Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020) 149

Hama Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum) dan Tindakan Pengendalian
di Brebes, Jawa Tengah

Shallot (Allium Ascalonicum) Pests and Its Control Measures in Brebes, Central Java

Hermanu Triwidodo1*, Maizul Husna Tanjung1


1
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680, Indonesia
*Email korespondensi: [email protected]

Diterima: 7 September 2020 / Disetujui: 30 September 2020

ABSTRACT

Shallots are one of the important commodities that are consumed by Indonesian people. One problem in the cultivation
of shallots is the presence of pests and disease. The aims of this research are to determine the pest disease in shallot and control
measures taken by farmers in Brebes, Central Java. This research was conducted in three villages with four onion fields each.
Observation of pest attack intensity and disease incidence and intensity is carried out every week for 1 month. Information on
how to control pests was obtained through interviews. The results showed that the pests that attacked the onion crop were
Spodoptera spp. Onion, while the disease was found to be dead shoots of Phytophthora sp. and purple spots. Alternaria sp.
Onion caterpillar pests and shoot death have increased with increasing plant age. Pest control carried out by farmers is the
installation of light traps and the application of pesticides.

Keywords: Alternaria sp., light trap, Phytophthora sp., pesticides, Spodoptera spp.

ABSTRAK

Bawang merah merupakan salah satu komoditas penting yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Salah satu
kendala dalam budidaya bawang merah yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Penelitian ini bertujuan
mengetahui hama penyakit pada tanaman bawang merah dan tindakan pengendalian yang dilakukan oleh petani di Brebes,
Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada tiga desa dengan masing-masing empat lahan bawang merah. Pengamatan
intensitas serangan hama dan kejadian serta intensitas penyakit dilakukan setiap minggu selama 1 bulan. Informasi mengenai
cara pengendalian OPT diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang menyerang pertanaman
bawang merah yaitu ulat bawang Spodoptera spp., sedangkan penyakit yang ditemukan yaitu mati pucuk Phytophthora sp. dan
bercak ungu Alternaria sp.. Serangan hama ulat bawang dan penyakit mati pucuk mengalami peningkatan seiiring dengan
bertambahnya umur tanaman. Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani yaitu pemasangan light trap dan aplikasi
pestisida.

Kata kunci: Alternaria sp., light trap, Phytophthora sp., pestisida, Spodoptera spp.

PENDAHULUAN Hama yang dapat menyerang tanaman bawang merah


diantaranya orong–orong Gryllotalpa spp. (Orthoptera:
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah Gryllotalpidae), ulat bawang Spodoptera exigua (Lepidopera:
satu komoditas pertanian yang banyak dikonsumsi oleh Noctuidae), ulat grayak Spodoptera litura (Lepidoptera:
masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan. Permintaan Noctuidae), lalat pengorok daun Liriomyza chinensis
masyarakat Indonesia terhadap bawang merah dalam kurun (Diptera: Agromyzidae) dan thrips Thrips tabaci
waktu tahun 2007 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan (Thysanoptera: Thripidae). Sedangkan penyakit yang dapat
dari 901 102 ton menjadi 1 116 275 ton (KEMENTAN 2015), menginfeksi tanaman bawang merah diantaranya bercak ungu
yang diikuti oleh peningkatan produksi bawang merah dari (Alternaria porri), downy mildew (Peronospora destructor),
802 827 ton menjadi 1 046 325 ton (BPS 2015). Meskipun bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae),
begitu, peningkatan produksi bawang merah belum mampu antraknosa(Colletotrichum gloeosporiodes), layu Fusarium
mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat. (Fusarium oxysporum) dan nematoda (Dytylenchus dissaci)
Salah satu kendala dalam produksi bawang merah (Udiarto et al. 2005).
yaitu adanya serangan OPT (organisme pengganggu Sebanyak 80% produksi bawang merah di Indonesia
tanaman). Potensi kehilangan hasil oleh OPT pada stadia berasal dari Pulau Jawa dan hampir 50% terkonsentrasi di
tanaman tua dan muda dapat mencapai 20-100% tergantung Jawa Tengah. Kabupaten Brebes merupakan sentra produksi
pengelolaan budidaya bawang merah (Adiyoga et al. 2004). bawang merah di Jawa Tengah (Rachmat et al. 2012). Rata-

