Jurnal Kelompok 3 Watu Ulo

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

KONSTRUKSI PENGETAHUAN MASYARAKAT PESISIR WATU ULO

MENGENAI EARLY WARNING SYSTEM (EWS) TSUNAMI

Oleh Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani


Prodi Sosiologi FISIP Universitas Jember
Email: [email protected]

ABSTRACT

Based on 2012 Tsunami Master Plan, Jember Regency, East Java, is categorized as a tsunami-phone
area.Therefore, BPBD (Regional Board on Disaster Management) of Jember Regency carries out a
community capacity building through the establishment DESTANA (Disaster Resilient Village),
dissemination of disaster and installatiom of EWS sirens. This research focuses on how the communities'
understanding and interpretation on the siren as a medium for tsunami EWS. The research aimed to
identify and describe the knowledge construction of Watu Ulo coastal communities about Tsunami EWS
sirens using descriptive, qualitative method. Informans were determined by purposive sampling
technique. The research used Peter L. Berger's theory of Social Construction of Reality to analyze the
knowledge construcion of Watu Ulo coastal communities about the EWS sirens. The result showed that
the residents of Watu Ulo have knowledge about the condition of the area which has tsunami potentials
as well as nature signs of the tsunami. Constuction of Watu Ulo as a tsunami prone area is strenghened
with the installation of EWS sirens as a medium for tsunami warning. The construction of public
knowledge about EWS passed through three processes i.e. externalitation, and internalition
objectivation. The construction of knowledge establised among Watu Ulo residents on EWS results in: 1)
public awareness; 2) public peacefulness despite being in a tsunami prone area.

Keyword: Construction, Knowledge, Early Warning System (EWS), Tsunami

JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI


ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 50
Early Warning System (EWS) Tsunami

