Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

LAPORAN TUGAS REKAYASA IDE

(TRI) PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Skor Nilai :

“ SOLUSI DAMPAK PENYALAHGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA ANAKTANPA


PENGAWASAN ORANG TUA”

Ega Amanda Dwisukma Nanda Andyta Pattiwael Rhey Bonardo Gultom

NAMA MAHASISWA

RHEY BONARDO GULTOM NIM : 1203151050

NANDA ANDYTA PATTIWAEL NIM : 1203151072

EGA AMANDA DWISUKMA NIM : 1203151042

DOSEN PENGAMPU : NANI BARORAH, S.Psi, MA.,P.hD.

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

November 2020

1|Page
ABSTRACT

Social media is a social interaction between individuals in sharing and


exchanging information. Social media can include various ideas, opinions, ideas
and content in virtual communities and is able to present and translate new
ways of communicating with technology that is completely different from
traditional media (Watson, 2009). The method used in this research is
descriptive research, this research has presented a complete picture of the
content of the problem and the solution to an incident. Children under 17 are
not suitable in using social media and access to social media has not provided an
age restriction platform. Socialization and monitoring of the impact of social
use has not been maximally implemented. Generally, social media users in
Indonesia are children and adolescents. Parents assume that children who
already know and use social media in their daily lives no longer need their
parents' opinions in solving all problems or difficulties that children experience
in their learning process. As parents or health educators, it is important to be
able to provide an understanding of the impact of using social media, parents
can also improve communication with children so that children do not always
focus on social media.

Media sosial adalah suatu interaksi sosial antara individu dalam berbagi
dan bertukar informasi. Media sosial dapat mencakup berbagai ide, pendapat,
gagasan dan konten dalam komunitas virtual serta mampu menghadirkan dan
mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yag sama sekali
berbeda dari media tradisional (Watson, 2009). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini ialah penelitian deskriptif, penelitian ini telah menyajikan
gambaran lengkap tentang isi permasalahan beserta solusi mengenai suatu
kejadian. Anak dibawah umur 17 belum pas dalam penggunaan media sosial dan
akses dalam penggunaan media sosial belum menyediakan platform pembatasan
usia. Sosialisasi dan pengawasan tentang dampak penggunaan sosial belum
diterapkan secara maksimal. Pengguna media sosial di Indonesia pada umumnya
adalah anak dan remaja. Orang tua menganggap bahwa anak yang telah
mengenal dan menggunakan media sosial dalam kesehariannya tidak
membutuhkan lagi pendapat orang tua dalam memecahkan segala persoalan atau

2|Page
kesulitan yang dialami anak dalam proses belajarnya. Sebagai orang tua ataupun
pendidik sehatrusnya dapat memberikan pemahaman tentang dampak
penggunaan media sosial, orang tua juga dapat meningkatkan komuniasi bersama
anak agar anak tidak selalu berfokus pada media sosial.

3|Page
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan nikmat
karunianya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan serta kelapangan
waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah


PSIKOLOGI PERKEMBANGAN karena bimbingannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan Tugas Rekayasa Ide ini. Semoga dengan penyusunan tugas ini
dapat menambah pengetahuan, meningkatkan cara berpikir kritis dan melatih
kreativitas mahasiswa.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis sadar betul akan keterbatasan


pengetahuan dan pengalaman sehingga terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut dan sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar dalam penyusunan tugas
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Medan, November 2020

Penyusun,

4|Page
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................... 1

ABSTAK ................................................................... 2

KATA PENGANTAR....................................................... 4

DAFTAR ISI ................................................................ 5

BAB I PENDAHULUAN .................................................. 6

A. Rasionalisasi permasalahan/isu yang dibahas dalam TRI ... 6


B. Tujuan TRI ......................................................... 6
C. Manfaat TRI ........................................................ 6

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ................................ 7

A. Permasalahan Umum ............................................ 7


B. Identifikasi Permasalahan Sesuai dengan tema
Yang dibahas ..................................................... 10
1. Permasalahan B1 ............................................ 10
2. Permasalahan B2 ............................................ 11
3. Permasalahan B3 ............................................ 11

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN .................................... 13

