Kurikulum Pendidikan Berbasis Tauhid Landasan Filo
Kurikulum Pendidikan Berbasis Tauhid Landasan Filo
Kurikulum Pendidikan Berbasis Tauhid Landasan Filo
p-ISSN: 2088-3390
Umiarso
Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Indri Mawardianti
Universitas Muhammadiyah Malang
Abstract
Tauhid is the main core and the main foundation of Islamic teachings that need to be reflected
in the world of education. Therefore, monotheism-based education into all activities includes
coaching, fostering and developing students' self-potential that comes from God. So this
research is focused on the discussion of the construction of a monotheism-based education
curriculum applied by Ar-Rohmah Putri Middle School Malang Boarding School along with its
management (management). This research uses a qualitative approach that is a type of case
study with in-depth interviews and participant observation as data collection techniques. While
analyzing data, researchers used the interactive models of Miles and Hubermann. This
research concludes, curriculum construction in the institution refers to the systematic
revelation as the basis of tauhid-based education. The foundation is seen from the typology of
the philosophy of Islamic education including the category of Tawhid-based Social
Reconstruction. Curriculum management includes the planning process by formulating a
mission and goal vision; organizing is focused on the integration of religion and science; its
application includes the values of monotheism and the views of Islam into subjects; and
evaluating using adab evaluation.
.
Keywords: Management, Curiculum, dan Education of Tauhid
A. PENDAHULUAN
Berbagai tantangan yang bersifat kompleks perlu direspon secara positif oleh setiap
lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih baik seperti yang
(Waschull, 2018: 75-83), atau Laos (MacKinnon, 2014: 19-34. Menurut Aly (2011: 15),
salah satu tantangan tersebut adalah peningkatan added value dengan berbagai upaya seperti
regulasi guru (Tatto, 2006: 231-241) atau aspek kurikulum (Agrawal, 2004: 361-379).
Dengan demikian, upaya peningkatan nilai tambah di lembaga pendidikan Islam merupakan
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 160
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
konsekuensi yang perlu terintegrasi. Upaya ini hakikatnya merupakan upaya peningkatan
mutu pendidikan Islam, walaupun masih ada problematika dikotomi keilmuan antara ilmu
umum (sains) dan ilmu agama. Wajar apabila ada kalangan yang mencoba mengintegrasikan
keduanya seperti Ismail Raji al-Faruqi dan Syeh M. Naquib al-Attas, M. Amin Abdullah
yang dilembagakan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Imam Suprayogo di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Meski demikian, dikotomi ilmu tersebut masih dirasakan
dalam lingkup lembaga pendidikan Islam hingga saat ini. Karenanya, dominasi
pengembangan keilmuan dalam kurikulum sering kali menjadi alasan mendasar masyarakat
mendorong munculnya sekolah terpadu atau sekolah integrasi yang mengupayakan adanya
integrasi ilmu.
Di Malang Jawa Timur berdiri SMP ar-Rohmah Putri Boarding School Malang –
selanjutnya disebut SMP RPBSM- yang muncul dengan spirit integrasi ilmu. Sekolah
terpadu ini berdiri pada tahun 2007, dengan desain asrama yang mengajarkan pendidikan
agama dan pendidikan modern. Menariknya, sekolah ini berada dibawah naungan ormas
semangat dakwah ormas tersebut. Salah satunya mengusung konsep pendidikan berbasis
Tauhid sebagai dasar pengembangan kelembagaan dan proses pendidikan. Konsep ini dalam
salah satu riset yang dilakukan oleh Mayasari dan Triwijiyanto (2013: 61-67) dianggap
sebagai upaya untuk menciptakan peserta didik memiliki kemampuan yang seimbang antara
kognitif dan kepribadiannya (psikomotorik dan afektifnya). Bahkan konsep ini pula mampu
sebagaimana kesimpulan riset Djainuddin & Sirait (2016: 117-132). Wajar jika kurikulum
yang digunakan sekolah tersebut adalah kurikulum integrasi antara ilmu keislaman dengan
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 161
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
sains dan teknologi yang menekankan pada upaya penanaman nilai-nilai ketauhidan.