PENDAHULUAN kerawanan di wilayah pantai selatan tersebut,


Indonesia merupakan salah satu wilayah BPBD Kabupaten Jember, Jawa Timur mencatat
yang memiliki berbagai potensi bencana alam sebanyak enam Kecamatan yakni Kecamatan
yang tinggi. Hal ini karena, secara geografis Kencong, Puger, Gumukmas, Wuluhan, Ambulu
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dan Tempurejo merupakan wilayah yang
bumi yang masih aktif yaitu Lempeng Eurasia, berpotensi tsunami
Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik Wilayah Kabupaten Jember Sebagai daerah
(BNPB, 2012:4). Karena ketiga lempengan yang yang rawan bencana tsunami maka BPBD
masih aktif dan mengalami pergerakan setiap Kabupaten Jember perlu meningkatkan kapasitas
tahunnya ini menyebabkan beberapa wilayah pada daerah-daerah yang rawan. Oleh karena itu,
menjadi rawan terjadi gempa bumi berpotensi pemerintah berupaya untuk meningkatkan
gelombang tsunami. kapasitas masyarakat melalui beberapa aspek
Guna mengantisipasi bencana tsunami yang yaitu pencegahan, mitigasi, Early Warning System
terjadi di Indonesia, maka pada tanggal 16 April (peringatan dini), kesiapsiagaan, dan relokasi
2012 BNPB diinstruksikan oleh Presiden RI untuk (Rizal, Kabid. Pencegahan dan kesiapsigaan
mengkoordinir penyusunan Masterplan BPBD). Salah satunya adalah sosialisasi
pengurangan resiko bencana tsunami (BNPB, pengetahuan kebencanaan melalui pelatihan,
2012:i). Masterplan tersebut digunakan sebagai simulasi dan pemasangan sirine sebagai media
acuan dalam menyusun suatu program dan peringatan dini kepada masyarakat.
kegiatan yang berkaitan dengan antisipasi bencana Beberapa program yang dilaksanakan di
tsunami. Pada masterplan ini terdapat empat daerah Watu Ulo untuk menyiapkan masyarakat
program utama diantaranya adalah pengembangan menghadapi bencana ialah pembentukan Desa
sistem peringatan dini, tempat evakuasi sementara Tangguh Bencana (DESTANA) yang telah
(TES), penguatan kapasitas kesiapsiagaan dan dilakukan setahun yang lalu dengan melibatkan
industri kebencanaan. perangkat desa, remaja dan beberapa warga.
Pantai selatan Jawa Timur terletak pada Program pemerintah lainnya ialah Early Warning
pertemuan dua lempeng tektonik yang berhadapan System (EWS).
langsung dengan Samudera Hindia yaitu Lempeng EWS adalah kegiatan pengamatan gejala-
Eurasia dan Lempeng Indo-Australia yang gejala alam sampai penginformasian ke
termasuk aktif, sehingga hal tersebut dapat masyarakat yang rawan dan terancam. Early
menimbulkan gempa yang berpotensi bencana Warning System ini merupakan pengamatan
tsunami (Solicha, 2013 dalam terhadap gejala alam kemudian memberikan
http://www.antarajatim.com/Enam-Kecamatan-di- informasi ke masyarakat yang dilakukan oleh
Jember-Rawan-Tsunami). Karena potensi lembaga yang berwenang. Dalam hal ini, lembaga
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 51
