Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

VOLUME 5 NOMOR 1 JUNI 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI dan BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

KARAKTERISTIK FISIK PAKAN IKAN APUNG NON-EKSTRUSI YANG


DIBUAT MELALUI FERMENTASI Rhizopus oryzae

Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through


Rhizopus oryzae Fermentation
Asep Badru Zaman1, Catur Sriherwanto2,*, Etyn Yunita1, Imam Suja’i2
1
Dept. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Bitechnology Laboratory, BPPT, Building 630 PUSPIPTEK Area, Tangerang Selatan, Banten 15314
*E-mail: [email protected]

ABSTRACT
To reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is
cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide
buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics
of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed
substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor.
The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed
in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both
feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5
hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The
shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The
fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up
to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and
commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R.
oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.

Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability

ABSTRAK
Untuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan
ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin
ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil
fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan
tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan
dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung.
Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas
keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung
fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40
menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air
hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali
bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial
mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak
dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.

Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam

Received: 16 Maret 2018 Accepted: 07 June 2018 Published: 08 June 2018

27
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.

PENDAHULUAN Mempertimbangkan kondisi tersebut,


metode lain yang jauh lebih praktis dan
Lebih dari 50% dari total biaya sederhana dalam pembuatan pakan ikan
produksi budidaya ikan berasal dari pakan apung sangat diperlukan. Laboratorium
(Rana et al. 2009). Pakan ikan di Indonesia Bioteknologi Pakan, Balai Bioteknologi-
dibuat menggunakan bahan baku yang BPPT, kawasan PUSPIPTEK, Tangerang
sebagian besarnya masih didatangkan dari Selatan, telah mengembangkan metode
negara lain sehingga berdampak pada pengapungan pakan ikan fermentatif
mahalnya harga pakan (Rasidi dan Haryadi menggunakan Rhizopus sp. (Sriherwanto et
2016). Tingginya harga pakan ikan inilah al. 2017; Leiskayanti et al. 2017). Fermentasi
yang mendorong digulirkannya program ini tidak membutuhkan sterilisasi alat
