Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA BAITURRAHIM KOTA JAMBI

Reni Anggraini1, Devie Novallyan2, Nanang Nofriadi3


[email protected]

1
Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
23
Dosen Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

ABSTRACT
Thesis is discusses about the implementation model of learning cooperative type
make a match on the subjects of Natural Sciences (IPA) Integrated, especially in grade
VIIIA students of Baiturrahim Junior High School Jambi City. The purpose of this
research is to know the application of cooperative learning model type make a match can
help improve students' learning results in Natural Science lessons in grade VIII
Baiturrahim Junior High School Jambi City. This research uses Class Action Research
which consists of four stages in each cycle namely planning, action, observation and
reflection. As for the data on the increase in the percentage of learning completion: before
the implementation of learning research by applying the make a match (Pre cycle) model,
the number of students who achieved learning completion was the number of 8 students
(38.1%). Then after the percentage of learning completed in cycle I learning increased to
15 students (71.4%), cycle II increased to 20 students (95,23%). From these results can be
concluded that the application of cooperative models of make a match type can improve
students' learning outcomes in human digestive system materials and gastrointestinal
tract.

Keywords: Make A Match Learning Model, Learning Results.

ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu, khususnya
pada siswa kelas VIIIA Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota Jambi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota Jambi.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat
tahapan dalam setiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun data peningkatan persentase ketuntasan belajar yakni: sebelum pelaksanaan
penelitian pembelajaran dengan menerapkan model make a match (Pra siklus), jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah jumlah 8 siswa (38,1%). Kemudian
setelah dilaksanakan presentase ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus I meningkat
menjadi 15 siswa (71,4%), siklus II meningkat menjadi 20 siswa (95,23%). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe make a match dapat

1
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan manusia dan saluran
pencernaan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Make A Match, Hasil Belajar .


PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Tampubolon, 2014, hal. 4).
Pendidikan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sekolah,
dimana sekolah merupakan wadah untuk melaksana kan proses pendidikan. Di
sekolah sendiri juga memberikan tingkatan-tingkatan kelas. Tingkatan-tingkatan
kelas didasarkan pada tahap perkembangan siswa. Perkembangan ini dapat dilihat
dari setiap aspek yang dimiliki oleh siswa tersebut, yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini aspek kognitif menekankan pada
pengetahuan siswa, afektif berkaitan dengan sikap siswa baik dalam mengikuti
pelajaran maupun keadaan siswa di lingkungan sekolah dan aspek psikomotorik
menekankan pada keterampilan dan kemampuan bertindak pada masing-masing
siswa (Suprijono, 2009, hal, 6-7).
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi kepada pembelajaran yang dilakukan
oleh guru untuk membangun minat belajar siswa (Slameto, 2014, hal, 1).
Pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik
(Rusman, 2013, hal 252). Lingkungan yang dimaksud bukan hanya tempat
pembelajaran, namun juga metode, media, dan peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi. Sehingga, kondisi belajar yang optimal sangatlah
menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran. Salah satu cara yang perlu
dilakukan guru untuk menciptakan kodisi yang optimal tersebut adalah dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran.