Ditambah dengan pola pendidikan full day school yang diterapkan SMP RPSBM mendorong
upaya masif dan sistematis untuk menginternalisasikan nilai-nilai Islam tersebut. Pola ini
telah diakui efektifitasnya oleh Abdul Rozaq (2018: 29-34) dalam riset di sekolah Islam
terpadu; riset ini menyimpulkan, full day memiliki efektivitas yang tinggi terhadap
kurikulum sebagai komponen utama proses pendidikan integrasi secara menyeluruh dan
optimal, efektif dan efisien. Seakan-akan kemampuan ini menjadi nilai tambah bagi SMP
RPBSM di tengah ketatnya persaingan global, sehingga seni tata kelola pendidikan menjadi
Terlebih lagi kurikulum dinyatakan menjadi salah satu bagian dalam manajemen
pendidikan sebagaimana diungkap oleh Wahyudin (2014: 19), maka SMP RPBSM
tetap berpijak pada desain kurikulum pemerintah. Artinya, SMP RPSBM melakukan upaya
rekonstruksi dan penyatuan antara standar pendidikan nasional dengan standar normatif
Pengintegrasian kurikulum ini oleh SMP RPSBM difokuskan untuk menghasilkan peserta
didik yang tafaqquh fi din serta memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan dan
kompleksitas kehidupan. Sistem pendidikan yang dilakukan oleh SMP RPSBM ini juga
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 162
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
mencoba mewarnai kehidupan peserta didik dengan nilai-nilai Islam secara utuh dan
pengaruh positif. Dalam riset Khoiruddin (2018: 73-88) disimpulkan bahwa sistem ini tidak
sosial.
B. PEMBAHASAN
integralisasi ilmu agama dan sains yang dilakukan SMP RPBSM. Oleh sebab itu, riset
menggunakan jenis penelitian studi kasus agar mampu untuk lebih mendalam
mendalam, dan studi dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data peneliti menggunakan
serangkaian proses mulai pengumpulan data, kondensasi, penyajian, dan verifikasi data.
seluruh pengesaan (Zainuddin, 1992: 1). Tauhid pada kerangka ini merupakan bentuk
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 163
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
dari meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah, ikhlas beribadah kepada-Nya, serta
tauhid dipandang tidak sekedar mengesakan Allah sebagai satu-satunya Illah untuk
khalifah fil ardh yang bertugas mensejahterakan bumi dan seisinya (Saputro, 2016: 259-
284). Wajar apabila posisi tauhid ini sangat esensial dalam kehidupan manusia dan ia
sendiri merupakan inti pokok dan pondasi ajaran Islam, maka ia perlu direfleksikan
2013: 29-43). Dengan demikian, posisi pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk
dan seisinya dengan ilmu dan amalnya. Melalui tauhid, pendidikan mampu untuk
membentuk manusia integratif yaitu menjadi khalifah sekaligus abdullah; ilmuwan dan
Kesatuan tersebut adalah konsekuensi yang terbentuk pada diri subjek; sebab
dalam konsepsi tauhid sendiri semua terbingkai pada kerangka kesatuan. Landasan
konsepsinya, alam semesta “sumbu dan orbitnya satu” yang “dari Allah” dan “akan
kembali kepada Allah”. Wajar apabila ada kalangan yang meletakkan pondasi
epistimologinya pada “prinsip tauhid” yakni suatu prinsip global yang mencakup lima
kesatuan yaitu: Keesaan Allah (kesatuan Tuhan), Kesatuan ciptaan (kesatuan alam),
kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kesatuan hidup dan kesatuan umat manusia.