DOI: https://doi.org/10.21107/agrovigor.v13i2.7131 Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi


http://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor
Hama Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah… ISSN: 1979-5777 (Print), 2477-0353 (Online)
150 Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020)

rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes Pengamatan Penyakit


mampu mencapai 12.14 ton/ha yang diperoleh dari 12
kecamatan salah satunya Kecamatan Brebes dengan rata-rata Tanaman contoh yang menunjukkan gejala kemudian
produktivitas mencapai 11.69 ton/ha (BPS Kabupaten Brebes diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium untuk mengetahui
2016). Oleh karena itu, informasi mengenai hama dan patogen penyebab penyakit tersebut. Kejadian penyakit
penyakit penting pada tanaman bawang merah perlu diketahui dihitung berdasarkan rumus:
untuk menentukan pengendalian yang tepat sasaran. 𝑛
𝐾𝑃 = 𝑥 100%
𝑁
BAHAN DAN METODE Keterangan:
KP = kejadian penyakit
Penelitian dilakukan pada Februari hingga April n = jumlah tanaman terinfeksi
2016 di Desa Pagejugan, Desa Kedunguter dan Desa N = jumlah tanaman diamati
Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Jawa Tengah. Identifikasi
OPT dilakukan di Laboratorium Klinik Tanaman, Keparahan penyakit dihitung berdasarkan rumus
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Townsend dan Heuberger (1943):
Pertanian Bogor. (𝑛𝑖. 𝑣𝑖)
𝐼𝑃 = ∑ 𝑥 100%
𝑁. 𝑉
Penentuan Lahan Pengamatan dan Petak Contoh
Keterangan:
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan IP = intensitas penyakit
pengamatan langsung pada lahan petani di Desa Pagejugan, ni = jumlah tanaman terinfeksi dengan skor tertentu
Kedunguter dan Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Jawa vi = skor infeksi penyakit
Tengah. Pengamtan dilakukan pada suhu 25-30 derajat N = jumlah tanaman diamati
Celsius. Setiap desa ditentukan 4 lahan tanaman bawang V = skor infeksi penyakit tertinggi
merah kemudian dilakukan pengamatan sebanyak empat
kali setiap minggu selama satu bulan. Lahan bawang yang Skor infeksi penyakt (vi):
diamati yaitu rata-rata seluas 0.5 ha dengan umur tanaman 0: tidak ada infeksi
14 HST. Masing-masing lahan ditentukan 5 bedengan 1: bagian tanaman terinfeksi 1-20%
sebagai petak contoh dan pada setiap petak contoh diamati 5 2: bagian tanaman terinfeksi 21-40%
rumpun tanaman contoh. Pengambilan petak contoh 3: bagian tanaman terinfeksi 41-60%
dilakukan secara acak. Bedengan di lahan digunakan 4: bagian tanaman terinfeksi 61-80%
sebagai petak contoh pada saat pengacakan acak. 5: bagian tanaman terinfeksi 81-100%
Wawancara menggunakan kuisioner juga dilakukan
Pengamatan Hama pada 20 petani di masing-masing desa untuk memperoleh
informasi mengenai cara pengendalian OPT pada tanaman
Setiap tanaman contoh diidentifikasi jenis hama dan bawang merah.
dihitung intensitas serangannya. Hama yang tidak dapat
diidentifikasi di lapangan diidentifikasi di laboratorium. Analisis Data
Intensitas serangan hama dihitung menggunakan rumus
(Rivai 2006): Data perbedaan intensitas serangan yang disebabkan
(𝑛𝑖. 𝑣𝑖) oleh hama pada setiap desa diolah dengan uji Tukey pada
IS = ∑ 𝑥 100% taraf nyata 5% menggunakan program SAS versi 9.1.3.
𝑁. 𝑉
Keterangan:
IS = Intensitas serangan hama HASIL DAN PEMBAHASAN
ni = jumlah tanaman terserang dengan skor tertentu
vi = skor serangan hama Hama Tanaman Bawang Merah
N = jumlah tanaman diamati
V = skor serangan hama tertinggi Ulat bawang Spodoptera exigua merupakan hama
yang ditemukan pada seluruh lahan pengamatan bawang
Skor serangan hama (vi) mengacu pada Febrianasari et merah di masing-masing desa. Hal tersebut sesuai dengan
al. (2014) yang telah dimodifikasi sebagai berikut: Udiarto et al. (2005) yang menyatakan bahwa S. exigua
0: tidak ada gejala serangan merupakan salah satu hama pada tanaman bawang. Larva
1: gejala serangan 1-20% Spodoptera spp. memakan bagian daun. Daun yang
2: gejala serangan 21-40% terserang S. exigua terlihat menerawang dan hanya tersisa
3: gejala serangan 41-60% epidermis daun epidermis daun (Gambar 1).
4: gejala serangan 61-80%
5: gejala serangan 81-100%

