Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018

e-ISSN 2550-0864

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
UMBULHARJO I YOGYAKARTA

CORRELATION STUDY OF PERSONAL HYGIENE AND FOOD SANITATION


OF DIARRHEA INCIDENCE IN TODDLER AT PUSKESMAS UMBULHARJO I
YOGYAKARTA

Farman Wati1, Lina Handayani2*, Arzani3

1,2
Universitas Ahmad Dahlan
3
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
*HP/Email: 081330303420 / [email protected]

Abstract

Background: Diarrhea is a public health problem in developing countries such as Indonesia


because the morbidity and mortality of diarrhea is high. Diarrhea caused by multifactorial such
as food contamination and environmental conditions. Food sanitation is effort to protect food
from disease-causing microorganism. Personal hygiene is effort to maintain hygiene and
health of individuals. Bad personal hygiene and food sanitation conduce food given to toddler
contaminated by microorganism causing diarrhea. In Puskesmas Umbulharjo I, diarrhea
incidence in toddler increased from 25 on 2015 to 35 on 2016.
Objective: To know correlation of personal hygiene and food sanitation of diarrhea incidence
in toddler.
Method: This research type was observational analytic research with cross sectional approach
and research location was Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Determination of respondents
with simple random sampling method. Data were collected by interview with mother of toddler
using questionnaires then data analyzed using univariate and bivariate (Chi-Square).
Result: The result of study indicated no correlation between personal hygiene and food
sanitation with diarrhea incidence in toddler. Most of the respondents have good personal
hygiene especially hand washing with soap before processing food, after defecation and before
feeding the child. The respondents have been aware of food sanitation include selection of
food, food storage and washing cutlery.
Conclusion: No correlation between personal hygiene and food sanitation with diarrhea
incidence in toddler indicating that personal hygiene and food sanitation as a risk factor for
diarrheal disease in toddler.

Keywords : Toddlers, Diarrhea, Personal Hygiene, Food Sanitation

Intisari

Latar belakang: Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare disebabkan oleh
multifaktorial diantaranya pencemaran makanan dan kondisi lingkungan. Sanitasi makanan

71
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

adalah upaya untuk menjaga keamanan pangan dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Sedangkan personal hygiene merupakan upaya untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
individu. Personal hygiene dan sanitasi makanan yang buruk dapat membuat makanan yang
diberikan kepada balita terkontaminasi dengan mikroorganisme sehingga menyebabkan diare.
Di Puskesmas Umbulharjo I, kasus diare pada balita mengalami peningkatan dari 25 orang
pada tahun 2015 menjadi 35 orang pada tahun 2016.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi makanan dengan
kejadian diare pada balita.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional,dengan lokasi penelitian di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Penentuan
responden dilakukan dengan metode acak sederhana. Pengumpulan data melalui wawancara
dengan ibu balita menggunakan kuesioner kemudian data dianalisis menggunakan analisis
univariat dan bivariat (Chi-Square).
Hasil: Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara personal hygiene dan
sanitasi makanan dengan kejadian diare pada balita. Sebagian besar responden memiliki
personal hygiene yang baik khususnya perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) yakni
sebelum mengolah makanan, setelah buang air besar atau kecil dan sebelum menyuapi anak.
Responden juga telah mengetahui sanitasi makanan dengan baik meliputi pemilihan bahan
makanan, penyimpanan bahan makanan dan pencucian alat makan.
Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara personal hygiene dan sanitasi dengan diare
pada balita menunjukkan bahwa personal hygiene dan sanitasi makanan sebagai faktor resiko
penyakit diare pada balita.

