Problematika Pengembangan Kurikulum Di Lembaga Pendidikan Islam: Tinjauan Epistimologi
Problematika Pengembangan Kurikulum Di Lembaga Pendidikan Islam: Tinjauan Epistimologi
Abstract: This research attempts to describe the problems of Islamic religious education
curriculum in Indonesia. There are many problems of the curriculum of Islamic religious
education in Indonesia such as the duration of learning, textbooks, conformism curriculum
and human resources, change of curriculum, curriculum design, pendektean/ learning
methods, facilities and infrastructure, the absence of a draft formal assessment of affective from
the government, the assessment tool affective difficult to develop.The methods used in this
research is using descriptive analysis method. While the analysis of the data used by the
author is using content analysis that describes the contents of the text of some of the sources
are accurate. From the analysis of the data that has been concluded by the authors showed
that many of the problems of Islamic religious education curriculum in Indonesia.
problematics of Islamic religious education curriculum in Indonesia should be evaluated, with
evaluation of the problems of Islamic religious education curriculum in Indonesia is expected
that there will be a revamping of the curriculum so that the education system in Indonesia
mainly Islamic religious education can be done well.
Pendahuluan
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk
membentukpribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia baikyang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan
hubunganyang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah. Pendidikan dan
pembelajaran menjadi perhatianserius seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman. Maka pendidikan dan pembelajaran harus diarahkan
kepada pencapaian tujuan pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together1.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam diperlukan
perencanaanpendidikan yang meliputi; (1) kelembagaan, (2) Kurikulum, (3)
Manajemen,(4) Pendidik, (5) Peserta didik, (6) alat, sarana, dan fasilitas, (7)
kebijakanpemerintah.
Pendidikan dan kurikulum adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, ini
karena kurikulum dengan pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lain. Ini
sejalan dengan para pakar pendidikan yang menyatakan bahwa fungsi utama
sekolah adalah pembinaan dan pengembangan semua potensi individu,
terutama pengembangan potensi fisik, intelektual, dan moral setiap peserta
didik. Maka sekolah harus berfungsi sebagai tempat pendidikan formal untuk
mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai sumber daya manusia2.
Kurikulum, dalam proses pendidikan merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Karena berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi
3
lulusansuatu lembaga pendidikan. Sebagai alat yang penting untuk
mencapaitujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman
dankemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya teknologi.
Menurut Hasan baharun dalam jurnalnya menyebutkan
“The curriculum in the process of Teaching and Learning Activities of
Islamic Education is designed and developed in its application by
following the principles of learning and learning motivation of Islamic
Education. On thatbasis, the development of learning Islamic
Education by providing opportunities and encouragement to all
learners to use its potential in finding and building the meaning or
values of Islamic teachings. In addition to some of the above, it is also
important to build awareness that the tasks and responsibilities of
learning are in the participants.”4
Pembahasan
A. Kurikulum Pendidikan Islam: Tinjauan Konseptual
Kurikulum merupakan kumpulan dari sejumlah mata pelajaran yang
harus disampaikan.oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pandangan ini
menekankan gagasan kurikulum dalam hal konten. Dalam pandangan yang
muncul kemudian, penekanannya terletak dalam pengalaman belajar. Dengan
titiktekan tersebut, kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang
disajikan kepada para siswa dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah8.
Ada beberapa ahli teori kurikulum yang menyatakan bahwa kurikulum
tidak hanya mencakup semua kegiatan yang direncanakan tetapi juga peristiwa
yang terjadi di dalam pengawasan lembaga, sehingga selain kegiatan kurikuler
formal serta kegiatan kurikuler informal. aktivitas kurikuler formal ini sering
disebut ko-kurikuler dan ekstra kurikuler9.
Pendidikan Islam diakui dalam pola pendidikan yang terbagi menjadi
tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam dijadikan sebagai institusi mengakui
keberadaan institusi pendidikan Islam eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam
sebagai subjek mengakui pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang
harus diberikan di tingkat dasar perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam
sebagai suatu nilai adalah penemuan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan.
Meskipun begitu, pendidikan Islam tidak kebal dari masalah yang muncul di era
global ini.10
Jadi, kurikulum pendidikan Islam adalah rancangan pendidikan dan
pembelajaran pendidikan islam yang diberikan kepada peserta didik agar dapat
menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan memiliki keterampilan dalam
hidup harus dijiwai oleh ajaran islam dan nilai Islam yang bersumber dari Al
Qur’an dan As Sunnah sehingga menjadi pribadi yang sempurna.
2013).hlm.120
13Daulay.53
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan), RaSAIL Media Group
(semarang, 2008).97
secara kritis membaca realitas kelas, dan siap untuk mengkritiknya 15 .Berawal
dari kondisi ideal ini, kami menyadari, sampai sekarang banyak siswa masih
suka diajar dengan metode konservatif, seperti ceramah, didiktekan, karena
lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berpikir.
c. Profesionalitas dan kualitas SDM.
