Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA PASAR ATAS DAN PASAR

BAWAH KOTA BUKITTINGGI


Oleh :
Dian Azhari
Email : [email protected]
Pembimbing : Dr. H. Zaili Rusli SD, M.Si

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

City of Bukittinggi is one of the cities that were targeted urban people to create jobs in
the informal street vendors (PKL). Street vendors who sell in locations forbidden lead the
market becomes well ordered. The problem in this research is how the arrangement of
street vendors by the Market Management Department in coordination with municipal
police in the market above and below market Bukittinggi and the factors that influence
the arrangement of street vendors in the market up and down markets such Bukittinggi.

The purpose of this study was to find out how the arrangement of street
vendors by the Market Management Department in coordination with municipal police in
Upper and Lower Market Markets Bukittinggi and to determine the factors that influence
the arrangement by the Department of Market Management in Bukittinggi

The concept used is the management theory, proposed by George R. Terry who
see management policies based on four criteria, namely: planning, organizing, actuating,
and controlling. The purpose of this study was to review the structuring of street vendors
in the Market Up and Down Markets Bukittinggi, as well as any factors that influence it.
This study uses a qualitative assessment of descriptive data. In the data collection
researchers use interviewing techniques, observation and documentation using snowball
sampling method as sources of information and data analysis with triangulation
techniques.

The results show that the arrangement of street vendors in the city of
Bukittinggi is still not running well, but in application implementation has begun to
appear visible, but nonetheless it still took the development of the parties concerned how
should this arrangement could go better, in order to attain a uncomfortable for the
visitors in the Upper and Lower Market Markets Bukittinggi. But in this case, we
recommend that the government should provide special land and special time for vendors
in both the Upper and Lower Market Markets Bukittinggi, so it is expected to be efforts in
achieving the desire of all parties.

Keywords: Planning, organizing, actuating, controlling, regulation, Street vendors

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 1


PENDAHULUAN daerah yang berasal dari masyarakat
dan juga, sebagai penyumbang
Pedagang Kaki Lima (PKL) pendapatan asli daerah adalah sektor
menjadi sektor informal yang informal. Meskipun menjadi sektor
termasuk kedalam golongan usaha yang kurang tersentuh oleh
kecil. Usaha kecil dalam penjelasan kebijakan, sektor informal adalah
UU No.9 Tahun 1995 adalah penggerak perekonomian mikro dari
kegiatan usaha yang mampu masyarakat yang mampu membuka
memperluas lapangan kerja dan lapangan pekerjaan.
memberikan pelayanan ekonomi Pedagang kaki lima adalah
yang luas pada masyarakat, dapat pedagang yang menjalankan kegiatan
berperan dalam proses pemerataan usaha dagang dan jasa non formal
dan peningkatan pendapatan dalam jangka waktu tertentu dengan
masyarakat serta mendorong mempergunakan fasilitas umum yang
pertumbuhan ekonomi dan berperan ditentukan oleh pemerintah daerah
serta dalam mewujudkan stabilitas sebagai tempat usahanya, baik
nasional pada umumnya dan dengan menggunakan sarana atau
stabilitas ekonomi pada khususnya. perlengkapan yang mudah
Tidak dapat dipungkiri, dipindahkan atau dibongkar pasang.
bahwa PKL menjadi permasalahan Dengan kata lain pedagang kaki lima
bagi kota±kota yang sedang dapat berjualan pada lokasi yang
berkembang, khususnya kota-kota telah diperuntukan oleh pemerintah
besar. Urbanisasi yang terjadi daerah. Semakin banyak dan
membuat jumlah para PKL tidak menjamurnya pedagang kaki lima
dapat dihindari. Untuk menjadi PKL yang berjualan di lokasi yang
tidak membutuhkan pendidikan dilarang, akan berdampak pada
tinggi, dan juga tidak membutuhkan kesemrawutan dan ketidaknyamanan,
modal besar, namun bisa hal ini jelas sangat mengganggu dan
menghasilkan pendapatan yang perlu dilakukan penertiban.
melebihi sektor formal. Oleh sebab Dalam perkembangannya,
itu, banyak PKL yang memanfaatkan pedagang kaki lima yang sering kali
badan jalan sebagai lokasi usaha muncul di kota-kota berkembang
mereka. Maraknya jumlah PKL diIndonesia, menimbulkan banyak
yang terus bertambah berakibat pada permasalahan-permasalahan terkait
terciptanya kemacetan dan ketertiban dan gangguan keamanan.
kesemrawutan kota. Ini dikarenakan Pedagang kaki lima kebanyakan
PKL yang berusaha di lokasi yang berjualan di trotoar jalan, taman-
sebenarnya tidak mendapat izin dari taman kota, jembatan
pemerintah sehingga terkadang penyeberangan, bahkan badan jalan
mengganggu fasilitas publik. pun dijadikan sebagai tempat mereka
Pemerintah harus mampu berjualan. Hal ini tentu menimbulkan
melihat sektor yang memiliki kesan kumuh, liar dan dapat merusak
peluang-peluang untuk membantu keindahan tatanan kota.
tumbuh kembangnya perekonomian Berbagai upaya dalam
daerah. Salah satu pihak yang melakukan penataan serta
merupakan penggerak perekonomian menertibkan pedagang kaki lima

