 1
21
R
LKT 2 55 2 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
22
R
ML 2 52 4 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 1 1 2 66,6 T 1
23
R T
HL 2 56 3 3 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 T 1 0 0 1 1 33,3 T 2
24
R
LK 2 49 1 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
25
R T
1
AR 2 46 1 1 100 100 Kasus 1 0 0 0 TA 2 0 0 0 0 0 R 2 0 1 0 1 33,3 T 2
26
R
2
JMD 2 39 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 1 1 2 66,6 T 1
27
R
2
AD 2 30 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 1 1 1 3 100 T 1
28
R T
1
SHD 2 59 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 1 3 100 T 1 0 0 1 1 33,3 T 2
29
R
4
AM 2 53 1 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 1 1 2 66,6 T 1
30
R T
2
DMN 2 28 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 0 1 1 33,3 T 2
31
R
4
LB 2 60 1 1 100 100 Kasus 1 0 0 0 TA 2 0 1 1 2 66,6 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
32
R
2
ALN 2 29 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 1 0 2 66,6 T 1 0 1 1 2 66,6 T 1
33
R T
3
LU N 2 47 3 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 0 1 33,3 R 2 0 0 1 1 33,3 T 2
34
R
2
LR 2 27 2 1 100 100 Kasus 1 1 100 100 A 1 1 0 1 2 66,6 T 1 1 1 0 2 66,6 T 1
35

KETERANGAN :

JK : Umur : Pekerjaan : Tingkat Pendidikan :


1 = Perempuan 1 = 17-26 1 = Petani 1 = SMP
2 = Laki-Laki 2 = 27-36 2 = Wiraswasta 2 = SMA
3 = 37-46 3 = PNS 3 = S1
4 = 47-56 4 = Nelayan 4 = S2
5 = 57-66

Kejadian Asma Bronchial : Riwayat Keluarga : Alergi Debu : Polusi Udara :


0 = Kontrol 1 = Ada 1= Risiko Tinggi 1 = Terpapar
1 = Kasus 2 = Tidak Ada 2 = Risiko Rendah 2 = Tidak Terpapar
ANALISA DATA

VALIDASI SOAL

Correlations

No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 Total

Pearson
1 -.008 -.274 .103 -.291 .347* -.012 .166 .365
Correlation
No.1
Sig. (2-tailed) .965 .111 .558 .090 .041 .948 .342 .124

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
-.008 1 .208 .263 -.123 .166 -.060 -.135 .369*
Correlation
No.2
Sig. (2-tailed) .965 .231 .127 .483 .341 .732 .440 .029
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
-.274 .208 1 .081 .009 -.210 .310 .131 .424*
Correlation
No.3
Sig. (2-tailed) .111 .231 .643 .959 .227 .070 .453 .011
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
.103 .263 .081 1 -.089 .143 -.213 .050 .342*
Correlation
No.4
Sig. (2-tailed) .558 .127 .643 .610 .414 .218 .777 .044
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
-.291 -.123 .009 -.089 1 .096 .158 -.346* .335
Correlation
No.5
Sig. (2-tailed) .090 .483 .959 .610 .582 .366 .042 .175
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
.347* .166 -.210 .143 .096 1 .041 .000 .539**
Correlation
No.6
Sig. (2-tailed) .041 .341 .227 .414 .582 .814 1.000 .001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
-.012 -.060 .310 -.213 .158 .041 1 .112 .524**
Correlation
No.7
Sig. (2-tailed) .948 .732 .070 .218 .366 .814 .523 .001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
.166 -.135 .131 .050 -.346* .000 .112 1 .305
Correlation
No.8
Sig. (2-tailed) .342 .440 .453 .777 .042 1.000 .523 .075
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Pearson
.265 .369* .424* .342* .235 .539** .524** .305 1
Correlation
Total
Sig. (2-tailed) .124 .029 .011 .044 .175 .001 .001 .075

N 35 35 35 35 35 35 35 35 35
*. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed).
Frequencies Kelompok Kasus