2
Dalam suatu pemilihan model pembelajaran adalah suatu alternatif yang
diambil oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, guna tercapainya tujuan
pembelajaran yang sejalan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Terpadu akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam Terpadu tidaklah membosankan. Akan ada banyak metode,
strategi, pendekatan maupun model pembelajaran menyenangkan yang dapat
diterapkan untuk mendorong siswa aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Terpadu. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen (Rusman, 2013 hal. 202).
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang
lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam menerapkan ide-ide mereka (Rusman, 2013, hal. 201).
Berdasarkan temuan awal yang dilakukan peneliti di dalam kelas dan
Tanya jawab dengan guru Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu di Sekolah Menengah
Pertama Baiturrahim Kota Jambi, diperoleh gambaran bahwa: (1) Siswa kurang
memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pelajaran, (2) Interaksi siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa yang terjadi pada saat proses pembelajaran
masih kurang, (3) Siswa lebih banyak bermain dan keluar kelas saat proses
pembelajaran berlangsung, (4) Model pembelajaran tipe Make A Match belum
pernah diterapkan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu sehingga proses
pembelajaran masih berpusat pada guru (Observasi penelitian, 15 Oktober 2019).
Pada kondisi awal sebelum penelitian, pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilakukan guru masih memakai model konvensional yang proses
3
pembelajarannya masih didominasi oleh guru, contoh metode yang diterapkan
yaitu ceramah sehingga banyak siswa yang terlihat tidak memperhatikan
penjelasan guru karena sangat jarang sekali adanya keterlibatan siswa secara
langsung pada saat pembelajaran, sehingga anak menjadi pasif dan merasa jenuh.
Kondisi ini menunjukkan, pada kenyataannya guru hanya melakukan kegiatan
belajar mengajar di kelas hanya mentransformasi ilmu pengetahuan dan siswa
tinggal menerima.
Padahal dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu guru bisa
melibatkan siswa secara maksimal, sehingga siswa tidak hanya dijadikan objek
belajar, tetapi bisa dijadikan sebagai subjek belajar yaitu dengan cara menggali
pengetahuan siswa. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dikarenakan
penggunaan model yang kurang tepat sehingga siswa sulit memahami materi yang
disampaikan guru. Selanjutnya, informasi yang diperoleh bahwa hasil belajar
siswa khususnya kelas VIIIA bervariasi, yakni sangat tinggi, sedang, cukup
bahkan terdapat siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas. Dengan
nilai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) sebesar 75,
Tingkat Pencapaian Nilai Ulangan Harian Berdasarkan Nilai KKM Pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama Baiturrahim Kota Jambi kelas VIII A dengan jumlah 21 orang, siswa
tuntas sebanyak 6 orang (28%), yang tidak tuntas 11 orang (55%) sedangkan kelas
VIII.B dengan jumlah 20 orang, siswa yang tuntas 9 orang (45%), siswa yang
tidak tuntas 15 orang (71%)
Dari data di atas menunjukkan perolehan nilai ulangan harian secara
keseluruhan masih kurang baik. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara
dengan guru yang mengajar menyatakan tidak semua siswa memperoleh nilai
baik,
Mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut, peneliti akan
mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Baiturrahim Kota Jambi dalam mempelajari materi sistem pencernaan pada
manusia.
4
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama
kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan
berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan menggunakan kartu sehingga
dapat melatih rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menggunakan kelompok kecil
dimana di dalam kelompok tersebut hanya terdiri dari dua orang siswa, yaitu yang
memegang kartu pertanyaan dan kartu jawaban sehingga siswa tidak bisa hanya
mengandalkan kepada temannya yang pintar, karena dia harus mencari pasangan
dari kartunya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat diterapkan
pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu karena selain
mengajak siswa untuk dapat berpikir cepat, tipe pembelajaran ini juga mengajak
siswa untuk melakukan aktivitas fisik ketika mencari pasangan, sehingga siswa
merasa senang dengan permainan yang dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “PENERAPAN Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Smp
Baiturrahim Kota Jambi”.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, secara
sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah
atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas tersebut (Paizaluddin, 2012, hal.
7).
Penelitian tindakan kelas atau PTK (Clasroom Action Research)
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam Penelitian
5
Tindakan Kelas (PTK) (guru) mencoba dengan sadar megembangkan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran
dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan
masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pengamatannya untuk mengukur tingkat-tingkat keberhasilannya (Kunandar,
2010, hal. 41).
Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah mengubah
perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik dikelas, peningkatan atau
perbaikan praktik pembelajaran, dan mengubah kerangka kerja melaksanakan
pembelajaran kelas yang diajarkan oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan
layanan professional guru dalam menangani proses pembelajran
(Paizaluddin,2012, hal. 20-21).
Pelaksanaan penelitian tindakan ini mencakup empat langkah, yakni:
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun penjelasan untuk masing-
masing tahapan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah menyusun rancangan tindakan, seperti perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum diantaranya menyiapkan
keseluruhan aspek yang terkait dengan penelitian tindakan kelas.
2. Pelaksanaan merupakan Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan
dengan setting tindakan yang ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
3. Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator (guru
bidang studi biologi dan rekan sejawat) yang telah diberi tugas dalam hal
observasi. Dan yang perlu diingat tahap pengamatan ini dilakukan pada saat
melakukan tindakan mengenai apa yang terjadi didalam kelas untuk
melakukan pecatatan sesuai dengan lembar observasi yang telah disediakan.
4. Refleksi merupakan upaya evaluasi yang digunakan oleh para kolabolator
(guru bidang studi biologi dan rekan sejawat) atau partisipan lain yang terkait
dalam penelitian tindakan kelas tersebut dan tahap kegiatan bertujuan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan kelas berlangsung dan selanjutnya ditentukan penyusunan laporan.
6
Menurut Kurt Lewin secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Empat tahapan pada masing-masing siklus dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, tes, observasi dan