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 2


untuk berjualan dilokasi yang telah pasar induk : Pasar Atas, Pasar
ditentukan agar keberadaannya dapat Bawah, Pasar Simpang Aur, Pasar
dikelola dan diberdayakan serta tidak Banto, menjadikan Bukittinggi
mematikan usahanya. Dengan sebagai sentral perdagangan, yang
adanya peraturan daerah ini kita bukan hanya berskala daerah tetapi
dapat mengatur tempat usaha yang juga skala regional. Penataan PKL
meliputi pemberian lokasi di pasar, adalah upaya yang dilakukan oleh
ruangan pertokoan, serta lokasi lain pemerintah daerah melalui penetapan
yang wajar untuk berusaha dan dapat lokasi binaan untuk melakukan
memberikan nilai tambah dan penetapan, pemindahan, penertiban
manfaat bagi pertumbuhan dan penghapusan lokasi PKL dengan
perokonomian terutama pedagang memperhatikan kepentingan umum,
sektor informal serta melakukan sosial, estetika, kesehatan, ekonomi,
penataan PKL baik jenis keamanan, ketertiban, dan
dagangannya, ukuran dan sarana kebersihan lingkungan sesuai dengan
yang digunakan maupun waktu peraturan perundang-undangan.
usaha, di lain pihak keamanan dan Untuk itu Dinas Pengelolaan
ketertiban serta kebersihan Pasar kota Bukittinggi sebagai salah
lingkungan dengan sendirinya akan satu SKPD yang bertanggung jawab
terwujud. Kota Bukittinggi yang dalam pengelolaan pasar
memiliki luas 25, 24 km2 dan merumuskan peraturan daerah yang
berpredikat sebagai salah satu kota telah disetujui oleh pemerintah
wisata harus mampu menjaga daerah kota Bukittinggi yaitu
citranya sebagai kota yang bersih dan peraturan daerah kota Bukittinggi
ramah sehingga para pengunjung nomor 8 tahun 2014 tentang
yang datang ke Kota Bukittinggi penataan dan pemberdayaan
merasa nyaman. pedagang kaki lima kota Bukittinggi.
Sektor perdagangan Dengan adanya Perda ini diharapkan
merupakan salah satu potensi mampu menjadi pedoman dalam
unggulan Kota Bukittinggi. Dari menata pedagang kaki lima yang
sejarah Kota Bukittinggi, dimulai berjualan di pasar atas dan pasar
dengan didirikannya Pasar Atas bawah Kota Bukittinggi agar
tahun 1858 yang dimaksudkan berjualan sesuai tata kelola ruang
sebagai tempat transaksi bagi pasar yang telah dirancang
masyarakatnya. Lokasi inilah yang sebagaimana mestinya. Dengan
berkembang dan diperluas menjadi pedagang kaki lima yang terkelola
pusat kegiatan masyarakat Kota dengan baik akan memberikan
Bukittinggi. Dengan demikian sejak kenyamanan kepada pengunjung
awal pasar atas Kota Bukittinggi pasar maupun wisatawan,
dimaksudkan untuk lokasi transaksi melancarkan lalu lintas, dan
perdagangan. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Fungsi sebagai kota kota Bukittinggi melalui pendapatan
perdagangan dan jasa sudah melekat asli daerah (PAD) yang didapatkan
pada Kota Bukittinggi yang melalui retribusi.
berkembang pesat dewasa ini,
apalagi didukung dengan 4 pusat