A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B1 .................... 13


B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B2 .................... 14
C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B3 .................... 15

BAB IV PENUTUP ........................................................ 17

A. Kesimpulan ....................................................... 17
B. Rekomendasi ..................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 19

5|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi permasalahan/isu yang di bahas dalam TRI

Pembuatan Tugas Rekayasa Ide ini dapat memberikan gambaran serta


pemahaman tentang apa dampak dari penggunaan media sosial pada anak
tanpa pengawasan dari orang tua. untuk itu, dengan adanya TRI ini kita dapat
menambah wawasan mengenai dampak serta pentingnya pengawasan orang
tua terhadap penggunaan media sosial anak.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan rekayasa ide ini ialah untuk memberikan
argument atau pendapat yang bisa dijadikan solusi dalam pemecahan masalah
yang diangkat yaitu untuk permasalahan dari dampak penyalahgunaan media
sosial pada anak tanpa pengawasan dari orang tua.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan rekayasa ide ini ialah mendapatkan
argument atau pendapat sebagai solusi dari permasalahan yang diangkat yaitu
permasalahan dari dampak penyalahgunaan media sosial pada anak tanpa
pengawasan dari orang tua.

6|Page
BAB II

INDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. PERMASALAHAN UMUM

RISIKO MEDIA SOSIAL UNTUK ANAK DAN REMAJA

Kebanyakan media sosial memiliki batasan usia paling tidak 13 tahun


untuk memiliki akun. Tetapi, media sosial tidak memiliki sistem yang memadai
untuk menghindarkan anak-anak di bawah usia 13 tahun untuk memalsukan
usianya. Padahal, media sosial melibatkan iklan yang kontennya kurang cocok
untuk anak-anak. Kebanyakan iklan yang tidak cocok adalah iklan game yang
mengandung kekerasan dan pornografi.Anak dan remaja mengatakan bahwa
secara tidak sengaja (dan sengaja) mereka sering memperoleh informasi
mengenai kekerasan (melalui iklan game, melalui berita, melalui film yang
muncul pada time line), pornografi (melalui iklan game, melalui berita, melalui
film) dan ujaran kebencian (melalui postingan teman/keluarga/temannya teman
yang masuk pada timeline mereka). Selain itu, sifat media sosial yang publik dan
konvergen juga menambah risiko yang lain. Sifat media sosial yang berpotensi
publik, berisiko pada privasi anak dan remaja. Apalagi, kebanyakan anak dan
remaja (juga orang tua) kurang memahami dengan baik informasi mengenai
pengaturan privasi yang telah disediakan oleh platform media sosial. Sementara
sifat media sosial yang konvergen, membuat platform sosial media yang satu
berhubungan dengan platform sosial media yang lain. Karakter ini menyebabkan
aktifitas baru pada satu platform media sosial secara otomatis terjadi pada akun
platform media sosial yang lain, tanpa disadari oleh anak dan remaja. Anak-anak
dan remaja umumnya sadar akan risiko negatif media sosial tersebut, namun se-
bagian anak dan remaja menganggap media adalah kebutuhan pokok, sehingga
akses anak dan remaja pada media sosial sebaiknya tidak dibatasi karena jika
dibatasi akan menimbulkan rasa gelisah. Hal tersebut menggambarkan bahwa
selain efek yang nyata seperti kekerasan dan porno-grafi, media sosial juga
memiliki efek laten yang menyebabkan kecanduan yang mengen-yampingkan
akal sehat anak, terutama remaja.

7|Page
AKSES ANAK DAN REMAJA PADA MEDIA SOSIAL

Di Rumah

Anak dan remaja mengakses media sosial di luar jam pelajaran sekolah. Anak-
anak yang berusia 7-13 tahun masih mengikuti aturan orang tua dan sekolah.
Mereka hanya mengakes media sosial melalui telepon pintar sebelum sekolah,
setelah sekolah dan di hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Umumnya anak-anak
SD tidak diperkenankan utuk membawa telepon selular ke sekolah, sehingga
mereka hanya mengakses internet melalui telepon pintar setelah tiba di rumah.
Ada pula beberapa sekolah yang memperbolehkan murid SD membawa telepon
selular, tetapi murid wajib menitipkannya pada wali kelas. Anak-anak yang lebih
dewasa yaitu usia SMP dan SMU Mereka mengakses media sosial baik melalui
telepon pintar, laptop maupun desktop. Waktu akses media sosial anak SMP dan
SMU beraneka ragam. Tetapi umumnya sebelum berangkat sekolah, sepulang
sekolah dan setelah jam 11 malam.