Kata kunci : Balita, Diare, Personal Hygiene, Sanitasi Makanan

PENDAHULUAN pencucian tangan menggunakan sabun atau yang


lebih dikenal dengan CTPS.3
Diare masih menjadi masalah kesehatan
Penderita diare di puskesmas di kabupaten/
masyarakat dan merupakan penyebab kematian
kota setiap tahun jumlahnya cukup tinggi. Hal
balita (usia 12-59 bulan) terbesar melebihi
ini belum dapat menggambarkan prevalensi
AIDS, malaria dan campak. Selain dampak
keseluruhan dari penyakit diare karena banyak
fatal kematian, diare pada balita juga dapat
dari kasus tersebut yang tidak terdata oleh sarana
menyebabkan dehidrasi, gangguan pertumbuhan
pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau
dan malnutrisi. Diare disebabkan oleh beberapa
pengobatan di praktek swasta). Laporan prol
faktor diantaranya infeksi (bakteri, virus, parasit,
kabupaten/kota menunjukkan bahwa pada tahun
dll.), makanan beracun, alergi dan sumber air
2011 jumlah penderita diare dan memeriksakan
yang terkontaminasi.1 Sanitasi makanan dinilai
ke sarana pelayanan kesehatan mencapai 64.857
penting dalam hal penyebab terjadinya diare
dari perkiraan kasus sebanyak 150.362 penderita
pada balita. Sanitasi makanan merupakan upaya
diare, sementara tahun 2012 mencapai 74.689
yang bertujuan untuk menjaga keamanan pangan
kasus dilaporkan menderita diare.4
agar tidak menyebabkan toksisitas dan penyakit
Hasil observasi dan wawancara pada
bawaan makanan (food borne disease).2 Selain
beberapa ibu balita di Kelurahan Warungboto yang
faktor makanan, faktor lain yang umum sebagai
berkaitan dengan personal hygiene dan sanitasi
penyebab diare pada balita adalah personal
makanan memberikan sedikit gambaran bahwa
hygiene yang buruk oleh pengasuh balita yang
proses yang ibu balita kerjakan disaat memasak
dalam hal ini adalah ibu. Adapun titik berat personal
makanan hingga menyediakan makanan untuk
hygiene dalam kehidupan sehari-hari adalah

72
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864

keperluan sehari-hari masih kurang. Diare diperoleh kemudian dianalisis secara statistik
masih termasuk dalam 10 masalah kesehatan menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji
dengan peringkat ke- 6 yang ada di Puskesmas Chi square).
Umbulharjo I. Setelah dilakukan studi pendahuluan
di Puskesmas Umbulharjo I pada hari sabtu HASIL PENELITIAN
tanggal 5 November 2016, maka didapatkan
1. Karakteristik responden
jumlah penderita diare di Kelurahan Warungboto
a. Usia
berdasarkan golongan umur yang dapat dilihat
Karakteristik responden berdasarkan usia di
pada Tabel 1.5
Puskesmas Umbulharjo I dapat dilihat pada Tabel
2. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar usia ibu
Tabel 1. Jumlah balita penderita diare
balita di Puskesmas Umbulharjo I pada kelompok
berdasarkan kelompok umu
25-30 tahun yakni sebesar 39 responden (44,3%).
Sedangkan responden paling sedikit adalah pada
Jumlah Penderita diare (balita)
No Thn kelompok usia 41-45 tahun yakni sebesar tujuh
0-<1 th >6 bln-<1th 1-4 th
1 2013 24 0 59 responden (8%).
2 2014 15 0 26
3 2015 4 0 21 Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan
4 2016 2 5 28 usia

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti Usia (th) n %


ingin mengkaji hubungan antara personal hygiene 25-30 39 44,3
dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada 31-35 25 27,3
balita khususnya di wilayah kerja Puskesmas 36-40 17 20,5
41-45 7 8,0
Umbulharjo I Yogyakarta.
Jumlah 88 100

METODE PENELITIAN b. Tingkat pendidikan


Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik Karakteristik responden berdasarkan tingkat
observasional dengan rancangan Cross sectional. pendidikan di Puskesmas Umbulharjo I dapat
Rancangan ini dipilih karena setiap subjek hanya dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan sebagian
diobservasi sekali saja dan pengukuran variabel besar ibu balita di Puskesmas Umbulharjo I
dilaksanakan pada saat itu juga.6 Populasi dalam berpendidikan SMA atau sederajat yakni sebanyak
penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita 55 responden (62,5%). Sedangkan responden
di wilayah Puskesmas Umbulharjo I sebanyak 406 paling sedikit adalah kelompok pendidikan
orang. Kemudian sampel penelitian diambil dari Perguruan Tinggi yakni sebanyak 10 responden
populasi yang jumlahnya dihitung berdasarkan (11,4%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
rumus sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar tingkat pendidikan ibu di Puskesmas Umbulharjo I
88 orang, jumlah tersebut telah dipilih berdasarkan relatif tinggi
kriteria inklusi dan ekslusi. Cara pengambilan
sampel penelitian menggunakan simple random Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan tingkat pendidikan
adalah kuesioner untuk mengetahui hubungan
antara personal hygiene dan sanitasi makanan Tingkat Pendidikan n %
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Tamat PT 10 11,4
Umbulharjo I Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan Tamat SMA/SMK 55 62,5
Tamat SMP 23 26,2
pada bulan Maret 2017 sampai Februari 2018 di
Jumlah 88 100
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Data yang