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 3


Meskipun sudah faktor kebersihan di pusat kota
dikeluarkannya peraturan daerah tersebut. Dalam
kota Bukittinggi nomor 8 tahun 2014 perkembangannya, PKL
tentang penataan dan pemberdayaan menghadapkan pemerintah kota pada
pedagang kaki lima di kota posisi yang dilematis. Disatu sisi
Bukittinggi, masih banyak terdapat keberadaannya dapat menciptakan
pedagang kaki lima yang berjualan lapangan kerja serta sebagai
secara tidak beraturan, hal ini penyumbang bagi pendapatan di
dikarenakan kurangnya kesadaran Kota Bukittinggi, sedangkan dilain
pedagang kaki lima untuk berjualan pihak keberadaan PKL yang tidak
secara teratur yang mampu diperhitungkan dalam perencanaan
memberikan kenyamanan dan juga tata ruang telah menjadi beban bagi
pihak pengelolaan pasar yang masih kota Bukittinggi.
kurang tegas dalam menyikapi Dari wawancara yang
pedagang kaki lima yang masih dilakukan peneliti dengan salah satu
melanggar perda tersebut, hal ini bisa staf yang mengelola retribusi, jumlah
dilihat dari tidak adanya sanksi yang pedagang kaki lima setiap harinya
tegas bagi pedagang kaki lima yang diketahui dengan membagi jumlah
melanggar. Hal inilah yang menjadi retribusi yang terkumpul pada satu
kendala tidak efektifnya substansi blok, kemudian dibagi dengan tarif
perda dalam penataan pedang kaki retribusi yang ditetapkan oleh
lima. pemerintah yaitu sebesar Rp 1.500.
Dari hasil pembagian tersebut
Satpol PP yang berperan didapatkan data jumlah pedagang
sebagai petugas penertiban, telah kaki lima setiap harinya yang jika
menjadikan kegiatan rutin yang dirata-ratakan yaitu sebanyak 500
sudah diagendakan guna penertiban orang pada hari pasar yaitu hari rabu
PKL setiap hari. Kegiatan rutin dan sabtu, dan 300 orang pada hari
penertiban PKL dilakukan dengan biasanya. Berdasarkan data yang
cara patroli menggunakan dua unit ditemukan oleh peneliti di lapangan,
truk milik Satpol PP. Dalam patroli dapat disimpulkan bahwa jumlah
setiap ditemukan pelanggaran pedagang kaki lima tidak bisa
langsung ditindak. ditentukan dikarenakan keberadaan
pedagang kaki lima di pasar atas
Faktanya, Jalan Lereng yang
maupun pasar bawah Kota
dulunya menjadi pejalan kaki,
Bukittinggi berfluktuasi setiap
sekarang malah menjadi pasar
harinya. Dahulu, Dinas Pengelolaan
tempat para PKL menjajakan
Pasar pernah mendata pedagang kaki
dagangannya sehingga kondisi jalan
lima yang berjualan di sekitar pasar
lerengtidak memiliki ruang untuk
atas dan pasar bawah dengan
pejalan kaki. Sedangkan di pasar atas
memberikan kartu tanda pengenal
Kota Bukittinggi, fenomena ini dapat
pedagang kaki lima, namun
dilihat dari banyaknya PKL yang
keberadaan kartu itu sering
berjualan di pelataran landmark kota
disalahgunakan oleh pedagang kaki
%XNLWWLQJJL \DLWX ³-$0 *$'$1*´
lima seperti sering berganti
hal ini menyebabkan para wisatawan
merasa kurang nyaman dikarenakan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 4