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang
masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dant enaga
kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan
profesionalisme masih belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga
kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch, sehingga
mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan
pendidikan yang benar-benar kualitatif. guru kurang berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum karena beberapa hal, yaitu kurangnya waktu,
kurangnya kesesuaian pendapat, baik dengan sesama guru dan kepala sekolah
& administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri16
d. Biaya Pendidikan.
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan
tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung
jawab atas persoalan ini. untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk
kegiatan eksperimen baik metode isi atau sistem secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit 17 . Terkait dengan amanat
konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
memerintahkananegara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan
APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi.
Bahkan, pemerintahamengalokasikan anggaranapendidikan genap 20% hingga
tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam anggaran strategis pendidikan.
2. Faktor Eksternal Problematika Pengembangan Kurikulum
15 Abdul Wahid, Isu Isu Kontenporer Pendidikan Islam (semarang: Refika Aditarma,
2009).hlm.94
16 Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek, Remaja
d. Memorisasi.
Rahman memberi gambaran bahwa, penurunan bertahap standar
akademik yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada realita
bahwa, karena ada sangat sedikit buku yang tercantum dalam kurikulum, waktu
yang dibutuhkan untuk belajar juga terlalu singkat bagi siswa untuk dapat
menguasai materi yang seringkali sulit dipahami, tentang aspek tinggi ilmu
agama pada usia yang relatif muda dan belum dewasa.
Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi
tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutanIni pada gilirannya
membuat belajar lebih bersifat tekstual daripada memahami subjek yang
dimaksud. Ini menimbulkan keinginan untuk belajar dengan pola menghafal
daripada pemahaman yang sebenarnya. Fakta menunjukkan bahwa abad
pertengahan terakhir hanya memberikan sejumlah besar karya komentar dan
pada dasarnya bukan karya asli.
e. Certificate Oriented.
Pola yang dikembangkan pada masa awal Islam, yaitu thalab al'ilm,
telah mempersembahkan antusiasme di kalangan umat Islam untuk terus
menuntut ilmu, menempuh perjalanan jauh, penuh tantangan, untuk
memperoleh keshohihan sebuah hadits, menemukan guru di berbagai
tempat20.memberi tanda bahwa ciri-ciri cendekiawan Muslim pada masa awal
dalam menuntut ilmu adalah knowledge oriented.
Jadi tidak mengherankan bahwa pada masa tersebut banyak tokoh besar
lahir yang mempersembahkan banyak kontribusi berharga, sarjana ensiklopedis,
karya-karya besar sepanjang masa. Sementara itu, jika dibandingkan dengan
sistem yang ada dalam mencari pengetahuan, ada kecenderungan untuk
bergeser dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata..
Menuntut ilmu pengetahuan hanyalah sebuah proses untuk memperoleh
sertifikat atau diploma, sementara semangat dan kualitas ilmu menempati
prioritas berikutnya.
2014).hlm.174
Kesimpulan
Pendidikan islam adalah usaha sadar manusia yang dilakukan pendidik
kepada anak didik untuk menumbuh kembangkan potensi anak didik baik
jasmani atupun rohani dengan tujuan menjadi manusia yang mandiri dan dapat
berkarya di masyarakat. Untuk melaksanakan hal tersebut, pendidikan islam
diperlukan perencanaan dengan penyusunan kurikulum, sebab kurikulum iyalah
alat utama untuk mencapai targer dari pendidikan sendiri.
Kurikulum memuat tentang isi, tujuan metode, dan alat utama sebagai
evaluasi, kurikulum pendidikan islam mengandung makna suatu rangkayan
program yang mengarahkan kegiatan belajar yang terencana dan sistematis dan
tentunya memiliki tujuan yang jelas.
Banyaknya degradasi moral yang ada pada saat ini dikarenakan gagalnya
pendidikan islam untuk mentransfer nilai nilai keislaman itu sendiri, dari yang
terjadi di berbagai lembaga pendidikan islam sendiri adalah banyaknya teori dan
minimnya keterampilan sehingga ini menjadi faktor utama problem
mengembangkan kurikulum.
Daftar Rujukan
Akmal Mundiri, ‘Inovasi Pengembangan Kurikulum PAI di SMP Nurul Jadid’,
Tadrib, 4 (2018), 41–68
Baharun, Hasan, ‘CURRICULUM DEVELOPMENT’, Cendekia, 16 (2018),
41–62
Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum .( Jakarta: Rineka Cipta., 2014)
Daulay, Haidar P (Jakarta, 2009)
Djunaidi, Iwan, Pelaksanaan KTSP Pada MTs Di Kalimantan dan Jawa Timur, Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama (Semarang, 2010)
Hasan baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajara PAI Berbasis Ligkungan’,
Cendekia, 14 (2016), 46–76
Hujair, Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat Madani
Indonesia, Safrina Insania (jogjakarta, 2003)
Mustofa, A., ‘Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Pesantren,
Madrasah Dan Sekolah.’, UMM Press, 2012
Nugraha, M. T., ‘Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam