Professional Documents
Culture Documents
Jurnal: Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung Non-Ekstrusi Yang Dibuat Melalui Fermentasi Rhizopus Oryzae
Jurnal: Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung Non-Ekstrusi Yang Dibuat Melalui Fermentasi Rhizopus Oryzae
JURNAL
BIOTEKNOLOGI dan BIOSAINS INDONESIA
ABSTRACT
To reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is
cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide
buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics
of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed
substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor.
The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed
in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both
feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5
hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The
shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The
fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up
to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and
commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R.
oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.
Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability
ABSTRAK
Untuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan
ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin
ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil
fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan
tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan
dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung.
Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas
keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung
fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40
menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air
hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali
bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial
mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak
dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.
Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
27
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.
28
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
29
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.
Gambar 1. Bahan pakan onggok (a), L. minor (b), pakan tenggelam komersial (c), dicampur dengan larutan mineral
menghasilkan substrat campuran (d) yang, setelah difermentasi oleh R. oryzae, membentuk tekstur
menyerupai tempe kedelai (e).
tersatukan membentuk satu kesatuan tekstur fermentasi berubah warna menjadi lebih
yang padat, kompak, dan kokoh. Hal ini muda dan keputihan. Pakan fermentasi
menunjukkan bahwa miselia R. oryzae diperkecil dengan pengirisan pisau cutter
mampu menggantikan peran zat perekat dan hingga berbentuk balok berukuran panjang
pengikat yang biasanya ditambahkan dalam lebar tinggi sekitar 5510 mm, sedangkan
pembuatan pakan ikan bentuk pelet yang pakan apung komersial hampir menyerupai
bahan baku awalnya berupa tepung halus. bentuk bulat bola dengan garis tengah
Prosedur mekanis dan termal yang biasa sekitar 4 mm. Berbeda dengan pakan
digunakan untuk memunculkan tenggelam komersial yang tidak dapat
kekompakan, kekokohan, dan daya apung mengapung, pakan fermentasi ini memiliki
pada pelet juga tidak diperlukan dalam daya apung yang baik (Gambar 3).
fermentasi ini.
Pakan apung fermentasi dan pakan Stabilitas dalam air
apung komersial memiliki sejumlah Stabilitas dalam air kedua jenis pakan
perbedaan fisik (Gambar 2). Pakan apung memiliki pola yang sama (Gambar 4) selama
komersial memiliki warna coklat gelap 20 jam, dimana keduanya mengalami
sedangkan pakan apung fermentasi penurunan drastis pada 0,5 jam pertama
berwarna lebih muda dan terang. Warna yaitu dari 100% turun ke 83% untuk pakan
coklat gelap pada pakan apung komersial apung komersial dan 81% untuk pakan
kemungkinan disebabkan oleh reaksi apung fermentasi. Antara jam ke-0,5 hingga
Maillard, yakni reaksi antara asam amino jam ke-10, pakan apung komersial
dengan gula pereduksi pada suhu tinggi memperlihatkan nilai stabilitas dalam air
(lebih dari 100°C) pada proses ekstrusi yang lebih baik dari pakan apung fermentasi,
(Ljøkjel et al. 2004; Von Rooijen 2016). Hal terutama pada jam ke- 2 dimana selisihnya
ini tidak terjadi pada fermentasi pakan yang terbesarnya mencapai 4,45%. Secara
menggunakan suhu ruangan, yakni sekitar umum, adanya selisih yang tidak terlalu
28-30°C. Pembentukan miselia putih kapang besar selama 20 jam perendaman dalam air
Rhizopus justru menjadikan pakan ini menunjukkan bahwa stabilitas dalam air
30
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
Gambar 2. Penampilan fisik pakan apung fermentasi (kiri) dan pakan apung komersial (kanan) dalam kemasan
dengan berat masing-masing 100 g
Gambar 3. Pakan apung fermentasi yang telah dikeringkan mampu mengapung pada permukaan air.
31
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.
Gambar 4. Stabilitas dalam air dari pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi
menyatukan butiran kedelai pada lebih berat dibandingkan bobot kering pakan
pembuatan tempe kedelai melalui fermentasi tersebut. Namun absorpsi air pakan
pada suhu kamar. fermentasi ini menurun di menit ke-20, lalu
Penggunaan kapang tempe sebagai naik lagi sedikit di menit ke-40. Penurunan
agen hayati pengikat ini juga menghindari ini diduga karena tingkat kekompakan pakan
kerusakan nutrisi yang rentan terhadap berkurang yang menyebabkan sebagian
panas sebagaimana yang terjadi pada material pakan tersebut hancur dan meluruh.
