Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah Dalam Tafsir Al-Misbah Dan Ibnu Katsir Eka Prasetiawati

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 29

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Rumah Jurnal IAIN Metro (Institut Agama Islam Negeri)

Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah dalam


Tafsir Al-Misbah dan Ibnu Katsir

Eka Prasetiawati
Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro
[email protected]

Abstract
The background of this research is a contrasting phenomenon of the realization of sakinah
family in community life. The family is the smallest group in society, consisting of
husbands, wives and children. It is the principle of forming a society. The majority of
people assume that the factor of peace in family life is material, but many rich people who
do not get peace at home so often the quarrels and discomfort. Problems that appear in the
house can threaten the eternity of marriage even lead to divorce. It arises because the
unfulfilled hope of each partner and mental, social and spiritual unpreparedness.
Furthermore, researcher examined the verses of sakinah mawaddah wa rahmah family in
contemporary and classical interpretation as a solution in realizing sakinah family today.
In the hope, finding a relevant and even solute interpretation to deal with the current
problem. For writers, it is useful to add insight into the mindset, attitude, and experience
as an effort to improve the quality of learning, by understanding the character of sakinah,
mawaddah, wa rahmah in the family. The formulation of problem in this research is (1)
How is the view of Qur'an about sakinah family? (2) How to interpret the verses of
sakinah family, mawaddah, wa rahmah in tafsir al-Misbah and Ibn Kathir? (3) How is
the different interpretation of Quraish Shihab and Ibn Kathir in understanding the
sakinah, mawaddah, wa rahmah verses? This research is a literature research which
makes the interpretation of al-Misbah and Ibn Katsir as the main source of research. This
research uses descriptive-analytic approach. The method uses comparative analysis,
which is to compare contemporary and classical interpretations to know the results of
interpretation and the differences in the field of exegesis. Another analysis using
maudhu'i method is discuss the verses according to the appropriate theme with collecting
and deep studying various aspects related to asbab al-nuzul, mufradat and interpretation
of the verses.
Keywords: Comparative Tafseer, Sakinah Family, Mawaddah, Wa Rahmah

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sakral dan
mempunyai tujuan yang mulia, dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan
yang disyari’atkan agama.1 Tujuan utama pernikahan adalah untuk membentuk
keluarga bahagia yang penuh ketenangan cinta dan rasa kasih sayang antara
suami, istri dan anak-anaknya. Allah SWT berfirman dalam Alquran:

1Muhammad Asnawi, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam,


2004), 19
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

َۡ ‫َو ِمنۡ ۡ َءايَۡتِ ِهۦۡ ۡأَنۡ ۡ َخلَقَۡ ۡلَ ُكم ۡ ِمنۡ ۡأَنفُ ِس ُكمۡ ۡأَزۡ َۡوجۡا ِۡۡلت َسۡ ُكنُوۡاۡ ۡ ِإلَيۡ َها ۡ َو َج َع‬
َّۡ ِ‫ل ۡبَيۡنَ ُكم ۡ َّم َودَّةۡ ۡ َو َرحۡ َمةۡ ۡإ‬
ۡ‫ن ۡفِي‬
ۡۡ١٢َۡۡ‫ليَۡتۡۡ ِلقَوۡمۡۡيَتَفَ َّك ُرون‬ ۡ َ َۡۡ‫ۡذَ ِلك‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS.Ar-Rum:21).

Ayat ini menjelaskan kepada seluruh umat manusia, bahwa istri


diciptakan oleh Allah untuk suami agar suami dapat hidup tentram membina
keluarga. Ketentraman seorang suami dalam membina istri dapat tercapai
apabila diantara keduanya terdapat kerjasama timbal balik yang serasi, selaras
dan seimbang. Masing-masing tidak bertepuk sebelah tangan. Kedua pihak bisa
saling mengasihi dan menyayangi, saling mengerti antara satu dengan lainnya
dengan kedudukannya masing-masing demi tercapainya rumah tangga yang
sakinah.2
Keluarga adalah jiwa dan tulang punggung suatu negara, kesejahteraan
lahir batin yang dialami adalah cerminan dari situasi keluarga yang hidup di
tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, jika kita menginginkan
tercipta baldatun thayyibatun (negara yang baik) landasan yang harus kita bangun
adalah masyarakat marhamah yaitu terciptanya keluarga sakinah. Adapun pilar
yang harus ditegakkan untuk mewujudkannya adalah akidah, mawaddah dan
rahmah. Dengan figur seorang ayah yang bijaksana, ibu penyantun, lembut dan
bisa mendidik serta membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang akan
membentuk karakter anak menjadi kuat. Inilah yang dimaksud dengan ‫البيت مدرسة‬
‫( األولى‬keluarga adalah sekolah yang paling utama) melalui didikan seorang Ibu.
Pernikahan merupakan azas utama dalam memelihara kemaslahatan
umat. Apabila tidak ada aturan Allah dan Rasul-Nya tentang pernikahan, tentu
saja manusia akan hidup menuruti nafsunya yakni hidup seperti binatang. Islam
menganjurkan umatnya agar melakukan pernikahan. Rasulullah Saw bersabda:
‫ص ُانالِْل َف ْرجِا َوَم ْانا َالْايَ ْستَ ِط ْاعافَ َعلَْي ِاها‬ ْ ‫ص ِارا َوأ‬
َ ‫َح‬
ِ ِ ‫ام ِانااستطَ ا‬،‫اب‬
َ َ ْ َ ِ َ‫َايا َم ْع َشَاراالشاب‬
َ َ‫افَِإن اهُاأَ َغضاال ْلب‬،‫اعامْن ُكماالْبَاءَاةَافَ ْليَ تَ َزو ْج‬
‫ِِبلص ْوِاما;افَِإناهُالَاهُا ِو َجاءا‬
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu sudah mampu dan berkeinginan
untuk nikah, hendaknya kamu nikah, sebab nikah akan mampu menjaga mata terhadap
wanita yang tidak halal dilihat dan akan memelihara kamu dari godaan syahwat.
Barangsia yang tidak mampu nikah, maka berpuasalah, sebab dengan puasa ia dapat
mengendalikanmu.”(H.R Bukhori).

Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra
2

Usaha, 1997), 7
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

139
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Hadist di atas menjelaskan tentang anjuran menikah bagi yang sudah


mampu secara material dan spiritual, seseorang akan lebih terjaga pandangan
dan kemaluannya. Karena dia bisa menyalurkan syahwatnya kepada sesuatu
yang halal yaitu istrinya. Tetapi jika belum mampu, maka dianjurkan untuk
berpuasa.
Keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter bagi setiap
individu yang berada di dalamnya. Keluarga adalah masyarakat kecil yang
merupakan sel pertama bagi masyarakat besar.3 Keluarga juga merupakan
sekolah pertama bagi anak-anak, yang melalui celah-celahnya sang anak
menyerap nilai-nilai keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang ada di
dalamnya. Karena berperan sangat penting dalam pendidikan anak-anak
(penerus bangsa) maka siapapun yang berada dalam lingkup keluarga dituntut
untuk berperilaku sesuai akhlak dan etika dalam masyarakat, terlebih lagi sesuai
dengan sumber ajaran Islam yakni Alquran dan hadits. Karena keluarga
merupakan komponen pembentuk suatu masyarakat, kondisi suatu masyarakat
sangat bergantung pada kondisi keluarga-keluarga yang membentuknya. Ini
artinya keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah negara. Dari keluarga yang
baik akan terlahir generasi penerus yang baik.4 Kesejahteraan lahir dan batin
yang dinikmati suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang
hidup pada masyarakat bangsa tersebut.
Kehidupan keluarga apabila diibaratkan sebagai suatu bangunan, demi
terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan guncangan gempa, maka
ia harus didirikan di atas satu pondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang
kokoh serta jalinan perekat harus benar-benar yang bermutu. Pondasi kehidupan
keluarga adalah ajaran agama, disertai kesiapan fisik dan mental. Adapun jalinan
perekatnya bagi bangunan keluarga adalah hak dan kewajiban yang disyariatkan
Allah terhadap suami, istri dan anak-anak.
Disinilah peran suami sangat diperlukan, disamping sebagai kepala rumah
tangga yang wajib mendidik istri dan menjadikannya suami ideal yang dapat
memenuhi hak-hak istrinya. Dijadikannya laki-laki sebagai pemimpin adalah
karena laki-laki diciptakan lebih dari wanita. Menurut Quraish Shihab, berkaitan
dengan faktor psikis laki-laki dan perempuan jika perempuan berjalan dibawah
bimbingan perasaan, sedangkan lelaki berjalan dibawah bimbingan akal.5
Meskipun perempuan sering menyamai laki-laki dalam hal kecerdasan atau
melebihinya, namun keistimewaan perempuan pada perasaannya yang sangat
halus. Inilah yang sangat dibutuhkan dalam memelihara anak.

3N. Imas Rosyanti, Esensi Alquran, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 172
4Ibid.,163
5 Mantep Miharso, Pendidikan Keluarga Qur’ani, (yogyakarta:Safiria Insania Press, 2004),
102
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

140
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Suami ideal menurut Muhammad al-Khusyt ialah senantiasa


memperhatikan kualitas diri baik jasmani dan rohani, pembinaan ketrampilan,
pembinaan jiwa kepemimpinan, pembinaan etos kerja islami, dan pembinaan
tanggung jawab keteladanan.6Inilah tanggung jawab suami sebagai pendidik
sekaligus pelaku pendidikan. Kemampuan untuk menjadi pemimpin keluarga
dan pendidik yang bertanggungjawab merupakan keniscayaan untuk mencapai
keluarga sakinah.
Orang tua berkewajiban memenuhi hak anak-anaknya, termasuk hak
pengasuhan baik materi maupun pendidikan. Keberadaan anak sangat
dinantikan bagi sebuah keluarga, dengannya keluarga akan berkembang dan
akan terasa lengkap serta membuat ketentraman jiwa. Anak-anak ibarat permata
hati bagi orangtuanya, jika anak itu saleh. Untuk mewujudkan kesalehan anak-
anak menjadi tanggung jawab orangtua.7
Emmanuel Kant menyatakan bahwa manusia dapat menjadi manusia
karena pendidikan. Maknanya, jika anak tidak mendapat pendidikan mereka
tidak akan menjadi manusia seutuhnya yakni tidak akan sempurna hidupnya
dan tidak akan bisa memenuhi fungsinya sebagai manusia yang berguna dalam
kehidupannya. Patut menjadi perhatian orang tua di dalam keluarga adalah
pendidikan agama dibarengi keahlian sebagaimana dalam Alquran supaya tidak
meninggalkan generasi yang lemah dikemudian hari.8 Allah mengingatkan
orangtua terhadap pentingnya memelihara diri dan keluarga termasuk anak.
Pemeliharaan tersebut bermula dari pemilihan calon-calon Ibu, tuntunan
melakukan hubungan seks dan doa yang dibaca sebelumnya. Sebab kondisi
psikologis yang dialami seseorang pada waktu itu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.
Manusia dalam pandangan masyarakat beragama, memiliki fitrah
keagamaan yang mengantarnya mengakui wujud Tuhan. Fitrah ini jika tidak
dipelihara dapat menjadikan manusia hidup tanpa pegangan dan kehilangan
arah.9Dalam pandangan Islam, orang tua dan lingkungan masyarakat dapat
mengalihkan seorang anak dari fitrah keagamaannya itu. Sebagaimana Hadits
Nabi SAW:
‫صَرانِِها‬ِ ِِ ِ
ِّ َ‫افَأَبَ َو ااهُايُ َه ِِّوَداناهاأ ْاَوايُن‬،‫ُكلاا َم ْولُوداايُولَ ُادا َعلَىاالْفطَْرةِاا‬
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah
yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim).

6Muhammad Utsman Al-khasyt, Al-Masyakil Al-Zaujiyyah wa Hululuha Fi Dhauil Kitabi wa


Sunnah (Berumah Tangga Upaya Mengatasi nya Menurut Alquran), Terj. Aziz Salim Basyarahil,
(Jakarta:Gema Insani, 1991), 29
7 Ibid., 27-32
8 Mantep Miharso, Pendidikan Keluarga Qur’ani,..............111
9Quraish Shihab, Muhmamad, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Alquran, (Bandung:

Mizan, 2007), 120


NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

141
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Ibnu Katsir menjelaskan fitrah dengan mengakui ke-Esa-an Allah (tauhid).


Hal ini sebagaimana diungkapkan bahwa manusia sejak lahir telah membawa
tauhid atau paling tidak ia berkecenderungan untuk meng-Esa-kan Tuhannya,
dan berusaha terus mencari untuk mencapai ketauhidan tersebut.10
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar keluarga dijadikan
sebagai institusi yang aman, nyaman, bahagia dan kukuh bagi setiap anggota
keluarga. Alquran dan Hadist merupakan landasan bagi terbentuknya sebuah
keluarga yang sakinah termasuk dalam hal mengatasi setiap permasalahan yang
timbul. Berdasarkan hadist Nabi, ada 5 pilar utama untuk mewujudkan sebuah
keluarga yang sakinah, diantaranya memiliki kecenderungan terhadap agama,
saling menghormati dan menyayangi, sederhana dalam berbelanja, santun dalam
bergaul dan selalu instropeksi diri.11
Secara konseptual keluarga sakinah dalam Alquran merupakan keluarga
yang dibangun berdasarkan agama melalui proses perkawinan, sebagai
perjanjian suci yang kokoh atas dasar cinta, mawaddah, rahmah dan amanah yang
anggotanya memiliki kemampuan bertanggungjawab untuk mewujudkan
ketentraman (sakinah) melalui pergaulan yang baik (ma’ruf), dengan pembagian
tugas sesuai kedudukan, status dan fungsinya. Sehingga keluarga dijadikan
tempat berlindung bagi anggotanya dan pangkal kekuatan masyarakat untuk
memperoleh kedamaian hidup.
Berangkat dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkomparasikan
tafsir klasik dan kontemporer tentang ayat-ayat keluarga sakinah, mawaddah, wa
rahmah. Ketertarikan ini disebabkan beberapa hal: (1) M.Quraish Shihab
termasuk mufassir kontemporer Indonesia terbaik. (2) Ibnu Katsir merupakan
mufassir klasik Islam terbesar dan tersahih hingga saat ini. Keistimewaan yang
terpenting adalah menafsirkan Alquran dengan Alquran, menafsirkan Alquran
dengan as-Sunnah, kemudian dengan perkataan para salafus salih yakni para
sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.

Makna Tafsir Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah


Definisi Tafsir
Kata tafsir secara etimologi adalah mengikuti wazan “‫ ”تفعيل‬berasal dari akar
kata “‫ ”فسر ۡيفسر ۡتفسيرا‬yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan
atau menerangkan makna yang abstrak.12 Kata tafsir tidak akan lepas dari

10 Ibnu Katsir, Tafsīr Ibnu Kaśīr Terj. Bahrun Abu Bakar, Juz III (Bandung:Sinar Baru

Algesindo, 1981), 432


11https://hijapedia.com/bagaimanakah-cara-membangun-keluarga-sakinah-menurut-islam Diakses
tanggal 3Desember 2016
12Abu Ḥasan Aḥmad Ibn Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar Iḥya’ al-Turath al-‘Arabi,

2001), 818
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

142
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

kandungan makna tafsir itu sendiri yakni berarti: ‫( االيضاح ۡوالتبيين‬menjelaskan),13


‫( الكشف‬pengungkapan) dan ۡ‫( املشكلاكشفامراداعنااللفظ‬menjabarkan kata yang samar ).
Tafsir menurut terminologi, para ulama memberikan definisi berbeda-
beda, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut pendapat al-Zarkashi>
‫ اواستخراجا‬،‫ اوبيان امعانيه‬:‫ اصلى اهللا اعليه اوسلم‬,‫ اعلم ايُفهم ابه اكتاب اهللا ااملنزل اعلى انبيه ادمحم‬:‫التفسري‬
‫أحكامهاوحكمه‬
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-
makna kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya. 14
2. Menurut pendapat al-Kilabi:
‫التفسرياشرحاالقرأناوبيانامعناهاواإلفصاحامباايقضيهابنصهااواإشارتهااواحنوا‬
Tafsir adalah menjelaskan Alquran, menerangkan maknanya dan menjelaskan
apa yang dikehendaki dengan nash-Nya atau dengan isyarat-Nya atau tujuan-
Nya.15
3. Menurut pendapat Abu Ḥayyan:

‫ اوأحكامها ااإلفراديةا‬،‫ اومدلوالهتا‬،‫التفسري ايف ااإلصطالح اعلم ايبحث اعن اكيفية االنطق اأبلفاظ االقرآن‬
‫اوتتماتالذلك‬،‫اومعانيهااالىتاحتملاعليهااحالةاالرتكيب‬،‫والرتكيبية‬
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafad-lafad Alquran serta cara
mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna
yang terkandung di dalamnya.16
4. Menurut pendapat shaikh al-Jazairi:
‫االتفسرياىفااحلقيقةاإمنااهواشرحااللفظااملستلفاعنداالسامعامبااهواافصحاعندهامباايرادفهااويقاربهااولها‬
‫داللةاعليهاإبحدىاطرقاالداللةااااااااااااااااااااااااااا‬
‫ا‬Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafad yang sukar oleh pendengar
dengan mengemukakan lafad sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau
dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah lafad tersebut.‫ااا‬
Berdasarkan beberapa rumusan yang telah dikemukakan para ulama diatas,
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya, tafsir adalah suatu

13 Muḥammad Abd. ‘Aẓim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: Muṣṭafa al-

Babi al-Ḥalabi, t.th), II, 3. Lihat pula, Manna’ Khalil al-Qaṭṭan, Mabaḥith fi Ulum al-Qur’an, (Tt: al-
Manshurat al-‘Aṣr al-Ḥadith, 1973), 323
14Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 210, Lihat juga, Manna’

Khalil al-Qaṭṭan, Mabaḥith fi Ulum al-Qur’an, (Manshurat al-Aṣr al-Ḥadith, 1973), 324
15Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994),

178
16Muḥammad Ḥ{usain al-D{ahabi, al-Tafsir al-Mufassirun, (Mesir: Dar al-Maktub al-Ḥadithah,

1976), 14
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

143
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menjelaskan,


menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam Alquran al-Karim.
Syarat Mufassir
Syarat mufassir adalah akhlak dan nilai-nilai ruhiyah yang harus dimiliki
oleh seorang mufassir agar layak untuk mengemban amanah dalam menyingkap
dan menjelaskan suatu hakikat ayat kepada orang yang tidak mengetahuinya.
Para ulama terdahulu (al-salaf al-salih), mengartikulasikan aspek ini sebagai adab-
adab seorang alim. Syarat yang harus dimiliki oleh seorang mufassir dalam
menafsirkan Alquran antara lain: a) bahasa arab, nahwu, sharaf, dan ilmu
balaghah (ma’ani, bayan, badi’)17;b) ilmu ushul fiqh; c) ilmu tauhid; d) ilmu
asbabun-nuzul & qiyas; e) ilmu nasikh wal mansukh; f) ilmu hadits; g) ilmu qira’at;
h) ilmu mauhibah.

Metode Penafsiran
Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang mempunyai arti
“cara atau jalan”.18 Sedangkan dalam bahasa Inggris kata metode ini ditulis
‘method’, selanjutnya dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan “ṭariqah” dan
“manhaj”.19 Munculnya metodologi tafsir berbarengan dengan penafsiran itu
sendiri. Sehingga dengan demikian metodologi tafsir merupakan “kembaran”,
bagian yang tidak dapat dipisahkan atau bisa disebut substansi dari ilmu tafsir
(Ulum al-Tafsir).
Metodologi tafsir sebagai cara dalam menafsirkan al-Qur’an, ternyata
sangat berpengaruh terhadap hasil akhir suatu penafsiran. Secara sistematis
metodologi penafsiran Alquran wacana studi tafsir yang berkembang dari
periode klasik sampai periode modern abad 20 M, ada empat, yaitu: metode
ijmali, metode taḥlili, metode muqarin dan metode mauḍu’i (tematik).20

17 Ilmu ma’ani adalah ketentuan-ketentuan pokok dan kaidah-kaidah untuk mengetahui

keadaan kalimat Arab yang sesuai dengan keadaan dan relevan dengan tujuan ungkapannya.
Ilmu bayan adalah beberapa ketentuan pokok dan kaidah untuk mengetahui penyampaian
makna yang satu dengan berbagai ungkapan, namun terdapat perbedaan kejelasan makna antara
satu ungkapan dengan lainnya. Ilmu badi’ adalah ilmu yang membahas tentang keindahan kalimat
arab/ untuk mengetahui bentuk-bentuk dan keutamaan-keutamaan yang dapat menambah nilai
keindahan dan estetika, membungkusnya dengan bungkus yang dapat memperbagus ungkapan
itu.
18Fuad Ḥasan Koentjaraningrat, “Beberapa Asas Metologi Ilmiah”, di dalam Metode-metode

Penelitian Masyarakat, red. Koentjaraningrat, (Jakarta: Gramedia, 1977), 16.


19Aḥmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Gresif, 1997), 849


20‘Abd. Ḥayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mauḍu’i, (Kairo: Dar al-Kutub al-

‘Arabiyyah, 1976), 41
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

144
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

a. Metode ijmali (global) adalah menjelaskan ayat-ayat Alquran secara


ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah
difahami, dan enak dibaca.21contohnya tafsir jalalain, tafsir al-muyasar.
b. Metode analitis (taḥlili) ialah menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup di
dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang
menafsirkan ayat-ayat tersebut.22 Contohnya tafsir maraghi, tafsir ibnu
katsir, tafsir mafatihul ghaib.
c. Metode muqarin adalah menafsirkan sekelompok ayat Alquran
dengan cara membandingkan antar-ayat dengan ayat, atau antara ayat
dengan ḥadith, atau antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan
aspek-aspek perbedaan tertentu dari objek yang dibandingkan
tersebut. Contoh tafsir durrah al-tanzil wa al-gurrah al-ta‘wil, tafsir jami‘
ahkam Alquran.
d. tafsir mauḍu’i berarti penjelasan ayat-ayat Alquran mengenai satu
judul/topik pembicaraan tertentu. Contoh tafsir al-Insan fi al-Qur’an,
al-Mar’ah fî al-Qur’an.