Statistics
Kejadian
Jenis Tingkat Asma Riwaya Alergi Polusi
Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan Bronchial Keluarga Debu Udara
N Valid 35 35 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 16 45.7 45.7 45.7
Laki-laki 19 54.3 54.3 100.0
Total 35 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid petani 17 48.6 48.6 48.6
wiraswasta 8 22.9 22.9 71.4
PNS 6 17.1 17.1 88.6
nelayan 4 11.4 11.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMP 18 51.4 51.4 51.4
SMA 11 31.4 31.4 82.9
S1 6 17.1 17.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
Kejadian Asma Bronchial
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kasus 35 100.0 100.0 100.0

Riwaya Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ada 30 85.7 85.7 85.7
Tidak Ada 5 14.3 14.3 100.0
Total 35 100.0 100.0

Alergi Debu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Risiko Tinggi 23 65.7 65.7 65.7
Risiko Rendah 12 34.3 34.3 100.0
Total 35 100.0 100.0

Polusi Udara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Terpapar 25 71.4 71.4 71.4
Tidak Terpapar 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0

Frequencies Kelompok Kontrol


Statistics
Kejadian
Jenis Tingkat Asma Riwaya Alergi Polusi
Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan Bronchial Keluarga Debu Udara
N Valid 35 35 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 16 45.7 45.7 45.7
Laki-laki 19 54.3 54.3 100.0
Total 35 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid petani 12 34.3 34.3 34.3
wiraswasta 9 25.7 25.7 60.0
PNS 9 25.7 25.7 85.7
nelayan 5 14.3 14.3 100.0
Total 35 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMP 16 45.7 45.7 45.7
SMA 10 28.6 28.6 74.3
S1 8 22.9 22.9 97.1
S2 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Kejadian Asma Bronchial


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kontrol 35 100.0 100.0 100.0

Riwaya Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 35 100.0 100.0 100.0

Alergi Debu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Risiko Tinggi 10 28.6 28.6 28.6
Risiko Rendah 25 71.4 71.4 100.0
Total 35 100.0 100.0

Polusi Udara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Terpapar 34 97.1 97.1 97.1
Tidak Terpapar 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kejadian Asma Bronchial *
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Riwayat Keluarga
Kejadian Asma Bronchial *
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Alergi Debu
Kejadian Asma Bronchial *
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Polusi Udara

Kejadian Asma Bronchial * Riwayat Keluarga

Crosstab

Riwayat Keluarga

Ada Tidak Total


Kejadian Asma Bronchial Kontrol Count
0 35 35

Expected
Count 15.0 20.0 35.0

% within
Kejadian
.0% 100.0% 100.0%
Asma
Bronchial
% within
Riwayat .0% 87.5% 50.0%
Keluarga
% of Total .0% 50.0% 50.0%
Kasus Count
30 5 35

Expected
Count 15.0 20.0 35.0

% within
Kejadian
85.7% 14.3% 100.0%
Asma
Bronchial
% within
Riwayat 100.0% 12.5% 50.0%
Keluarga
% of Total
42.9% 7.1% 50.0%

Total Count
30 40 70

Expected
Count 30.0 40.0 70.0

% within
Kejadian
42.9% 57.1% 100.0%
Asma
Bronchial
% within
Riwayat 100.0% 100.0% 100.0%
Keluarga
% of Total
42.9% 57.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square
52.500a 1 .000

Continuity Correctionb
49.058 1 .000

Likelihood Ratio
66.899 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000

Linear-by-Linear Association
51.750 1 .000

N of Valid Casesb
70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi -.866 .000
Cramer's V .866 .000
Contingency Coefficient .655 .000
N of Valid Cases 70
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kejadian Asma
7.000 3.109 15.759
Bronchial (Kontrol / Kasus)
For cohort Riwayat Keluarga =
.239 .456 .910
Ada
For cohort Riwayat Keluarga =
2.203 1.054 3.429
Tidak
N of Valid Cases 70