Hermanu Triwidodo dan Maizul Husna Tanjung


Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020) 151

paling rendah. Intensitas serangan di Desa Pagejugan


berbeda nyata dengan di Desa Kaliwlingi.

Penyakit Tanaman Bawang Merah

1. Phytophthora sp.
Penyakit yang ditemukan di lahan pengamatan
tanaman bawang merah yaitu mati pucuk oleh cendawan
Phytophthora sp. (Gambar 2). Penyakit mati pucuk
Phytophthora sp. menginfeksi daun dan menimbulkan gejala
busuk basah pada pemukaan ujung daun. Masa cendawan
dapat berbentuk seperti beludru pada udara lembab. Masa
a b cendawan semakin lama akan menyebar pada permukaan
Gambar 1. Hama ulat bawang S. exigua.: (a) gejala, (b) daun, serangan yang berat membuat tanaman mati dengan
larva daun melilit seperti dipilin (Wibowo 2005). Gejala infeksi
akibat cendawan Alternaria sp. ditunjukkan berupa adanya
bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam, berwarna putih
dengan pusat yang berwarna ungu (kelabu), bercak akan
berkembang menyerupai cincin dengan bagian tengah yang
berwarna ungu. Tepi cincin berwarna kemerahan dikelilingi
warna kuning yang dapat meluas ke bagian atas maupun
bawah bercak. Konidia cendawan ini dapat menyebabkan
perubahan warna daun menjadi kuning (Udiarto et al. 2005).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi
a b c peningkatan kejadian dan intensitas penyakit Phytophthora
sp. di Desa Pagejugan dari minggu pertama hingga minggu
Gambar 2. Penyakit mati pucuk: (a) gejala mati pucuk, (b)
keempat pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa patogen
mikroskopis cendawan Phytopthora sp. dengan
Phytophthora sp. terus mengalami pertumbuhan dan
perbesaran 40x10, (c) m ikroskopis cendawan
perkembangan seiring dengan bertambahnya umur tanaman
Phytopthora sp. dalam Watanabe (1994).
bawang merah.
Kejadian penyakit paling tinggi mencapai 83% dan
Hama ulat bawang S. exigua menjadi salah satu OPT
intensitas penyakit tertinggi mencapai 40.8% (Gambar 3).
penting pada bawang merah yang mengakibatkan petani
Infestasi penyakit ini di Desa Pagejugan diduga berasal dari
tidak memperoleh hasil produksi maksimal (Febrianasari et
benih yang ditanam berasal dari tanaman bawang merah
al. 2014). Gejala hama ini yaitu timbul bercak-bercak putih
sebelumnya yang menggunakan benih bawang merah
transparan pada daun, daun berlubang, terkulai, mengering
varietas Bima Brebes. Benih varietas Bima Brebes diketahui
dan pada serangan berat seluruh daun habis (Moeksan et al.
merupakan benih yang peka terhadap penyakit mati pucuk
2013). Intensitas serangan S. exigua terus meningkat seiring
Phytophthora sp. (BALITSA 2018). Selain itu, infeksi
dengan bertambahnya umur tanaman bawang merah di
penyakit mati pucuk muncul diduga karena selama
ketiga desa (Tabel 1). Peningkatan serangan S. exigua
pengamatan berlangsung sedang terjadi musim hujan. Siang
berhubungan dengan bertambahnya umur tanaman bawang
hingga malam hari terjadi hujan sehingga suhu menjadi
merah, hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya
dingin dan kelembapan udara meningkat yang menyebabkan
daun tanaman bawang merah yang terserang (Marsadi et al.
cendawan penyakit mampu tumbuh dan berkembang. Hasil
2017). Intensitas serangan S. exigua paling tinggi terjadi di
pemodelan epidemi penyakit menunjukkan jika faktor suhu,
Desa Pagejugan pada masing-masing waktu pengamatan,
kelembapan, dan kecepatan angin kuadrat lebih besar maka
sedangkan Desa Kaliwlingi memiliki intensitas serangan
pengaruhnya terhadap laju infeksi penyakit sangat tinggi
(Purwanto et al. 2016).