pemikirannya tentang Islamisasi Ilmu (Hermawati, 2015: 383-402). Artinya, tiga entitas
tersebut yaitu antara tauhid, ilmu dan pendidikan mampu menjadi satu kesatuan yang
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 164
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
tidak dapat dipisahkan. Integrasi tiga entitas inilah yang memberikan dampak positif
bermuara kepada Tuhan (Majid, 2007: 12). Semua aktivitas sistem pendidikan akan
dioientasikan dan bermuara pada Tuhan, sehingga proses, output, dan outcome
pendidikan akan diwarnai nilai-nilai kebertuhanan. Sebab prinsip dasar pendidikan ini
tidak melepaskan nilai-nilai tauhid dalam setiap jengkal sistem pendidikannya. Prinsip
dasarnya, semua aspek kehidupan berada di dalam kekuasaan Tuhan dan ia “berasal dari
Pendidikan berbasis tauhid ini merupakan salah satu upaya menciptakan dan
membentuk peserta didik berakhlak mulia yang diimbangi kemampuan akademik yang
memadai. Bahkan, seperti dalam satu riset yang disampaikan oleh Ulfa (2017: 80-107),
metodenya pun tidak monoton tapi variatif mulai metode intuitif, metode rasional,
metode tarqib wa tarhib, metode ibrah maw’izah, metode ilmiah, metode demostrasi,
bimbingan dan pengembangan potensi peserta didik meliputi potensi jasmani dan
rohani. Memang pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan
kamil; terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi religius, budaya dan ilahiah,
serta penyadaran terhadap eksistensi manusia sebagai abdullah, khalifah, dan pewaris
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 165
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
berbasis tauhid sebagai sistem pendidikannya untuk mencapai tujuan institusi mereka.
Faktanya sistem pendidikan ini bisa menjadi solusi terhadap berbagai problematika
untuk menjadi acuan penentuan isi pengajaran, pengarah proses mekanisme pendidikan,
tolak ukur keberhasilan dan kualitas pendidikan. Pada kerangka inilah, pendidikan
tauhid; kurikulum pendidikan yang berbasis nilai-nilai tauhid. Inilah yang diterapkan
oleh SMP RPBSM yang ada di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.
pada standar nasional pendidikan yang dijabarkan dalam buku panduan kurikulum.
Buku ini dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 dan PP
No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 16 ayat 1. Dalam
dan improvisasi hingga ia bisa memiliki pencirian yang khas dalam kurikulumnya.
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 166
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
“Pendidikan Berbasis Tauhid: Pilar Kebangkitan Peradaban Islam” dan juga dalam
konsep pendidikan berbasis tauhid di Ar-Rohmah Putri Boarding School dibuat atas
dasar sikap dan semangat untuk merujuk kembali pada karakter intelektual dan tradisi
tidak lepas dari nilai-nilai Islam dan ide dasar sejarah kecemerlangan peradaban Islam.
Memang perlu ada kerangka dasar dalam pengembangan kurikulum sebagai landasan
filosofisnya tanpa menafikan landasan yang lain. Sebab ia merupakan pondasi yang
menjadi dasar pegangan dan acuan serta untuk memberikan menjawaban pada berbagai
masalah pendidikan. Bahkan ia juga menuntun aktivitas pendidikan pada arah dan
tujuan yang jelas. Wajar apabila Ansyar (2015: 61) menyebutkan bahwa filsafat penting
kerangka normatif Islam sebagai pandangan hidup mereka. Dengan kata lain, setiap
warga SMP RPBSM memiliki acuan dan pegangan nilai filosofis dalam pandangan
hidupnya yang bersumber pada pesan normatif al-Qur‟an dan al-Hadist. Implikasinya,
institusi tersebut mempunyai pandangan tertentu dan ciri khas mengenai pendidikan
kurikulum, materi ajar, metode dan kegiatan belajar serta strategi penyampaian materi
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 167
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
SMP RPBSM yang berada dibawah naungan Hidayatullah tidak akan lepas dari
dalam organisasi tersebut terancang pula dalam sistem pendidikan di SMP RPBSM.
inisiasi dengan berijtihad merancang sebuah framework. Sebagai sebuah hasil ijtihad,
maka Sistematika Wahyu –atau disebut juga dengan istilah Sistematika Nuzulul
peradaban Islam. Sistematika Wahyu merujuk pada lima surah dalam al-Qur‟an, yakni:
QS. al-Alaq ayat 1-5, QS. al-Qalam ayat 1-7, QS. al-Muzzamil ayat 1-10, QS. al-
Muddatstsir ayat 1-10, dan QS. al-Fatihah ayat 1-7. Empat surah tersebut (QS. al-Alaq,
QS. al-Qalam, QS. al-Muzzamil, dan QS. al-Muddatstsir) diyakini memiliki nilai-nilai
yang bisa membangun peradaban Islam; sedangkan QS. al-Fatihah sendiri digambarkan
sebagai konstruksi dari peradaban tersebut. Jika digambarkan dalam bentuk skema akan
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 168
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
Peradaban Islam
QS. al-Fatihah ayat 1-7
Landasan Filosofis
(Sistematika Wahyu)
terintegrasi. Seperti dalam salah satu arsip SMP RPBSM yaitu “Sistematika Nuzulnya
framework pendidikan berbasis tauhid. Dalam framework ini dijelaskan bahwa konsep
pendidikan berbasis tauhid di SMP RPBSM didasarkan pada lima surah tersebut. Lima
surah ini dijabarkan dalam bentuk pemikiran filosofis yang kita bisa menemukan lima
ciri khusus dari konsep pendidikan berbasis tauhid. Lima hal tersebut berikut
penjelasannya:
Islam, yaitu Tuhan, manusia, dan alam semesta. Tiga entitas ini tidak terpisah yang
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 169
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
setiap entitas berdiri sendiri, tapi ia berada dalam rentang kesatuan ontologik.
