Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Widyariset | Vol. 5 No. 2 (2019) Hlm.

87-94

Analisis Kandungan Air, Abu, dan Logam Berat pada Kopi


Bubuk Asal Gayo

Analysis of Water, Ash, and Heavy Metal Contents in Gayo Ground


Coffee
Bhayu Gita Bhernama1* dan Cut Nuzlia1
1
Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Jln. Syeikh Abdurrauf Kopelma Darussalam,
Banda Aceh
1*
Pos el: [email protected]
ARTICLE INFO Abstract
Article history Gayo coffee is one type of arabica coffee originating from the Gayo
Received date: plateau, Central Aceh district. Where Gayo coffee has a distinctive
flavor, strong aroma and taste specifically. In the Gayo coffee process-
2019-04-19 ing process, it is inseparable from various kinds of contamination,
Received in revised form date: so analysis needs to be done. Analysis was carried out on two coffee
2019-06-14 samples taken from two factories, namely factories A and B. Analysis
carried out included analysis of water, ash, and metal content of ground
Accepted date: coffee originating from Gayo. The analysis of metal content was carried
2019-06-18 out by using Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS). The test results
showed that coffee A had a water content of 0.0397% and ash content
Available online date: 4% while coffee B had a water content of 0.01772% and ash content
November 2019 4.3%. The test results of heavy metal within coffee A and B revealed
that the contaminants of Cu, Hg, Pb and Zn metals existed. The coffee
A contained Cu and Hg metal contamination with levels of 6.4945 and
0.0029 mg/Kg respectively. While, the coffee B contained Cu and Hg
metal contamination with levels of 7.6120 and 0.0042 mg/Kg, respec-
tively. The contamination of Pb and Zn within the coffee A and B were
low and insignificant (0.001 mg/Kg). From the results of the analysis, it
was found that the water, ash and metal content in coffee A and coffee
B complies to the Indonesian National Standards (SNI) 01-3542-2004.
Keywords: Aceh, Gayo Coffee, heavy metal, Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS).
Kata kunci: Abstrak
Aceh Kopi Gayo merupakan salah satu jenis kopi arabika yang berasal dari
Kopi Gayo dataran tinggi Gayo, kabupaten Aceh Tengah. Dimana kopi Gayo
Logam Berat memiliki citarasa yang khas, yaitu aroma dan rasa yang kuat dan
Spektroskopi Serapan Atom kental. Pada proses pengolahan kopi Gayo tidak terlepas dari berb-
agaimacam kontaminasi sehingga perlu dilakukan analisis. Analisis
(SSA) dilakukan terhadap dua sampel kopi yang diambil dari dua pabrik
yaitu pabrik A dan B. Analisis yang dilakukan antara lain analisis
kandungan air, abu dan logam terhadap kopi bubuk yang berasal
dari Gayo. Analisis kandungan logam dilakukan dengan menggu-
nakan Spektroscopy Serapan Atom (SSA). Hasil uji didapatkan
kopi A memiliki kadar air 0,0397% dan kadar abu 4% sedangkan
kopi B memiliki kadar air 0,01772% dan kadar abu 4,3%. Hasil uji
cemaran logam kopi A dan B terdapat cemaran logam Cu, Hg, Pb,
dan Zn. Dimana kopi A memiliki cemaran logam Cu dan Hg dengan
kadar berturut-turut 6,4945 dan 0,0029 mg/Kg, sedangkan kopi B
memiliki cemaran logam Cu dan Hg dengan kadar berturut-turut
7,6120 dan 0,0042 mg/Kg. Kontaminasi Pb dan Zn dalam kopi A
dan kopi B dengan tingkat yang kecil (0,00 1 mg/Kg). Dari hasil
analisis didapatkan kandungan air, abu, dan logam pada kopi A dan
B memenuhi standar SNI 01-3542-2004

©2019Widyariset. All rights reserved

DOI:-http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.5.2.2019.87-94 1
Widyariset | Vol. 5 No. 2 (2019) Hlm.87-94