kepemilikan, pada akhirnya Kesadaran PKL akan adanya
kebijakan itu pun dihapuskan. perda nomor 8 tahun 2014 tentang
Namun masalah utama penataan dan pemberdayaan
pengembangan sektor perdagangan pedagang kaki lima, sebab
ini yaitu belum tertatanya dengan ketidakefektifan perda, peran dinas
baik lokasi-lokasi usaha bagi dalam pengaplikasian perda dan
pedagang kecil dan pedagang kaki tanggapan pedagang kaki lima
lima. Keberadaan pedagang kaki terhadap kebijakan penataan yang
lima (PKL) di Pasar Bawah dan dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Pasar Atas kota Bukittinggi telah Bukittinggi.
menyebabkan kemacetan lalu lintas
dan kesemrawutan kota. Semenjak Sehubungan dengan
tahun 2015, Pemerintah Kota fenomena diatas maka penulis
Bukittinggi memberlakukan tertarik untuk mengambil judul
Peraturan Daerah Kota Bukittinggi penelitian tentang ³3HQDWDDQ
Nomor 03 tahun 2015 tentang Pedagang Kaki Lima Pada Pasar
Keamanan dan Ketertiban Umum. Atas Dan Pasar Bawah Kota
Namun tidak dapat dihindari %XNLWWLQJJL´
kesemrawutan menjadi hal yang
harus mendapat perhatian dari
B. Perumusan Masalah
pemerintah kota. Banyaknya PKL
Berdasarkan uraian diatas,
yang berjualan di pelataran objek
bahwasanya peran pemerintah sangat
wisata di Bukittinggi serta penataan
penting bagi penataan PKL di Kota
pasar yang masih buruk
Bukittinggi. Maka dari itu penulis
menyebabkan kota menjadi tidak
merumuskan masalah penelitian
bersih.
yaitu :
Urgensi dari penelitian ini
1. Bagaimanakah penataan
yaitu peneliti ingin memberikan
tempat PKL di Kota
gambaran keadaan pasar atas dan
Bukittinggi (Studi kasus di
pasar bawah kota Bukittnggi yang
Pasar Atas dan Pasar
masih berisikan pedagang kaki lima
Bawah)?
yang berserakan dan juga
2. Faktor ± faktor apa saja yang
memaparkan substansi dari peraturan
mempengaruhi penataan PKL
daerah kota Bukittinggi nomor 8
di Pasar Atas dan Pasar
tahun 2014 tentang penataan dan
Bawah di Kota Bukittinggi?
pemberdayaan pedagang kaki lima.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memberikan gambaran kedua
1. Tujuan Penelitian
hal tersebut, peneliti ingin meneliti
Adapun tujuan penelitian ini
penyebab ketidakefektifan
adalah :
pengaplikasian perda tersebut
a. Untuk mengetahui
dilapangan, karena dengan sudah
kebijakan dalam rangka
adanya perda yang mengatur
penataan PKL di Kota
pedagang kaki lima, namun
Bukittinggi
kenyataan dilapangan pedagang kaki
b. Untuk mengetahui faktor-
lima tidak tertata dengan baik. faktor yang mempengaruhi
penataan PKL di Pasar

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 5


Atas dan Pasar Bawah di ditetapkan melalui pemanfaatan
Kota Bukittinggi. sumber daya manusia dan sumber
2. Manfaat Penelitian daya lainnya.
Dengan melakukan penelitian Menurut George R. Terry
tentang penataan pedagang kaki lima (2006:37) mengatakan dengan alat-
pada Pasar Atas dan Pasar Bawah alat seorang manajer melakukan
Kota Bukittinggi dari segi ilmu pekerjaan manajemen dan
pengetahuan dan manfaat praktis merupakan ciri-ciri pokok yang
dalam analisis kebijakan terdapat membedakan seorang manajer
beberapa manfaat yang diambil baik dengan seorang non-manajer. Secara
dari dimensi teoritis maupun dari singkat dapat dikatakan bahwa :
dimensi praktis manfaat penelitian 1. Perencanaan, berarti
adalah : tindakan
1. Manfaat Teoritis mendeterminasikan
a) Untuk mengembangkan saran-saran dan arah
dan meningkatkan tindakan yang dikuti.
kemampuan berfikir 2. Pengorganisasian,
penulis melalui penulisan adalah tindakan
karya ilmiah serta mendistribusikan
melatih penulis pekerjaan antar
menerapkan teori-teori kelompok yang ada dan
yang didapatkan selama menetapkan dan
perkuliahan. merincikan hubungan-
2. Manfaat Praktis hubungan yang
a) Sebagai bahan masukan diperlukan.
dan informasi bagi pihak- 3. Menggerakkan, berarti
pihak yang ingin merangsung anggota-
melakukan penelitian di anggota kelompok untuk
bidang yang sama. melaksanakan tugas-
b) Penelitian ini diharapkan tugas mereka dengan
dapat memberi masukan kemauan baik dan
kepada masyarakat dan secara antusias.
pemerintah kota 4. Mengawasi, berarti
Bukittinggi tentang mengawasi aktivitas-
sistem pengeloaan pasar aktivitas agar sesuai
di Kota Bukittinggi. dengan rencana-rencana.