proses ekstrusi yang dapat merusak vitamin Lebih tingginya kemampuan
tertentu (Riaz et al. 2009). Fermentasi menyerap air pakan apung fermentasi
Rhizopus bahkan sudah terbukti malah dibandingkan pakan apung komersial
memperkaya vitamin tertentu pada substrat mungkin dikarenakan volume total rongga
media tumbuhnya (Sriherwanto 2010). udara yang lebih besar pada pakan
fermentasi dibandingkan pada pakan
Absorpsi air komersial. Besarnya volume total rongga
Secara umum, kedua bentuk kurva udara ini diduga karena hifa kapang R.
absorpsi air selama 40 menit untuk kedua oryzae mampu menembus ke dalam butiran
jenis pakan sangatlah mirip. Keduanya substrat sehingga membuat jalinan lorong-
sangat cepat menyerap air di menit pertama, lorong udara mikro di dalam substrat. Selain
dimana pakan apung fermentasi sekitar tiga itu, miselium kapang memenuhi rongga
kali lebih kuat menyerap air dibandingkan antar butiran substrat, sehingga
pakan apung komersial. Proses penyerapan memerangkap udara di celah-celah antar-
air oleh kedua jenis pakan ini naik tapi substrat. Metabolisme nutrisi substrat
dengan kecepatan daya serap yang menjadi senyawa sederhana yang mudah
menurun setelah menit ke-1 hingga menit menguap (volatile low molecular weight
ke-10. Setelah itu pakan apung komersial compounds) juga meninggalkan rongga-
tidak lagi mampu menyerap air setelah rongga udara mikro dalam substrat.
penyerapannya mencapai sekitar 200% atau Tersedianya ruang-ruang udara mikro di
2 kali bobot kering awal. Di menit ke-10, sela-sela jalinan padat miselium dan di
pakan apung fermentasi mampu menyerap dalam substrat juga memungkinkan air
air hingga 361%, yakni hampir 4 kali lipat terserap oleh pakan fermentasi secara lebih
32
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
Gambar 5. Absorpsi air pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi
cepat dibandingkan oleh pakan komersial mengapung 100% dari pakan fermentasi
saat perendaman dalam air berlangsung. dalam uji selama 3 jam ini lebih lama
Keunggulan pada pakan apung dibandingkan waktu uji daya apung 20 menit
fermentasi ini adalah, meskipun nilai yang dilakukan oleh Kamaruddin et al.
absorpsi airnya lebih tinggi, stabilitasnya (2018). Peneliti tersebut membuat pakan
dalam air setara dengan pakan apung apung yang mengandung talas dan beras
komersial. Pembuatan pelet apung yang sebelumnya digelatinisasi
komersial menggunakan mesin ekstruder menggunakan mesin ekstruder dengan
yang melibatkan tekanan dan pemanasan lubang pengeluaran (die) bersuhu 170C,
tinggi, dengan komposisi bahan perekat atau dimana daya apungnya selama 20 menit
pengikat yang sengaja ditambahkan, seperti adalah 93,3%-100%.
zat pati. Bahan-bahan yang terbuat dari pati Metode pengapungan non-ekstrusi
mampu menyerap air dikarenakan molekul- menggunakan kapang Rhizopus sp. dalam
molekul pati memiliki gugus hidroksil yang penelitian ini juga memiliki daya apung yang
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan lebih baik dibandingkan teknik non-ekstrusi
air (Ayadi et al. 2016). lain. Pengapungan tanpa menggunakan
mesin ekstruder telah dilakukan Orire dan
Daya apung Sadiku (2014) dengan memanfaatkan peran
Gambar 6 menunjukkan bahwa ragi roti (yeast) dan pengembang roti (baking
selama tiga jam, baik pakan apung powder). Hasil terbaik yang didapat adalah
fermentasi maupun pakan apung komersial 70% masih mengapung pada menit ke-60.
tidak ada yang tenggelam sama sekali ke Penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae
dalam air tenang. Hal ini menunjukkan untuk mengapungkan pakan ikan juga
bahwa dalam rentang waktu uji apung dilakukan oleh Saputra (2016) dan Lindasari
selama 3 jam, fermentasi mampu (2017). Formulasi pakan yang digunakan
memunculkan daya apung yang setara dalam kedua penelitian tersebut
dengan kemampuan mengapung yang memasukkan terigu 35% sebagai bahan
dimunculkan oleh mesin ekstruder pada perekat dan menggunakan tahapan deep
pakan ikan apung pabrikan. Kemampuan frying atau penggorengan dalam minyak.
33
Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung... Zaman et al.
Gambar 6. Uji daya apung pakan apung komersial dan pakan apung fermentasi tanpa aerator
Pakan ikan yang dihasilkan mampu hampir 4 kali berat kering awalnya,
mengapung selama 6-8 jam. Proses sedangkan pakan apung komersial hingga
pemunculan sifat apung pada pakan ini sekitar 2 kali berat kering awalnya. Selama
kurang efisien dibandingkan dengan yang tiga jam pengujian daya apung, kedua jenis
dilakukan dalam penelitian ini, yang tidak pakan mengapung 100% tanpa satu butir
perlu mempertimbangkan penambahan zat pelet pun yang tenggelam. Jadi, fermentasi
perekat, dan tanpa penggorengan dalam bahan pakan ikan menggunakan R. oryzae
minyak yang memerlukan tambahan ongkos layak dikembangkan lebih lanjut sebagai
energi, bahan, dan sarana produksi lainnya. cara pengapungan alternatif pakan ikan agar
karakteristik fisiknya semakin baik dan
KESIMPULAN mendekati pakan apung ekstrusi.