Gerpari (Gerakan Pakan Ikan Mandiri) oleh maupun bahan, tanpa mempertimbangkan
Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal jenis serta komposisi zat pengikat (binder),
Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dilakukan secara non-ekstrusi atau tanpa
dan Perikanan agar kedaulatan pangan di menggunakan mesin pembuat pakan apung
sektor perikanan dapat diwujudkan, (ekstruder), dan tanpa tahapan deep frying
khususnya agar terciptanya kemandirian sehingga lebih hemat energi dan jauh lebih
pakan dengan menggunakan potensi praktis. Penelitian ini dilakukan dalam rangka
ketersediaan bahan baku pakan lokal (Dirjen mengetahui karakteristik fisik pakan apung
Perikanan Budidaya 2016), dan dengan hasil fermentasi menggunakan kapang R.
demikian biaya pembelian pakan pun bisa oryzae pada substrat yang merupakan
ditekan dan keuntungan pembudidaya ikan campuran dari pakan komersial tenggelam,
dapat ditingkatkan. onggok dan gulma bebek (Lemna minor). Sifat
Namun pembuatan pakan mandiri oleh fisik yang diuji meliputi absorpsi air (water
pelaku usaha sektor perikanan terkendala absorption), stabilitas dalam air (water
sejumlah faktor, di antaranya adalah kualitas stability), dan daya apung (floatability).
fisik pakan yang mudah pecah dan larut dalam
air sehingga cepat menurunkan kualitas air; BAHAN DAN METODE
serta pakan yang mudah tenggelam sebelum
dikonsumsi ikan (Kurniawan dan Lestariadi Waktu dan lokasi penelitian
2017). Pakan yang tidak dimakan ikan akan Penelitian dilakukan pada bulan
mengotori kolam ikan, dan selanjutnya akan Januari-September 2016 di Laboratorium
mengalami penguraian secara mikrobiologis Bioteknologi Pakan, Balai Bioteknologi-
yang menghabiskan sejumlah besar oksigen BPPT, Setu, Tangerang Selatan, Banten.
yang terlarut dalam air kolam tersebut. Selain Penelitian ini menggunakan metode
itu proses ini menaikkan kadar amonia dan komparatif dengan 2 sampel yang berbeda:
nitrit hingga konsentrasi yang dapat meracuni pakan apung komersial Hi-Pro-Vite 781 (PT.
ikan dalam waktu singkat (Somerville et al. Central Proteina Prima Tbk dengan
2014). Karena itu, diperlukan teknologi kandungan protein, lemak, dan serat
pengapungan pakan tepat guna yang tidak masing-masing sekitar 31-33%, 4-6%, dan
memerlukan biaya investasi dan operasional 3-5%) sebagai kontrol dan pakan apung
semahal pembuatan pakan komersial skala fermentasi yang dibuat dalam penelitian ini.
industri besar yang melibatkan proses ekstrusi Penelitian ini meliputi proses pembuatan
menggunakan mesin ekstruder. pakan ikan fermentasi, pengujian karakteris-
Metode non-ekstrusi ini sebenarnya tik fisik pakan fermentasi yang meliputi sta-
pernah dilakukan sebelumnya menggunakan bilitas (keutuhan dan kekokohan) dalam air,
khamir Saccharomyces cerevisiae. Namun absorpsi (daya serap) air, dan daya apung.
proses ini masih belum praktis karena masih
memerlukan pengetahuan dan ketrampilan Fermentasi pakan
khusus tentang penambahan zat pengikat Inokulum ragi tempe yang
(binding agent), serta dibutuhkan tahapan mengandung R. oryzae 1 g (105-106 cfu/g)
penggorengan dalam minyak (deep frying) dicampurkan dengan 50 g substrat yang
yang membutuhkan energi panas, minyak merupakan campuran dari onggok singkong
goreng, dan fasilitas penggorengan (Saputra 30 g, pakan komersial tenggelam P99 (PT.
2016; Lindasari 2017). Central Proteina Prima Tbk) 15 g, gulma