Bentuk dan Corak Tafsir


Sepanjang sejarah penafsiran al-Qur’an, ada dua bentuk penafsiran yang
dipakai oleh ulama yaitu tafsir bi al- ma'thur (riwayah ) dan tafsir bi al-ra'yi
(pemikiran). Pengertian tafsir riwayah23 dalam sejarah hermeneutik al-Qur’an
klasik, merupakan suatu proses penafsiran al-Qur’an yang menggunakan data
riwayah dari Nabi dan sahabat sebagai variabel penting dalam proses penafsiran
al-Qur’an. Menurut Ḥusain al-Dhahabi tafsir bi al-ra’yi adalah tafsir yang
penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah
terlebih dahulu mengetahui bahasa Arab serta metodenya, dalil hukum yang
ditunjukkan, serta problema penafsiran seperti asbab al-nuẓul, nasikh mansukh, dan
sebagainya.
Adapun corak tafsir adalah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai
sebuah penafsiran dan merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektual
seseorang mufassir, yang kemudian menjadi pandangan atau trade mark mereka
dalam tafsirnya sekaligus warna pemikiran mereka terhadap ayat-ayat al-Qur’an
ketika ia menjelaskan maksud-maksud ayat al-Qur’an. Para mufassir sangat

21 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),


13
22‘Abd. al-Ḥayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mauḍu’i.........., 24
23Al-Farmawi menjelaskan bahwa, tafsir bi al-ma’thur (disebut pula al-riwayah dan al-naql)
adalah penafsiran al-Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan al-Qur’an sendiri, penjelasan
Rasul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya dan aqwal tabi’in. Lihat, Abd al-Ḥayy al-Farmawi,
al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mauḍu’i, (Mesir: Maktabah al-Jumhuriyyah, t.t), 25
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

145
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

beragam dalam membagi corak tafsir, antara lain: corak lughawi>24>, corak
fiqhi>25, corak teologis (al-i’tiqa>di)26, corak sufistik27, corak falsafi>28, corak ‘ilmi>
(scientific exegesis)29, corak adabi> ijtima>’i30 dan sebagainya.

Teori Penafsiran
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuine dan hermeneia yang
berarti “menafsirkan dan penafsiran”. Menurut istilah, hermeneutika adalah
suatu metode untuk menafsirkan simbol berupa teks atau sesuatu yang
diperlakukan sebagai teks untuk dicari arti dan maknanya dimana mensyaratkan
kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami kemudian
dibawa kemasa sekarang.31 Belakangan ini teori ini digunakan oleh pemikir
muslim kontemporer dalam merumuskan metodologi penafsiran baru Alquran
yakni Fazlur Rahman, Arkoun, Abu Zayd, Aminah Wadud dan Muhammad
Syahrur. Seseorang yang menafsirkan Alquran harus benar-benar memiliki ilmu
Alquran serta ilmu pendukung penafsiran karena isi kandungan Alquran tidak
dapat ditafsirkan secara semena-mena.
Semantik merupakan salah satu metode yang ideal dalam mengungkapkan
makna dan pelacakan perubahan makna yang sesuai dengan maksud
penyampaian oleh Allah. Pendekatan yang paling cocok dalam mengungkap
makna serta konsep yang terkandung dalam Alquran adalah semantika Alquran.
Semiotika Alquran adalah cabang ilmu semiotik yangmengkaji tanda-tanda
di dalam Alquran dengan menggunakan konvensi/aturan yang ada di
dalamnya. Tanda dalam Alquran tidak hanya bagian terkecil dari unsur-unsur
seperti: kalimat, kata, huruf, tetapi seluruh struktur yg menghubungkan masing-
masing unsur dalam Alquran. Teks Alquran merupakan tanda bersistem yg

24Corak lughawi> adalah tafsir yang dalam menjelaskan ayat-ayat Alquran lebih banyak

didominasi dengan uraian tentang berbagai aspek kebahasaan daripada pesan pokok dari ayat
yang ditafsirkan.
25Corak fiqhi > adalah corak penafsiran Alquran yang menitikberatkan pada diskusi-

diskusi tentang masalah hukum fiqh.


26Corak teologis adalah corak penafsiran Alquran yang lebih banyak menjelaskan tentang

tema-tema teologis daripada pesan pokok Alquran.


27Corak sufistik adalah corak penafsiran Alquran yang dibangun atas dasar-dasar teori

sufistik yang bersifat falsafi, yang digunakan untuk menguatkan teori sufistik.
28Corak falsafi> adalah penafsiran Alquran yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan

filsafat, sehingga sebagai konsekuensinya tafsir ini banyak didominasi oleh teori-teori filsafat
sebagai paradigmanya.
29Corak ‘ilmi> adalah penafsiran Alquran yang menggunakan pendekatan teori-teori
ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat Alquran.
30Corak adabi> wal ijtima>’i adalah penafsiran Alquran yang diperkaya dengan riwayat

ulama’ salaf dan uraian tentang sunnatulla>h yang berlaku di masyarakat (Manna>’ al-Qat}t}an,
Mabah}its fi> ‘Ulu>m Alquran, (Muassasah Al-Risa>lah: Beirut, 1976), 372
31 Faiz Fakhrudin, Hermeneutika Qur’ani; antara teks, konteks, dan kontekstualisasi, (Yogyakarta:

Qalam, 2003), 9
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

146
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

mengandung pesan Tuhan untuk disampaikan kpd manusia. Hal ini berarti
terjadi komunikasi antara Tuhan dan manusia (QS.As-Syura:51).
Munasabah dalam kajian ilmu tafsir ialah pertalian yang terdapat di antara
ayat-ayat Alquran dan surat-suratnya, baik dari segi makna, susunan kalimat,
maupun letak surat, ayat dan sebagainya. Manna’ al-Qattan mengatakan bahwa
munasabah mengandung pengertian aspek hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam
himpunan beberapa ayat, ataupun hubungan surat dengan surat yang lain.
Diantara prinsip penting dalam memahami Alquran adalah memperhatikan
asba>b al-nuzu>l seperti diakui oleh ulama, Alquran diturunkan dengan dua cara:
tanpa sebab dan ada sebab/peristiwa tertentu. Asbab al-Nuzul ialah sesuatu yang
turun satu ayat atau beberapa ayat berbicara tentangnya (sesuatu itu) atau
menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum yang terjadi pada waktu terjadinya
peristiwa tersebut.

Term Keluarga Dalam Alquran


Keluarga secara etimologi berasal dari bahasa Arab ‫ ۡاالسرة ۡج ۡاسر‬berarti
famili, keluarga, sanak saudara.32 Kata keluarga juga bermaknaۡ ۡ ‫عشيرة ۡج ۡعشائر‬
berarti kabilah, suku, sanak, kerabat dekat (famili). Selain itu keluarga juga
bermakna ۡ ‫ اهل ۡج ۡاهلون ۡاو ۡواهال‬berarti famili, keluarga, dan kerabat. Dikatakan ahlu
al-rajuli bermakna zawjatuhu/istri.33 Untuk menunjukkan kata keluarga, Alquran
menggunakan term-term antara lain:
a) Ahlun/Ahluna (Jamak) disebut sebanyak 54 kali di dalam Alquran.
Namun yang menunjukkan arti keluarga terdapat pada ayat-ayat Alquran:
QS.Yusuf:62; Al-Tahrim:6; An-Naml:7; An-Nisa’:25; Hud:46; Al-Maidah:89.
b) Al/Alun bermakna keluarga dalam pengertian luas yakni pengikut,
kaum atau kerabat atau keturunan (anak cucu/bani). Kata ini terulang 25 kali di
dalam Alquran. Al yang menunjukkan arti keluarga terdapat pada ayat-ayat
Alquran antara lain: QS.Al-Baqarah:248; Ali Imran:33; An-Nisa’:54; As-Saba’:13;
Yusuf: 6; Al-A’raf: 141.
c)‘Asyirah bermakna isyrah (pergaulan);‘asyir-‘usyara’(kawan/karib);
‘asyirah ‘asyair (suku, kaum, keluarga).34 Term ini dalam Alquran dalam berbagai
bentuk yaitu al-‘Asyir dalam al-Haj:13; ‘asyiratak dalam al-Syu’ara’:214;
‘asyiratakum dalam al-Taubah:24; ‘asyiratahum dalam al-Mujadilah:22; ‘asyir dalam
an-Nisa’:19.
d)Dzawi al-Qurba/Dza maqrabah/Dza al-Qurba. Dalam Alquran digunakan
untuk orang-orang yang memiliki kedekatan, kekerabatan dan kekeluargaan.

32 Aḥmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Gresif, 1997), 23
33 Ibid., 46
34 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta:Yayasan Penterjemah Alquran, 1973), 267

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

147
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Terdapat pada ayat-ayat Alquran: QS. as-Syura:23; al-Isra’:26; al-Taubah:113; al-


Hasyr:7; al-Baqarah: 177.

Term Sakinah, Mawaddah wa Rahmah


Kata sakinah secara etimologi berasal dari sakana-yaskunu berarti sesuatu
yang tenang atau tetap setelah bergerak (tsubutu as-syai' ba‘da taharruk).35Pisau
dalam bahasa Arab disebut sikkin, karena ia adalah alat yang membuat binatang
yang disembelih menjadi tenang, tidak bergerak, yang sebelumnya meronta.
Sakinah menurut terminologi diartikan dengan damai atau tenang dan tenteram
semakna dengan sa’adah (bahagia), keluarga yang penuh rasa kasih sayang dan
memperoleh rahmah Allah SWT.36 Keluarga sakinah adalah keluarga yang setiap
anggotanya merasakan suasana tenteram, damai, bahagia, aman dan sejahtera
lahir batin.37
Kata sakinah ditemukan di dalam Alquran sebanyak 69 kali dalam berbagai
bentuk: litaskunu(4); liyaskuna(2); masakinuhum(3); maskunah(2); askunu(2);
sakanun(3); sakinah (2); sakinatahu(3)38 antara lain yang maknanya sesuai dengan
sakinah yaitu: QS.Ar-Rum:21; Al-Baqarah:248; An-Nur: 29; An-Nahl:80; Al-A’raf:
189; Al-Taubah:40.
Mawaddah secara bahasa berasal dari fi’il wadda-yawuddu-wuddan-
wawadatan-wa mawaddatan (cinta; kasih; persahabatan) yakni menyukai, senang,
mengasihi, menyayangi.39 Secara terminologi, mawaddah bermakna kelapangan
dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Ia merupakan cinta plus yang sejati.
Jika mencintai disamping terus berusaha mendekati, pasti pernah kesal juga
sehingga cintanya pudar bahkan putus. Tetapi mawaddah tidak, ia bukan sekedar
cinta biasa. Jika cinta bisa pudar, tetapi mawaddah tidak sebab hatinya kosong
dari keburukan lahir batin yang datang dari pasangan. Ibrahim al-Biqa’i
menafsirkan mawaddah dengan cinta yang tampak dampaknya pada perlakuan-
serupa dengan tampaknya kepatuhan karena rasa kagum dan hormat.
Di dalam Alquran kata mawaddah dalam beberapa bentuk wadda (2);
yawuddu (1); wuddan (1); wadud (1); mawaddah (6) antara lain yang maknanya
sesuai dengan mawaddah yaitu: QS.Ar-Rum:21; As-Syura:23; Al-mumtahanah:7;
An-Nisa’:73; Al-Maidah:82.40
Dalam kamus al-Munawwir dijelaskan rahmah berasal dari kata rahima-
yarhamu-rahmahan-wa marhamatan (kasihan, kasih sayang, rahmah). Ibnu Faris

35Al-Ashfahānī, al-Mufradāt fī Gharībil-Qur'ān, (Beirut: Dārul-Ma‘rifah, t.th), 236


36Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga : Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa.
(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), 148
37Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2004), 7
38 M. Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfad Alquran, (Beirut:Dar al-Fikr, 1980),

353
39 Aḥmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia........................, 1547
40 M. Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfad Alquran............................, 747

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

148
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

dalam Al-Maqyis menyebutkan kata yang terdiri dari huruf ra, ha, dan mim pada
dasarnya menunjuk arti kelembutan hati; belas kasih; dan kehalusan. Menurut
Muhammad Murtadha al-Zabidi, rahmah memiliki dua pengertian yaitu ta’attuf
(kasih sayang) dan riqqah (kelembutan). Jadi al-Rahmah berarti kasih sayang dan
kelembutan yang mendorong untuk berbuat baik terhadap yang di kasih
sayangi.41 Menurut Quraish Shihab, rahmah adalah kondisi psikis yang muncul
dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang
bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan rumah
tangga akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi mendatangkan
kebaikan bagi pasangan serta menolak segala yang mengganggu dan
mengeruhkannya.
Rahmah disuburkan dengan kesadaran bahwa tidak seorangpun yang
sempurna. Kekurangan yang dimiliki istri boleh jadi dimiliki suami dalam
bentuk yang lain. Kesadaran demikian dapat memelihara dan menyuburkan
kasih. Cinta, mawaddah, wa rahmah merupakan perekat perkawinan. Sehingga
apabila cinta pupus, kasih putus, masih ada rahmah, kalaupun ini tidak tersisa
maka masih ada amanah, selama pasangan itu beragama maka amanah
terpelihara sebagaimana termaktub dalam an-Nisa’:19.
Kata ini terulang sebanyak 338 kali di dalam Alquran yakni dalam bentuk
fi‘l mâdhi disebut 8 kali, fi‘l mudhâri‘ 15 kali, dan fi‘l amr 5 kali. Selebihnya disebut
di dalam bentuk ism (kata benda). Beberapa ayat yang maknanya sesuai dengan
makna rahmah (kasih sayang) yaitu: QS. Ali Imran:8; Ar-Rum:21; Al-Kahfi:98; Al-
Isra’: 82; Hud: 73; Maryam:21.