yang berwenang bertugas memberikan peringatan Mengenai Early Warning System (EWS)
berupa sirine yang telah dipasang karena dianggap Tsunami”.
sirine tersebut lebih efektif daripada kentongan
atau HT. Sirine yang telah dipasang di daerah HASIL DAN PEMBAHASAN
rawan tersebut sebagai media dari EWS kepada Dusun Watu Ulo: Sebuah Dusun yang Rawan
masyarakat. Bencana Tsunami
Adanya potensi bencana tsunami tersebut, Kondisi Geografis Dusun Watu Ulo
di Watu Ulo telah dipasang sebuah sirine media Dusun Watu Ulo merupakan salah satu dusun
EWS. Sirine yang telah dipasang di Watu Ulo yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan
dijadikan sebagai media peringatan dini bagi Ambulu, Kabupaten Jember. Dusun Watu Ulo
masyarakat yang berada di daerah rawan tsunami. sendiri memiliki jumlah penduduk ±3.502 warga
Konstruksi masyarakat Watu Ulo mengenai yang terdiri laki-laki 1775 dan perempuan 1772
kenyataan bahwa daerah mereka rawan bencana yang terbagi pada 5 RW dan 15 RT. Sedangkan
tsunami ini dibentuk oleh pemerintah melalui batas-batas daerah Watu Ulo antara lain: sebelah
BPBD dan perangkat setempat kepada barat berbatasan dengan perhutani Wuluhan,
masyarakat. Kenyataan rawannya daerah Watu sebelah utara berbatasan dengan Dusun
Ulo pada tsunami diperkuat dengan pemasangan Bregoh/Curah Rejo, sebelah timur berbatasan
sirine sebagai media EWS yang dipahami oleh dengan Pungkalan Sabrang, dan sebelah selatan
masyarakat sebagai tanda peringatan bahaya berbatasan dengan Samudera atau laut (Bapak
tsunami. Ngadi, Kepala Dusun Watu Ulo).
Oleh karena itu, penelitian ini menfokuskan Penduduk yang berada di Dusun Watu Ulo
bagaimana pengetahuan masyarakat pesisir Watu terdapat dua suku yaitu suku Jawa dan Suku
Ulo mengenai peringatan dini (sirine EWS) Madura. Di Watu Ulo sendiri terdapat dua pantai
tersebut dieksternalisasikan, diobyektivasikan dan yaitu pantai Watu Ulo dan pantai Payangan. Mata
diinternalisasikan kembali ke masyarakat. Peneliti pencaharian penduduk Dusun Watu Ulo cukup
ingin melihat bagaimana pemahaman dan beraneka ragam mulai dari petani, nelayan,
pemaknaan masyarakat mengenai daerah yang pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, TNI,
terkonstruksi rawan tsunami melalui peringatan dan wiraswasta. Namun dari sekian banyak
dini berupa gejala alam dan pemasangan sirine profesi tersebut warga Watu Ulo mayoritas
EWS sebagai peringatan tanda tsunami. penduduknya berprofesi sebagai nelayan yang
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sejumlah 783 warga, sedangkan profesi petani
peneliti mengangkat judul “Konstruksi sejumlah 228 warga, PNS sejumlah 10 warga,
Pengetahuan Masyarakat Pesisir Watu Ulo pegawai swasta sejumlah 15 warga, pedangang
kelontong sejumlah 25 warga dan wiraswasta
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 52
Early Warning System (EWS) Tsunami