Artinya, tiga entitas tersebut saling kait mengait dan berhubungan dalam bingkai
“dari Tuhan” ke “akan kembali kepada Tuhan”. Karenanya, manusia perlu memiliki
kepekaan primordial untuk mengenal asal dan kembali dirinya nanti. Mengenal
sekaligus khalifatullah.
Konsepsi keberadaan dan keesaan Tuhan sendiri dapat dicapai melalui akal
dan usaha intelektualitas manusia. Namun, akal yang tidak memiliki kesiapan tidak
akan bisa mengetahui eksistensi Tuhan; bahkan ia tidak dapat memahami dengan
baik hubungan Tuhan dengan semua ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, kesadaran akan
kehadiran Tuhan perlu terbentuk di segala situasi dan kondisi. Artinya, dengan terus
mengenali Tuhan dan alam semesta melalui akal (pikiran) mampu mengantarkan
pada bukti keesaan dan keagungan-Nya. Hal inilah yang membentuk sikap tauhid
yaitu sikap yang meyakini segala sesuatu bermuara dan bergantung kepada Tuhan.
Maka tujuan pendidikan Islam dengan sendirinya perlu diarahkan pada upaya
berlangsung hingga saat ini yaitu ilmu pengetahuan yang seharusnya tidak bebas
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 170
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
mendefinisikan “apa itu ilmu” menjadi sesuatu yang sangat penting. Sebagaimana
spiritualitas pada diri manusia. Usaha penyatuan intelektualitas dan spiritualitas yang
dilakukan inilah yang disebut sebagai “Metode Tauhid”. Metode ini telah menjadi
karakteristik dan ciri khas dalam tradisi intelektual Islam. Begitu pula konstruksi
sistem pendidikan Islam terutama cara dan tujuan dalam mencari ilmu tidak bisa
diperoleh dan ditularkan kecuali dengan adab yang tepat. Adanya kekacauan dan
rusaknya adab. Oleh karenanya, sistem pendidikan perlu dilandasi dengan adab
dalam tiap tindakan dan pikiran, maka semua aspek akan berpeluang untuk
manusia yang ditujukan pada ketundukan kepada Tuhan. Sistem pendidikan pun
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 171
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
perangkat diri manusia seperti akal, jiwa, nilai, tujuan dan maksud yang hakiki dari
kehidupan dirinya. Perangkat ini merupakan unsur dasar dan inheren dalam diri
manusia yang harus dikembangkan. Sebaliknya, jika makro sosial –baca masyarakat
dan negara- yang menjadi titik tekan cenderung akan membuka pintu sekularisme
yang berimplikasi pada tumbuhnya ideologi dan pendidikan sekuler. Tidak bisa
dipungkiri, langkah utama dan pertama pendidikan adalah upaya yang menekankan
manusia yang baik –yaitu manusia beradab-, bukan warga negara yang baik.