73
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

2. Analisis Univariat c. Kejadian diare


a. Personal hygiene Karakteristik responden berdasarkan kejadian
Karakteristik responden berdasarkan perilaku diare balita di Puskesmas Umbulharjo I dapat dilihat
personal hygiene di Puskesmas Umbulharjo I pada Tabel 6. Data pada Tabel 6. menunjukkan
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada saat penelitian dilakukan, 67% balita
bahwa 58% responden memiliki personal hygiene responden tidak mengalami diare.
yang baik dalam hal ini cuci tangan pakai sabun
(CTPS). Berdasarkan penelitian yang telah Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan
dilakukan, diketahui bahwa responden memiliki kejadian diare
kebiasaan CTPS yang baik yakni setelah buang
air besar atau kecil (97,7%); sebelum mengolah No Kejadian Diare n %
makanan (56,8%); dan sebelum menyuapi anak 1. Ya 29 33,0
(63%). 2. Tidak 59 67,0
Jumlah 88 100

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan


3. Analisis Bivariat
perilaku personal hygiene
a. Hubungan personal hygiene dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas
Personal hygiene n %
Umbulharjo I Yogyakarta
Baik 51 58,0
Tidak Baik 37 42,0 Hubungan personal hygiene dengan kejadian
Jumlah 88 100 diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I dapat
dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan hasil uji
b. Sanitasi makanan Chi square dengan perolehan nilai p value sebesar
Karakteristik responden berdasarkan perilaku 0,289 (p>0,05), maka Ho diterima dan H ditolak.
sanitasi makanan di Puskesmas Umbulharjo I Maka dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan
dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan yang signikan antara personal hygiene ibu
bahwa sebagian besar responden memiliki dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
perilaku yang baik dalam hal sanitasi makanan. Umbulharjo I Yogyakarta. Nilai Ratio Prevalence
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, (RP) menunjukkan angka 1,477 sedangkan nilai
dapat diketahui bahwa responden telah melakukan Condent Interval (CI) menunjukkan angka 0,816-
pemilahan bahan makanan dengan baik (95,4%); 2,672. Nilai RP lebih dari 1 maka dikatakan sebagai
penyimpanan makanan dengan baik (97,7%) faktor resiko.
dan pencucian peralatan makanan dengan baik
(81,8%).

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan


perilaku sanitasi makanan

Sanitasi Makanan n %
Baik 51 58,0
Tidak Baik 37 42,0
Jumlah 88 100

74
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864

Tabel 7. Hubungan personal hygiene dengan kejadian diare pada balita

Diare
Total
Personal Hygiene Ya Tidak P Value RP (95% CI)
n % n % n %
Tidak 15 12,2 22 24,8 37 37,0
1,477
Baik 14 16,8 37 34,2 51 51,0 0,289
(0,816-2,672)
Total 29 29,0 59 59,0 88 100

d. Hubungan sanitasi makanan dengan makanan dengan kejadian diare di Puskesmas


kejadian diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo 1 Yogyakarta. Nilai Ratio Prevalensi
Umbulharjo I Yogyakarta (RP) menunjukkan angka 1,173 sedangkan nilai
Hubungan sanitasi makanan dengan kejadian Condent Interval (CI) menunjukkan angka 0,646-
diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I 2,103. Nilai Ratio Prevalence (RP) lebih dari satu
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan (>1) maka dikatakan bahwa sebagai faktor risiko.
hasil uji Chi square dengan perolehan nilai p Ibu balita yang memiliki sanitasi makanan tidak
value sebesar 0,654 (p>0,05), maka Ho diterima baik akan berisiko menyebabkan diare 1,173
dan H ditolak. Maka dapat diketahui bahwa tidak kali lebih besar dibandingkan responden dengan
ada hubungan yang signikan antara sanitasi personal hygiene yang baik.

Tabel 8. Hubungan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada balita.