sejumlah 171 warga (sumber data: profil Desa bencana ini terlihat ada bagaimana mereka
Watu Ulo). menyampaikan cerita bencana tsunami dahulu.
Dikarenakan Dusun Watu Ulo merupakan Sebagian warga mampu menyampaikan kembali
daerah pesisir inilah yang menjadikan sebagian apa yang telah mereka alami tersebut.
besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan Pengalaman warga di Dusun Watu Ulo yang
dan mencari nafkah yang berhubungan dengan pernah mengalami bencana tsunami dan
laut. Masyarakat Dusun Watu Ulo pengetahuan gejala alam saat bencana tsunami
menggantungkan kehidupan mereka dari hasil terjadi dapat dijadikan sebuah pengetahuan yang
ekosistem laut. Dari sekian banyak penduduk kemudian menjadi kearifan lokal bagi masyarakat
Watu Ulo yang berprofesi sebagai nelayan sekitar dan dapat dilestarikan sampai generasi
sejumlah 783 orang ini terdapat perahu yang berikutnya.
dimiliki oleh nelayan sebanyak 77 buah perahu
dan memiliki alat tangkap ikan sebanyak 1.042 Pengetahuan Masyarakat Watu Ulo Mengenai
buah. Potensi Bencana
Sebagai warga yang tinggal di pesisir pantai
Pengalaman Masyarakat Mengenai Bencana laut selatan pastinya mengerti resiko-resiko yang
Tsunami Tahun 1994 kemungkinan akan terjadi di daerahnya. Resiko-
Warga Watu Ulo memiliki pengalaman resiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu
bencana tsunami yang pernah terjadi pada tahun tersebut seperti air rob dan gelombang tsunami.
1994. Kejadian bencana tsunami tahun 1994 Pemahaman mengenai daerah tempat tinggalnya
merupakan pengalaman pertama tsunami bagi merupakan salah satu langkah sebagai
warga Dusun Watu Ulo. Melalui pengalaman yang kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana
mereka alami tersebut, warga terbentuk yang setiap saat dapat mengancam mereka.
kesadarannya bahwa daerah Watu Ulo rawan Sebagian warga Watu Ulo mengetahui
bencana tsunami. adanya potensi bencana tsunami yang disebabkan
Tsunami yang terjadi pada tahun 1994 bagi karena letak Watu Ulo yang berada di wilayah
sebagian warga yang mengalaminya merupakan patahan lempeng tektonik yang masih
kejadian yang sampai sekarang dijadikan aktif. Selain itu, Dusun Watu Ulo merupakan
pengalaman dan menjadi lebih sadar bahwa daerah pesisir yang padat penduduk dan memiliki
daerah tempat tinggalnya rawan bencana tsunami. jarak daratan dengan bibir pantai hanya 50 meter
Pemahaman warga di Dusun Watu Ulo mengenai sehingga memiliki resiko yang tinggi apabila
bencana tsunami tahun 1994 ini terbentuk melalui terjadi bencana. Pengetahuan warga mengenai
apa yang mereka alami sesudah terjadinya potensi bencana tsunami juga didapatkan dari
bencana. Pemahaman mengenai pengetahuan
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 53
pengalaman mereka pada bencana tsunami tahun memahami bencana tsunami. Tanda-tanda alam
1994. yang telah mereka ketahui tersebut terobyektivasi
Disamping pengetahuan-pengetahuan yang dalam diri mereka yang kemudian dijadikan
telah dimiliki oleh warga sekitar mengenai potensi sebagai sebuah kearifan lokal setempat. Sebagian
bencana. Pengetahuan mengenai potensi bencana warga telah mengetahui bahwa tanda terjadinya
tsunami ini juga dibentuk oleh pemerintah melalui bencana tsunami sebelumnya terjadi gempa bumi
kegiatan sosialisasi dan simulasi kebencanaan. dan surutnya air laut. Setelah terjadi gempa bumi,
Melalui sosialisasi dan simulasi tersebut air laut akan surut selama 20 sampai 30 menit
menambah konstruksi pengetahuan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai kesempatan warga
Watu Ulo sebagai daerah rawan untuk menyelamatkan diri.
tsunami. Diberikannya pelatihan kepada Tanda-tanda alam berupa gempa bumi dan
masyarakat ini membentuk kesadaran warga pada air laut surut ini dijadikan sebagai pengetahuan
potensi tsunami, mengerti tanda tsunami dan sekaligus kearifan lokal masyarakat sekitar.
langkah-langkah evakuasi diri saat bencana terjadi. Karena, melalui tanda-tanda alam yang telah
dipahami oleh warga ini menjadikan warga
Pengetahuan Masyarakat Mengenai Gelombang memiliki pengetahuan mengenai tsunami dan
Tsunami menjadi lebih waspada. Terkonstruksinya
Pengetahuan Masyarakat Melalui Tanda-Tanda pengetahuan warga pada tanda-tanda alam ini
Alam membantu warga untuk lebih menyadari bahwa
Warga Dusun Watu Ulo telah mengetahui daerah tempat tinggalnya rawan bencana tsunami.
bahwa daerahnya sebagai daerah rawan bencana Warga memahami apabila terjadi gempa
tsunami. Menyikapi adanya potensi bencana bumi maka diharuskan meningkatkan
tsunami di daerah tersebut, maka BPBD Jember kewaspadaanya. Selain itu, warga juga melihat ke
melakukan upaya pengurangan resiko bencana pantai apabila gempa bumi yang telah terjadi
dengan kegiatan sosialisasi dan simulasi disertai surutnya air laut maka diharuskan untuk
kebencanaaan. Sosialisasi dan simulasi ini segera melakukan evakuasi diri ke tempat yang
memberikan pengetahuan mengenai bencana lebih aman. Sehingga tanda-tanda alam yang telah
tsunami, gejala-gejala alam sebelum tsunami dan dipahami warga Watu Ulo ini dijadikan sebagai
cara evakuasi diri. Sosialisasi yang telah patokan dan peringatan apabila ada kemungkinan
dilakukan memberikan pengetahuan kepada bahaya tsunami.
masyarakat bahwa tsunami memiliki gejala-gejala Selain warga Watu Ulo memiliki
alam seperti gempa bumi dan air laut surut. pengetahuan mengenai gejala-gejala alam
Melalui pengetahuan yang dimiliki oleh sebelum terjadi tsunami, mereka juga memiliki
warga Watu Ulo ini menjadikan masyarakat lebih pengetahuan mengenai kondisi gelombang laut.
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 54
Early Warning System (EWS) Tsunami