28
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

bebek (L. minor) segar 5 g. Setelah diaduk Uji daya apung


merata, sebanyak 40 mL larutan mineral Daya apung diukur menggunakan
yang mengandung KH2PO4 (2,6 g/L), urea (2 metode Cruz et al. (2015) yang telah
g/L), dan (NH4)2SO4 (8,1 g/L) ditambahkan, dimodifikasi, dan dilakukan dalam kondisi
diaduk lagi hingga merata. Campuran tanpa aerator. Sebanyak 10 butir pakan
tersebut lalu ditempatkan ke dalam cawan dijatuhkan ke dalam gelas beaker 500 mL
petri kaca (diameter 9 cm, tebal 1 cm), yang berisi air 400 mL. Jumlah sampel yang
diinkubasi pada suhu 28-30°C (suhu ruang) masih mengapung dicatat dalam rentang
selama 40 jam. Pakan hasil fermentasi diiris waktu tertentu, dimulai pada menit ke-0
menggunakan cutter dengan ukuran 0,5  hingga menit ke-180. Rumus daya apung:
0,5 cm pada kertas grafik, lalu dikeringkan di
dalam oven bersuhu 50°C selama 24 jam. Ff
Daya apung (%)  100
Fi
Uji stabilitas dalam air
Menggunakan metode Misra et al. dimana:
(2002), stabilitas dalam air atau kekokohan
dan kekompakan dalam air diukur dengan Ff : sisa sampel yang mengapung
menempatkan 2-3 g sampel dalam saringan Fi : jumlah awal sampel (10 butir)
teh plastik berukuran ± 200 mesh (Erizal et
al. 2016). Sampel dan saringan ini lalu Analisis data
direndam dalam gelas beaker berisi air 500 Data hasil penelitian disajikan grafik
mL, diberi gelembung udara 3,5 L/menit yang bersifat komparatif. Analisis data hasil
menggunakan aerator akuarium (Luckiness, pengujian fisik dilakukan secara deskriptif
L828, Cina). Perendaman dilakukan selama serta analisis statistik parametrik
½, 1, 2, 4, 10, dan 20 jam. Sampel yang (Independent Sample t-test) untuk melihat
telah menyerap air ditiriskan, lalu dioven perbedaan nyata kedua sampel.
selama 24 jam pada suhu 60°C hingga
kering. Stabilitas dalam air sampel HASIL DAN BAHASAN
ditentukan menggunakan rumus:
Pengamatan fisik pakan fermentasi
DWt Pencampuran tepung onggok (Gambar
Stabilitas dalam air (%)   100 1a), L. minor (Gambar 1b), pakan tenggelam
DWo komersial (Gambar 1c), dan larutan mineral
dimana: menghasilkan substrat campuran berupa
butiran-butiran basah yang terpisah satu
DW t : berat kering sesudah perendaman (g) sama lain dan tidak rekat dengan warna
DW o : berat kering sebelum perendaman (g) dominan coklat. Teksturnya mirip seperti
dedak padi basah namun tidak berair
Uji absorpsi Air (Gambar 1d). Setelah fermentasi
Uji ini memiliki prosedur sebagaimana menggunakan R. oryzae, butiran substrat
uji stabilitas dalam air, bedanya setelah yang awalnya terpisah tersebut (Gambar 1d)
perendaman selama 1, 3, 5, 10, 20 dan 40 di akhir fermentasi berubah menjadi satu
menit, sampel ditimbang dalam keadaan kesatuan padatan yang menyerupai bentuk
basah tanpa pengeringan terlebih dahulu. cawan petri. Satu butiran substrat dengan
Absorpsi air dihitung menggunakan rumus yang lainnya diikat oleh jalinan miselia jamur
berikut (Misra et al. 2002) : sehingga membentuk tekstur seperti tempe
kedelai dan kenyal seperti keju (Gambar 1e).
WWt  DWo Saat penyiapan bahan baku
Absorpsi air (%)   100 komponen pakan, tidak ada pertimbangan
DWo penambahan komponen bahan pengikat dan
perakat khusus, atau perlakuan mekanis dan
dimana: termal yang sengaja dilakukan untuk
merekatkan dan menyatukan substrat yang
WW t : berat basah setelah direndam air (g) bertekstur butiran terpisah tersebut. Namun
DW o : berat kering sebelum direndam air (g) sesudah fermentasi, butiran-butiran substrat

29
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.

Gambar 1. Bahan pakan onggok (a), L. minor (b), pakan tenggelam komersial (c), dicampur dengan larutan mineral
menghasilkan substrat campuran (d) yang, setelah difermentasi oleh R. oryzae, membentuk tekstur
menyerupai tempe kedelai (e).