KONSEP TEORI METODE PENELITIAN


Metode penelitian ini adalah
1. Manajemen deskriptif dengan pendekatan
manajemen sebagai proses penelitian kualitatif. Peneletian
yang khas yang terdiri dari tindakan- deskriptif yaitu mengambarkan atau
tindakan, perencanaan, melukiskan keadaan objek atau
pengorganisasian, penggerakan dan subjek, baik seseorang, lembaga,
pengawasan yang dilakukan untuk masyarakat, dan lain sebagainya,
menentukan saran-saran yang telah serta didasarkan atas hasil observasi

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 6


yang dilaksanakan serta memberikan Bukittinggi sebagai
argumentasi terhadap apa yang asosiasi yang
ditemukan dilapangan dan menjadi wakil dari
dihubungkan dengan konsep teori. para Pedagang Kaki
Sesuai dengan judul dan Lima (PKL)
perumusan masalah, maka lokasi menyuarakan segala
penelitian ini di laksanakan di kantor macam hal-hal terkait
Dinas Pengelolaan Pasar Kota operasional pedagang
Bukittinggi dan juga Kantor Satpol serta hak dan
PP Kota bukittinggi. Pemilihan kewajiban para
lokasi ini dimaksudkan untuk pedagang kepada
mencari informasi penataan pemerintah Kota
pedagang kaki lima pada pasar atas Bukittinggi.
dan pasar bawah kota Bukittinggi. e. Masyarakat Kota
Informan penelitian yaitu subjek Bukittinggi sebagai
atau seseorang yang mempunyai konsumen Pedagang
pengetahuan (informasi) tentang Kaki Lima (PKL)
objek (sasaran) penelitian, yang Kota Bukittinggi.
lazimnya berkaitan dengan sifat Data yang diperlukan dalam
kelembagaan, penelitian ini terdiri dari 2 jenis
masyarakat.Selanjutnya informan yaitu :
penelitian ditentukan dengan metode a. Data Primer
Snowball sampling adalah teknik Data primer adalah data yang
penentuan sampel yang mula-mula diperoleh langsung melalui
jumlanya kecil kemudian membesar. penelitian melalui data yang
Informan dalam penelitian diperoleh dari sumber
disesuaikan dengan fokus dan tujuan informasi melalui wawancara
penelitian yang menjadi key secara langsung maupun
informan adalah Kepala Dinas melalui observasi dilapangan
Pengeloloan Pasar, informan lainnya mengenai penataan pedang
adalah : kaki lima pada pasar atas dan
1. Bidang pengelolaan pasar bawah kota Bukittinggi.
pasar Kota Bukittinggi b. Data Sekunder
sebagai bidang yang Data sekunder adalah data
melaksanakan penataan yang diperoleh dari peneliti
pedagang kaki lima berbagai sumber yang telah
(PKL) Kota Bukittinggi, ada yang dapat menunjukkan
yang tediri dari : objek yang teliti berupa :
a. Kepala Bidang Pasar 1) Keadaan geografis di
Atas kota Bukittinggi.
b. Kepala Bidang Pasar 2) Struktur dinas
Bawah pengelolaan pasar
c. Kepala Kantor Satpol kota Bukittinggi.
PP 3) Literatur-literatur,
d. Asosiasi Pedagang peraturan perundang-
Kaki Lima Kota undangan yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 7