Tafsir Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah dalam Ibnu Katsir dan al-
Misbah
1. Tafsir Keluarga Menurut Tafsir Ibnu Katsir dan al-Misbah
a. QS. Al-Tahrim: 6
َّۡ ‫صونَۡ ۡٱ‬
ۡۡ‫ّللَ ۡ َما‬ ۡ َّ ۡ ۡ‫علَيۡ َها ۡ َملَۡئِكَةۡ ۡغ ََِلظۡ ۡ ِشدَاد‬
ُ ۡ‫ال ۡيَع‬ َ ُۡ ‫ارۡة‬ ُۡ َّ‫س ُكمۡ ۡ َوأَهۡلِي ُكمۡ ۡنَارۡا ۡ َوقُودُهَا ۡٱلن‬
َۡ ‫اس ۡ َۡوٱلۡحِ َج‬ َ ُ‫يَۡأَيُّ َها ۡٱلَّذِينَۡ ۡ َءا َمنُواۡ ۡقُوۡاۡ ۡأَنف‬
ۡ٦َۡۡ‫أ َ َم َرهُمۡۡ َويَفۡعَلُونَۡۡ َماۡيُؤۡ َم ُرون‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Menurut Ibnu Katsir, Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Mansur,


dari Ali bin Abi Thalib, makna ‫سكُمۡ َوأَهۡلِي ُكمۡ ۡنَارۡا‬
َ ُ‫ قُوا ۡأَنف‬adalah didiklah mereka
dan ajarilah mereka. Ali ibnu Abu Talhah juga meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, maksudnya adalah amalkanlah ketaatan kepada Allah dan

41Abdurrasyid Ridha, Memasuki Makna Cinta, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2003), 80
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

149
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta


perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan
menyelamatkan kamu dari api neraka. Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna tersebut yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan
perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah.
Dan hendaklah kamu tegakkan perintah Allah, mengerjakannya serta
mengamalkannya. Dan apabila kamu melihat di kalangan mereka, suatu
perbuatan maksiat maka kamu harus mencegahnya. Ada hadist yang
semakna diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud melalui hadist Abdul
Malik bin Rabi' bin Sabrah, Rasulullah Saw bersabda:
‫افَِإذَاابَلَ َاغا َع ْشَارا ِسنِ َا‬،‫ني‬ِِ ِ
‫اض ِربُاواهُا َعلَْي َها‬
ْ َ‫نياف‬ َ ‫با ِِبلص َالاةاإِذَاابَلَ َاغا َسبْ َاعاسن‬
‫ُمُروااالصِ ا‬
Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh
tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena
meninggalkannya.

Hadits di atas diriwayatkan Abu Daud dan Turmudzi dengan kualitas


hasan. Ulama Fiqh berpendapat hal yang sama diberlakukan terhadap
anak dalam masalah puasa, agar anak-anak terlatih dalam ibadah,
sehingga dikala dewasa sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah,
ketaatan, dan menjauhi maksiat serta meninggalkan perkara yang
mungkar.42
Menurut Quraish Shihab, peliharalah dirimu antara lain dengan
meneladani Nabi dan pelihara juga keluargamu, yakni istri, anak-anak, dan
seluruh yang berada dibawah tanggung jawabmu dengan membimbing
dan mendidik mereka, agar kamu semua terhindar dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu antara
lain yang dijadikan berhala-berhala.
Surah al-Tahrim ayat 6 menggambarkan dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Ayat tersebut walaupun secara redaksional tertuju
pada ayah (kaum pria), tetapi bukan berarti hanya tertuju kepada mereka.
Ayat ini khitab-nya adalah ayah dan ibu. Ini berarti kedua orang tua
bertanggungjawab terhadap anak-anak dan pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing tanggungjawab terhadap kelakuannya. Ayah
atau ibu sendiri tidak cukup menciptakan rumah tangga yang didasari
nilai agama serta dinaungi hubungan harmonis.43
b. QS. Ali Imran:33
ۡۡ٣٣َۡۡ‫علَىۡٱلۡ َۡعلَمِ ين‬
َ َۡۡ‫لۡعِمۡ َۡرن‬
َۡ ‫ِيمۡ َو َءا‬
َۡ ‫لۡ ِإبۡ َۡره‬ َ ۡ‫ّللَۡٱص‬
َۡ ‫طفَىۡۡ َءادَ َۡمۡ َونُوحۡاۡ َو َءا‬ َّۡ ‫ِإ‬
َّۡ ‫نۡٱ‬

42Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah al-Tahrim:6
43M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.14,
(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 326-327
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

150
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga
´Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Allah memberitakan bahwa Dia memilih
beberapa keluarga atas semua penduduk bumi. Allah memilih Adam As,
untuk itu Dia menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya dan
meniupkan ke dalam tubuh Adam sebagian dari ruh-Nya, memerintahkan
para malaikat bersujud kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama
segala sesuatu, dan menempatkannya di dalam surga, kemudian
menurunkannya dari surga karena hikmah yang hanya diketahui oleh-
Nya.
Allah memilih Nuh As dan menjadikannya sebagai rasul pertama
untuk penduduk bumi, di saat manusia mulai menyembah berhala dan
mempersekutukan-Nya dengan sesembahan-sesembahan yang Allah
sendiri tidak menurunkan hujah mengenainya. Kemudian Allah membela
Nuh setelah lama masa tinggalnya di kalangan kaumnya, menyeru mereka
untuk menyembah Allah siang dan malam hari, baik dengan sembunyi-
sembunyi maupun dengan terang-terangan. Akan tetapi, ternyata
usahanya itu tidak menambah dekat kepada mereka, kecuali makin jauh.
Maka Nuh berdoa untuk kebinasaan mereka, dan akhirnya Allah
menenggelamkan mereka semua hingga tidak ada seorang pun yang
selamat kecuali orang-orang yang mengikuti agama yang diutus oleh Allah
kepadanya.
Allah Swt memilih keluarga Ibrahim yang dari kalangan mereka lahir
penghulu manusia, penutup semua nabi (yaitu Nabi Muhammad Saw).
Allah memilih keluarga Imran; yang dimaksud dengan Imran dalam ayat
ini ialah orang tua Maryam, ibu Nabi Isa. Muhammad ibnu Ishaq ibnu
Yasar mengatakan bahwa dia adalah Imran ibnu Yasyim ibnu Misya ibnu
Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu
Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu Rukhai'am ibnu Sulaiman
ibnu Daud. Isa termasuk salah seorang dari keturunan Nabi Ibrahim,
seperti yang akan dijelaskan nanti dalam surat Al-An'am.44
Dalam al-Misbah, Allah berdasarkan pengetahuan-Nya yang azali
tentang sifat dan potensi masing-masing makhluk serta atas dasar hikmah
kebijaksanaan-Nya telah memilih Adam sebagai khalifah di dunia, dan
memilih Nuh sebagai bapak umat manusia kedua. Allah juga memilih
keluarga Ibrahim, yakni Ismail, Ishaq, serta anak cucu mereka dari pada
Nabi dan juga memilih keluarga Imran yakni Isa as. Yang dianugerahi
mukjizat dan lahir tanpa ayah. allah memilih mereka atas umat umat-umat

44 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah Ali Imran:33
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

151
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

dimasa mereka masing-masing, sebagai satu keturunan yang berasal dari yang
lain.45
c. QS. al-Syu’ara’:214
ۡۡۡ١٢٢َۡۡ‫ل َقۡ َر ِبين‬ ۡ ‫ِيرت َكَۡۡٱ‬ َ ‫عش‬ َ ۡۡ‫ۡ َوأَنذِر‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Allah berfirman kepada Rasul agar memberi
peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang
menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali iman.
Banyak hadist yang menceritakan tentang turunnya ayat ini:
‫اّللُا َعلَيْ ِاها َو َسل َاما‬
‫صلىا ا‬ ِ‫ولا ا‬ ‫كااألقْ َربِ َا‬‫ا{ َوأَنْ ِذ ْاراعَ ِش َريتَ َا‬:‫ت‬ ‫ا َع ْانا َعائِ َش اةَاقَالَ ْا‬،‫ا َع ْاناأَبِ ِيه‬،‫ا َحدثَنَاا ِه َشام‬،‫َحدثَنَاا َوكِيع‬
َ ‫اّللا‬ ‫اقَ َااما َر ُس ُا‬،‫ني}ا‬ ‫الَماانََزلَ ْا‬:‫ت‬
."‫الا َماا ِشْئ تُ ْام‬ ‫ا َسلُ ِ ا‬،‫اّللِا َشْي ئًا‬
‫ونا ِم ْانا َم ِ ا‬ ‫اَاالاأ َْملِ ُا‬،‫ب‬
‫كالَ ُك ْاما ِم َانا ا‬ ِ ِ‫نا َعْب ِاداالْمطل‬
ُ
ِ ِ‫ص ِفي اةُاابْنَاةَا َعبْ ِاداالْمطل‬
‫ا َايابَِ ا‬،‫ب‬ ُ
ِ
َ ‫ا َايا‬،‫ا" َايافَاط َم اةُاابْنَاةَا ُُمَمد‬:‫ال‬
‫فَا َق َا‬

Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami


Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan,
yaitu firman Allah Swt.: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat. (As-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw bersabda: Hai Fatimah
binti Muhammad, hai Safiyyah binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul
Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan apapun bagi kalian terhadap
Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka kalian. Imam Muslim
meriwayatkan hadist ini secara tunggal.46
Kata ‘asyirah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari
‘asyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang terdekat atau
keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari saling bergaul. Sedangkan
aqrabin yang menyifati kata ‘asyirah merupakan penekanan sekaligus guna
mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang
terdekat.47
2. Tafsir Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah Menurut Ibnu Katsir dan al-
Misbah
a. QS. ar-Rum:21
ۡ َ ۡ َۡ‫ن ۡفِي ۡ ۡذَلِك‬
ۡۡ‫لۡيَتۡ ۡ ِلقَوۡم‬ َۡ ‫َومِ نۡ ۡ َءا َۡيتِ ِهۦۡ ۡأَنۡ ۡ َخلَقَۡ ۡلَ ُكم ۡ ِمنۡ ۡأَنفُ ِس ُكمۡ ۡأَزۡ َۡوجۡا ۡ ِلت َسۡ ُكنُوۡاۡ ۡ ِإلَيۡ َها ۡ َو َج َع‬
َّۡ ‫ل ۡ َبيۡنَ ُكم ۡ َّم َودَّةۡ ۡ َو َرحۡ َمةۡ ۡ ِإ‬
ۡۡ١٢َۡۡ‫يَتَفَ َّك ُرون‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.