tersatukan membentuk satu kesatuan tekstur fermentasi berubah warna menjadi lebih
yang padat, kompak, dan kokoh. Hal ini muda dan keputihan. Pakan fermentasi
menunjukkan bahwa miselia R. oryzae diperkecil dengan pengirisan pisau cutter
mampu menggantikan peran zat perekat dan hingga berbentuk balok berukuran panjang 
pengikat yang biasanya ditambahkan dalam lebar  tinggi sekitar 5510 mm, sedangkan
pembuatan pakan ikan bentuk pelet yang pakan apung komersial hampir menyerupai
bahan baku awalnya berupa tepung halus. bentuk bulat bola dengan garis tengah
Prosedur mekanis dan termal yang biasa sekitar 4 mm. Berbeda dengan pakan
digunakan untuk memunculkan tenggelam komersial yang tidak dapat
kekompakan, kekokohan, dan daya apung mengapung, pakan fermentasi ini memiliki
pada pelet juga tidak diperlukan dalam daya apung yang baik (Gambar 3).
fermentasi ini.
Pakan apung fermentasi dan pakan Stabilitas dalam air
apung komersial memiliki sejumlah Stabilitas dalam air kedua jenis pakan
perbedaan fisik (Gambar 2). Pakan apung memiliki pola yang sama (Gambar 4) selama
komersial memiliki warna coklat gelap 20 jam, dimana keduanya mengalami
sedangkan pakan apung fermentasi penurunan drastis pada 0,5 jam pertama
berwarna lebih muda dan terang. Warna yaitu dari 100% turun ke 83% untuk pakan
coklat gelap pada pakan apung komersial apung komersial dan 81% untuk pakan
kemungkinan disebabkan oleh reaksi apung fermentasi. Antara jam ke-0,5 hingga
Maillard, yakni reaksi antara asam amino jam ke-10, pakan apung komersial
dengan gula pereduksi pada suhu tinggi memperlihatkan nilai stabilitas dalam air
(lebih dari 100°C) pada proses ekstrusi yang lebih baik dari pakan apung fermentasi,
(Ljøkjel et al. 2004; Von Rooijen 2016). Hal terutama pada jam ke- 2 dimana selisihnya
ini tidak terjadi pada fermentasi pakan yang terbesarnya mencapai 4,45%. Secara
menggunakan suhu ruangan, yakni sekitar umum, adanya selisih yang tidak terlalu
28-30°C. Pembentukan miselia putih kapang besar selama 20 jam perendaman dalam air
Rhizopus justru menjadikan pakan ini menunjukkan bahwa stabilitas dalam air

30
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

Gambar 2. Penampilan fisik pakan apung fermentasi (kiri) dan pakan apung komersial (kanan) dalam kemasan
dengan berat masing-masing 100 g

Gambar 3. Pakan apung fermentasi yang telah dikeringkan mampu mengapung pada permukaan air.

pada pakan apung fermentasi mendekati diperlukan dalam rangka tetap


nilai stabilitas dalam air pada pakan apung mengokohkan atau menstabilkan butiran-
komersial. Uji ini memberikan kesimpulan butiran pakan tersebut agar tidak mudah
bahwa pakan apung dengan bahan onggok, terurai hancur dalam air, dan memastikan
L. minor dan pakan tenggelam yang agar sesedikit mungkin zat-zat gizi dalam
difermentasi oleh R. oryzae tanpa pakan yang hilang terlarut ke dalam air
penambahan bahan pengikat khusus dan kolam (Hashim dan Saat 1992; Paolucci et
tanpa menggunakan mesin canggih mampu al. 2012).
menyamai tingkat stabilitas dalam air pada Zat perekat khusus tidaklah digunakan
pakan apung komersial yang biasa dalam pembuatan pakan ikan apung dalam
digunakan oleh pembudidaya ikan. eksperimen ini, sebagaimana pada
Berbeda dengan pakan untuk ternak, pembuatan pakan komersial yang
pakan untuk ikan budidaya memerlukan melibatkan penggunaan zat pengikat yang
tahapan-tahapan proses tertentu untuk tergolong karbohidrat seperti agar-agar,
memastikan bahwa pelet yang dihasilkan alginat, pektin, kitosan, karaginan,
memiliki stabilitas yang baik dalam air. karboksimetilselulosa, guargam, maupun
Stabilitas ini mesti cukup untuk memberi dari jenis protein seperti gelatin (Paolucci et
waktu bagi hewan air untuk menyantapnya. al. 2012). Penyatuan butiran-butiran pakan
Untuk itu, ekstrusi dengan atau tanpa zat dalam percobaan ini adalah agen hayati
pengikat (perekat) yang menyatukan butiran- berupa miselium kapang tempe, yakni
butiran komponen bahan pakan ikan Rhizopus sp., yang sudah dikenal dapat

31
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.