berlaku, skripsi, dan Pengkajian secara deskriptif
tesis serta informasi yaitu penjabaran dilakukan dengan
yang sesuai dengan mengambarkan atau menjelaskan
diteliti. masalah yang ada atau berusaha
Teknik pengumpulan data mengambarkan secara terperinci
Metode pengambilan data adalah tata berdasarkan kenyataan serta
cara atau teknik pencarian data, baik memberikan jawaban atas
yang berasal dari objek penelitian. permasalahan yang dikemukakan
Untuk memperoleh data yang untuk mendapatkan data mengenai
diingginkan dalam penelitian ini, penataan pedagang kaki lima setelah
maka pengumpulan data dilakukan data yang diperlukan terkumpul
dengan cara, yaitu: kemudian data dikelompokkan
1. Wawancara menurut jenis dan kegunaannya serta
Wawancara dilakukan ditambahkan keterangan yang
terstruktur dan digabungkan sifatnya mendukung dan
dengan teknik observasi. menjelaskan hasil dari penelitian dan
Peneliti melakukan kemudian mengambil kesimpulan
wawancara terhadap key yang berlaku umum. Untuk
informan dan informan meningkatkan kepercayaan dan
digunakan untuk devalidasi terhadap penelitian ini,
memperoleh data secara penulis melakukan teknk Trigulasi.
langsung. Teknik Trigulasi adalah teknik
2. Observasi pemeriksaan keabsahan data yang
Peneliti mengamati memanfaatkan suatu yang lain.
lapangan, yaitu turun secara Diluar data itu untuk keperluan
langsung kelapangan untuk pengecekan atau sebagai
mengetahui atau mengamati pembanding terhadap data
gejala-gejala apa yang terjadi itu.Penulis mengambil rigulasi
dilapangan. dengan sumber, yang berarti
3. Dokumentasi membandingkan dan mengecek baik
Merupakan studi yang derajat kepercayaan suatu informasi
dilakukan dengan yang diperoleh waktu dan alat yang
mengumpulkan data melalui berbeda.
catatan, arsip yang ada pada
Kantor Dinas Pengelolaan Trigulasi secara umum
Pasar Kota Bukittinggi. merupakan kegiatan check, recheck
Dalam menganalisis data yang dan crosscheck antara meter yaitu
peneliti peroleh data primer maupun data dengan observasi penelitian
data sekunder, peneliti menggunakan dilapangan, yang selanjutnya hasil
teknik diskriptif kualitatif yakni observasi ini dilakukan crosscheck
analisi yang berusaha memberikan melalui persepsi penelitian
gambaran terperinci berdasarkan
HASIL PENELITIAN DAN
kenyataan-kenyataan yang
PEMBAHASAN
ditemukan dilapngan dan kemudian
Berdasarkan hasil penelitian
ditarik kesimpulan.
dan pembahasan yang telah
diuraikan terdapat empat indikator