Di Sekolah

Anak usia sekolah dasar sama sekali tidak menggunakan media sosial di sekolah.
Hal ini diseabkan mereka dillarang untuk membawa perangkat HP ke sekolah.
Anak-anak yang lebih dewasa mulai memiliki aturan dan strategi sendiri dalam
mengakses media sosial. Walaupun ada kewajiban untuk menitipkan telepon
selular pada wali kelas selama waktu sekolah, anak-anak usia SMP dan SMU
menyembunyikan perangkat mereka (di jendela, di ruang OSIS) yang mereka
gunakan ketika sedang berada di mushola atau kamar kecil.

Di Tempat Lain

Anak dan remaja di usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
umum juga mengakses media sosial di tempat lain, selama ada koneksi internet.
Mereka mengakes so-sial media di mana saja dan kapan saja, selama ada
sambungan internet, baik di hari sekolah, di hari libur, pada jam sekolah
maupun jam di luar jam sekolah

8|Page
DAMPAK MEDIA SOSIAL PADA ANAK DAN REMAJA

Mungkin masalah terbesar dengan media sosial dapat disimpulkan dengan


menggunakan singkatan yang dikenal anak dan remaja sebagai "TMI", Too Much
Information atau "terlalu banyak informasi." Anakanak dan remaja yang mengisi
waktu luangnya dengan mengakses media sosial secara tidak sadar
mengungkapkan terlalu banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka, Hal
itu dapat menyebabkan masalah-seperti kerentanan terhadap cyberbul-lies. Hal
ini disebabkan karena media sosial menambah volume dan frekuensi konten,
terutama pada ranah yang jauh lebih personal dan mudah dilihat oleh siapa saja.
Kondisi ini diper-buruk ketika anak dan remaja memanfaatkan media sosial
untuk mengisi waktu luang mere-ka, yang akhirnya menyebabkan adiksi. TMI ini
mendorong potensi perilaku yang lain, yang disebut FOMO, Fear of Missing Out
atau “takut ketinggalan berita terkini”. FOMO ini mendorong anak dan remaja
untuk terus mencari dan berbagi informasi dari internet melalui media sosial.
Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap risiko predator online,
pornografi, kekerasan, perundungan ma-ya, invasi privasi, dan pencurian
identitas.

Dampak negatif media sosial yang lain adalah menciptakan jarak antara
anak dan keluarga. Anak dan remaja menggunakan istilah: strategi dekat tetapi
jauh, dan jauh tetapi dekat. Hal ini dapat digambarkan bagaimana anak dan
remaja terlihat ada disekitar orang tua dan keluarga, namun secara intens
menggunakan sosial media. Sebaliknya, mereka justru mem-iliki relasi yang lebih
dekat dengan teman-teman atau orang-orang di media sosial ketika ada
dilingkungan privat/keluarga.

Dampak negative sosial media yang lain adalah pada kesehatan anak dan
remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan media sosial yang
berlebihan. Dalam studi yang kami lakukan, kami menemukan kasus
berkurangnya penglihatan anak secara signifikan karena konsumsi media sosial
yang berlebihan.

9|Page
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG SESUAI DENGAN TEMA YANG
DIBAHAS
1. Permasalahan B1

Media Sosial dapat menyebarkan Pornografi, mengubah pandangan


Budaya Anak, dan mempengaruhi bahasa anak. Remaja amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh yang dapat menjerumuskan dirinya kedalam tindak
pornografi dan pornoaksi tersebut yang di barengi dengan beberapa faktor-faktor
penyebab terjadinya pornografi itu sendiri yakni; yang pertama, kurangnya
perhatian dan pengawasan orangtua dalam masa tumbuh dan berkembangnya
sang anak ketika memasuki usia remaja terutama terhadap pendidikan sang
anak. Pengawasan dan perhatian orang tua di era sekarang ini menjadi tonggak
utama anak dalam bergaul. Apalagi anak zaman now telah terbuai akan
kecanggihan teknologi dalam mengakses apa saja khususnya mengakses konten
pornografi.