Diare
Total
Sanitasi Makanan Ya Tidak P Value RP (95% CI)
n % n % n %
Tidak 15 13,8 22 28,2 42 42,0
1,173
Baik 14 15,2 37 30,8 46 46,0 0,654
(0,646-2,103)
Total 29 29,0 59 59,0 88 100

PEMBAHASAN atau pengetahuan yang baru. Sedangkan dalam


hal ini, pengetahuan mempunyai hubungan yang
Karakteristik responden di Puskesmas
kuat dengan perilaku pencegahan diare pada
Umbulharjo I Yogyakarta
balita.7 Responden memiliki perilaku personal
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
hygiene yang baik dalam hal cuci tangan pakai
di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I, dapat
sabun (CTPS) dan menjaga sanitasi makanan
diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
dengan baik meliputi pemilahan bahan makanan,
personal hygiene dan sanitasi makanan dengan
penyimpanan bahan makanan serta pencucian
kejadian diare pada balita. Dalam penelitian,
alat makan.
diperoleh karakteristik responden sebagian
besar berusia 25-30 tahun dan berpendidikan
Hubungan personal hygiene dengan kejadian
tinggi (SMA atau sederajat). Tingkat pendidikan
diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I
responden terbilang cukup tinggi sehingga tingkat
Yogyakarta
pengetahuan responden terhadap penyakit diare
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
juga cukup tinggi. Sejalan dengan penelitian
di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I
Susana (2015) yang menyatakan bahwa
diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang
rendahnya tingkat pendidikan ibu mengakibatkan
bermakna antara hubungan personal hygiene
rendahnya pengetahuan karena pendidikan dapat
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
mempengaruhi individu dalam menerima ilmu

75
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

Umbulharjo I Yogyakarta. Hal ini disebabkan menjaga dan merawat kebersihan tangan dan
karena hampir seluruh responden memiliki perilaku kuku selalu dipotong apabila sudah panjang dan
personal hygiene yang baik. Dalam penelitian ini, kotor.
personal hygiene dititikberatkan pada perilaku Responden yang memiliki perilaku
cuci tangan pakai sabun (CTPS) responden personal hygiene yang baik dimungkinkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, CTPS telahmendapatkan informasi dan penyuluhan dari
masih menjadi hal yang disepelekan. Padahal, Petugas Kesehatan terkait. Karena dengan adanya
tangan merupakan media yang bisa membawa penyuluhan maka responden bisa mendapatkan
mikroorganisme patogen ke makanan. Kebiasaan pengetahuan dan sadar akan pentingnya menjaga
tidak melakukan CTPS setelah buang air besar kebersihan diri. Pendekatan edukasi lebih tepat
maupun kecil sangat berbahaya bagi ibu yang dalam rangka pembinaan dan peningkatan
memiliki anak khususnya balita yang mana sistem perilaku kesehatan masyarakat. Pendekatan
pencernaan pada balita masih rentan, salah edukasi promosi kesehatan merupakan suatu
satu akibatnya yakni diare. Pentingnya CTPS bentuk intervensi yang ditunjukkan keada perilaku,
khususnya bagi ibu yang memiliki balita harus agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.
ditekankan karena CTPS dapat mengurangi resiko Materi pencegahan diare dalam diagnosa edukatif
penyakit diare hingga 50%. Dalam prakteknya, dinilai penting sebagai bentuk upaya peningkatan
prinsip CTPS dilakukan dengan sabun sebagai pemahaman dalam rangka mengurangi insiden
zat pembersih atau desinfektan, penggosokan dan penyakit diare pada balita.9
pembilasan dengan air mengalir agar kontaminan
yang terdapat di tangan terhanyut bersama air.8 Hubungan sanitasi makanan dengan kejadian
Cuci tangan dengan sabun (CTPS) diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I
merupakan upaya dasar untuk memutuskan mata Yogyakarta
rantai kuman dengan cara membersihkan tangan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dan jari menggunakan sabun dan air mengalir. di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I diperoleh
Dengan terputusnya mata rantai kuman, maka hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
akan terputus pula mata rantai penyakit. CTPS antara sanitasi makanan dengan kejadian
dinilai penting karena tangan merupakan agen diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I
pembawa mikroorganisme baik dengan kontak Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena hampir
langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya, seluruh responden memiliki perilaku sanitasi
tangan manusia selalu kontak dengan benda- makanan yang baik. Sanitasi makanan ibu balita
benda yang tidak higienis seperti tinja (faeces) di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta termasuk
serta cairan-cairan tubuh (ingus, urin, dll.) yang dalam kategori cukup baik, hal ini dikarenakan
dapat mengkontaminasi. Apabila dalam kondisi orang tua yang sebagian besar berpendidikan SMA
tersebut tangan tidak dicuci dengan sabun terlebih telah mengetahui tentang sanitasi makanan yang
saat akan memegang makanan/minuman, makan baik sehingga orang tua dapat memilih makanan
tangan dapat memindahkan bakteri, virus dan yang baik untuk dikonsumsi dan sesuai dengan
parasit yang bersifat patogen ke dalam makanan/ kebutuhan balita. Selain itu pola sanitasi makanan
minuman. Akibatnya, makanan/minu-man tersebut yang baik ditunjang dengan pemahaman orang tua
dapat menjadi vehicle bagi mikroorganisme- yang baik tentang sanitasi makanan.a
mikroorganisme penyebab pe-nyakit.9 Kebersihan Salah satu penerapan Perilaku Hidup Bersih
tangan dan kuku adalah kegiatan membersihkan dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga
tangan serta sela-sela jari tangan dan kuku yakni kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan
menggunakan air dengan atau tanpa sabun makanan atau sanitasi makanan. Sanitasi makanan
pada waktu tertentu sehingga menjadi bersih. merupakan upaya untuk menjaga keamanan
Berdasakan hasil wawancara dan pengamatan pangan dalam rangka memutus mata rantai
menunjukkan sebesar 80 responden (90,9%) ibu perkembangbiakan mikroorganisme penyebab