45 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.2,

(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 75-76


46 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah al-Syu’ara’:214
47M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.10,

(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 150


NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

152
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Menurut Ibnu Katsir, }‫ { َومِنۡ ۡآ َياتِ ِۡه ۡأَنۡ ۡ َخلَقَۡ ۡلَ ُكمۡ ۡمِ نۡ ۡأَنفُ ِس ُكمۡ ۡأَز َواجا‬Dia menciptakan
bagi kalian kaum wanita dari jenis kalian sendiri yang kelak mereka
menjadi istri-istri kalian. }‫ { ِلت َس ُكنُوا ۡ ِإلَي َها‬supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
‫اح َدةاا َو َج َع َالا ِمْن َهاا َزْو َج َهاالِيَ ْس ُك َاناإِلَْي َها‬
ِ ‫ه اواال ِذياخلَ َق ُك اما ِم انانَ ْفسااو‬
َ ْ ْ َ َُ
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepada-nya. (Al-A'raf: 189).
Yang dimaksud adalah ibu Hawa. Allah menciptakannya dari Adam, yaitu
dari tulang rusuknya yang terpendek dari sebelah kirinya. Seandainya
Allah menjadikan semua Bani Adam terdiri dari laki-laki dan menjadikan
pasangan mereka dari jenis lain yang bukan dari jenis manusia, misalnya
jin atau hewan, maka pastilah tidak akan terjadi kerukunan dan
kecenderungan di antara mereka dan tidak akan terjadi pula perkawinan.
Bahkan sebaliknya yang terjadi adalah saling bertentangan dan saling
berpaling, seandainya mereka berpasangan bukan dari makhluk sesama
manusia.
Termasuk di antara rahmat Allah yang sempurna kepada anak-anak
Adam ialah Dia menjadikan pasangan (istri) mereka dari jenis mereka
sendiri, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara pasangan-
pasangan itu. Karena adakalanya seorang lelaki itu tetap memegang
wanita karena cinta kepadanya atau karena sayang kepadanya, karena
mempunyai anak darinya, atau sebaliknya kerena si wanita memerlukan
perlindungan dari si lelaki atau memerlukan nafkah darinya, atau
keduanya saling menyukai, dan alasan lainnya.48
Dalam al-Misbah, Ar-Rum:21 menguraikan pengembangbiakan
manusia serta bukti kuasa dan rahmat Allah, diantara tanda kekuasaan-Nya
adalah Dia menciptakan untukmu secara khusus pasangan hidup suami atau
istri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang dan tentram serta cenderung
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan rahmah.
Sesungguhnya terdapat tanda bagi kaum yang berpikir tentang kuasa dan
nikmat Allah.
Sebagian ulama memahami kata ۡ ‫ ازواج‬pada ayat ini bahkan ayat-ayat
serupa sebagai istri-istri. Menurut mereka kata ۡ ‫ اليها‬menggunakan kata
ganti muannats yang menunjukkan perempuan, dan ۡ‫ لكم‬menunjukkan laki-
laki, sehingga khitab disini adalah suami. Pemahaman ini tidak tepat. Kata
‫ اليها‬menunjuk pada ‫( ازواج‬jamak), yang kita ketahui dalam bahasa Arab
jamak menggunakan bentuk muannats. Di sisi lain, bahasa Arab cenderung
menyingkat kata-kata, misalnya bentuk mudzakar sudah mewakili muannats

48 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah Ar-Rum:21
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

153
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

tanpa menyebut sudah mencakup keduanya. Semua perintah yang


berbentuk mudzakar tertuju pula pada muannats selama tidak ada indikator
yang menunjukkan kekhususan buat laki-laki. Di ayat ini azwaj berarti
pasangan baik laki-laki/perempuan.
Kata ۡ ‫ انفسكم‬adalah bentuk jamak dari nafs yang berarti
jenis/diri/totalitas sesuatu. Manusia diciptakan dari jenisnya maksudnya
Allah tidak membolehkan manusia menikahi selain jenisnya. Perkawinan
antara lain jenis, atau pelampiasan nafsu seksual melalui makhluk lain,
bukan pasangannya tidak dibenarkan Allah. Dalam an-Nisa’:1 Allah
menciptakan dari nafsin wahidah pasangannya bermakna bahwa pasangan
suami istri hendaknya menyatu menjadi diri yang satu, yaitu menyatu
dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, gerak dan
langkahnya, bahkan dalam menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya
perkawinan disebut zawaj (berpasangan), disamping disebut nikah berarti
penyatuan ruhani dan jasmani.49
Kataۡ ‫ تسكنوا‬terambil dari kata sakana yaitu diam, tenang setelah
sebelumnya goncang dan sibuk. Dari sini rumah dinamai sakan karena dia
tempat memperoleh ketenangan batin. Setiap jenis kelamin (pria atau
wanita) dilengkapi Allah dengan alat kelamin, yang tidak dapat berfungsi
sempurna jika berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya
tercapai dengan bersatunya masing-masing pasangan. Allah menciptakan
dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu dengan pasangannya
yang masing-masing ingin mempertahankan eksistensi jenisnya. Dari sini
Allah menciptakan naluri seksual dimana setiap insan dari hari ke hari
memuncak pemenuhannya. Dia akan merasa gelisah, pikiran kacau, dan
jiwa bergejolak jika penggabungan kebersamaan dengan pasangan tidak
terpenuhi. Maka Allah mensyari’atkan perkawinan bagi manusia agar bisa
memperoleh ketenangan.
Kata ۡ ‫ اليها‬yang merangkai kata litaskunu mengandung makna
cenderung/menuju kepadanya, sehingga penggalan ayat di atas bermakna
Allah menjadikan pasangan suami istri masing-masing merasakan
ketenangan di samping pasangannya serta cenderung kepadanya.
Kata ۡ ‫ مودة‬terambil dari akar kata yang terdiri dari wauw dan dal
berganda (tasydid), yang mengandung cinta dan harapan. Demikian Ibn
Faris dalam Maqayis-nya. Al-Biqa’i berpendapat, rangkaian huruf tersebut
mengandung arti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak
buruk. Kata ini mengandung makna cinta, tetapi cinta plus. Al-Biqa’i

49 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.11,
(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 34-35
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

154
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

berpendapat cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan prilaku mirip
dengan kepatuhan karena kagum pada seseorang.
Sebagian ulama menjadikan tahap rahmat pada suami istri lahir
bersama lahirnya anak atau ketika pasangan mencapai usia lanjut. Itu
karena rahmat tertuju kepada yang dirahmati dalam keadaan butuh.
Dengan demikian, rahmat tertuju pada yang lemah. Dan kelemahan sangat
dirasakan dimasa tua. Baik mawaddah maupun rahmat merupakan anugerah
Allah yang nyata.
b. QS. al-Furqan:54
ۡۡ٤٢ۡ‫صهۡرۡاۡۡ َو َۡكانَۡۡ َربُّكَۡۡقَدِيرۡا‬ َ َ‫َوه َُۡوۡٱلَّذِيۡ َخلَقَۡۡمِ نَۡۡٱلۡ َماۡءِۡۡبَشَرۡاۡفَ َجعَلَ ۡهۥ ُۡن‬
ِ ‫سبۡاۡ َو‬
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu
(punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, (‫ ) َوه َُۡو ۡٱلَّذِي ۡ َخلَقَۡ ۡمِ نَۡ ۡٱلۡ َماۡء‬dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air artinya, Dia menciptakan manusia dari nutfah
yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia rapikan kejadiannya hingga
mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik laki-laki
ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya. ( ۡ‫صهۡرۡا‬ َ َ‫)فَ َجعَلَ ۡهۥ ُ ۡن‬
ِ ‫سبۡا ۡ َو‬
lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah. Pada mulanya
seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin lalu
mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu dan besan
serta kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena
itulah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya ( ‫ ) َوكَانَۡ ۡ َربُّكَۡ ۡقَدِيرۡا‬adalah
Tuhanmu Maha kuasa.
Dalam al-Misbah, Allah menciptakan manusia dari setetes mani, lalu
menjadikannya manusia baik berjenis kelamin laki-laki atau perempuan,
yang mempunyai hubungan kekerabatan melalui keturunan yakni yang
lelaki dan melalui mushaharah yakni perkawinan dengan perempuan.
Tuhan pemelihara dan pembimbingmu sehingga dapat menciptakan
setetes air mani sebagai makhluk yang sempurna. Dari setetes itu pula
lahir anak keturunan yang berbeda-beda wajah dan perangainya.
Kata basyar digunakan Alquran untuk menunjuk manusia secara
umum, dengan persamaannya dari segi fisik dan kemanusiaannya tanpa
penekanan pada sisi-sisi kejiwaan dan mentalnya. Rasul memiliki
persamaan antara lain: pancaindra sebagaimana oranglain merasa lapar,
dahaga, serta memiliki naluri kebutuhan biologis. Yang membedakan ialah
beliau menerima wahyu yang tidak akan diperoleh tanpa kesucian jiwa

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

155
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

dan keluhuran akhlak. Shihran berarti hubungan kekerabatan antara suami


dan istri dengan keluarga pasangan masing-masing.50
c. QS. al-Baqarah: 223
ِۡ ‫ّللَۡ َۡوٱعۡلَ ُموۡاۡۡأَنَّ ُكمۡ ُّملَۡقُو ۡهُۡ َوبَش‬
ۡۡ١١٣َۡۡ‫ِرۡٱلۡ ُمؤۡمِ نِين‬ َّۡ ‫ساۡ ُؤ ُكمۡۡ َحرۡثۡۡلَّ ُكمۡۡفَأۡتُواۡۡ َحرۡث َ ُكمۡۡأَنَّىۡۡشِئۡتُمۡۡ َوقَ ِد ُمواۡۡ ِلَنفُ ِس ُكمۡۡ َۡوٱتَّقُواۡۡٱ‬ َ ِ‫ن‬
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman.
Menurut Ibnu Katsir, ( ۡ‫ساۡ ُؤ ُكمۡ ۡ َحرۡثۡ ۡلَّ ُكم‬ َ ِ‫ )ن‬Istri-istri kalian adalah (seperti)
tanah tempat kalian bercocok tanam. Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan al-hars ialah peranakan (kemaluan). Dalam firman
selanjutnya (ۡ‫ )فَأۡتُواۡ ۡ َحرۡث َ ُكمۡ ۡأَنَّىۡ ۡشِئۡتُم‬maka datangilah tanah tempat bercocok tanam
kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki, maksudnya Yakni bagaimanapun
caranya menurut kehendak kalian, baik dari depan maupun belakang
dengan syarat yang didatangi adalah satu lubang, yaitu lubang kemaluan,
seperti yang telah ditetapkan oleh banyak hadis.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnul Munkadir yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Jabir menceritakan hadis
berikut: Dahulu orang-orang Yahudi berkeyakinan bahwa jika seseorang
menyetubuhi istrinya dari arah belakang, maka kelak anaknya bermata
juling. Maka turunlah firman-Nya: Istri-istri kalian adalah (seperti) tanah
tempat bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam kalian itu
bagaimana saja kalian kehendaki.51Ibnu Juraij mengatakan, sehubungan
dengan hadist ini disebutkan di dalamnya bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
‫ُم ْقبِلَةاا َوُم ْدبَِرةااإِذَاا َكا َاناذَلِ َا‬
‫كاِ ا‬
‫يفاالْ َف ْرجِا‬
Boleh dari depan dan boleh dari belakang jika yang didatanginya adalah
farji..