Media Sosial mengubah pandangan Budaya Anak, Pandangan dunia


(worldview), Cara pandang sempit (tradisional) yang berubah menjadi cara
pandang global (modern). Hal inilah yang sering mengakibatkan geger budaya.
Sebagai contoh gaya berpacaran remaja di luar negeri yang cenderung bebas dan
diupload pada Facebook atau media sosial lainnya, telah banyak diterapkan oleh
remaja Indonesia, walaupun sebenarnya sangat bertentangan dengan budaya
sekitar.

Media sosial mempengaruhi bahasa anak Banyak macam platform media


sosial yang populer sekarang di Indonesia, seperti Youtube, Instagram, Facebook,
Tik Tok dan lain-lain. Disini platform banyak yang berisikan orang-orang dewasa
yang membagikan kegiatan mereka, curhatan, foto dan lainnya, yang paling
seing adalah sebuah postingan dengan kata-kata ataupun video. Dalam hal ini isi
media sosial banyak berisikan orang dewasa, termasuk cara bicara sertabahasa
yang digunakan. Jika orang dewasa menggunakan bahasa yang tidak sopan, yang
tidak sesuai dengan anak-anak. Anak akan mudah mengikutinya, contohnya saja
sudah banyak kita ketahui sekarang dari Konten-konten di media sosial yang

10 | P a g e
sarkas, menggunakan katakata kasar yang ditepat di bagikan di jejaring media
sosial karena masih banyak anak di bawah umur yang menggunakan media sosial.
Apalagi yang tengah populer dikalangan anak serta remaja Indonesia yaitu
penggunaan media sosial seperti tiktok dan Instagram yang sering membagikan
video dan musik yang banyak menggunakan bahasa yang kasar dan tidak sopan
yang mudah sekali mempengaruhi bahasa dan kata-kata anak.

2. Permasalahan B2
Media Sosial mempengaruhi pendidikan anak.
1. Berkurangnya waktu belajar, karena keasyikan menggunakan sosial
media seperti terlalu lama ketika facebookkan dan ini akan mengurangi
jatah waktu belajar;
2. Mengganggu konsentrasi belajar di sekolah, ketika siswa sudah mulai
bosan dengan cara pembelajaran guru, mereka akan mengakses sosial
media semaunya;
3. Menghabiskan uang jajan, untuk mengakses internet dan untuk
membuka facebook jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan
(terlebih kalau akses dari warnet) sama halnya mengakses facebook dari
handphone;
4. mengganggu kesehatan, terlalu banyak menatap layar handphone
maupun komputer atau laptop dapat mengganggu kesehatan mata.

3. Permasalahan B3

Media Sosial mengubah kepribadian anak/remaja dan mengganggu


Psikologis serta Privacy anak/remaja.Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian remaja ketika menggunakan media sosial antara lain
pertama memperkuat perilaku mencari popularitas. Media sosial digunakan
hanya agar individu dilihat dan diakui oleh oranglain. Kedua, meningkatkan
kecemasan dan depresi. Saat remaja dalam keadaan tidak nyaman melihat
postingan teman yang menunjukkan kebahagiaan dan menyenangkan, hal ini
membuat dirinya sedih dan tidak bahagia. Rasa tersebut memunculkan
kecemasan dan depresi pada remaja. Ketiga, standar penampilan yang tidak
realistis. Misalnya memaksakan diri untuk menggunakan barang mewah dan

11 | P a g e
harganya mahal, serta pergi ke suatu tempat yang membutuhkan uang yang tidak
sedikit hanya untuk berfoto dan dibagikan di media sosial. Tujuannya agar foto
profilnya terlihat bagus dan disukai oleh semua orang serta menjadi
perbincangan hangat di media sosial. Perilaku tersebut apabila dipupuk terus
menerus cenderung membuat remaja menjadi materialistis. Terobsesi akan
suatu kesempurnaan dan kebahagiaan yang menggunakan ukuran sosial media
bukan ukuran diri sendiri. Keempat, munculnya budaya popularitas.