seseorang; proses ini biasa disebut ta’dib. Struktur ta’dib ini mencakup unsur ilmu
(„ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Cakupan yang luas ini
sosial. Dalam prosesnya, terutama dalam filsafat pendidikan Islam, konsep ini
Pemahaman ini berakar pada ikatan primordial yang terbentuk ketika ruh mau
“ditiupkan” ke jasad (janin) manusia. Kesadaran ini akan muncul ketika ia secara
dengan manusia yang lain atau lingkungan sekitarnya. Individu yang “mengisolasi
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 172
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
diri” tidak akan memiliki makna, sebab individualisasi lebih menekankan pada
keuntungan diri mereka sendiri. Sejatinya, individu akan memiliki makna apabila ia
nilai kemanusiaan dirinya sebagai makhluk sosial dan kebertuhanan. Dasar ini
memunculkan relasi harmonis antara diri mereka, masyarakat, alam sekitar, dan
Tuhan. Itulah sebabnya, dalam pandangan Islam, manusia yang baik (beradab)
akan yang memahami pandangan hidupnya sesuai al-Qur‟an dan tidak menafikan
yang bersifat intelektual dan spiritual secara integral yang bersifat sosial. Konsep ini
rekonstruksi sosial. Titik awal dan akhir proses pendidikannya adalah pembentukan
individu yang beradab; sedangkan, masyarakat dan negara merupakan struktur yang
Surah ini merangkum visi misi peradaban Islam, yaitu mewujudkan tata
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 173
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
berfungsi sebagai landasan atau induk referensi untuk ayat-ayat lain. Dengan kata
lain, al-Fatihah menjadi asas atau paradigma untuk menyoroti dan melihat ayat-ayat
yang lain.
Dalam surah al-Fatihah, ketiga prinsip dasar peradaban Islam termuat dan
Prinsip tersebut, antara lain berpijak pada tauhid dan fokus pada akhirat sebagaimana
prinsip aqidah (QS. al-Alaq ayat 1-7 dan QS. al-Muddatstsir ayat 1-7), menekankan
pada tradisi ibadah (QS. al-Muzammil ayat 1-10), dan menempuh jalan lurus yang
tidak ekstrim materialis dan ekstrim spiritualis (QS. al-Qalam ayat 1-7).
tauhid yang diterapkan di SMP RPBSM. Paling tidak ada empat ciri yang dapat
dirangkum dalam konteks ini, antara lain: pertama, tujuan pendidikan adalah untuk
ma’rifatullah (mengenal Tuhan). Kedua, pencari ilmu –dalam proses- perlu memiliki
manusia beradab. Dan keempat, output pendidikan memiliki tanggung jawab untuk
RPBSM yang berupa penafsiran dari lima surah tersebut. Dari pandangan ini pula
mulai bergeser ke obsesi yang ingin diwujudkan SMP RPBSM. Bahkan ia menjadi
dasar tujuan pendidikan dan dasar merancang strategi pendidikan mereka. Dengan
untuk mewujudkan manusia Islami yang sejati; manusia beradab (al-insan al-kamil).
Wajar apabila seluruh sivitas akademika seperti guru, karyawan dan peserta didik
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 174
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
pendidikan berbasis tauhid dapat dijabarkan pada tiga varian, yakni: pertama, aspek
ontologi; ia memiliki pandangan mengenai realitas yang dipelajari serta tujuan dari
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya yakni ilmu datang atas kehendak Tuhan.
sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Qalam ayat 1-7. Dan ketiga, aspek aksiologi;
ayat 1-10 dan QS. al-Muddatstsir ayat 1-7. Dengan demikian, nilai-nilai yang ada
spiritual secara integral serta bersifat sosial. Peserta didik pun diarahkan menjadi
dan ta’bid maupun taqarrub. Proses ini ternyata menghasilkan sikap rasional-kritis,
yang tetap pada landasan nilai profetik. Pendidikan tidak hanya sebagai wadah
penanaman nilai yang bisa berperan untuk melakukan perubahan di masyarakat dan
negara.
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 175
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
berbasis tauhid sejalan dengan tipologi dari aliran filsafat pendidikan Islam yaitu
lain: pertama, bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadits; kedua, progresif dan dinamis;
ketiga, rekonstruksi sosial berkelanjutan dan dibangun dari bottom up, grass root
serta pluralisme; dan keempat, wawasan kependidikan Islam bersifat proaktif dan
masa depan. Antara keduanya ternyata memiliki kesamaan dan kesesuaian, sehingga
Kurikulum yang ada di SMP RPBSM secara sederhana terbagi menjadi dua
bagian yaitu kurikulum akademik dan kurikulum diniyah. Dalam pengelolaannya pun
terdapat pembagian yakni kurikulum akademik dikelola oleh Waka Kurikulum yang
berada di bawah pimpinan kepala sekolah, sedangkan kurikulum diniyah dikelola oleh
Waka Diniyah yang berada di bawah kepemimpinan kepala yayasan. Namun untuk
diniyah. Bahkan kedua kurikulum tersebut menjadi satu kesatuan terintegrasi dalam satu
materi pelajaran, sehingga dikotomi ilmu antara kedua kurikulum tersebut tidak muncul.