Kejadian Asma Bronchial * Alergi Debu

Crosstab
Alergi Debu Total
Risiko Risiko
Tinggi Rendah
Kejadian Asma Bronchial Kontrol Count
10 25 35

Expected Count
16.5 18.5 35.0

% within Kejadian
Asma Bronchial 28.6% 71.4% 100.0%

% within Alergi Debu


30.3% 67.6% 50.0%

% of Total
14.3% 35.7% 50.0%

Kasus Count
23 12 35

Expected Count
16.5 18.5 35.0

% within Kejadian
Asma Bronchial 65.7% 34.3% 100.0%

% within Alergi Debu


69.7% 32.4% 50.0%

% of Total
32.9% 17.1% 50.0%

Total Count
33 37 70

Expected Count 33.0 37.0 70.0


% within Kejadian
Asma Bronchial 47.1% 52.9% 100.0%

% within Alergi Debu


100.0% 100.0% 100.0%

% of Total
47.1% 52.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.689 1 .002
Continuity Correctionb 8.256 1 .004
Likelihood Ratio 9.929 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear Association 9.550 1 .002
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi -.372 .002
Cramer's V .372 .002
Contingency Coefficient .349 .002
N of Valid Cases 70
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kejadian Asma
1.209 .076 3.574
Bronchial (Kontrol / Kasus)
For cohort Alergi Debu =
.435 .244 .773
Risiko Tinggi
For cohort Alergi Debu =
2.083 1.258 3.449
Risiko Rendah
N of Valid Cases 70

Kejadian Asma Bronchial * Polusi Udara

Crosstab
Polusi Udara
Tidak
Terpapar Terpapar Total
Kejadian Asma Bronchial Kontrol Count 34 1 35
Expected Count 29.5 5.5 35.0
% within Kejadian
97.1% 2.9% 100.0%
Asma Bronchial
% within Polusi Udara 57.6% 9.1% 50.0%
% of Total 48.6% 1.4% 50.0%
Kasus Count 25 10 35
Expected Count 29.5 5.5 35.0
% within Kejadian
71.4% 28.6% 100.0%
Asma Bronchial
% within Polusi Udara 42.4% 90.9% 50.0%
% of Total 35.7% 14.3% 50.0%
Total Count 59 11 70
Expected Count 59.0 11.0 70.0
% within Kejadian
84.3% 15.7% 100.0%
Asma Bronchial
% within Polusi Udara 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 84.3% 15.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.737a 1 .003
Continuity Correctionb 6.903 1 .009
Likelihood Ratio 9.925 1 .002
Fisher's Exact Test .006 .003
Linear-by-Linear Association 8.612 1 .003
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .353 .003
Cramer's V .353 .003
Contingency Coefficient .333 .003
N of Valid Cases 70
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kejadian Asma
3.600 1.633 113.246
Bronchial (Kontrol / Kasus)
For cohort Polusi Udara =
1.360 1.095 1.690
Terpapar
For cohort Polusi Udara =
.100 .014 .740
Tidak Terpapar
N of Valid Cases 70
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1 : Peneliti melakukan pengisian kuesioner

Gambar 2 : Peneliti melakukan pengisian kuesioner


Gambar 3 : Peneliti melakukan pengisian kuesioner

Gambar 4 : Peneliti melakukan pengisian kuesioner

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. Nama Lengkap : Safira
2. Tempat Tanggal Lahir : Ngapaea, 11 Oktober 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku / Bangsa : Buton/Indonesia
5. Agama : Islam
6. Status : Mahasiswa
7. Pendidikan Fromal :
a. SD Negeri 8 Bonegunu : 2010
b. SMP Negeri 3 Bonegunu : 2013
c. SMA Negeri 1 Kulisusu : 2016
d. STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
8. Nama Orang Tua :
a. Ayah : Ramsah
b. Ibu : Samaria
9. Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah : PNS
b. Ibu : IRT
10. Anak Ke : 5 dari 6 bersaudara
11. Judul Penelitian : Faktor Risiko Kejadian Asma Bronchial di Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Bton Utara

You might also like