Media sosial mengganggu Psikologis dan Privacy anak/remaja Remaja dan


dewasa muda adalah pengguna media sosial terbesar yang sering mengungkapkan
kekecewaan, kesedihan, dan kesulitan hidupnya di media sosial (Rideout, 2010).
Smith (2013) mengungkapkan bahwa 84% pengguna Facebook berusia 18-29
tahun. Di California, Amerika Serikat, sekitar 23% remaja melaporkan tindakan
bullying oleh sesamanya, dan prevalensi cyberbullying maupun bullying di
kehidupan nyata sama besarnya (Lenhart, 2007). Cyber-bullying diketahui
menyebabkan angka depresi dan anxietas yang lebih besar dibandingkan bullying
tradisional. Hal ini akan mendorong tindakan bunuh diri pada remaja. Tindakan
bunuh diri ini sering diakibatkan karena membaca komentar yang menyakitkan
beberapa hari sebelum dilakukan tindakan tersebut (Kowalski, 2009). Korban
biasanya berasal dari kalangan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).
Sebanyak 54% remaja LGBT mengalami kasus cyberbullying di Amerika
(Blumenfield, 2010), sedangkan kegiatan cyber-bullying di Indonesia banyak
terjadi pada public figure seperti politisi, selebriti maupun tokoh publik lainnya
(Anwar F, 2017). Remaja korban cyber-bullying juga berisiko mendapatkan
perlakuan buruk di dunia nyata, seperti pelecehan seksual maupun kekerasan
fisik (Berkman, 2008). Korban cyberbullying ini juga berisiko menjadi pelaku
cyber-bullying pada orang lain (Ybarra, 2004), suatu kegiatan negatif viral yang
seharusnya dapat dicegah.

12 | P a g e
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)

A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan 1


Media Sosial dapat menyebarkan Pornografi, mengubah pandangan
Budaya Anak, mempengaruhi bahasa anak. Pada permasalahan ini anak
dan remaja dapat terpengaruh oleh perkembangan moralnya, maka solusi
yang dapat kami berikan berdasarkan Teori Behavioristik, menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).Menurut
teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Sehingga, guru BK
dapat memberikan stimulus atau input kepada peserta didik dalam
Layanan Orientasi, yaitu memberikan pemahaman kepada klien agar dapat
menjalani kehidupan yang baik, baik dilingkungan sekolah dan lingkungan
rumahnya. Guru BK dapat memberikan stimulus ini berupa penyampaian
materi masalah yang di hadapi jika menggunakan Media Sosial pada anak,
masalah penyebaran Pornografi, pandangan Budayanya serta bahasanya
terhadap perkembangan Moralnya. Misalnya, Dalam kasus dibuktikan juga
ternyata bahwa perilaku seksual pranikah di kalangan anak remaja
disebabkan karena seringnya mereka menonton video-video porno di
berbagai situs yang sangat mudah diakses. Beberapa kondisi tersebut
menunjukkan bahwa memang faktor eksternal memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan perilaku seseorang. Maka antisipasi yang
dapat dilakukan sebenarnya adalah membangun sistem agar faktor
eksternal (lingkungan) dapat
dipastikan memberikan input atau stimulus yang baik kepada individu.
Karena behaviorisme mengabaikan faktor kesadaran maka memastikan
stimulus luar sesuai dengan kerangka yang ingin dituju adalah hal yang
harus diciptakan. Setelah itu, guru BK juga dapat menyampaikan
spiritualitas bahwa moral yang baik mengingat adanya tuhan dan perbuatan
yang menyimpang dari moral mendapatkan dosa.