PENDAHULUAN kopi masa kolonial Belanda di desa Wih


Coffea, sp atau sering kita kenal dengan Porak, kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah
istilah Kopi adalah sumber daya alam Indo- menjelaskan bahwa kopi pada masa lampau
nesia yang melimpah dalam bidang perke- pernah menjadi komoditas penting pere-
bunan. Peranan kopi di Indonesia salah sa- konomian masyarakat Gayo, Aceh Tengah
tunya untuk meningkatkan perekonomian (Wahyuni, Karim, & Anhar, 2013). Kopi
karena kopi merupakan komoditi ekspor Arabika Gayo ini dikenal dunia dikare-
yang cukup handal. Daerah produsen kopi nakan memiliki cita rasa khas dengan ciri
yang terkenal di Indonesia adalah provinsi utamanya adalah aroma dan rasa kopi yang
Aceh, tepatnya di Aceh Tengah, Gayo Lu- kompleks, kental dan kuat (Wahyuni dkk,
wes. (Putri, Fariyanti, & Kusnadi, 2013). 2013).
Aceh, terutama di kabupaten Aceh Tengah Proses pengolahan biji kopi menjadi
kaya akan produk pangan di antaranya bubuk kopi membutuhkan tahapan-taha-
kopi. Kopi yang sering dikenal adalah kopi pan memungkinkan adanya kontaminasi,
Arabika Gayo. Produksi kopi dari daerah baik secara kimia, fisika, atau biologi.
Gayo, Aceh Tengah ini merupakan pusat Kontaminasi secara kimia, yaitu berupa
produksi terbesar kopi tidak hanya di tercemarnya bubuk kopi dengan beberapa
Indonesia tetapi juga Asia dengan kualitas jenis logam berat yang berbahaya bagi kes-
terbaik di dunia. Rosita, dkk. (2016) dalam ehatan, seperti logam Cu, Pb, Zn, dan Hg.
artikelnya menjelaskan bahwa kopi asal Pigozzi, et, al., (2018) menyatakan bahwa
Aceh tengah ini sering dikenal dengan logam berat merupakan salah satu unsur
kopi Arabika “Origin-Gayo” dikarenakan logam yang memiliki berat molekul yang
aroma dan cita rasa kopi yang khas dataran tinggi. Logam berat ini biasanya terdapat
tinggi Gayo terdapat di daerah pegunungan pada golongan B pada sistem tabel perio-
Bukit Barisan yang terbentang di sepan- dik. Selain itu Pigozzi, et, al. (2018) juga
jang pulau Sumatera dengan topografi menyatakan bahwa logam berat merupakan
yang ideal untuk perkebunan kopi, yaitu unsur yang paling berpotensi dalam pence-
kondisi tanah yang subur berasal dari tanah maran lingkungan serta berdampak kepada
vulkanik yang kaya unsur hara (Rosita, kesehatan manusia. Apabila pencemaran
Rini, I Wayan Budiastra, 2016). lingkungan seperti limbah cair dari pes-
Kopi Gayo dalam istilah bahasa Inggris tisida, limbah rumah tangga yang terserap
dikenal dengan Gayo coffee merupakan je- oleh tanah akan diserap oleh akar tanaman
nis kopi Arabika yang berasal dari Dataran kopi dan menjadikan tanaman kopi tersebut
Tinggi Gayo,  Sumatra,  Indonesia (Rosita, mengandung logam berat. Logam berat ini
Rini, I Wayan Budiastra, 2016). Kopi gayo apabila terakumulasi banyak pada bahan
ini merupakan salah satu komoditas handal makanan dengan konsentrasi tinggi akan
untuk meningkatkan perekonomian bangsa mengakibatkan racun dalam tubuh manu-
Indonesia pada umumnya dan untuk mas- sia. Pencemaran logam berat yang terdapat
yarakat Gayo pada khusunya. Sejak masa pada makanan, dapat terjadi pada saat
Indonesia dijajah oleh Belanda hingga saat proses produksi (Pigozzi et al., 2018). Oleh
ini, masyarakat Gayo menjadikan kopi sebab itu, perlu dilakukan analisis logam
Gayo sebagai mata pencaharian pokok dan berat yang terdapat pada bubuk kopi.
daerah ini telah menjadi pusat penghasil Dari penjelasan di atas, peneliti tertar-
kopi ekspor yang berkualitas dari daerah ik untuk melakukan analisis pencemaran
Aceh Tengah. Selain itu, bukti lain telah logam yang terdapat pada bubuk kopi Gayo
ditemukannya sisa pabrik pengeringan yang di produksi oleh industri menengah