dokumentasi.
Teknik analisis data:
F
P= x 100%
N
Keterangan:
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah frekuensi/banyak individu
100%: Bilangan tetap

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi awal hasil belajar siswa kelas VIII.A mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim
Kota Jambi masih sangat rendah dari jumlah siswa yang berhasil hanya 8 orang
atau 38,1,% dari jumlah keseluruhan 21 orang, sedangkan jumlah siswa yang
belum berhasil 13 orang atau 61,9% dari jumlah keseluruhan. Selain itu nilai rata-
rata yang diperoleh siswa juga masih rendah yaitu 58,24%. Hal ini membuat
peneliti mulai melakukan penelitian tindakan kelas guna untuk memperbaiki
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu

7
Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu Kelas VIII.A dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan II
hasil belajar siswa kelas VIIIA Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota
Jambi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
mengalami peningkatan dan pada siklus II siswa mencapai kriteria ketuntasan
penelitian 80% sebanyak 20 orang siswa atau 95,23%. Hal ini ditunjukkan oleh
data yang diperoleh dari observasi dan hasil tes yang dilakukan oleh siswa.
peningkatan hasil penelitian pada masing-masing siklus dengan kriteria
ketuntasan keberhasilan yang telah ditetapkan, hal ini dapat ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel.4.9 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan II
Jumlah
No Variabel Yang Diamati
Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 68 82
2 Banyak siswa yang telah berhasil dalam pembelajaran 15 19
3 Banyak siswa yang belum berhasil dalam pembelajaran 13 2
persentase siswa yang telah berhasil dalam
4 71,4% 90,5%
pembelajaran
persentase siswa yang belum berhasil dalam
5 28,6% 9,5%
pembelajaran
Dari hasil penelitian pada tabel terdapat perubahan nilai rata-rata dari
siklus I dan Siklus II, hal ini disebabkan karena perubahan pada tindakan masing-
masing siklus berbeda. Tindakan siklus II merupakan perbaikan dari siklus
sebelumnya. Dari tabel tersebut terlihat hasil belajar setiap siklusnya makin
meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 68, dan siklus II mencapai 82 dari
jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran. Dengan demikian ada
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) di SMP Baiturrahim Kota Jambi Kelas VIII A dari siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan maka hasil penelitian
ini mengungkapkan bahwa siswa yang semula memiliki hasil nilai belajar Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu yang berada pada kategori rendah dapat
ditingkatkan dengan pembelajaran melalui penerapan model make a match. Nilai

8
rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan sebesar 68 pada siklus I
dan 82,3 pada siklus II. Berdsarkan hasil tersebut pula hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu siswa meningkat dimana pada siklus I siswa
yang berada dalam kategori tuntas hanya 71,40% dan yang tidak tuntas 28,60%.
Sedangkan pada siklus II siswa yang dalam kategori tuntas mencapai 95,23% dan
yang tidak tuntas 4,8%.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap
positif dalam materi pembelajaran. Para siswa secara individu membangun
kepercayaan diri sendiri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang diberikan sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa
cemas terhadap suatu materi pelajaran. Pada dasarnya, pembelajaran kelompok ini
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku kerja sama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Inti pembelajaran
kooperatif ini adalah konsep synergy, yakni energy atau tenaga yang terhimpun
melalui kerja sama sebagai salah satu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini melatih peserta didik untuk
bekerja sama dalam belajar seperti halnya anggota masyarakat (Wina Sanjaya,
2012, hal. 244-246).
Pembelajaran melalui penerapan model make a match dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Pada saat guru membagi siswa
dalam kelompok, guru menjelaskan bahwa semua teman yang ada didalam kelas
adalah sama, sehingga siswa tidak membeda-bedakan antar teman. Hal ini
sependapat dengan Rusman (2017, hal. 30) kelompok belajar dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan heterogen, dan jika dimungkinkan tiap-tiap anggota
kelompok dibentuk berasal dari suku, ras, agama, budaya, dan jenis kelamin yang
berbeda-beda.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
diigunakan sebagai alternative model pembelajaran yang dapat meningkatkan
minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas serta juga memiliki
dampak positif terhadap kemajuan hasil belajar siswa. Dikarenakan, pada model
9
pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa diajak untuk mencari pasangan
kartu sambil belajar mengenai suatu topic dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Sehingga siswa menjadi termotivasi untuk tetap aktif menemukan
pasangan kartu dan siswa akan memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Hal
ini senada dengan pendapat Shoimin (2014, hal. 98) bahwa make a match ialah
model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa untuk bergerak aktif
menemukan pasangan kartu yang sesuai dengan pertanyaan atau jawaban dalam
kartu tersebut.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa mengenai pertanyaan maupunjawaban yang
diberikan guru. Siswa menjadi tertarik untuk mendalami materi yang diberikan
agar dapat menyelesaikan persoalan yang dikemas dalam bentuk permainan secara
berkelompok. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match sangat tepat untuk mengatasi
permasalahan siswa khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi ajar yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu siswa
kelas VIIIA Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota Jambi sedah berhasil.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya
yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match di Sekolah Menengah Pertama
Baiturrahim Kota Jambi pada materi sistem pencernaan manusia dan saluran
pencernaan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat pada
siklus I dan siklus II. Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match (pra- siklus), jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar adalah 8 siswa (38,1%). Kemudian setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar pada
10
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 15 siswa (71,4%) dan siklus II
meningkat menjadi 20 siswa (95,23%). Meningkatnya hasil belajar siswa
dikarenakan model pembelajaran make a match menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran make a match
memberikan situasi belajar siswa yang lebih hidup, bersemangat, partisipasi kelas
menyeluruh dan penguasaan materi terhadap siswa lebih cepat karena pada saat
pembelajaran siswa dituntut untuk memahami materi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Faturrohman, Muhammad. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-Faktor Belajar Yang Mempengaruhi.
Jakarta: Persada.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. (2016). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tampubolon, Saur. (2014) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga
11
Tim Penyusun. (2016). Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi. UIN Sultan Thaha
Syaifuddin.
Fatimah, Iis Daniati. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Make A Match
Dengan Media Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Motivasi Dan
Hasil Belajar Siswa. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mikran, dkk. (2012). Penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1
Tomini Pada Konsep Gerak. Program Studi Pendidikan Fisika. Sulawesi
Tengah : Universitas Negeri Malang.
Nisroha, dkk. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya.
Viviani Diah Riyantika. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Dalam Miningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas
X.3 SMA Pangudi Luhur Pada Materi Protista Tahun Pelajaran
2016/2017.
Wandy. (2017). Metode Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Menegah Pertama. Guru SMP
Negeri 3 : Tapung.
Wiwik Sulisti. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas II MI Ma’arif Sumbeng
Borobudur Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014.

12

You might also like