Menurut al-Misbah, istri adalah tempat bercocok tanam, bukan hanya


mengisyaratkan bahwa anak yang lahir adalah benih yang ditanam ayah.
Istri hanya berfungsi sebagai ladang yang menerima benih. Jangan
salahkan istri jika melahirkan anak perempuan sedang suami berharap
laki-laki, karena dua kromosom merupakan faktor kelamin yang terdapat
pada wanita sebagai pasangan homolog adalah (XX). Dan laki-laki bukan
homolog (XY). Apabila X pada jantan bertemu dengan X pada wanita,

50 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.9,

(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 503


51 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah al-Baqarah:223

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

156
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

maka anak yang lahir wanita, sedangkan jika X bertemu Y maka anak yang
lahir laki-laki.
Suami diibaratkan petani, bersihkan ladangmu dari hama, usir burung
yang bermaksud membinasakannya. Pupuk ia dengan pupuk yang sesuai.
Kalau benih berbuah, perhatikan sampai panen agar buah berkualitas dan
tahan lama maksudnya berilah istri perhatian yang lebih dan penuhilah
kebutuhannya untuk perkembangan janin. Setelah lahir maka pelihara
anakmu sehingga ia bermanfaat untuk orangtua, keluarga bahkan
masyarakat.
Istri adalah ladang tempat bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok tanammu. Datangi kapan saja dan dari mana saja, asal
sasarannya benar, bukan arah yang lain. Arah yang lain berfungsi
mengeluarkan najis dan kotoran, bukan untuk menerima yang suci dan
bersih. Sperma adalah sesuatu yang suci dan menumpahkannya harus
suci, dengan tujuan memelihara diri dari terjerumus dosa. Berdoalah ketika
melakukan, ciptakan suasana kerohanian supaya benih yang lahir menjadi
baik disertai nilai-nilai suci. 52
d. QS. al-Baqarah: 187
َۡ ‫س ُكمۡ ۡفَت‬
ۡ‫َاب‬ َ ُ‫ّللُۡأَنَّ ُكمۡ ۡ ُكنتُمۡ ۡت َخۡت َانُونَۡ ۡأَنف‬ َّۡ ‫ُن ۡ ِلبَاسۡ ۡلَّ ُكمۡ ۡ َوأَنتُمۡ ۡ ِلبَاسۡ ۡلَّ ُه‬
َّۡ ‫ن ۡ َعل َِۡم ۡٱ‬ َ ِ‫ث ۡ ِإلَىۡ ۡن‬
َّۡ ‫ساۡئِ ُكمۡ ۡه‬ ُۡ َ‫لرف‬ َّ ‫ام ۡٱ‬
ِۡ َ‫لصي‬ِ ‫ل ۡلَ ُكمۡ ۡلَيۡلَ ۡةَ ۡٱ‬َّۡ ِ‫أُح‬
َۡۡ‫ض ۡمِ ن‬ُۡ َ‫ل َبۡي‬ ۡ ‫ط ۡٱ‬ُۡ ۡ‫ّللُ ۡلَ ُكمۡ ۡ َو ُكلُواۡ ۡ َۡوٱشۡ َربُواۡ ۡ َحتَّىۡ ۡيَت َ َبيَّنَۡ ۡلَ ُك ُۡم ۡٱلۡخَي‬ َّۡ ‫َب ۡٱ‬َۡ ‫ُن ۡ َۡوٱبۡتَغُواۡ ۡ َما ۡ َكت‬َّۡ ‫عفَا ۡ َعن ُكمۡ ۡفَۡٱلۡـۡنَۡ ۡبَۡش ُِروه‬ َ ‫علَيۡ ُكمۡ ۡ َو‬
َ
ۡ َ َ‫ّللِ ۡف‬
ۡ‫َل‬ َۡ ‫ع ِكفُونَۡ ۡفِي ۡٱلۡ َم‬
َّۡ ‫س ِج ِۡد ۡتِلۡكَۡ ۡ ُحد ُو ۡدُ ۡٱ‬ َۡ ۡ ۡ‫ُن ۡ َوأَنتُم‬ َّۡ ‫ال ۡت ُ َۡبش ُِروه‬
ۡ َ ‫ل ۡ َو‬ِۡ ۡ‫ام ۡ ِإلَى ۡٱلَّي‬ ۡ ِ ‫ل َسۡ َو ِۡد ۡمِ نَۡ ۡٱلۡفَجۡ ِۡر ۡث ُ َّۡم ۡأَتِ ُّمواۡ ۡٱ‬
َۡ ‫لص َي‬ ۡ ‫ٱلۡخَيۡطِۡ ۡٱ‬
ۡۡ٢٨١َۡۡ‫اسۡلَعَلَّ ُهمۡۡيَتَّقُون‬ َّۡ ‫ت َقۡ َربُوهَاۡۡ َك ۡذَلِكَۡۡيُ َبيِنُۡۡٱ‬
ۡ ِ َّ‫ّللُۡ َءايَۡتِ ِۡهۦۡلِلن‬
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-
isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri´tikaf
dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.

Menurut Ibnu Katsir, Hal ini merupakan keringanan dari Allah buat
kaum muslim, dan Allah menghapuskan apa yang berlaku di masa
permulaan Islam. Karena sesungguhnya pada permulaan Islam, apabila
salah seorang di antara mereka berbuka, ia hanya dihalalkan makan dan
minum serta bersetubuh sampai shalat Isya saja. Tetapi bila ia tidur

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.1,
52

(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 480-481


NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

157
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

sebelum/setelah shalat Isya, maka haram baginya makan, minum, dan


bersetubuh sampai malam berikutnya. Maka dengan peraturan ini mereka
mengalami masyaqat yang besar. ar-Rafas, dalam ayat ini artinya
bersetubuh. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ata, Mujahid, Sa'id ibnu
Jubair, Tawus, Salim ibnu Abdullah, Amr ibnu Dinar, Al-Hasan, Qatadah,
Az-Zuhri, Ad-Dahhak, Ibrahim An-Nakha'i, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani,
dan Muqatil ibnu Hayyan.
َّۡ ‫ُن ۡ ِلبَاسۡ ۡلَّ ُكمۡ ۡ َوأَنتُمۡ ۡ ِلبَاسۡ ۡلَّ ُه‬
(‫ن‬ َّۡ ‫ )ه‬Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun
adalah pakaian bagi mereka. Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair,
Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan, makna yang
dimaksud adalah ketenangan bagi kalian, dan kalian pun adalah
ketenangan bagi mereka. Menurut Ar-Rabi' Ibnu Anas, maksud ayat
mereka adalah selimut bagi kalian dan kalian pun adalah selimut bagi
mereka. Kesimpulannya suami dan istri, masing-masing dari keduanya
bercampur dengan yang lain dan saling pegang serta tidur-meniduri, maka
amatlah sesuai bila diringankan bagi mereka boleh bersetubuh dalam
malam Ramadan, agar tidak memberatkan mereka dan menjadikan mereka
berdosa.53Seorang penyair mengatakan:
‫اسا‬ ِ ِ ‫تافَ َكانَ ا‬ َ ‫نا ِج‬ ‫إِ َذاا َمااالض ِج ُا‬
َ َ‫تا َعلَْي اهالب‬
ْ ‫اع ْا‬
َ ‫اتَ َد‬...‫يد َهاا‬ ‫يعاثَ َا‬
Bilamana teman tidur melipatkan lehernya, berarti dia mengajak, maka jadilah
dia seperti pakaiannya.

Menurut Quraish Shihab, izin bercampur dengan istri dalam ayat ini
menunjukkan bahwa puasa tidak mengharuskan seseorang terlepas dari
semua unsur jasmaniyah. Seks adalah kebutuhan suami istri. karena itu
para istri merupakan pakaian bagimu, dan suami pun pakaian bagi wanita,
maksudnya pasangan suami istri harus saling melengkapi dan menutup
kekurangan masing-masing. Kalau pakaian merupakan hiasan, maka
suami adalah hiasan bagi istrinya. Suami juga harus bisa melindungi
pasangan dari krisis dan kesulitan yang mereka hadapi. Allah mengetahui
kamu tidak bisa menahan nafsu, sehingga ada yang bercampur di malam
hari.
Allah tidak melarang hubungan seks di malam hari puasa dan
pemaafan yang dianugerahkan-Nya, ayat ini melanjutkan perintah yang
tidak bersifat wajib; menurut ulama adalah anjuran. Perintah yang
dimaksud adalah silahkan melakukan hubungan seks dengan
memperhatikan apa yang ditetapkan Allah, baik hubungan seks maupun
makan minum. Makan dan minumlah hingga jelas benang putih, yakni cahaya
yang membentang di ufuk bagaikan benang panjang saat tampak fajar

53 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah al-Baqarah: 187
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

158
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

shadiq, dari benang hitam yang membentang bersama cahaya fajar dan
kegelapan malam. Ini berarti boleh makan, minum, dan berhubungan seks
dari terbenamnya matahari sampai terbit fajar.54
e. QS. An-Nisa’: 1 dan 34
ۡۡ‫ساۡءۡۡ َۡوٱتَّقُوا‬ َّۡ َ‫اسۡٱتَّقُواۡۡ َربَّ ُك ُۡمۡٱلَّذِيۡ َخلَقَ ُكمۡ ِمنۡنَّفۡسۡۡ َۡوحِ دَةۡۡ َو َخلَقَۡۡمِ نۡ َهاۡزَ وۡ َج َهاۡ َوب‬
َ ِ‫ثۡمِ نۡ ُه َماۡ ِر َجاالۡۡ َكثِيرۡاۡ َون‬ ُۡ َّ‫يَۡأَيُّ َهاۡٱلن‬
ُ
ۡ٢ۡ‫عليۡكمۡۡ َرقِيبۡا‬ َ َّۡ ِ‫امۡإ‬
َّۡ ‫نۡٱ‬
َ َۡۡ‫ّللَۡكَان‬ َۡ ‫لرۡ َح‬ َ ُ َ َ ‫ّللَۡٱلَّذِيۡت‬
ۡ ‫ساۡ َءلونَۡۡبِ ِۡهۦۡ َۡوٱ‬ َّۡ ‫ٱ‬
Menurut Ibnu Katsir, Allah berfirman memerintahkan kepada
makhluk-Nya agar bertakwa, yaitu menyembah kepada-Nya semata dan
tidak membuat sekutu bagi-Nya. Juga mengingatkan mereka akan
kekuasaan-Nya yang telah menciptakan mereka dari seorang diri berkat
kekuasaan-Nya orang tersebut adalah Adam as.
‫( َو َخلَقَۡ ۡمِ نۡ َها ۡزَ وۡ َج َها‬Dan darinya Allah menciptakan istrinya), Siti Hawa
diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk sebelah kiri bagian belakang Adam
ketika Adam sedang tidur. Saat Adam terbangun, ia merasa kaget setelah
melihatnya, lalu ia langsung jatuh cinta kepadanya. Begitu pula sebaliknya,
Siti Hawa jatuh cinta kepada Adam. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Muqatil, telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Abu Hilal. dari Qatadah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Wanita
diciptakan dari laki-laki, maka keinginan wanita dijadikan terhadap laki-laki; dan
laki-laki itu dijadikan dari tanah, maka keinginannya dijadikan terhadap tanah,
maka pingitlah wanita-wanita kalian." Di dalam sebuah hadist sahih
disebutkan:
‫تا ِِبَاا َوفِ َيهاا‬‫استَ ْمتَ ْع َا‬ ِ ‫اوإِ ِانااستمت ع ا‬،‫تاتُِقيم اها َكسرتَه‬
ْ ‫تاِبَاا‬َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ُ ‫افَِإ ْانا َذ َهْب َا‬،ُ‫الضلَ ِاعاأ َْع َاله‬ ِِّ ‫يفا‬
‫جا َش ْيءااِ ا‬ ‫ا َوإِنااأ َْع َو َا‬،‫تا ِم ْانا ِضلَع‬ ‫إِنااال َْم ْرأََاةا ُخلِ َق ْا‬
‫ِع َوجا‬
Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya rusuk
yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Maka jika kamu bertindak untuk
meluruskannya. niscaya kamu akan membuatnya patah. Tetapi jika kamu
bersenang-senang dengannya, berarti kamu bersenang-senang dengannya,
sedangkan padanya terdapat kebengkokan.