Gambar 4. Stabilitas dalam air dari pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi

menyatukan butiran kedelai pada lebih berat dibandingkan bobot kering pakan
pembuatan tempe kedelai melalui fermentasi tersebut. Namun absorpsi air pakan
pada suhu kamar. fermentasi ini menurun di menit ke-20, lalu
Penggunaan kapang tempe sebagai naik lagi sedikit di menit ke-40. Penurunan
agen hayati pengikat ini juga menghindari ini diduga karena tingkat kekompakan pakan
kerusakan nutrisi yang rentan terhadap berkurang yang menyebabkan sebagian
panas sebagaimana yang terjadi pada material pakan tersebut hancur dan meluruh.
proses ekstrusi yang dapat merusak vitamin Lebih tingginya kemampuan
tertentu (Riaz et al. 2009). Fermentasi menyerap air pakan apung fermentasi
Rhizopus bahkan sudah terbukti malah dibandingkan pakan apung komersial
memperkaya vitamin tertentu pada substrat mungkin dikarenakan volume total rongga
media tumbuhnya (Sriherwanto 2010). udara yang lebih besar pada pakan
fermentasi dibandingkan pada pakan
Absorpsi air komersial. Besarnya volume total rongga
Secara umum, kedua bentuk kurva udara ini diduga karena hifa kapang R.
absorpsi air selama 40 menit untuk kedua oryzae mampu menembus ke dalam butiran
jenis pakan sangatlah mirip. Keduanya substrat sehingga membuat jalinan lorong-
sangat cepat menyerap air di menit pertama, lorong udara mikro di dalam substrat. Selain
dimana pakan apung fermentasi sekitar tiga itu, miselium kapang memenuhi rongga
kali lebih kuat menyerap air dibandingkan antar butiran substrat, sehingga
pakan apung komersial. Proses penyerapan memerangkap udara di celah-celah antar-
air oleh kedua jenis pakan ini naik tapi substrat. Metabolisme nutrisi substrat
dengan kecepatan daya serap yang menjadi senyawa sederhana yang mudah
menurun setelah menit ke-1 hingga menit menguap (volatile low molecular weight
ke-10. Setelah itu pakan apung komersial compounds) juga meninggalkan rongga-
tidak lagi mampu menyerap air setelah rongga udara mikro dalam substrat.
penyerapannya mencapai sekitar 200% atau Tersedianya ruang-ruang udara mikro di
2 kali bobot kering awal. Di menit ke-10, sela-sela jalinan padat miselium dan di
pakan apung fermentasi mampu menyerap dalam substrat juga memungkinkan air
air hingga 361%, yakni hampir 4 kali lipat terserap oleh pakan fermentasi secara lebih

32
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

Gambar 5. Absorpsi air pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi

cepat dibandingkan oleh pakan komersial mengapung 100% dari pakan fermentasi
saat perendaman dalam air berlangsung. dalam uji selama 3 jam ini lebih lama
Keunggulan pada pakan apung dibandingkan waktu uji daya apung 20 menit
fermentasi ini adalah, meskipun nilai yang dilakukan oleh Kamaruddin et al.
absorpsi airnya lebih tinggi, stabilitasnya (2018). Peneliti tersebut membuat pakan
dalam air setara dengan pakan apung apung yang mengandung talas dan beras
komersial. Pembuatan pelet apung yang sebelumnya digelatinisasi
komersial menggunakan mesin ekstruder menggunakan mesin ekstruder dengan
yang melibatkan tekanan dan pemanasan lubang pengeluaran (die) bersuhu 170C,
tinggi, dengan komposisi bahan perekat atau dimana daya apungnya selama 20 menit
pengikat yang sengaja ditambahkan, seperti adalah 93,3%-100%.
zat pati. Bahan-bahan yang terbuat dari pati Metode pengapungan non-ekstrusi
mampu menyerap air dikarenakan molekul- menggunakan kapang Rhizopus sp. dalam
molekul pati memiliki gugus hidroksil yang penelitian ini juga memiliki daya apung yang
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan lebih baik dibandingkan teknik non-ekstrusi
air (Ayadi et al. 2016). lain. Pengapungan tanpa menggunakan
mesin ekstruder telah dilakukan Orire dan
Daya apung Sadiku (2014) dengan memanfaatkan peran
Gambar 6 menunjukkan bahwa ragi roti (yeast) dan pengembang roti (baking
selama tiga jam, baik pakan apung powder). Hasil terbaik yang didapat adalah
fermentasi maupun pakan apung komersial 70% masih mengapung pada menit ke-60.
tidak ada yang tenggelam sama sekali ke Penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae
dalam air tenang. Hal ini menunjukkan untuk mengapungkan pakan ikan juga
bahwa dalam rentang waktu uji apung dilakukan oleh Saputra (2016) dan Lindasari
selama 3 jam, fermentasi mampu (2017). Formulasi pakan yang digunakan
memunculkan daya apung yang setara dalam kedua penelitian tersebut
dengan kemampuan mengapung yang memasukkan terigu 35% sebagai bahan
dimunculkan oleh mesin ekstruder pada perekat dan menggunakan tahapan deep
pakan ikan apung pabrikan. Kemampuan frying atau penggorengan dalam minyak.