Warga Watu Ulo memiliki pengetahuan mengenai Setelah warga memiliki pengetahuan melalui
kondisi gelombang laut yang dapat dikategorikan tanda alam berupa gempa bumi dan air laut surut.
sebagai gelombang aman atau berbahaya. Warga diberikan pengetahuan baru teknologi
Gelombang ini dijadikan sebagai sebuah modern berupa sirine media EWS sebagai tanda
peringatan dini bagi warga Watu Ulo apabila ada peringatan tsunami. Sirine media EWS sebagai
bahaya dari laut. Beberapa macam gelombang laut tanda peringatan dini secepat mungkin mengenai
yang dipahami warga Watu Ulo sebagai kemungkinan terjadinya tsunami kepada
gelombang yang aman dan berbahaya dapat dlihat masyarakat oleh pihak berwenang. Adanya sirine
dari penanggalan, arah angin, bentuk gelombang media EWS ini untuk memperkuat keakuratan
dan suara ombak. kemungkinan bencana tsunami yang sebelumnya
hanya melalui tanda-tanda alam saja.
Dinamika Penyerapan Pengetahuan Baru Pemasangan media EWS ini diberikan respon
Warga Watu Ulo merupakan masyarakat yang baik oleh warga sekitar dan dijadikan oleh
pesisir yang memiliki pengetahuan dalam melihat warga sebagai alat yang dipercaya dan membantu
tanda alam. Kemampuan warga Watu Ulo dalam memperkuat kemungkinan bencana selain tanda-
melihat keadaan alam ini dijadikan sebuah tanda alam. Sehingga disini warga melakukan
kearifan lokal masyarakat sekitar. Melalui perpaduan antara pengetahuan lama dengan
kearifan lokal tersebut warga dapat pengetahuan yang baru. Perpaduan tersebut ialah
memperkirakan keadaaan ombak ataupun cuaca warga yang pada awalnya telah memiliki
yang baik untuk melaut. pengetahuan berupa tanda alam tsunami diberikan
Namun, kemampuan warga dalam melihat sosialisasi dan pemasangan atas sirine sebagai
kondisi alam ini belum disertai dimilikinya media EWS yang berfungsi pemberi peringatan
pengetahuan warga mengenai bencana. Warga tsunami.
Watu Ulo baru mendapat pengetahuan bencana Melalui perpaduan ini warga menjadikan
setelah pengalaman bencana tsunami tahun 1994 sirine EWS sebagai pengetahuan baru sebagai alat
dan kegiatan sosialisasi serta simulasi yang memperkuat keakuratan kemungkinan
kebencanaan tsunami yang dilakukan pemerintah tsunami selain dari tanda alam. Sehingga warga
dan badan yang terkait. Melalui pengalaman dan menjadi lebih memiliki kesadaran pada daerahnya
sosialisasi tersebut memberikan pengetahuan baru yang rawan tsunami dan memiliki pengetahuan
kepada warga bahwa di daerah mereka rawan mengenai bencana tsunami melalui tanda alam
tsunami. Warga mengetahui gejala alam sebelum yang kemudian diperkuat dengan sirine media
terjadi bencana ialah gempa bumi dan air laut EWS.
surut yang kemudian dijadikan sebagai kearifan Tantangan BPBD dalam Sosialisasi EWS dan
lokal warga. Bencana Tsunami
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 55
Daerah Watu Ulo yang dipotensikan sebagai Namun, dari beberapa hambatan dalam
daerah rawan tsunami ini, oleh pemerintah sosialisasi EWS dan bencana tsunami yang
melalui BPBD Jember telah melaksanakan terdapat di warga Watu Ulo ini tidak mengurangi
program antisipasi potensi bencana melalui rasa tanggung jawab pemerintah baik pusat
sosialisasi, pembentukan DESTANA dan maupun perangkat desa. Mereka tetap berusaha
pemasangan sirine media EWS. Beberapa untuk menyampaikan informasi yang diharapkan
kegiatan tersebut telah dilaksanakan baik oleh dari beberapa warga yang mendengarkan dan
pihak BPBD atau pihak-pihak lain. memahami dapat mentransformasikan
Namun, dari beberapa program sosialisasi pengetahuannya kepada masyarakat lain meskipun
yang dilaksanakan tersebut terdapat tantangan berupa getok tular atau cerita dari mulut ke mulut.
baik di pihak BPBD atau masyarakat. Tantangan
BPBD dalam sosialisasi EWS dan bencana Pemaknaan dan Pemahaman Sirine Sebagai
tsunami ini diantaranya ialah pihak BPBD masih Media EWS
memiliki keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi Sirine Sebagai Media EWS
sehinga dalam pelaksanaan sosialisasi hanya Karena Watu Ulo dipotensikan sebagai
diberikan pada perwakilan-perwakilan warga daerah rawan tsunami maka oleh pemerintah
dengan jumlah yang terbatas. Selain itu, pihak melalui BPBD Jember memasang sirine media
BPBD juga masih memiliki SDM yang rendah EWS sebagai tanda peringatan tsunami.
dalam pemahaman EWS sehingga dalam Pemasangan sirine di Watu Ulo diperkirakan sejak
pengoperasian masih belum optimal. awal tahun 2013. Pemasangan sirine media EWS
Selain dari pihak BPBD, proses sosialisasi diletakkan di depan Balai Dusun Watu Ulo
EWS dan bencana tsunami juga terdapat setempat. Penempatan berada di Balai Dusun
hambatan dari pihak masyarakat. Beberapa karena beberapa pertimbangan antara lain dari sisi
hambatan tersebut ialah: rendahnya respon dan keamanan. Alasan lain yaitu balai dusun
ketertarikan warga dalam membahas sebuah merupakan titik tengah dari Dusun Watu Ulo.
bencana, pengalaman warga dalam sejarah Sehingga pemasangan yang berada di tengah-
bencana tsunami yang sangat kecil sehingga tengah masyarakat ini diharapkan dapat
memicu kurangnya antusias warga dalam menjangkau semua wilayah Dusun Watu Ulo.
menanggapi sosialisasi bencana, kurangnya Dipasangnya sirine media EWS di daerah
pengetahuan warga dalam hal bencana tsunami. berpotensi tsunami merupakan salah satu langkah
Tantangan lain yaitu pendidikan warga Watu Ulo yang efektif menyalurkan pengetahuan selain
yang masih kurang. Hal ini karena jumlah warga sosialisasi mengenai kebencanaan kepada
yang tidak berpendidikan jauh lebih banyak masyarakat. Hal ini karena, masyarakat akan lebih
daripada warga yang berpendidikan. merespon sesuatu yang dianggap baru disekitar
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 56
Early Warning System (EWS) Tsunami