Allah mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan dari Adam


dan Hawa, lalu menyebarkan mereka ke seluruh dunia dengan berbagai
macam jenis, sifat, warna kulit, dan bahasa mereka. Kemudian sesudah itu
hanya kepada-Nya mereka kembali dan dihimpunkan.55
Kata (ۡ‫ ) ِمن ۡنَّفۡسۡ ۡ َۡوحِ دَة‬mayoritas ulama memahaminya dalam arti Adam,
dan ada juga yang memahami jenis manusia. Muhammad Abduh, al-

54M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.1,

(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 412

55 Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah an-Nisa’:1
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

159
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Qasimi dan para ulama kontemporer yang lain memahami demikian


sehingga ayat ini sama dengan al-Hujurat: 13. Ayat ini memang berbicara
tentang asal kejadian manusia yang sama dari seorang ayah/ibu yakni
sperma ayah dan ovum/indung telur ibu, tetapi penekanannya pada
persamaan hakikat setiap orang walaupun dari orangtua yang berbeda
tetapi proses kejadiannya sama, karena itu tidak wajar seseorang menghina
atau merendahkan orang lain.
Kata zaujaha secara harfiah bermakna pasangannya yakni istri Adam.
Para mufassir terdahulu memahami bahwa siti Hawa diciptakan dari
Adam sendiri. Pandangan ini melahirkan pandangan negatif terhadap
perempuan. Banyak penafsir menyatakan bahwa Hawa tercipta dari rusuk
sebelah kiri Adam yang bengkok. Al-Qurtubi dalam tafsirnya menulis
perempuan bersifat ‘awja’(bengkok), pandangan ini diperkuat hadits:
“Saling wasiat mewasiatlah untuk berbuat baik pada wanita. Karena mereka
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan bila engkau berupaya
meluruskannya ia akan patah.” (HR.Al-Tirmidzi).

Ulama kontemporer memaknai hadits ini secara metafora, yakni para pria
menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena kodrat dan sifat mereka
berbeda dengan laki-laki, jika meluruskannya tidak hati-hati maka akan
bengkok. Bahkan ada yang menolak keasliannya.
Thaba’thaba’i menafsirkan bahwa perempuan tercipta dari jenis yang
sama dengan Adam. Di dalam Alquran memang tidak ada petunjuk
tentang penciptaan wanita dari tulang rusuk Adam. Menurut Rasyid Rida
ide ini berasal dari perjanjian lama (Kejadian:II:21-22) menyatakan ketika
Adam tertidur lelap, Allah mengambil tulang rusuk Adam, lalu ditutupkan pula
dengan daging. Maka dari tulang yang dikeluarkan dibuat Tuhan seorang
perempuan.
Kata ‫ ارحام‬adalah bentuk jamak dari kata ۡ ‫( رحيم‬rahim) yakni tempat
peranakan. Disanalah benih anak tinggal, tumbuh dan lahir, selanjutnya
berkembang biak. Rahim menghubungkan seseorang dengan yang lain.
Rahim ibu merupakan tempat pertemuan sperma bapak dan indung telur
ibu, dapat membawa gen nenek/kakek dekat atau jauh. Allah mengancam
bagi yang memutuskan dan menjanjikan keberkahan dan usia yang
panjang bagi yang memeliharanya. Rahim tergantung di singgasana Ilahi
(Arsy), ia berkata: siapa yang menyambungku akan disambung Allah (dengan
rahmat-Nya) dan siapa yang memutuskanku akan diputuskan Allah (rahmat-

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

160
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Nya).(H.R Muslim). maksudnya adalah memelihara hubungan silaturahmi


yang berkaitan dengan perintah bertakwa.56
ۡۡ‫ظت‬ َۡ ‫ح ِف‬
َۡ ۡ ۡ‫حتُۡ ۡقَۡنِۡت َت‬ َّۡ ‫علَىۡ ۡبَعۡضۡ ۡ َو ِب َماۡ ۡأَنفَقُواۡ ۡمِ نۡ ۡأَمۡ َۡو ِل ِهمۡ ۡفَۡٱل‬
َۡ ‫ص ِل‬ َ ۡ ۡ‫ض ُهم‬ َّۡ ‫ل ۡٱ‬
َ ۡ‫ّللُۡبَۡع‬ َۡ ‫ض‬َّ َ‫ساۡءِۡ ۡ ِب َما ۡف‬ َ ِ‫علَى ۡٱلن‬ َ ۡ َۡ‫لۡقَ َّۡو ُمون‬ ُۡ ‫ٱ ِلر َجا‬
ۡ‫َل‬ َ َ
ۡ َ َ‫ُن ۡفَإِنۡ ۡأطعۡنَ ُكمۡۡف‬ َّۡ ‫اج ِۡع ۡ َۡوٱضۡ ِربُوه‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ُن ۡفِي ۡٱلۡ َم‬ َّۡ ‫ُنۡ َۡوٱهۡ ُج ُروه‬ ُ
َّۡ ‫ُن ۡفَ ِعظوه‬ َّۡ ‫شوزَ ه‬ َّ
ُ ُ‫ّللُۡ َۡوٱۡلتِي ۡتَخَافُونَۡ ۡن‬ َ
َّۡ ‫ظ ۡٱ‬
ۡ ‫ب ۡبِ َما ۡ َح ِف‬ ِۡ ۡ‫لِلۡغَي‬
ۡ٣٢ۡ‫علِيۡاۡ َك ِبيرۡا‬ َ ۡ َۡ‫َان‬
‫ك‬ ۡ َ َّۡ
‫ّلل‬ ‫ٱ‬ ۡ َّ
ۡ
‫ن‬ ِ ِ َ ِ َ ۡۡ‫ت َبۡغُوا‬
‫إ‬ۡ ‫يَل‬
ۡ ‫ب‬ ‫س‬ ۡ ۡ
‫ن‬َّ ‫ه‬ ‫ي‬
ۡ َ ‫ل‬‫ع‬
Menurut Ibnu Katsir, (ِۡ‫ساۡء‬ َ ِ‫علَى ۡٱلن‬ َ ۡ َۡ‫ل ۡقَ َّۡو ُمون‬ُۡ ‫ ) ٱ ِلر َجا‬lelaki itu adalah pengurus
wanita, yakni pemimpinnya, kepalanya, yang menguasai dan yang
mendidiknya jika menyimpang. ۡ‫علَىۡ ۡبَعۡض‬ َ ۡ ۡ‫ض ُهم‬ َّۡ ‫ل ۡٱ‬
َ ۡ‫ّللُ ۡبَع‬ َۡ ‫ض‬ َّ َ‫ ِب َما ۡف‬oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)
yakni karena kaum laki-laki lebih utama dari kaum wanita, maka
nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum laki-laki. Demikian pula
seorang raja. Karena Nabi bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang
urusan mereka dipegang oleh seorang wanita.
Hadist riwayat Imam Bukhari dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakrah,
dari ayahnya. Demikian pula dikatakan terhadap kedudukan peradilan
dan lain-lainnya. ۡ‫ َو ِبما ۡأَنفَقُوا ۡمِ نۡ ۡأَموا ِل ِهم‬dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka berupa mahar, nafkah, dan biaya-biaya
lainnya yang diwajibkan oleh Allah atas kaum laki-laki terhadap kaum
wanita, melalui kitab dan sunnah-Nya.
Lelaki lebih utama dari wanita, laki-laki mempunyai keutamaan di atas
wanita, maka sangat sesuai bila dikatakan bahwa lelaki adalah pemimpin
wanita. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya
(ۡ‫ن ۡدَ َر َجة‬ َّۡ ‫علَي ِه‬
َ ۡ‫ل‬ ِۡ ‫ِلرجا‬ ِ ‫ ) َول‬Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada istrinya. (Al-Baqarah: 228).
Menurut tafsir al-Misbah, suami adalah qawwamun, pemimpin dan
penanggungjawab atas para wanita. Karena itu Allah melebihkan sebagian
mereka atas yang lain karena suami telah menafkahkan harta untuk
membayar mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak-anak. Sebab itu
wanita salihah adalah yang taat pada Allah dan juga suaminya, setelah
mereka bermusyawarah bersama selama tidak bertentangan dengan
perintah-Nya dan tidak mencabut hak istri. Ia juga memelihara diri, hak
suami dan rumah ketika suami tidak ada. Allah juga melihara istri dalam
bentuk memelihara cinta suami, cinta yang lahir dari kepercayaan suami
pada istrinya.
(ۡ‫علَىۡ ۡبَعۡض‬ َ ۡ ۡ‫ض ُهم‬
َ ۡ‫ّللُ ۡبَع‬ َّۡ ‫ل ۡٱ‬َۡ ‫ض‬َّ َ‫ ) ِب َما ۡف‬Allah melebihkan mereka atas atas sebagian yang
lain, yakni memiliki keistimewaan. Tetapi keistimewaan yang dimiliki
lelaki lebih menunjang tugas kepemimpinan dari keistimewaan yang
dimiliki perempuan. Tugas perempuan lebih kepada pemberi rasa damai

56 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.2,
(Tangerang:Lentera Hati, 2007), 329-333
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

161
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

dan tenang kepada laki-laki yang mendukung fungsinya dalam mendidik


dan membesarkan anak-anak.
(ۡ ۡ‫ ) َو ِب َماۡ ۡأَنفَقُواۡ ۡمِ نۡ ۡأَمۡ َۡو ِل ِهم‬ayat ini menunjukkan memberi nafkah bagi suami
sudah menjadi kelaziman. Karena itu agama Islam tuntunannya sesuai
fitrah manusia, suami wajib menanggung biaya hidup istri dan anak-
anaknya. Suami wajib ditaati oleh istrinya selama tidak bertentangan
dengan ajaran agama (bukan kewajiban mutlak). Kepemimpinan suami
tidak boleh sewenang-wenang, musyawarah merupakan anjuran dalam
menyelesaikan masalah. Imam al-Ghazali menjelaskan “perlakuan baik
terhadap istri” adalah bukan tidak mengganggunya tapi bersabarlah atas
kesalahan istri serta memperlakukan dengan kelembutan dan maaf saat ia
menumpahkan emosi.57