33
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.

Gambar 6. Uji daya apung pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi tanpa aerator

Pakan ikan yang dihasilkan mampu hampir 4 kali berat kering awalnya,
mengapung selama 6-8 jam. Proses sedangkan pakan apung komersial hingga
pemunculan sifat apung pada pakan ini sekitar 2 kali berat kering awalnya. Selama
kurang efisien dibandingkan dengan yang tiga jam pengujian daya apung, kedua jenis
dilakukan dalam penelitian ini, yang tidak pakan mengapung 100% tanpa satu butir
perlu mempertimbangkan penambahan zat pelet pun yang tenggelam. Jadi, fermentasi
perekat, dan tanpa penggorengan dalam bahan pakan ikan menggunakan R. oryzae
minyak yang memerlukan tambahan ongkos layak dikembangkan lebih lanjut sebagai
energi, bahan, dan sarana produksi lainnya. cara pengapungan alternatif pakan ikan agar
karakteristik fisiknya semakin baik dan
KESIMPULAN mendekati pakan apung ekstrusi.

Fermentasi substrat campuran pakan REFERENSI


tenggelam komersial, onggok, dan gulma
bebek menggunakan kapang R. oryzae Ayadi F, Rosentrater KA, Muthukumarappan
memunculkan sifat apung pada produk hasil K, Kannadhason S (2016) Effects of
fermentasinya. Saat dibandingkan dengan Amylose-to-amylopectin ratios on
pakan apung komersial, pakan apung binding capacity of DDGS/soy-based
fermentasi ini memiliki pola kurva stabilitas aquafeed blends. J Food Res 5:43.
dalam air yang mirip dengan pakan apung doi: 10.5539/jfr.v5n5p43
komersial selama 20 jam dalam air. De Cruz CR, Kamarudin MS, Saad CR,
Stabilitas keduanya sama-sama mengalami Ramezani-Fard E (2015) Effects of
penurunan drastis pada 30 menit pertama, extruder die temperature on the
dari 100% turun hingga ke 81-83%. physical properties of extruded fish
Demikian pula dengan bentuk kurva pellets containing taro and broken rice
absorpsi air selama 40 menit pengujian, starch. Anim Feed Sci Technol
kedua jenis pakan tersebut memperlihatkan 199:137-145. doi:
sifat fisik penyerpan air yang sangat mirip. 10.1016/j.anifeedsci.2014.11.010
Pakan apung fermentasi menyerap air Dirjen Perikanan Budidaya (2016) Harapan