76
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864

penyakit khususnya penyakit bawaan makanan yang mudah rusak (Perishable food) disimpan
(food borne disease). Upaya pengamanan dengan teliti dengan memper-timbangkan hal-
pangan harus dilakukan terhadap makanan hal seperti kadar air dalam bahan makanan,
mulai dari proses pemilahan bahan baku hingga suhu ruang penyimpanan yang harus sesuai,
12
menghidangkan makanan jadi. penggunaan wadah yang transparan harus sesuai
Dalam menjaga keamanan pangan, perlu dengan bahan makanan yang disimpan karena
dilakukan upaya sanitasi makanan. Sanitasi terdapat beberapa jenis makanan yang rusak
makanan dilakukan untuk mencegah terjadinya terhadap sinar, waktu penyimpanan yakni terkait
food borne disease. Upaya tersebut meliputi proses dengan masa simpan bahan dan lain-lain.15 Hasil
pemilahan bahan baku, penyimpanan bahan baku, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pengolahan (proses memasak), penyimpanan responden mempunyai perilaku penyimpanan
makanan jadi hingga penyajian makanan untuk bahan makanan yang baik yaitu sebanyak 86
dikonsumsi.12 responden (97,7%). Ibu balita diketahui telah
Pemilahan bahan baku makanan sangat melakukan penyimpanan yang baik yakni
penting kaitannya dengan keamanan pangan. memisahkan bahan mentah dan bahan jadi serta
Kualitas bahan baku pangan yang baik tentunya wadah yang digunakan adalah wadah yang bersih.
menghasilkan makanan yang baik. Pemilahan Sejalan dengan penelitian yang Rosidy (2015)
bahan merupakan hal mendasar yang dilakukan bahwa ibu balita telah melakukan pencucian
sebelum mengolah pangan. Pada umumnya, bahan makanan sebelum disimpan, kemudian
pemilahan bahan baku biasanya didasarkan pada bahan makanan diwadahkan dalam wadah khusus
keadaan sik bahan (kebersihan dan kesegaran). dan disimpan di tempat yang bersih (dibersihkan
Namun, perlu juga diperhatikan hal-hal seperti setiap hari).14
pemilahan sayur dan buah yang bersifat organik Pencucian alat makan balita berpengaruh
agar tidak terkontaminasi pestisida; pemilahan terhadap kontaminasi silang. Dalam hal ini
sayur, buah, daging dan ikan yang masih dalam alat makan yang umum dititikberatkan pada
keadaan masih segar; kematangan bahan yang sanitasi botol susu. Pencucian alat makan yang
harus sesuai (benar-benar matang tetapi tidak tidak benar dapat menyebabkan alat makan
busuk).13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tersebut menjadi media perkembangbiakan
hampir seluruh responden mempunyai perilaku mikro-organisme patogen. Mencuci peralatan
pemilihan bahan makanan baik yaitu sebanyak hendaknya menggunakan sabun bebas detergen
84 responden (95,4%). Ibu lebih mengutamakan dan dibilas dengan air bersih yang mengalir.
kualitas dalam memilih bahan makanan yang Penggunaan air bilasan juga perlu diperhatikan
akan diolah yaitu dengan memilih sayuran karena air yang kualitasnya tidak baik justru dapat
segar dan memperhatikan tanggal kadaluarsa mengkontaminasi peralatan. Peralatan makan
apabila membeli bahan makanan pabrik. Sejalan yang tidak bersih akan mengkontaminasi makanan
dengan penelitian Rosidy (2015) bahwa ibu balita yang dikonsumsi oleh balita. Akibatnya makanan
melakukan pemilahan bahan baku makanan yang dikonsumsi dapat menjadi agen pembawa
yakni sayuran segar berwarna hijau terang dan penyakit (Food borne disease). Hasil penelitian
mengecek batas kadaluarsa bahan makanan.14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Penyimpanan bahan makanan erat kaitannya mempunyai perilaku yang baik dalam pencucian
dengan terjadinya kontaminasi silang (cross peralatan makanan yaitu sebanyak 72 responden
contamination). Penyimpanan bahan makanan (81,8%). Penelitian yang dilakukan Priyantika
sebaiknya disesuaikan dengan jenis bahan. Bahan (2017) menunjukkan bahwa ibu balita mencuci
makanan yang tidak mudah rusak (Non-perishable peralatan makanan (botol bayi) dengan cara
food) seperti kacang-kacangan dapat disimpan merebus dan tidak menggunakan air mengalir. Hal
dalam gudang atau rak yang terbebas dari tikus ini meningkatkan resiko kontaminasi alat makan
dan serangga vektor. Sedangkan bahan makanan oleh mikroorganisme.16