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 8


manajemen peraturan dalam pedagang kaki lima di Pasar Atas
penataan Menurut George R.Terry : dan Pasar Bawah.
a. Perencanaan c. Penggerakkan
Perencanaan merupakan Penggerakan merupakan
kegiatan untuk menetapkan tujuan usaha untuk menggerakkan anggota-
yang akan dicapai berserta cara-cara anggota kelompok sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan tersebut. sehingga mereka berkeinginan dan
Perencanaan adalah pemilihan atau berusaha mencapai sasaran-sasaran
penetapan tujuan organisasi, yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
kebijaksanaan, program, prosedur pergerakan lebih kepada pengarahan,
dan standar yang dibutuhkan untuk dan komunikasi. Sesua perintah yang
mencapai suatu tujuan. diberikan bahwasanya pkl sudah
Perencanaan merupakan diberikan ketentuan tempat
langkah awal yang dilakukan oleh usahanya. Dalam hal ini pkl yang
Dinas Pasar dan Satpol PP yang melanggar akan di tindak lanjuti dan
bertugas memantau apakah penataan didenda.
tersebut dapat menjawab segala d. Pengawasan
tuntutan lingkungan strategis, yaitu Pengawasan merupakan
meliputi tujuan dan sasaran fungsi manajemen yang tidak kalah
kebijakan program pentingnya dalam suatu organisasi.
b. Pengorganisasian Semua fungsi terdahulu, tidak akan
Pengorganisasian pada efektif tanpa fungsi pengawasan.
dasarnya merupakan kegiatan Karena berjalan atau tidaknya suatu
pengelompokan tenaga-tenaga ahli rencana yang akan dilaksanakan,
sesuai dengan fungsinya masing- tanpa disertai dengan pengawasan
masing sehingga terbentuk sebuah yang efektif dan intensif, maka
unit-unit kerja secara teratur. rencana-rencana tersebut pasti akan
Menetapkan tugas dan fungsi dari rentan terhadap penyimpangan-
setiap unit serta menyusun pola penyimpangan atau bahkan bisa
hubungan antar unit-unit tersebut. mengalami kegagalan. Fungsi
Agar mencapai sasaran maksimal manajemen yang berkenaan dengan
tujuan yang telah ditetapkan pengawasan terhadap aktifitas dalam
sebelumnya. Hal ini sangat penting menjaga organisasi agar tetap berada
untuk diperhatikan dalam pada jalur yang sesuai dengan
pengorganisasian adalah bahwa sasaran dan melakukan koreksi
kegiatan harus jelas siapa yang apabila diperlukan.
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan Agar upaya pengawasan
apa targetnya. dapat terealisasikan dengan baik dan
Dinas Pengelolaan Pasar Atas lancer maka pengawasan haruslah
dan Pasar Bawah, sudah melakukan dilakukan berdasarkan standar-
pengorganisasian dengan cara kepala standar yang telah ditentukan
bidang memberikan tugas kepada sebelumnya, melakukan penilaian
Kasi dalam hal ini ada kasi dan melakukan perbaikan.
kebersihan, retribusi dan
pengembangan sarana prasarana
untuk berkomunikasi dengan para PENUTUP

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 9


pasar atas untuk tidak berjualan
A. Kesimpulan dikawasan Jam Gadang dan
Berdasarkan hasil penelitian yang memberikan ruang PKL di pasar
dilakukan mengenai penataan putiah untuk berjualan dan juga
pedagang kaki lima di Pasar Atas pasar bawah sebagai rata-rata
dan Pasar Bawah Kota Bukittinggi, menjual bahan kebutuhan pokok
dapat di lihat dari 4 kriteria untuk tidak melakukan usahanya
manajemen menurut George dikawasan badan jalan di pasar
R.Terry, yaitu: perencanaan, bawah, dan tak lupa juga
pengorganisasian, penggerakan, dan memberikan sanksi berupa tindakan
pengawasan maka dapat dilihat mengambil barang dagangan dan
bahwa penataan pedagang kaki lima juga didenda sebesar Rp.250.000.
di Pasar Atas dan Pasar Bawah Kota Pengawasan yang dilakukan oleh
Bukittinggi sudah dilakukan, namun Satpol PP belum dilakukan secara
belum sesuai dengan harapan yng maksimal, itu terbukti masih
diinginkan. Dikarenakan masih sembrawutnya terutama pasar
ditemuinya para pedagang kaki lima bawah dan juga dipasar atas masih
yang berdagang di lokasi terlarang banyaknya PKl berjualan di
di Kota Bukittinggi. pelataran Jam Gadang yang menjadi
Dilihat dari kriteria icon Kota bukittinggi.
perencanaan, penataan pedagang
kaki lima pada pasar atas dan pasar
bawah Kota Bukittinggi telah B. Saran
dilaksanakan sesuai dengan Berdasatkan kesimpulan di
kebijakan yang ada, yaitu adanya atas mengenai Penataan Pedagang
perda nomor 8 tahun 2014 tentang Kaki Lima di Pasar Atas dan Pasar
penataan dan pemberdayaan Bawah Kota Bukittinggi, maka
pedagang kaki lima. Namun penulis memberikan beberapa saran,
masalahnya, masih jauh dari yaitu :
harapan. Karena masih banyak nya 1. Sebaiknya pemerintah dalam
PKL yang berjualan dilokasi-lokasi hal ini Dinas Pengelolaan
yang tidak dibenarkan oleh Pasar, bisa memberikan
pedagang. Dalam arti kata pedagang wadah bagi para pedagang
kaki lima masih mengabaikan kaki lima ini untuk dapat
peraturan yang telah diperlakukan berjualan sebagaimana
oleh pemerintah Kota Bukittinggi. mestinya tanpa melanggar
Penggorganisasian yang dilakukan aturan, seperti menyediakan
oleh Dinas Pengelolaan Pasar yakni lahan atau lokasi yang
mengajak para PKL untuk mencukupi untuk mereka
berkordinasi dan juga bersosialisasi berdagang.
dengan Dinas Pengelolaan Pasar 2. Pemerintah juga bisa
untuk mendata PKL tersebut. menganalisis lagi sarana dan
Penggerakan pada penataan prasarana dalam hal
pedagang kaki lima pada pasar atas menunjang pencapaian tujuan
dan pasar bawah Kota Bukittinggi dari kebijakan ini. Serta
yaitu dengan menyuruh pedagang penambahan jumlah sumber