34
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
pada bantuan pakan mandiri. Orire AM, Sadiku, SOE (2014) Development
akuakultur indonesia 24:7 of farm made floating feed for
Erizal E, Lana M, Setyo R, Abbas B (2016) aquaculture species. J Int Sci Publ:
Sintesis dan karakterisasi hidrogel Agriculture dan Food 2:521-523
superabsorben berbasis asam akrilat Paolucci M, Fabbrocini A, Volpe MG,
hasil iradiasi gamma. J Ilm Apl Isot dan Varricchio E, Coccia E (2012)
Radiasi 11:27-38. doi: Development of biopolymers as
10.17146/jair.2015.11.1.2697 binders for feed for farmed aquatic
Hashim R, Saat MAM (1992) The utilization organisms. In: Muchlisin Z (ed)
of seaweed meals as binding agents in Aquaculture, InTech, Rijeka, Croatia,
pelleted feeds for snakehead (Channa pp 3-34. http://cdn.intechweb.org/pdfs/
striatus) fry and their effects on 27101.pdf. Accessed 10 October 2017
growth. Aquaculture 108:299-308. doi: Rana KJ, Siriwardena S, Hasan MR (2009)
10.1016/0044-8486(92)90114-Z Impact of rising feed ingredient prices
Kamarudin MS, de Cruz CR, Saad CR, on aquafeeds and aquaculture
Romano N, Ramezani-Fard E (2018) production (No. 541) (p. ix). Food and
Effects of extruder die head Agriculture Organization of the United
temperature and pre-gelatinized taro Nations (FAO)
and broken rice flour level on physical Rasidi R, Haryadi J (2016) Evaluasi
properties of floating fish pellets. Anim kebijakan pengembangan pakan
Feed Sci Technol 236:122-130. doi: mandiri. In prosiding forum inovasi
10.1016/j.anifeedsci.2017.12.007 teknologi akuakultur 1:689-702
Kurniawan A, Lestariadi RA (2017) Induction Riaz MN, Asif M, Ali R (2009) Stability of
of fish pellet making machine to vitamins during extrusion. Crit Rev
improve feed community program in Food Sci Nutr 49:361-368. doi:
catfish farmers in mojokerto regency. J 10.1080/10408390802067290
Innov Appl Technol 3:433-438. doi: Saputra RA (2016) Uji kualitas fisik pakan
10.21776/ub.jiat.2017.003.01.16 terapung terfermentasi Saccharomyces
Leiskayanti Y, Sriherwanto C, Suja'i I (2017) cerevisiae melalui proses non-ekstrusi
Fermentasi menggunakan ragi tempe dan deep frying. Undergraduate
sebagai cara biologis pengapungan Thesis. Bogor Agricultural University
pakan ikan. J Bioteknol Biosains Somerville C, Cohen M, Pantanella E, Stankus
Indones 4:54-63. doi: A, Lovatelli A (2014) Fish in aquaponics.
10.29122/jbbi.v4i2.2503 In: Small-scale aquaponic food
Ljøkjel K, Sørensen M, Storebakken T, production: integrated fish and plant
Skrede A (2004) Digestibility of protein, farming, FAO Fisheries and Aquaculture
amino acids and starch in mink Technical Paper No 589 (pp. 103-121).
(Mustela vison) fed diets processed by Food and Agriculture Organization of the
different extrusion conditions. Can J United Nations, Rome
Anim Sci 84:673-680. doi: Sriherwanto C (2010) Studies on the solid
10.4141/A01-089 state fermentation of cassava bagasse
Lindasari A (2017) Pembuatan pakan for animal feed. Doctoral Thesis,
terapung terfermentasi Department of Chemistry, University of
Saccharomyces cerevisiae melalui Hamburg, Germany
proses non-ekstrusi. Undergraduate Sriherwanto C, Suja'i I, Soraya S (2017)
Thesis. Bogor Agricultural University Pemanfaatan kapang Rhizopus sp.
Misra CK, Sahu NP, Jain KK (2002) Effect of sebagai agen hayati pengapung pakan
extrusion processing and steam ikan. J Mikol Indones 1:70-81
pelleting diets on pellet durability, Van Rooijen C (2016) Effect of extrusion
water absorption and physical conditions on the Maillard reaction and
response of Macrobrachium in vitro digestibility in two dry dog
rosenbergii. ASIAN Australas J Anim foods. In: Maillard reaction products in
Sci 15:1354-1358. doi: pet foods. PhD Thesis. Wageningen
10.5713/ajas.2002.1354 University
35