13 | P a g e
B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan 2
Media Sosial mempengaruhi pendidikan anak, dalam hal ini kami
mendapatkan solusi berupa Teori Humanistik milik Abraham Maslow,
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut teori
humanistik Abraham H. Maslow mengenai (Teori Kebutuhan) tingkat atau
hierarki kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau perilaku adalah: 1) Kebutuhan fisiologikal
physiological needs); 2) Kebutuhan rasa aman (safety needs);3) Kebutuhan
akan kasih sayang (love needs); 4) Kebutuhan akan harga diri (esteem
needs); 5) Aktualisasidiri(self-actualization). Kebutuhan-kebutuhan itu
tidak hanya bersifat fisiologis tetapi juga psikologis. Dalam hal ini dapat
diterapkan teori Motivasi dalam perkembangan peserta didik termasuk
dalam permasalahan ini yaitu masalah pendidikannya, jika anak terus
berada di media sosial tanpa mengenal batasan waktu untuk belajar dan
berpengaruh pada belajarnya maka Guru BK dapat mengatasi dengan
memberikan Layanan Bimbingan Kelompok/Individu didalam kelas atau
ruangan sekolah. Pertama guru BK mendorong ataupun menanyakan
berapa lama waktu yang dilakukan anak saat bermain media sosial, lalu
berikan dampaknya dan lihat menggunakan teori milik Maslow apakah
kebutuhan aktualisasi dirinya dapat terpenuhi jika anak terus bermain
sosial media dan mengabaikan belajarnya. Kedua, berikan motivasi
terhadap anak dengan memperkuat kebutuhan dirinya untuk berkembang
bukan hanya dengan terus melihat media sosial yang hanya membuang
waktu untuk meningkatkan potensi dirinya. Jika motivasi sudah diberikan,
hendaknya anak dibimbing dengan melihat kebutuhan dirinya agar bisa
berkembang sesuai umurnya dan meninggalkan media sosial yang dapat
mengganggu konsetrasi belajarnya dalam pendidikan. Sehingga perilaku
anak dapat menuju perkembangan yang baik hingga ia mendapatkan
potensi dirinya sesuai dengan Teori Maslow.

14 | P a g e
C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan 3
Media sosial mengubah kepribadian anak/remaja dan mengganggu
Psikologis serta Privacy anak/remaja, dalam masalah ini kami mendapatkan
solusi berupa Teori Psikososial milik Erik-Erikson pada tahap perkembangan
Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri) (6 tahun – 12 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah memasuki usia sekolah, kemampuan
akademiknya mulai berkembang. Selain itu, kemampuan sosial anak untuk
berinteraksi di luar anggota keluarganya juga mulai berkembang. Anak akan
belajar berinteraksi dengan teman-temannya maupun dengan gurunya. Jika
cukup rajin, anak-anak akan memperoleh keterampilan sosial dan akademik
untuk merasa percaya diri. Kegagalan untuk memperoleh prestasi-prestasi
penting menyebabkan anak untuk menciptakan citra diri yang negatif. Hal ini
dapat membawa kepada perasaan rendah diri yang dapat menghambat
pembelajaran di masa depan. Pada tahap ini anak juga akan
membandingkan dirinya dengan teman-temannya. seperti “aku tidak cantik,
aku biasa-biasa saja dalam hal prestasi”. Dan Identity vs Role Confusion
(identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun -18 tahun) Pada tahap ini anak
sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini adalah
masa peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak
pada tahap ini sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun secara psikis
usia remaja masih belum bisa diberi tanggung jawab yang berat layaknya
orang dewasa. Pertanyaan “Siapa Aku?” menjadi penting pada tahapan ini.
Pada tahap ini, seorang remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui
jati diri mereka yang sebenarnya. Biasanya mereka akan melaluinya dengan
teman-teman yang mempunyai kesamaan komitmen dalam sebuah
kelompokErikson (dalam Shaffer, 2005) percaya bahwa individu tanpa
identitas yang jelas akhirnya akan menjadi tertekan dan kurang percaya diri
ketika mereka tidak memiliki tujuan. Dengan tetap membentuk
kepribadiannya menggunakan tahap menemukan rasa percaya diri atau
Pengenalan Diri. Guru BK dapat menjelaskan masalah ini kepada siswa
dengan menggunakan Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok/Individu