mereka. Pemasangan sirine media EWS telah Sehingga hal tersebut yang mengakibatkan
diketahui sebagian besar warga Watu Ulo. rendahnya sigyal dan membutuhkan tower
Pengetahuan warga mengenai sirine EWS ini tambahan untuk memperkuat sigyal dari alat
didapatkan melalui pelatihan di kegiatan pantau di Jember ke media EWS di daerah rawan.
DESTANA dan beberapa warga dari sosialisasi Apabila terdapat penambahan tower kemungkinan
getok tular cerita dari mulut ke mulut). pengoperasian sirine dapat dilakukan secara
Namun, dari sirine media EWS yang telah otomatis yang efektif dan efisien.
terpasang ini terdapat kelemahan yaitu tidak
adanya perawatan secara rutin pada sirine, suara Cara Sosialisasi EWS Kepada Masyarakat
sirine tidak dapat menjangkau beberapa titik Pada awal pemasangan sirine media EWS
wilayah Dusun Watu Ulo, pengoperasian yang sebelumnya tidak ada sosialisasi kepada warga
tidak dapat dilakukan secara otomatis oleh pihak secara umum bahwa akan dipasang sebuah alat
BPBD Jember sehingga apabila terjadi peringatan dini tsunami. Sosialisasi hanya
kemungkinan tsunami tidak dapat berjalan secara dilakukan pada warga-warga tertentu pada saat
efektif dan efisien, dan tidak optimalnya pembentukan DESTANA. Sehingga sebagian
sosialisasi kepada masyarakat. besar warga banyak yang saling bertanya satu
Ketidakoptimalan dalam proses sosialisasi sama lain kegunaan tower yang berada di balai
EWS tersebut berdampak pada munculnya dusun.
anggapan warga yang meragukan Proses sosialisasi EWS kepada warga Watu
ketidakberfungsian sirine tersebut. Hal ini terjadi Ulo secara umum dilakukan dengan cara getok
karena beredar isu bahwa sirine dalam keadaan tular yaitu saling bercerita dari mulut ke mulut.
mati. Namun, dari beberapa isu yang beredar di Melalui getok tular yang telah dilakukan ini warga
masyarakat bahwa sirine media EWS yang tidak menjadi mengerti fungsi dari sirine media EWS
dapat berbunyi tersebut tidak dibenarkan oleh sebagai tanda peringatan tsunami. Proses
pihak BPBD. BPBD Jember menjelaskan bahwa sosialisasi ini dilakukan warga baik secara pribadi
sirine media EWS yang berada di daerah rawan ataupun berkumpul. Penyebaran informasi melalui
tsunami masih dalam kondisi berfungsi dan mulut ke mulut mengenai sirine EWS ini
menyala. Apabila ada kemungkinan gejala menjadikan warga mengerti dan memahami
tsunami maka pihak BPBD Jember akan fungsinya. Sosialisasi mengenai EWS dilakukan
menghubungi pihak desa yang telah ditunjuk oleh kepala dusun, perangkat dusun dan warga
untuk mengoperasikan secara manual sirine setempat yang telah mengetahui fungsi EWS.
tersebut. Pengoperasian secara manual ini Selain warga Watu Ulo bersosialisasi melalui
dikarenakan jarak jangkauan dari jember ke getok tular tersebut, pada akhir tahun 2014 di
Dusun Watu Ulo yang terlalu jauh sekitar 30Km. Desa Sumberejo tepatnya di Balai Dusun Watu
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 57
Ulo diadakan pelatihan dan simulasi evakuasi saat Warga sekitar telah terinternalisasi melalui
bencana. Melalui pelaksanaan pelatihan tersebut sosialisasi yang mereka dapatkan dari warga lain
peserta dan warga lain menjadi lebih memahami dan perangkat dusun melalui getok tular.
mengenai kebencanaan dan makna dari sirine Sehingga melalui pemasangan sirine media EWS
EWS. Pada saat pelatihan dan simulasi sirine ini lebih efektif memberikan pengetahuan
EWS di lakukan uji coba sehingga warga bencana pada warga. Warga terbentuk
mengetahui bahwa sirine tersebut berfungsi pengetahuan bencana melalui pemahaman pada
sebagai tanda bahaya tsunami. fungsi sirine sebagai tanda bencana dan memiliki
Dalam pelaksanaan sosialisasi EWS kepada pengalaman bencana tsunami. Pengetahuan warga
masyarakat ini masih dikatakan belum optimal. yang telah terbentuk tersebut diperkuat dengan
Karena sosialisasi mengenai sirine masih belum sirine yang menjadikan warga lebih waspada.
dapat menyeluruh diterima oleh warga Watu ulo.
Ketidaktahuan warga ini diakibatkan karena Pemaknaan dan pemahaman pada sirine
keterbatasan informasi yang mereka dapat, media EWS sebagai tanda peringatan tsunami
beberapa warga yang sibuk bekerja dan jarang dimaknai oleh warga sebagai hal yang penting.
berkumpul. Sehingga beberapa warga tidak Pentingnya keberadaan sirine karena dapat
mengetahui adanya sirine media EWS sebagai membantu warga mengetahui tanda bencana
tanda peringatan bencana. tsunami. Kepercayaan pada pentingnya EWS
terbentuk dalam diri warga karena kesadaran
Pemaknaan dan Pemahaman Sirine Media EWS bahwa daerahnya rawan tsunami.
Pemasangan sirine media EWS dan Pemaknaan dan pemahaman warga pada
sosialisasi memberikan pemahaman kepada warga sirine media EWS yang telah dianggap penting
bahwa kondisi daerah tempat tinggal mereka tersebut membentuk kewaspadaan warga. Warga
rawan tsunami. Melalui rasa penasaran warga memaknai bahwa sirine akan membantu warga
Warga Watu Ulo pada sirine yang terpasang di dalam peringatan bencana karena menggunakan
balai dusun ini memberikan pengetahuan kepada teknologi modern. Warga memaknai sirine
warga. Pada proses pemaknaan ini warga sebagai hal yang penting dan membantu dalam
memahami bahwa sirine media EWS berfungsi keakuratan kemungkinan tsunami selain dari
sebagai tanda peringatan apabila terjadi bencana gejala-gejala alam yang dapat dirasakan warga
tsunami. Sehingga warga memiliki pengetahuan secara langsung. Warga telah memiliki kearifan
baru sirine media EWS selain pengetahuan lokal berupa gejala alam yang diperkuat dengan
bencana yang telah mereka miliki sebelumnya sirine media EWS untuk memperkuat
yaitu gejala-gejala alam. kemungkinan terjadi tsunami. Sehingga apabila
terjadi kemungkinan bencana akan segera
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 58
Early Warning System (EWS) Tsunami