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan secara kepustakaan, maka penulis
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pandangan Alquran tentang keluarga sakinah yaitu agar tercipta keluarga
sakinah, maka diawali dari memilih kriteria pasangan suami maupun istri
harus tepat yakni beragama islam, salih, keturunannya yang baik,
berakhlak mulia, sopan santun dan bertutur kata yang baik, qawam. Seperti
firman Allah dalam An-Nisa’: 34: ar-Rijalu qawwamuna ‘ala an-Nisa’
maksudnya suami bertanggung jawab menafkahi istri dan anak-anak
secara lahir dan batin. Fassolihatu qanitatun hafidzatul lil ghoib maksudnya
perempuan yang senantiasa taat kepada Allah dan memelihara dirinya
ketika suami tidak di rumah. Bila langkah awal sudah ditempuh dengan
benar, kelak rumah tangga seseorang dapat berjalan serasi, harmonis, dan
penuh kemesraan karena masing-masing mendasarkan langkah dan
niatnya hanya karena Allah.
2. Makna ahlikum dalam tafsir Ibnu Katsir adalah istri, anak, orang tua, kerabat
dan budak. Sedangkan ‘asyirah adalah Bani Qusay, Bani Hasyim, Bani
Abdul Manaf, Fatimah, Safiyyah, Bani Abdul Muttalib, Bani Fihr dan Bani
Luay. Adapun makna sakinah dijelaskan dengan ayat lain (al-A’raf:189):
Allah menciptakan pasangan suami/istri dari jenis yang sama supaya
tercipta kerukunan/kecenderungan. Makna mawaddah adalah rasa kasih
(cinta) terhadap pasangan. Rahmah adalah rasa sayang terhadap pasangan
dengan alasan tertentu misal, karena anak, perlu nahkah, perlindungan.
3. Makna ahlikum dalam tafsir al-Misbah adalah istri, anak-anak, dan seluruh
yang berada dibawah tanggung jawab suami. Sedang ‘asyirah berarti
anggota suku yang terdekat, saling bergaul, karena anggota keluarga

57 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Alquran Vol.2............381-382
NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

162
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

adalah orang-orang yang sehari-hari saling bergaul. Adapun makna sakinah


terambil dari fi’il sakana; diam, tenang setelah sebelumnya goncang, sakan;
tempat memperoleh ketenangan batin, litaskunu; cenderung/menuju
kepada suami/istri supaya merasakan ketenangan. Mawaddah adalah cinta
dan harapan, maksudnya cinta plus. Al-Biqa’i berpendapat cinta yang
tampak buahnya dalam sikap dan prilaku mirip dengan kepatuhan karena
kagum pada seseorang. Rahmah adalah kondisi psikis yang muncul dalam
hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang
bersangkutan untuk memberdayakannya. Ini terjadi ketika mencapai usia
lanjut.
4. Perbedaan penafsiran, al-Misbah cenderung bi al-ra’yi terlihat dari cara
Quraish Shihab menjelaskan setiap ayat, penggunaan logika lebih
ditonjolkan. Misalnya, secara redaksional ahlikum hanya tertuju pada ayah,
tetapi yang tepat khitab-nya adalah ayah dan ibu yakni kedua orang tua
bertanggungjawab terhadap anak-anak dan pasangan. Corak yang
digunakan adalah adabi al-ijtima’i dengan mengutip pendapat ulama
kontemporer yakni Thaba’thaba’i menafsirkan min nafsin wahidah dengan
laki-laki dan perempuan. Di dalam Alquran, tidak ada petunjuk tentang
penciptaan wanita dari tulang rusuk Adam. Menurut Rasyid Rida ide ini
berasal dari perjanjian lama. metode yang digunakan tahlili, terlihat dalam
menafsirkan ayat sangat gamblang dalam penjabarannya.
5. Adapun Ibnu Katsir, manhaj yang dipakai tahlili yaitu menyebutkan ayat
ditafsirkan, kemudian menafsirkannya dengan bahasa yang mudah,
menjelaskan ayat dengan ayat yang lain dan membandingkan hingga
maksudnya jelas, serta sangat hati-hati dalam mengutip riwayat israilliyat .
Coraknya bi al-ma’tsur terlihat dari cara menafsirkan ayat menggunakan
riwayat Alquran, hadits marfu’, qaul sahabi/tabi’in dengan menentukan
pendapat paling kuat serta berijtihad sendiri misal: Siti Hawa diciptakan
dari tulang rusuk sebelah kiri bagian belakang Adam, Di dalam sebuah
hadist sahih: Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang rusuk, dan
sesungguhnya rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Maka jika kamu
bertindak untuk meluruskannya. niscaya kamu akan membuatnya patah. Tetapi
jika kamu bersenang-senang dengannya, berarti kamu bersenang-senang
dengannya, sedangkan padanya terdapat kebengkokan.

Referensi
Abu Zahra, Muhammad, Tanzib al Islam li al-Mujtama’, (Kairo : Darul Fikr,
1997)Al-munawar Said Agil, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005).
Al-Farmawi, Abd al-Ḥayy, Metode Tafsir Maudhu’i , (Bandung:CV.Pustaka
Setia,2002).

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

163
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

al-Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Terj. Moh. Rifa’i, (Semarang:


Wicaksana, 1986).
al-Ghazali, Muhammad, Berdialog dengan Alquran; memahami pesan kitab suci dalam
kehidupan masa kini, Terj.Masykur Hakim dan Ubaidillah, (Bandung:Mizan,
1997).
Asnawi, Muhammad, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:
Darussalam, 2004).
Al-Mahalli dan al-Suyuti, Tafsir Jalalain, cet II, (Damsyiq: Dar al-Jail, 1995).
Al-Ashfahānī, al-Mufradāt fī Gharībil-Qur'ān, ditahqiq oleh Muhammad Sayyid al-
Kailanī, (Beirut: Dārul-Ma‘rifah, t.th).
Al-Qurtubi, Muhammad al-Anshari, al-Jami’ li ahkam Alquran, (Kairo: Dar al-
Kitab al-‘Arabiyyahal-Tiba’ah wa An-Nasyr, 1977).
Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi al-Jami’ al-Sahih, “al-Faraid ‘an Rasulillah”
(Semarang:Toha Putra, tt), juz III.
al-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Darul Fikr al-Mu’ashirah,
2002).
Amin Ghofur, Saiful, Profil Para Mufassir Alquran, (Yogyakarta : Pustaka Insan
Madani, 2008).
Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990).
Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Alquran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005).
Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif cet1, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009).
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka 1994).
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: CV. Anda Utama,
1993), jilid III.
Ensiklopedia Indonesia, Batih dalam sosiologi (Bandung: W.Van Hoeve, tt.).
Faizin Maswan, Nur, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Yogyakarta: Menara
Kudus, 2002).
Fuad Abdul Baqi, M, al-Mu’jam al-Mufahrazli Alfadz Alquran, (Beirut:Dar al-Fikr,
1980).
Ghani Abud, Abdul, Keluarga Muslim dan Berbagai Permasalahannya (Bandung:
Pustaka, 1987).
Ghufran, Muhammad, Pengaruh Pemikiran Ibn Taimiyyah Terhadap Tafsir Ibn Kaṡīr,
Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta 1999).
Ḥusain al-Żahabī, Muhammad, at-Tafsīr wa al-Mufassirūn, (Beirut: Dār al-Fikr,
1978).
Ikrom, Mohamad, Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Alquran dalam
Jurnal Qolamuna, Vol. 1 No. 1, Juli 2015.
Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsr, (Yogyakarta: Teras, 2004).
Ismail, Abul Fida, Tafsir Alquran al-‘Adzim, (ttp:Dar Misr li al-Tiba’ah,t.t), Juz III.
Jansen, G.H, Islam militan, terj. Armahedi Mahzar, (Bandung: Pustaka, 1980).
Junaidi, Yendri, Potret Keluarga Teladan Dalam Alquran, Al-Insan (Jurnal Kajian
Islam), No.3, Vol.2, 2006.

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

164
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Kauma, Fuad & Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta:


Mitra Usaha, 1997).
Khaeruman, Badri, Sejarah Perkembangan TafsirAlquran, (Yogyakarta).
Katsir, Ibnu, Tafsīr Ibnu Kaśīr Terj. Bahrun Abu Bakar, Juz III (Bandung:Sinar
Baru Algesindo, 1981).
Kusyairi Suhail, Ahmad,Tafsir Keluarga-Menjadi Keluarga Bahagia, (Jakarta:
Pustaka Ikadi, 2016).
Khairuman, Badri, Sejarah Perkembangan Tafsir Alquran, (Bandung: Pustaka Setia,
2004).
Marhumah, Memaknai Perkawinan dalam Perspektif Kesetaran; Studi Kritis Hadits-
hadits Tentang Perkawinan, (Yogyakarta: Sukses Offset: 2009).
Mufidah CH, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang
Press).
Miharso, Mantep, Pendidikan Keluarga Qur’ani, (yogyakarta:Safiria Insania Press,
2004).
Mubarok, Ahmad, Psikologi Keluarga : Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga
Bangsa. (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005).
Mus}t}a>fa, Quraish Shihab Membumikan Kalam di Indonesia,( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010).
Mustaqim, Abdul, Aliran-Aliran Tafsir (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005).
Muhsin, Djauhari dkk., Sejarah dan Dinamika Universitas Islam Indonesia
(Yogyakarta: Badan Waqaf UII, 2002).
Quraish Shihab, Muhammad, Membumikan Alquran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994).
Quraish Shihab, Muhmamad, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Alquran,
(Bandung: Mizan, 2007).
Quraish Shihab, Muhammad, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran
(Jakarta: Lentera Hati, 2000), Juz I, II,V, 9, 10, 11, 14, 15.
Quraish Shihab, Wawasan Alquran Tafsir Tematik Atas pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung:Mizan, 2013).
Quraish Shihab, Pengantin al -Qur’an Kalung Permata Buat Anak-anakku, (Jakarta:
Lentera Hati, 2014).
Quraish Shihab, Logika Agama, Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam,
(Jakarta: Lentera Hati, 2005).
Rafiq, Ahmad, Hukum Islam Indonesia,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998).
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, (Bandung: Mizan,2003 ).
Rasyid Ridha, Abdur, Memasuki Makna Cinta, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2003).
Rosyanti, Imas, Esensi Alquran, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).
Syarqawi, Zainab Hasan, Fiqih Seksual Suami-Istri, (terj.) Hawin Murtadha, (Solo:
Media Insani, 2003).
Solihin, Rahmad, Kisah Keluarga Teladan Dalam Al Qur’an (Inspirasi Membangun
Negara Yang Thayyibah) Dalam Al-Banjari, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Keislaman Vol.14, No.1, Januari-Juni 2015.
Subhan, Zaitunah, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta, Pustaka Pesantren,
2004).

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

165
Eka Prasetiawati Penafsiran Ayat-Ayat Keluarga…

Tim Al-Manar, Fikih Nikah Panduan Syar’i Menuju Rumah Tangga Islami,
(Bandung:PT Syaamil Cipta Media, 2007).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Digital Versi Lengkap 30 Juz 2013 , pada surah
Alquran.
Thalib, Muhammad, Manajemen Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pro-U Media,
2007).
Utsman, Al-khasyt, Al-Masyakil Al-Zaujiyyah wa Hululuha Fi Dhauil Kitabi wa
Sunnah (Berumah Tangga Upaya Mengatasi nya Menurut Alquran), Terj.
Aziz Salim Basyarahil, (Jakarta:Gema Insani, 1991).
Warson Munawwir, Aḥmad, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Gresif, 1997).
Yahya Zakarya al-Anshari,Abu, Fath al-Wahhab, (Singapura: Sulaiman Mar’iy, tt),
juz II
Yunus,Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Alquran, 1990).
Yusuf, Yunan, Karakteristik Tafsir Indonesia Abad 20 dalam ‘Ulūm Al-Qur’ān, Vol.
III, 1992.
Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung. PT Remaja
Rosdakarya, 2011).

NIZHAM, Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

166

You might also like