77
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat secara terus menerus sampai masyarakat
ibu balita yang memiliki sanitasi makanan baik khususnya ibu balita bisa mamahami akibat dari
namun balita mengalami diare (14 balita). Hal ini personal hygiene dan sanitasi makanan yang tidak
disebabkan karena kejadian diare pada balita tidak baik. Masyarakat bagi masyarakat khususnya ibu
sepenuhnya dipengaruhi oleh sanitasi makanan yang memiliki anak balita agar memperhatikan
dimana sanitasi makanan hanya sebagai faktor kebersihan diri dalam mengasuh anak balita
resiko. Adapun faktor risiko kejadian diare pada sehingga personal hygiene dan sanitasi makanan
balita antara lain: personal hygiene dan sarana menjadi lebih baik agar dapat mencegah terserang
air bersih yang digunakan dalam kegiatan sehari- diare. Bagi peneliti lain perlu adanya penelitian
17
hari. lebih lanjut dengan jenis desain penelitian dan
Selain itu, diare pada balita juga dipengaruhi variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui
oleh pemberian ASI Eksklusif oleh ibu balita. ASI faktor lain yang berhubungan dengan kejadian
eksklusif yang diberikan hingga usia enam bulan diare.
akan menunda pemberian makanan pendamping
ASI (MP-ASI). Pemberian MP-ASI pada bayi DAFTAR PUSTAKA
yang belum cukup umur berupa makanan yang
1. Mandasari, D.A., dkk., (2017), Differences in
dihaluskan dapat meningkatkan risiko diare atau
Effects of Latrine Availability and Toddler’s
penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri.18
Nutritional Status on Incidence of Diarrhea
in Rural Areas of Bondowoso and Coastal
KESIMPULAN DAN SARAN Area of Situbondo, Dama International of
1. Kesimpulan Researchers (DIJR), Vol. 2, Issues 9, Page.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai 06-11.
hubungan personal hygiene dan sanitasi makanan
2. Astuti, P.W., dkk., (2011), Hubungan
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Makanan
Umbulharjo I, dapat diketahui bahwa mayoritas
dengan Kejadian Diare pada Balita, Jurnal
ibu balita memiliki personal hygiene dan perilaku
Ilmiah Keperawatan, Vol. 7, No. 3, Hal. 151-
sanitasi makanan yang baik. Meskipun ibu balita
158.
memiliki personal hygiene dan sanitasi makanan
yang baik, masih terdapat balita yang menderita 3. Maharani, D. dan Yusiana, M.A., (2013),
diare (33%) Maka dari itu diperoleh kesimpulan Personal Hygiene Ibu yang Kurang
bahwa tidak ada hubungan yang signikan Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
antara personal hygiene dan sanitasi makanan Balita di Ruang Anak, Jurnal STIKES, Vol. 6,
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas No. 1, Hal. 119-128.
Umbulharjo I. Dalam hal ini, personal hygiene dan 4. Dinas Kesehatan Yogyakarta, (2013), Prol
sanitasi makanan hanya sebagai faktor resiko Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
terjadinya penyakit diare pada balita. tahun 2013, Yogyakarta.