diberikan peringatan sedini mungkin untuk segera Pengeluaran ide tersebut diantaranya sosialisasi
evakuasi. daerah rawan dan simulasi mengenai bencana
tsunami serta diperkuat dengan pemasangan sirine
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesisir EWS di Watu Ulo. Setelah masyarakat melakukan
Watu Ulo Melalui EWS eksternalisasi berupa penyesuaian diri pada
Masyarakat akan terkonstruksi melalui sebuah kenyataan bahwa daerah tempat tinggalnya
sebuah kenyataan atau realitas sosial. Sebuah rawan bencana tsunami. Masyarakat kemudian
kenyataaan bahwa masyarakat dikonstruksikan melakukan obyektivasi pada kenyataan sosial
berada di daerah rawan bencana tsunami yang yang telah dieksternalisasikan sebelumnya.
telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten Jember Masyarakat dalam tahap obyektivasi ini
dan pemerintah setempat. Bagi Berger dan melakukan penandaan pada EWS berupa sirine
Luckman (1990:184) “masyarakat berada pada sebagai tanda bencana tsunami. Masyarakat
kenyataaan objektif maupun subjektif”. Realitas mencari tahu mengenai pemasangan sirine yang
obyektif ialah realitas yang terbentuk dari berada di depan Balai Dusun. Pada tahap
pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar obyektivasi masyarakat melakukan pemaknaan
diri individu, realitas ini sebagai kenyataan. dan pemahaman mengenai kenyataan yang terjadi
Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang dalam lingkungan mereka. Mereka berusaha
terbentuk sebagai proses penyerapan kembali memaknai peristiwa-peristiwa dalam
realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu kehidupannya salah satunya melalui bahasa.
melalui proses internalisasi (Henry, 1997: 93 Melalui bahasa ini masyarakat mencari tahu
dalam Bungin 2008:24). makna dari dipasangnya sirine media EWS di
Konstruksi mengenai daerah Watu Ulo daerah tempat tinggal mereka.
rawan terhadap bencana tsunami ini kemudian
dieksternalisasikan oleh warga sekitar. Warga Tahap ketiga untuk mencapai konstruksi
melakukan penyesuaian atas kenyataan daerah pengetahuan masyarakat Watu Ulo ialah tahap
yang rawan dengan pengalaman bencana tsunami internalisasi. Tahap internalisasi ini ialah
tahun 1994, pengetahuan warga mengenai tanda “pemahaman atau penafsiran yang berlangsung
tsunami melalui gejala alam dan pemasangan dari suatu peristiwa objektif sebagai
sirine EWS sebagai tanda peringatan tsunami. pengungkapan suatu makna, yang berarti suatu
Melalui pemasangan sirine EWS ini memperkuat manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain
konstruksi pemerintah bahwa daerah Watu Ulo yang bermakna secara subjektif bagi individu
rawan bencana tsunami. “(Berger, 1990:187).
Proses eksternalisasi merupakan proses Pada proses internalisasi warga melakukan
mengeluarkan ide-ide baru pada masyarakat. peresapan kembali atas realitas yang terbentuk
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 59
pada masyarakat sebagai sebuah kenyataan mengetahui potensi kerawanan maka semakin
obyektif yang kemudian diresapi dalam diri hati-hati dan waspada jika sewaktu-waktu terjadi
mereka sebagai kenyataan subyektif. Melalui berbunyi menandakan kemungkinan bencana.
ketiga tahap konstruksi tersebut masyarakat Selain masyarakat yang telah memiliki
terbentuk pengetahuan mereka bahwa daerah pengetahuan pada tanda bencana tsunami salah
tempat tinggalnya memiliki potensi rawan satunya gempa bumi yang diperkuat bunyi sirine
bencana tsunami. Sehingga masyarakat memiliki media EWS ini semakin memperkuat
kesadaran pada daerah tempat tinggalnya yang kemungkinan terjadi bencana. Sehingga dengan
rawan terhadap bencana tsunami. adanya EWS ini dianggap penting dan membantu
Konstruksi pengetahuan mengenai EWS ini warga dalam meningkatkan kewaspadaan
menjadikan warga Watu Ulo lebih menyadari sewaktu-waktu terjadi bencana tsunami.
bahwa di daerah tempat tinggal mereka sebagai
daerah yang rawan tsunami. Keberadaan sirine b. Masyarakat Menjadi lebih Tenang
EWS ini membentuk pemahaman warga Watu Ulo EWS yang dijadikan sebagai pemberi
untuk lebih waspada dan tenang. Karena informasi secepat mungkin pada masyarakat
sebelumnya mereka telah memiliki apabila terjadi kemungkinan bencana ini telah
pengetahuan tanda tsunami melalui gejala alam mengkonstruksi warga menjadi lebih tenang.
gempa bumi dan air surut yang akan diperkuat Melalui EWS ini masyarakat terbentuk sebagai
dengan bunyinya sirine EWS ini. masyarakat yang waspada bencana. Terbentuknya
sikap lebih tenang yang dimiliki warga Watu Ulo
a. Masyarakat Menjadi Lebih Waspada ini dikarenakan mereka telah percaya bahwa
Warga Watu Ulo telah terkonstruksi benda tersebut sebagai tanda apabila terjadi
pengetahuan mereka bahwa daerahnya sebagai bencana tsunami. Sebagian warga percaya bahwa
daerah yang rawan bencana tsunami. Warga Watu sirine EWS ini dapat membantu untuk dapat hidup
Ulo telah menyadari berada di daerah yang rawan dengan tenang dan selamat meskipun berada di
tsunami dan mengetahui tanda-tanda tsunami daerah berbahaya.
yang diperkuat dengan pemasangan media EWS. Perasaan tenang yang muncul dari warga ini
Media EWS ini dijadikan sebagai media pemberi mncul karena telah memahami daerah mereka
informasi kemungkinan terjadi tanda tsunami rawan tsunami. EWS yang berada di Watu Ulo ini
yang dipantau oleh pihak berwenang BPBD dari mengkonstruksi masyarakat menjadi lebih tenang
Jember. Dengan dipasangnya media EWS berupa karena apabila terjadi bencana sirine media EWS
menara sirine ini akan memperkuat keakuratan tersebut akan berbunyi menandakan muncul
potensi tsunami yang akan terjadi. Kewaspadaan bahaya tsunami.
warga ini terjadi karena mereka yang telah
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Pesiar Watu Ulo Mengenai 60
Early Warning System (EWS) Tsunami