15 | P a g e
dikelas atau ruangan. Pertama, dengan menanyakan apa yang kamu ketahui
dari dirimu, lalu menjelaskan mengapa harus iri atau rendah diri terhadap diri
sendiri dan ingin selalu mendapatkan pujian. Disini sebagai guru BK dapat
membimbing anak untuk bisa self-love pada dirinya sendiri tanpa melihat
orang lain selain itu menjelaskan bahwa diri setiap orang unik, maka dari itu
jika anak tidak ingin kepercayaan dirinya hilang bimbing anak untuk melihat
bahwa inilah akibat jika menggunakan media sosial yang dapat
mempengaruhi kepribadiannya yang baik dan unik. Bimbing anak untuk
melakukan penghindara “toxic” media sosial yang berdampak pada
perkembangannya, sehingga kepribadaian, psikologis dan rasa amannya
dapat stabil dan berkembang layaknya anak seusianya. Guru BK juga dapat
memberikan solusi berupa Motivasi seperti solusi permasalahan no,2 untuk
anak mendapatkan aktualisasi dirinya dan privacynya/ rasa aman yang
seharusnya dimiliki olehnya.

16 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dan Remaja yang memiliki resiko terhadap penggunaan media
sosial yang berdampak pada perkembangannya ini. Walaupun penggunaan
media sosial dibatasi untuk usia 13 tahun namun anak dan remaja tetap
bisa mengaksesnya. Sehingga, banyak resiko dan dampak negatif yang bisa
didapatkan oleh anak dan remaja. Masalah itu bisa berupa memperoleh
informasi mengenai kekerasan (melalui iklan game, melalui berita,
melalui film yang muncul pada time line), pornografi (melalui iklan game,
melalui berita, melalui film) dan ujaran kebencian (melalui postingan
teman/keluarga/temannya teman yang masuk pada timeline mereka).
Banyak sekali permasalahan yang bisa mengganggu perkembangannya,
terutama perkembangan moralnya. Media sosial yang bersifat sebagai
informasi mengenai kehidupan banyak memberikan dampak negatif jika
penggunanya tidak bisa mengendalikan dirinya, terutama pada anak dan
remaja. Maka dari itu kami menemukan solusinya dengan menggunkan
konsep teori perkembangan yang telah dipelajari. Solusi yang dapat kami
terapkan yaitu pada permasalahan Media Sosial dapat menyebarkan
Pornografi, mengubah pandangan Budaya Anak, mempengaruhi bahasa
anak. Pada permasalahan ini anak dan remaja dapat terpengaruh oleh
perkembangan moralnya, maka solusi yang dapat kami berikan
berdasarkan Teori Behavioristik, berupa guru BK dapat memberikan
stimulus atau input. Masalah Media Sosial mempengaruhi pendidikan
anak, dalam hal ini kami mendapatkan solusi berupa Teori Humanistik
milik Abraham Maslow berupa Motivasi dan Media sosial mengubah
kepribadian anak/remaja dan mengganggu Psikologis serta Privacy
anak/remaja, dalam masalah ini kami mendapatkan solusi berupa Teori
Psikososial milik Erik-Erikson berupa guru BK membentuk kepribadiannya
menggunakan tahap menemukan rasa percaya diri atau Pengenalan Diri.

17 | P a g e
Sehingga dengan solusi/ide ini semoga permasalahan yang kami temukan
pada media sosial yang berdampak pada anak dan remaja, bisa membantu
anak dan remaja menjalankan perkembangan dirinya yang baik.

B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, dengan demikian hasil rekayasa ide
ini bisa membantu guru BK menerapkan solusi dalam permasalahan media
sosial pada anak dan remaja menggunakan Layanan Bimbingan Konseling
yang ada. Dan juga sebagai bahan referensi atau bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Triastuiti, Endah.,Dkk. 2017. KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL


BAGI ANAK DAN REMAJA. Depok: PUSKAKOM.
http://www.genreindonesia.com/teori-perkembangan-psikososial-erik-h-
erikson/
http://afridahismuhuida.blogspot.com/2015/12/teori-motivasi-abraham-
maslow-beserta.html
https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-humanistik

Muthmainnah, Lailiy. 2017. PROBLEM DALAM ASUMSI PSIKOLOGI


BEHAVIORIS
(SEBUAH TELAAH FILSAFAT ILMU). Jurnal Filsafat Vol. 27, No. 2,

19 | P a g e

You might also like