Tabel 1. Intensitas serangan ulat bawang S. exigua di ketiga desa pada empat waktu pengamatan
Intensitas Serangan (%) pada waktu pengamatan (HST)
Desa
21 28 35 49
Pagejugan 17.0a 28.1a 30.7a 37.0a
Kedunguter 2.0ab 16.8a 21.1ab 35.4a
Kaliwlingi 0.0b 0.0b 2.5b 3.1b
Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Tukey (α = 0.05)

Hama Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah…


152 Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020)

90 83

Kejadian dan Intensitas Phytophthora sp.


76
80
70 61
60
46
50 40.8
(%)

40 33.8 Kejadian
26.8
30 22 Intensitas
20
10
0
21 28 35 49
Waktu Pengamatan (HST)

Gambar 3. Kejadian dan intensitas penyakit Phytophthora sp. pada empat waktu pengamatan di Desa Pagejugan

2. Alternaria sp. dinilai praktis oleh petani karena hanya menyemprot


Hasil pengamatan mikroskopis ditemukan cendawan menggunakan hand sprayer.
Alternaria sp. dengan kondia yang mempunyai sekat Petani juga melakukan pencampuran pestisida karena
melintang dan membujur (Gambar 4), hanya saja gejala pertanaman bawang merah diserang berbagai jenis OPT
infeksi awal pada daun belum terlihat di lahan pengamatan. secara bersamaan. Menurut petani, semakin banyak jenis
Gejala infeksi akibat cendawan Alternaria sp. ditunjukkan pestisida yang digunakan maka akan semakin efektif dalam
berupa adanya bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam, pengendalian OPT. Frekuensi penggunaan pestisida lebih
berwarna putih dengan pusat yang berwarna ungu (kelabu), intensif pada saat musim hujan dibandingkan musim
bercak akan berkembang menyerupai cincin dengan bagian kemarau. Hal ini karena petani beranggapan bahwa pestisida
tengah yang berwarna ungu.Tepi cincin berwarna yang telah diaplikasikan pada tanaman tercuci oleh air hujan
kemerahan dikelilingi warna kuning yang dapat meluas ke sehingga aplikasi harus dilakukan lebih intensif agar tetap
bagian atas maupun bawah bercak (Udiarto et al. 2005). efektif dalam mengendalikan OPT.
Penyakit bercak ungu ini dapat menurunkan hasil sebanyak Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 16 bahan
50% di Lembang, Jawa Barat (Gunaeni 2015). aktif insektisida dan 9 bahan aktif fungisida yang digunakan
oleh petani bawang merah di ketiga desa. Bahan aktif
insektisida yang sering digunakan petani bawang merah di
ketiga desa yaitu klorfenapir, emamektin benzoat,
abamektin, klorpirifos dan siromazin. Bahan aktif fungisida
yang paling banyak digunakan adalah mankozeb,
klorotalonil dan propineb.
Tindakan pengendalian OPT yang dilakukan petani
tidak hanya mengandalkan penggunaan pestisida. Alternatif
cara pengendalian Petani Desa Kaliwlingi memilih
a menggunakan light trap sebagai alternatif tindakan
b
pengendalan OPT. Hal tersebut menyebabkan Desa
Gambar 4. Konidia cendawan Alternaria sp.: (a) bentuk Kaliwlingi memiliki intensitas serangan hama S. exigua di
mikroskopis pada perbesaran 40x10,(b) bentuk Desa Kaliwlingi paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
mikroskopis dalam Barnett dan Hunter 1998. penggunaan light trap dapat mengurangi serangan ulat S.
exigua pada tanaman bawang. Hasil Penelitian Sari et. al
(2017) penggunaan light trap efektif dalam memerangkap
Tindakan Pengendalian OPT ngengat S. exigua dengan jumlah tangkapan terbanyak
menggunakan light trap dengan warna lampu putih.
Pengendalian OPT yang dilakukan oleh semua petani Petani Desa Kaliwlingi memilih menggunakan light
di ketiga desa yaitu menggunakan pestisida (Tabel 2). trap sebagai alternatif tindakan pengendalian karena harga
Alasan petani menggunakan pestisida dalam pengendalian pestisida untuk pengendalian ulat bawang tidak terjangkau
OPT diantaranya karena efektif, mudah didapatkan, praktis oleh petani. Penggunaan light trap menurut petani mampu
dalam aplikasi, harga murah dan mendapatkan saran dari mengurangi pengeluaran insektisida untuk ulat bawang
orang lain. Pengendalian OPT menggunakan pestisida sebesar 50% dari pengeluaran tanpa menggunakan light trap.