a. Perencanaan Kurikulum
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 176
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
Hamalik (2010: 152) menyatakan, perlu ada proses sosial yang bersifat kompleks
yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan; yang lazim
menentukan visi, misi dan tujuan SMP RPBSM merujuk pada pandangan filosofis
diturunkan kepada Dewan Pengurus Wilayah dan juga sekolah. Kurikulumnya pun
baru pada tataran konsep umum tentang internalisasi nilai-nilai tauhid dalam sistem
yang disesuaikan dengan cita institusi. Lazim apabila pada dimensi ini, sekolah
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 177
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
Karenanya dalam tataran praktis, SMP RPBSM jika dibandingkan dengan sekolah
lainnya tampak berbeda terutama dilihat dari budaya sekolah yang memperlihatkan
nilai-nilai religius.
penentuan visi, misi, tujuan dan capaian pembelajaran yang ingin dicapai SMP
Lembaga Pendidikan Islam ar-Rohmah (LPIR), struktural sekolah, dewan guru, dan
(RPP).
pembelajaran peserta didik akan terus menerus bersentuhan dengan nilai tersebut.
Dengan demikian, guru harus memahami dan menjiwai konsep pendidikan berbasis
tauhid dan juga bidang keilmuannya. Dua nilai (tauhid dan bidang ilmu lain) ini
terus menerus terbingkai dalam relasi dialogis yang difokuskan untuk membentuk
b. Pengorganisasisan Kurikulum
yakni: pertama, sebagai pengaturan bahan pelajaran; artinya, ia berupa upaya untuk
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 178
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
didik mempelajari bahan pelajaran. SMP RPBSM dalam konteks ini menggunakan
pelajaran dengan nilai-nilai tauhid untuk membangun manusia ideal. Di satu sisi,
pengintegrasian ini sebagai salah satu cara mengatasi problematika dikotomi ilmu
materi pelajaran (sains). Dua kerangka keilmuan ini melebur dalam pandangan
sivitas SMP RPBSM yang mengesankan adanya kulturisasi ilmu. Namun pada
tataran praktisnya, usaha tersebut belum sampai pada integrasi kurikulum yang
masalah. Melihat dinamika ini bisa dikatakan bahwa upaya integrasi dalam
pendidikan SMP RPBSM terjadi pada cara dan pola pikir, namun tercermin dalam
Upaya ini difokuskan pada penentuan dan pembagian beban mengajar guru dan
beban belajar peserta didik. Dalam dokumen Kurikulum Berbasis Tauhid SMP
karakteristik mata pelajaran, jumlah jam mata pelajaran, dan status berdasarkan
jabatannya. Pengaturan beban mengajar guru per minggu berkisar antara 12-24 jam
yang disesuaikan dengan jabatan (kepala sekolah, wakil kepala bidang, dan wali
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 179
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
kelas) dan juga kondisi sekolah. Apalagi SMP RPBSM merupakan sekolah Islam
dengan pola boarding school, maka waktu pendidikan di sekolah relatif lebih
panjang daripada ketentuan. Waktu pendidikannya berkisar antara 34-36 jam per
c. Penerapan Kurikulum
sangat urgen mewujudkan konsep, prinsip dan cita ideal yang ada di dalam
kurikulum tersebut menjadi bekal utama; sebab mata pelajaran yang termuat di
Oleh sebab itu, guru SMP RPBSM dituntut memiliki kompetensi sesuai bidang
terintegrasi dengan lingkungan SMP RPBSM. Untuk itulah, ada tiga metode yang
berbasis tauhid, antara lain: tilawah, tazkiyyah dan ta’limah. Metode tilawah
merupakan upaya membimbing seseorang agar ia keluar dari jalan hidup yang
menyimpang menuju jalan hidup yang benar; atau hijrah dari keburukan menuju
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 180
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
kebaikan yang ada dalam dirinya; dan yang terakhir metode ta’limah adalah proses
akan tapi juga terimplementasikan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan peserta didik. Pada konteks ini ada salah seorang ustadzah SMP RPBSM
menyatakan bahwa:
saya kaitkan dengan pandangan Islam tentang peperangan. Etika yang berkelindan
d. Pengevaluasian Kurikulum
pengolahan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik –yang lazim disebut