34
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

pada bantuan pakan mandiri. Orire AM, Sadiku, SOE (2014) Development
akuakultur indonesia 24:7 of farm made floating feed for
Erizal E, Lana M, Setyo R, Abbas B (2016) aquaculture species. J Int Sci Publ:
Sintesis dan karakterisasi hidrogel Agriculture dan Food 2:521-523
superabsorben berbasis asam akrilat Paolucci M, Fabbrocini A, Volpe MG,
hasil iradiasi gamma. J Ilm Apl Isot dan Varricchio E, Coccia E (2012)
Radiasi 11:27-38. doi: Development of biopolymers as
10.17146/jair.2015.11.1.2697 binders for feed for farmed aquatic
Hashim R, Saat MAM (1992) The utilization organisms. In: Muchlisin Z (ed)
of seaweed meals as binding agents in Aquaculture, InTech, Rijeka, Croatia,
pelleted feeds for snakehead (Channa pp 3-34. http://cdn.intechweb.org/pdfs/
striatus) fry and their effects on 27101.pdf. Accessed 10 October 2017
growth. Aquaculture 108:299-308. doi: Rana KJ, Siriwardena S, Hasan MR (2009)
10.1016/0044-8486(92)90114-Z Impact of rising feed ingredient prices
Kamarudin MS, de Cruz CR, Saad CR, on aquafeeds and aquaculture
Romano N, Ramezani-Fard E (2018) production (No. 541) (p. ix). Food and
Effects of extruder die head Agriculture Organization of the United
temperature and pre-gelatinized taro Nations (FAO)
and broken rice flour level on physical Rasidi R, Haryadi J (2016) Evaluasi
properties of floating fish pellets. Anim kebijakan pengembangan pakan
Feed Sci Technol 236:122-130. doi: mandiri. In prosiding forum inovasi
10.1016/j.anifeedsci.2017.12.007 teknologi akuakultur 1:689-702
Kurniawan A, Lestariadi RA (2017) Induction Riaz MN, Asif M, Ali R (2009) Stability of
of fish pellet making machine to vitamins during extrusion. Crit Rev
improve feed community program in Food Sci Nutr 49:361-368. doi:
catfish farmers in mojokerto regency. J 10.1080/10408390802067290
Innov Appl Technol 3:433-438. doi: Saputra RA (2016) Uji kualitas fisik pakan
10.21776/ub.jiat.2017.003.01.16 terapung terfermentasi Saccharomyces
Leiskayanti Y, Sriherwanto C, Suja'i I (2017) cerevisiae melalui proses non-ekstrusi
Fermentasi menggunakan ragi tempe dan deep frying. Undergraduate
sebagai cara biologis pengapungan Thesis. Bogor Agricultural University
pakan ikan. J Bioteknol Biosains Somerville C, Cohen M, Pantanella E, Stankus
Indones 4:54-63. doi: A, Lovatelli A (2014) Fish in aquaponics.
10.29122/jbbi.v4i2.2503 In: Small-scale aquaponic food
Ljøkjel K, Sørensen M, Storebakken T, production: integrated fish and plant
Skrede A (2004) Digestibility of protein, farming, FAO Fisheries and Aquaculture
amino acids and starch in mink Technical Paper No 589 (pp. 103-121).
(Mustela vison) fed diets processed by Food and Agriculture Organization of the
different extrusion conditions. Can J United Nations, Rome
Anim Sci 84:673-680. doi: Sriherwanto C (2010) Studies on the solid
10.4141/A01-089 state fermentation of cassava bagasse
Lindasari A (2017) Pembuatan pakan for animal feed. Doctoral Thesis,
terapung terfermentasi Department of Chemistry, University of
Saccharomyces cerevisiae melalui Hamburg, Germany
proses non-ekstrusi. Undergraduate Sriherwanto C, Suja'i I, Soraya S (2017)
Thesis. Bogor Agricultural University Pemanfaatan kapang Rhizopus sp.
Misra CK, Sahu NP, Jain KK (2002) Effect of sebagai agen hayati pengapung pakan
extrusion processing and steam ikan. J Mikol Indones 1:70-81
pelleting diets on pellet durability, Van Rooijen C (2016) Effect of extrusion
water absorption and physical conditions on the Maillard reaction and
response of Macrobrachium in vitro digestibility in two dry dog
rosenbergii. ASIAN Australas J Anim foods. In: Maillard reaction products in
Sci 15:1354-1358. doi: pet foods. PhD Thesis. Wageningen
10.5713/ajas.2002.1354 University

35

You might also like