Hermanu Triwidodo dan Maizul Husna Tanjung


Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020) 153

Tabel 2. Tindakan pengendalian OPT dan alasan penggunaan pestisida pada tanaman bawang merah
Petani (%)
Indikator
Pagejugan Kedunguter Kaliwlingi
Tindakan dalam pengendalian OPT
Pestisida 100 100 100
Tindakan lain 0 0 0
Alasan penggunaan pestisida
Efektif 65 35 50
Mudah didapatkan 25 15 35
Praktis dalam aplikasi 75 85 80
Harga murah 20 0 30
Saran dari orang lain 15 15 15

BALITSA. (2018). Bawang merah varietas bima brebes.


http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/v
arietas/cabai/36-halaman/616-bawang-merah-
varietas-bima-brebes

Barnett, H.L., & Hunter, B.B. (1998). Illusturad genera of


imperfect fungi. 4thed. Minnesota, US: APS Press.

[BPS] Badan Pusat Statistik. (2015). Produktivitas bawang


merah 2006-2011. [Internet]. [diunduh 2015 Mei 29].
Tersedia pada: http://www.bps.go.id/site/resultTab.

Gambar 5. Pengendalian hama ulat bawang menggunakan [BPS Kabupaten Brebes] Badan Pusat Statistika Kabupaten
light trap Brebes. (2016). Luas panen, produksi dan rata-rata
produksi bawang merah di Kabupaten Brebes 2012-
Light trap dibuat langsung oleh petani dengan penggunaan 2014. [Internet]. [Diunduh 2016 Agst 05]. Tersedia
lampu listrik, digantungkan tegak pada tiang bambu dengan pada:
ketinggian kurang lebih 50cm sebagai penyangga. Light trap https://brebeskab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/i
dipasang dengan jarak 5-10 m di antara bedengan tanaman, di d/21.
bawah lampu terdapat wadah plastik bertujuan untuk
menampung hama yang terperangkap (Gambar 5). Light trap Febrianasari, R., Tarno, H., & Afandhi, A. (2014).
dinyalakan selama kurang lebih 12 jam yaitu mulai pukul Efektivitas klorantraniliprol dan flubendiamid pada
18.00 sampai pukul 06.00 WIB. Serangga tertarik karena ada ulat bawang merah (Spodoptera exigua Hubner.)
cahaya lampu dan akan jatuh ke dalam wadah yang sudah (Lepidoptera:Noctuidae). J PHT, 2(4), 103-109.
berisi insektisida, serangga yang terperangkap dalam wadah
plastik akan mati. Petani tetap menggunakan insektisida Gunaeni, N. (2015). Pengendalian hama dan penyakit secara
dalam pengendalian walaupun sudah menggunakan fisik dan mekanik pada produksi bawang daun
perangkap. (Allium fistolosum L.). Jurnal Agrin, 19 (1), 37-51.