5. Puskesmas Umbulharjo I, (2016), Laporan


2. Saran
Data penyakit diare tahun 2013-2016.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan personal hygiene dan sanitasi makanan 6. Notoatmodjo, S., (2014), Ilmu Perilaku
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Umbulharjo I Yogyakarta, peneliti menyarankan 7. Sukut, S.S., dkk., (2015), Faktor Kejadian
kepada petugas Promotor Kesehatan Puskesmas Diare pada Balita dengan Pendekatan Teori
Umbulharjo I Yogyakarta untuk lebih menggalakkan Nola J. Pender di IGD RSUD Ruteng, Jurnal
penyuluhan terkait faktor risiko penyakit diare pada Pediomaternal, Vol. 3 No.2, Hal. 230-249.
balita. Upaya penyuluhan hendaknya dilakukan

78
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864

8. Ferllando, H.T dan Asfawi, S., (2015), 14. Rosidy, D.P., (2015), Hubungan Sanitasi
Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Makanan dengan Kejadian Diare Pada Balita
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Mojokerto, Jurnal Kesehatan, Vol.
Mangkang, Jurnal Visikes, Vol. 14, No. 2 5, No. 2, Hal. 1-5.
September 2016, Hal. 131-138.
15. Mareta, D.T., A., Soa N., (2011), Pengemasan
9. Kementerian Kesehatan RI, 2014, Info DATIN Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik
: Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu
Indonesia, Jakarta : Kementerian Kesehatan Dingin, Jurnal Ilmu Pertanian : MEDIAGRO,
RI. Vol. 7, No. 1, Hal. 26-40.

10. Herlina, S., (2018), Model Pendekatan 16. Priyantika, D., dkk., (2017), Gambaran
Education of Mother Communitu (EMC) dalam Kontaminasi Salmonella sp pada Botol Susu
Pencegahan Diare pada Anak di Pekapuran dan Kejadian Diare pada Bayi dan Balita
Raya, Jurnal Kesehatan Islam, Vol. 7, No. 1, (Studi di Kelurahan Tandang Kecamatan
Hal. 11-24. Tembalang), Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), Vol. 5, No. 4, Oktober 2017, Hal.
11. Rachman, H.F., dkk., (2016), Faktor-faktor
316-321
yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di
Desa Solor Kecamatan Cermee Bondowoso, 17. Hannif, Mulyani NS, Kuscithawati S., 2011,
NurseLine Journal, Vol. 1, No. 1, Hal. 24-35. Faktor Risiko Diare Akut pada Balita, Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. 27, No. 1, Maret
12. Maidartati., Anggraeni, R.D., (2017), Faktor-
2011, Hal. 10-17
faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diare Pada Balita (Studi Kasus : Puskesmas 18. Graka D., Sabilu Y., Munandar S., (2017),
Babakansari), Jurnal Keperawatan BSI, Vol. Faktor Risiko Kurangnya Perilaku Hidup
V, No. 2, Hal. 110-120. Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga terhadap Kejadian Diare pada Balita di
13. Amaliyah, N., Gunawan, T.A., (2017),
Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota
Penyehatan Makanan dan Minuman – A,
Kendari Tahun 2017, JIMKESMAS: Jurnal
Yogyakarta : Deepublish
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
Vol. 2, No. 7, Agustus 2017, Hal. 1-10

79

You might also like