dengan istilah penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik di SMP RPBSM
mengacu pada standar kompetensi lulusan untuk seluruh mata pelajaran atau
cakupan ini dalam Taksonomi Bloom disebut sebagai kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
ada ambang batas pencapaian kompetensi. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 181
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
untuk aspek afektif dinyatakan secara kualitatif. Penilaian hasil belajar peserta didik
meliputi: hasil ulangan harian, hasil ujian tengah semester, hasil ulangan akhir
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
Selain penilaian hasil belajar peserta didik yang berbentuk kuantitatif dan
kualitatif; penilaian juga difokuskan pada adab. Untuk itu penilaian tidak hanya
meliputi pengetahuan dan nilai yang tertanam dalam diri peserta didik, namun juga
pada beberapa adab yang diperlihatkannya. Adab yang dilihat SMP RPBSM
diantaranya: pertama, adab terhadap guru yang memperlihatkan sikap tunduk dan
patuh, menghormati dan percaya pada kemampuan guru, bersabar atas kekurangan
diri guru, berterima kasih atas bimbingan guru, berbicara dengan halus dan santun,
sikap senantiasa hadir dalam pelajaran, duduk di tempatnya sendiri dengan baik,
tidak malu bertanya jika ada yang belum paham, menyiapkan buku pelajaran, saling
buku agar tidak rusak/kotor, memulai catatan dengan basmalah dan diakhiri dengan
hamdalah, mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru, dan mengerjakan tugas
yang diberikan. Dan yang keempat, adab pribadi yang menampilkan sikap menjaga
diri dari akhlak tercela, memanfaatkan masa muda dan waktu yang ada, berpakaian
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 182
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
sekolah penilaian dilaksanakan oleh guru dan wali kelas, sedangkan di asrama
dilakukan oleh pengasuh atau musfirah. Secara operasional, data penilaian adab
bersumber dari catatan harian peserta didik berdasarkan hasil observasi guru mata
sikap, perilaku dan unjuk kerja peserta didik menjadi aspek penilaian. Hasil
penilaian ini menentukan kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik; artinya
prestasi peserta didik ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan adab mereka. Oleh
karenanya, penilaian hasil belajar dan adab menjadi alat untuk dapat melihat
secara berkala yaitu tiga bulan sekali sekolah perlu melaporkan perkembangan hasil
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 183
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
mengembangkan sikap tauhid kepada Tuhan. Fakta inilah yang dikatakan dalam
hasil riset Ikhtiati, dkk. (2016: 83-92) bahwa pendidikan hadhari yang berbasis
SMP RPBSM memiliki landasan filosofis yang kuat dan dioperasionalisasikan dengan
tata manajemen yang profesional. Kombinasi yang saling melengkapi membuka ruang-
pendidikan yang diarahkan pada pencapaian hasil yang diorientasikan pada pencapaian
tujuan duniawi dan ukhrawi. Menyatukan dua dimensi (profan dan sakral; sains dan
agama) yang menjadi rancangan utama sistem pendidikan berbasis tauhid. Tafsir (2008:
75) pada konteks ini mengakui bahwa untuk mendesai pendidikan maka ia perlu
memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Dalam konteks ini
tujuannya bersifat saat ini (profan) dan yang akan datang (ukhrawi), sehingga capaian-
capaian yang dilihat meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif yang di dalamnya terdapat
kesadaran kebertuhanan.
menumbuhkan sikap tauhid merupakan sistem pendidikan paripurna. Sistem ini akan
(2011: 103) dalam hasil disertasinya dikatakan, keserasian spiritual dan material pada
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 184
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
mulanya akan bersifat sekuler tapi ketika ditempatkan pada kerangka “tauhid” akan
mendapatkan makna spiritual. Bahkan sistem pendidikan ini juga mampu mewarnai era
disrupsi yaitu suatu era yang mengkombinasikan domain psikis, digital, dan tehnologi,
melalui gerak harmonisasi makna tujuan kehidupan manusia –baca subjek pendidikan.