KESIMPULAN [KEMENTAN] Kementerian Pertanian. (2015). Konsumsi


per kapita dalam rumah tangga setahun menurut hasil
Hama yang ditemukan pada pertanaman bawang Susenas. [Internet]. [Diunduh 2016 Sept 05].
merah di Kecamatan Brebes yaitu ulat bawang Spodoptera Tersedia pada: https://aplikasi2.pertanian.go.id/
spp., sedangkan untuk penyakit yang ditemukan yaitu mati konsumsi/tampil_susenas_ kom2_th.php.
pucuk Phytophthora sp. dan bercak ungu Alternaria sp..
Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani yaitu Marsadi, D., Supartha, I.W., & Sunari, S.A.A.A.A. (2017).
pemasangan light trap dan aplikasi pestisida. Invasi dan tingkat serangan ulat bawang (spodoptera
exigua hubner) pada dua kultivar tanaman bawang
DAFTAR PUSTAKA merah di desa songan, kecamatan kintamani,
kabupaten bangli. Jurnal Agroekoteknologi Tropika,
Adiyoga, W., Laksanawati, A., Soetiarso, T.A., & Hidayat, 6(4), 360-369.
A. (2001). Persepsi petani terhadap status dan
prospek penggunaan SeMNPV pada usahatani Moeksan, T.K., Setiawati, W., Hasan, F., Runa. R., &
bawang merah. J Hort.11(1), 58-70. Soemantri, A. (2013). Penerapan ambang

Hama Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah…


154 Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2):149–154, (2020)

pengendalian Spodotera exigua pada tanaman Sari, Y.M., Prastowo, S., & Haryadi, N.T. (2017). Uji
bawang merah menggunakan feromonoid seks. J ketertarikan ngengat Spodoptera exigua hubn.
Hort, 23(1), 80-90. Terhadap perangkap lampu warna pada pertanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.). Agrovigor,
Moeksan, T.K., & Basuki, R.S. (2007). Status resistensi 10 (1), 1-6.
Spodoptera exigua Hubn. pada tanaman bawang
merah asal Kabupaten Cirebon, Brebes, dan Tegal Townsend, G.R., & Heuberger, J.V. (1943). Methods for
terhadap insektisida yang umum digunakan petani di estimating losses caused by diseases in fungicide
daerah tersebut. J Hort, 17(4), 343-354. expreminent. Plant Disease Report, 27(17), 340-343.

Purwanto, D. S., Nirwanto, H., & Wiyatiningsih, S. (2017). Udiarto, B., Setiawati, W., & Suryaningsih, E. (2005).
Model epidemi penyakit tanaman: hubungan faktor Pengenalan hama dan penyakit pada tanaman
lingkungan terhadap laju infeksi dan pola sebaran bawang merah dan pengendaliannya. Panduan teknis
penyakit bulai (Peronosclerospora maydis). ptt bawang merah no.2. Bandung, ID: Balai
Plumula. 5(2), 138-152. Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).

Rachmat, M., Sayaka, B., & Muslim, C. (2012). Produksi, Watanabe, T. (1994). Pictorial atlas of soil and fungi
perdagangan, dan harga bawang merah. [Internet]. morphologies of cultured fungi and key to species.
[Diunduh 2016 Agst 23]. Tersedia pada: 2nd ed. Boca Raton, USA: CRC Press.
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_
2012_09.pdf. Wibowo, S. (2005). Budidaya bawang merah. Jakarta, ID:
Penebar Swadaya.
Rivai, F. (2006). Kehilangan Hasil Akibat Penyakit
Tanaman. Padang, ID: Andalas Universiti Press.

Hermanu Triwidodo dan Maizul Husna Tanjung

You might also like