The Legend of Malin Kundang
The Legend of Malin Kundang
Long time ago, in a small village near the beach in West Sumatera,
lived a woman and her son, Malin Kundang. Malin Kundang’s father
had passed away when he was a baby, and he had to live hard with
his mother.
When the mother came, Malin Kundang, in front of his well dressed
wife, his crews and his own gloriness, denied to meet that old, poor
and dirty woman. For three times she begged Malin Kundang and
for three times yelled at him. At last Malin Kundang said to her
“Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty
and ugly peasant!” Then he ordered his crews to set sail.
Enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone
if he didn’t apologize. Malin Kundang just laughed and set sail.
In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was
wrecked and it was too late for Malin Kundang to apologized. He
was thrown by the wave out of his ship, fell on a small island, and
suddenly turned into stone.
1. Orientation
Bagian orientation dalam narrative text Malin Kundang
di atas ditunjukkan pada paragraf pertama, yang
memperkenalkan tokoh Malin Kundang yang tinggal di
Sumatera Barat dengan ibunya.
Orientation pada sebuah narrative text merupakan
pengenalan, yang isinya pengenalan tokoh, waktu, dan
tempat kejadian dalam narrative text.
2. Complication
Bagian Complication dalam narrative text Malin
Kundang di atas berada pada paragraf 2, 3 dan 4,
dimulai saat Malin Kundang mulai bergabung dengan
bajak laut, menjadi kaya, dan saat ibunya yang rindu
ingin menemuinya setelah berpisah cukup lama.
Puncak konflik terjadi pada saat Malin Kundang tidak
mau mengakui ibunya karena penampilan lusuh sang
ibu.
Bagian complication pada Narrative Text berisi
gambaran tentang munculnya krisis atau masalah yang
dialami tokoh, dalam cerita Malin Kundang adalah
masalah yang menimpa Malin Kundang dan ibunya.
3. Resolution
Bagian resolution pada narrative text Malin Kundang di
atas terletak pada paragraf terakhir, yakni saat Malin
Kundang mendapatkan ganjaran atas perbuatannya yang
telah durhaka pada sang ibu.
Bagian resolution dalam narrative text berisi tentang
cara pemecahan masalah yang ada, resolution ini tak
selalu berakhir menjadi kisah yang bahagia, seperti pada
cerita Malin Kundang.
Pada narrative text biasanya ada struktur yang keempat,
yakni Coda, yang isinya merupakan petuah dari cerita
narasi. Dalam narrative text Malin Kundang di atas,
tidak terdapat unsur coda. Namun kita bisa memetik
pelajaran bahwa perlakuan durhaka kepada orang tua
bukanlah perilaku yang baik dan akan menerima
ganjarannya.