Selain itu, masyarakat juga telah Dari hasil pemaknaan dan pemahaman pada
mempercayai bahwa EWS yang berada di Watu EWS yang telah dilakukan oleh warga ini
Ulo sebagai tanda bahaya tsunami. Kepercayaan membentuk konstruksi pengetahuan warga Watu
dan konstruksi masyarakat mengenai EWS Ulo. Hasil konstruksi pengetahuan masyarakat
sebagai tanda bahaya tsunami inilah yang mengenai EWS diantaranya:
menjadikan masyarakat lebih tenang. Masyarakat a. Membentuk masyarakat menjadi lebih waspada.
akan tetap dapat hidup dengan tenang dan aman Kewaspadaan warga ini terbentuk karena mereka
meskipun berada di daerah yang rawan bencana telah mengetahui potensi kerawanan tsunami
tsunami. didaerahnya. Sehingga warga akan semakin hati-
hati dan waspada jika sewaktu-waktu terjadi
KESIMPULAN kemungkinan bencana. Kewaspadan warga Watu
Sebuah realitas tentang pengetahuan Ulo terkonstruk dalam diri individu karena
masyarakat pada EWS tsunami di Watu Ulo mereka telah memaknai EWS sebagai tanda
terbentuk melalui tiga tahap, yaitu eksternalisasi peringatan yang penting terhadap bencana
saat warga diberikan sosialisasi kebencanaan dan tsunami.
pemasangan sirine media EWS. Kedua b. Warga Watu Ulo juga terbentuk
obyektivasi, sebagian besar warga melakukan pengetahuannya untuk lebih tenang. Sikap tenang
pemahaman dan pemaknaan melalui sosialisasi ini terbentuk karena warga telah percaya sirine
mengenai bencana dan tanda-tanda alam tsunami. EWS dapat membantu memberikan keakuratan
Selain itu, masyarakat juga mengobyektivasi dalam kemungkinan bencana tsunami selain
keberadaan sirine EWS sebagai tanda peringatan tanda-tanda alam yang telah dipahami warga
tsunami. Ketiga internalisasi, pada tahap setempat. Kepercayaan dan konstruksi
internalisasi warga meresapi kembali apa yang masyarakat mengenai EWS sebagai tanda bahaya
telah mereka obyektivasi. Pada tahap internalisasi tsunami inilah yang menjadikan masyarakat lebih
para warga menerima sosialisasi EWS yang tenang. Masyarakat akan tetap dapat hidup
kemudian mereka maknai dalam individu sebagai dengan tenang dan aman meskipun berada di
kenyataan subyektif. daerah yang rawan bencana tsunami.
Pemaknaan dan pemahaman yang dilakukan
oleh warga Watu Ulo mengenai EWS Tsunami DAFTAR PUSTAKA
menjadikan sebagian besar warga memiliki Buku
kesadaran pada potensi bencana tsunami. Warga [1] Berger, L. P. dan Luckman, T. 1990. Tafsir
memiliki pengetahuan berupa tanda-tanda alam Sosial Atas Kenyataan (Terjemahan). Jakarta:
dan diperkuat dengan sirine EWS yang dimaknai LP3ES.
sebagai tanda peringatan bencana.
JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI
ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016
Lia Wida Royati; Baiq Lily Handayani 61
[2] BNPB. 2012. Masterplan Pengurangan diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul
Resiko Bencana. Jakarta: BNPB. 06.00
[3] Bungin, B. 2008. Konstruksi Sosial Media [14] Pertiwi, T. 2013. Masyarakat Pesisir ditinjau
Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media dari Segi Budaya.triachia.blogsport.com diakses
Group pada tanggal 22 Juni 2015 pukul 10.00
[4] Darwis, Wa’id, Sufyan, dan Huda. 2008. Da’i [15] Solicha, Z. 2013. Enam Kecamatan di Jember
Siaga Bencana. Jakarta Pusat: Community Rawan Tsunami. (http://www.antarajatim.com)
Based Disaster Risk Management. diakses pada 3 Desember 2014 pukul 13.30
[5] Kusnadi. 2007. Jaminan Sosial Nelayan. [16] Undang–Undang Republik Indonesia Nomor
Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Yoyakarta. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
[6] Moleong, L. J. 1990. Metode Penelitian www.bnpb.go.id/uploads/pubs/1.pdf‎, diakses pada
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. tanggal 15 Desember pukul 13.25
[7] Notoatmodjo, S. 2012. “Metodologi Penelitian [17] Widawati, C. 2010. Ragam Makna, Makna
kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta. Konstruksi, Makna Konstektual, Makna
[8] Notoatmodjo, S. 2012. “ Promosi Kesehatan Konseptual. Colinawati.bloguns.ac.id, diakses
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. pada 28 Maret 2016 pukul 12.33
[9] Satria, A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyrakat [18] Wikipedia. (2016). Konstruksi (Online).
Maritim. Jakarta Selatan: Pustaka Cidesindo. Tersedia di https://id.m.wikipedia.org/wiki.
[10] Sujatmiko & Haryanta, A. T. 2012. Kamus Diakses pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 10:16
Sosiologi. Surakarta: Aksara Sinergi Media.
[11] Zen, M.T. (Tanpa Tahun). Mengelola Risiko
Bencana di Negara Maritim
INDONESIA.Bandung: ITB.

Internet
[12] KBBI. Arti Kata Konstruksi-Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Tersedia di
kbbi.web.id. Diakses pada 25 Maret 2016 pukul
11.00.
[13] N, Ahmad. 2013. Visualisasi Model
Perambatan Gelombang Tsunami di Perairan
Aceh dengan Metode Lattice Boltzmann.
E.journal.uajay.ac.id/320/3/2MTF01634.pdf,

JURNAL ENTITAS SOSIOLOGI


ISSN:2088-8260 Volume V, Nomor 1 Februari 2016

You might also like