Dengan demikian, dalam sistem ini, dinamika keduniawian menjadi medium yang bisa
mengantarkan subjek pendidikan pada Tuhan. Upaya ini menurut Daulay (2014: 73)
dapat dilakukan melalui dua langkah yaitu landasan filosofis dan metodologis.
sistem pendidikan dan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu,
Ramayulis & Nizar (2009: 194) menyatakan, kurikulum mampu menjadi kekuatan
yang paripurna akan terus menerus melakukan reorientasi kurikulum yang disesuaikan
dengan psikologis, sosiologis, dan religiusitas peserta didik. Salah satunya riset
Jelasnya kurikulum yang memiliki nuansa integratif antara sains dan nilai-nilai
Islam hingga mendorong ke diskursus yang bersifat membumi. Pada sisi ini
dikembangkan adalah bagaimana dimensi sains dalam Islam dapat diberi tafsir atau
komentar yang bersifat sains. Namun di sisi yang lain juga perlu meneliti fenomena
alam atau sosial yang hasilnya didialogkan dengan nilai-nilai wahyu (Islam). Proses ini
dikenal dengan cara induksi konsultasi dalam membangun ilmu pendidikan Islam, yang
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 185
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
didegungkan oleh Muhaimin (2011: 63). Konstruksi pemikiran ini dapat digambakan
Allah
(Sumber Segala Ilmu)
Artinya, kurikulum yang terancang tidak hanya monoton atau berkutat pada
pembangunan diskursus berbasis teks. Akan tetapi, ia terancang secara kritis yang
integratif yang mendorong lahirnya “Ibrahim-Ibrahim kecil”; yaitu manusia yang bisa
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 186
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
keberagamaannya.
C. KESIMPULAN
landasan filosofis yang kuat dan tersimpul dalam sistematika wahyu. Tapi, sistematika
wahyu akan semakin tertanam dalam diri peserta didik dengan adanya dialog kritis dengan
fenomena kealaman dan kemanusiaan yang dialami langsung oleh mereka. Kerangka
konseptual inilah dioperasionalkan lembaga pendidikan Islam –dalam hal ini bisa di baca
dan pengevaluasian. Ia akan berjalan secara terarah dan terukur untuk mewujudkan manusia
D. DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Mamta. 2004. Curricular Reform in Schools: The Importance of Evaluation, dalam
Journal of Curriculum Studies Vol. 36, Issue 3.
Ahmad, Rahimah Haji.1998. Educational Development and Reformation in Malaysia:
Past, Present and Future, dalam Journal of Educational Administration, Vol. 36
Issue. 5.
Al-Fauzan, Syaikh Shalih bin Fauzan. 2006. Kitab Tauhid I, Jakarta: Darl Haq
Aly, Abdullah.2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah Terhadap
Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam As-Salam Surakarta, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ansyar, M.. 2015. Kurikulum: Hakikat, Pondasi, Desain dan Pengembangan, Jakarta: Kencana
Prenada.
Badarussyamsi, Spiritualitas Sains dalam Islam: Mengungkap Teologi Saintifik Islam, dalam
Jurnal Miqot Vol. 39, No. 2 Juli-Desember 2015
Haidar Putra Daulay. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 187
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 188
e-ISSN: 2540-8348 Umiarso dan Indri Mawardianti, KURIKULUM PENDIDIKAN...
p-ISSN: 2088-3390
Triwijiyanto, Liya Mayasari & Teguh, Manajemen Kurikulum Berbasis Tauhid, dalam Jurnal
Manajemen Pendidikan, Vol. 24, No. 1 Maret 2013
Ulfa, Hilman Fauzia, dkk., Metode Pendidikan tauhid dalam Kisah Ibrahim AS dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran PAI di Sekolah, dalam Tarbawy: Indonesian
Journal on Islamic Education Vol. 4, No. 2, 2017.
Wahyudin, Dinn, Manajemen Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014).
Waschull, Stefanie B.. 2018. Improving Developmental Education Reform in Florida, dalam
Promising Practices in Developmental Education,
Zainuddin. 1992. Ilmu Tauhid, Jakarta: Renika Cipta
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 08 No. 02 Juli-Desember 2019 189