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 10


daya manusia (petugas) agar Hidayat. 2007. Ilmu Administrasi
proses eksekusi pedagang Publik. Jakarta : Rineke Putra.
yang melanggar bisa cepat
diatasi, tanpa harus main Manullang. 2008. Dasar-Dasar
³NXFLQJ-NXFLQJDQ´ GHQJDQ Manajemen. Jakarta : PT.Bumi
aparat dan juga Dinas Aksara.
Pengelolaan Pasar
Robbins, Stephen P, 2003. Prilaku
memberikan solusi bagi PKL
Organisasi, Jakarta : Erlangga.
yang melanggar.
3. Pihak Satpol PP sebagai yang Siswanto, HB.Dr. 2007. Pengantar
bertugas untuk mengawasi Manajemen. Jakarta : PT Bumi
PKL tersebut harusnya lebih Aksara.
tegas dalam bertindak,
Supaya para PKL yang Siswanto, HB.Dr. 2011. Pengantar
berpindah-pindah melakukan Manajemen. Jakarta : PT Bumi
usahanya merasakan efek jera Aksara.
yang dilakukan oleh Satpol
PP dan memberikan Sutarto. 2012. Dasar-dasar
pembinaan khusu untuk para Organisasi. Yogyakarta : Gadjah
PKL tersebut. Mada University Press

DAFTAR PUSTAKA Syafiie, Inu Kencana. 2004.


Manajemen pemerintah. Jakarta :
Buku-Buku: Rinake Cipta.
Amirullah, dkk. 2004. Pengantar Syafiie, Inu Kencana. 2004. Ilmu
Manajemen. Yogyakarta : Graha Administrasi Publik. Jakarta : Rinake
Ilmu Cipta.
Draft, Richard L. 2002. Manajemen, Terry, G.R. 2006. Dasar-Dasar
Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta : Manajemen. PT. Renika Cipta.
Erlangga. Jakarta.
Fathonin, H. Abdurrahmat. 2006. Terry, G.R. 2006. Azaz-Azaz
Organisasi dan Manajemen Sumber Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Daya Manusia. Bandung. Rieneka
Cipta. Terry, G.R. 2013. Prinsip-Prinsip
Manajemen. Pustaka Belajar.
Handoko. 2003. Manajemen II. Yogyakarta.
BPFE. Jakarta.
Peraturan
Hasibuan, H. Malayu. 2005.
Manajemen Sumber Daya Manusia, Peraturan Daerah Kota Bukittinggi
Edisi Revisi. Jakarta. PT Bumi Nomor : 8 Tahun 2014 Tentang
Aksara. Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima
Hasibuan, H. Malayu. 2011.
Manajemen Dasar, Pengertian, dan
Masalah, Jakarta : PT Bumi Aksara.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 11


Peraturan Daerah Kota Bukittinggi
Nomor : 3 Tahun 2015 tentang
Ketentraman dan Ketertiban Umum
Undang ± Undang No.9Tahun 1995
Tentang Usaha Kecil

Dokumen
Profil Dinas Pengelolaan Pasar Kota
bukittinggi
Rancangan awal RKPD kota
Bukittinggi

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 12

You might also like