88
Bhayu Gita Bhernama dan Cut Nuzlia | Analisis Kandungan Air, Abu ...

di kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini Uji Organoleptik


bertujuan untuk mengetahui apakah bubuk
Uji organoleptik dilakukan oleh lima orang
kopi Gayo mengandung bahan berbahaya
penelis yang memiliki kualifikasi dan
logam berat
dipilih oleh peneliti. Uji organoleptik yang
akan dilakukan berupa uji aroma, rasa,
METODE dan warna dari produk kopi Gayo. Sampel
Alat dan Bahan produk yang dianalisis sebanyak dua sam-
pel yang berasal dari dua industri kopi di
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
daerah Gayo, kabupaten Aceh Tengah.
antara lain dua sampel bubuk kopi Gayo,
akuades dan HNO3 39% (p).
Alat pada penelitian ini antara lain Uji kadar air
neraca analitik (Mark-M5-Ion), pipet gon- Uji kadar air, yaitu prinsipnya kehilangan
dok 5 ml (Pyrex grade A), cawan porselen, berat pada pemanasan 105 oC, yaitu ditim-
labu ukur 100 ml (Pyrex grade A), batang bang sampel sebanyak 1-2 gram pada botol
pengaduk, corong, kertas whatman 41, timbangan tertutup yang sudah diketahui
tanur, hote plate (Digital) RSH-1DR, dan beratnya. Dikeringkan pada suhu 105 oC
AAS (Shimadzu AA 7000). selama tiga jam, kemudian didinginkan
dalam eksikator. lalu ditimbang. Hal tere-
Metode but terus diulangi sehingga diperoleh berat
tetap.
Deskripsi Penelitian
Perhitungan kadar air:
Sampel bubuk kopi Gayo pada penelitian (1)
ini diambil dari beberapa pabrik pengolah-
an kopi dari beberapa daerah di kabupaten
Aceh Tengah yang kemudian diuji logam dimana: W = Berat sampel sebelum
beratnya. dikeringkan (gram)
W1 = Berat sampel setelah
Teknik Pengambilan Sampel dikeringkan (gram)

Teknik pengambilan sampel pada pene- Uji Kadar Abu


litian ini menggunakan teknik purposive
sampling, dimana sampel yang diambil Uji kadar abu pada prinsipnya adalah pros-
adalah bubuk kopi dari dua pabrik pengo- es pengabuan zat organik yang diuraikan
lahan kopi di kabupaten Aceh Tengah. menjadi air dan CO2 kecuali bahan anor-
ganik, yaitu ditimbang 2-3 gram sampel
bubuk kopi ke dalam cawan porselen
Uji Laboratorium
(cawan platina) yang telah diketahui berat-
Uji kimia kadar abu dan kadar air dilakukan nya terlebih dahulu. Kemudian diarangkan
berdasarkan SNI 01-3542-2004, sedang- di atas nyala pembakar, lalu diabukan da-
kan uji pencemaran logam pada kopi ini lam tanur listrik pada suhu 550 oC sampai
dilakukan berdasarkan SNI 01-2896-1998, pengabuan sempurna kemudian idinginkan
yang sesuai dengan syarat mutu kopi yang dalam desikator, lalu ditimbang sampai
telah ditetapkan. Pengujian dilakukan beratnya tetap.
terhadap dua sampel kopi dari dua industri
kecil penghasil kopi yaitu kopi A dan B.

89
Widyariset | Vol. 5 No. 2 (2019) Hlm.87-94

Perhitungan kadar abu: produk kopi gayo dimana kopi A dan B


(2) adalah diuji organoleptik terlebih dahulu.
Uji organoleptik dilakukan oleh lima
orang penelis dimana hasilnya merupakan
dimana: W = berat sampel sebelum penjumlahan dari penilaian setiap penelis.
diabukan (gram) Penilaian dari setiap komponen tersebut
W1 = berat sampel + cawan dibagi tiga kategori, yaitu rendah, sedang,
sesudah diabukan (gram) dan tinggi. Hasil uji organoleptik yang
dilakukan oleh lima penelis dari kedua
W2 = berat cawan kosong (gram)
produk kopi tersebut, yaitu kopi A dan B
yang terdiri atas uji keadaan aroma, rasa,
Uji pencemaran logam berat dan warna. Uji organoleptik menunjukkan
Dua sampel bubuk kopi Gayo masing-mas- bahwa kedua produk kopi tersebut memi-
ing ditimbang dalam cawan porselen, liki aroma dan warna yang sedang, yaitu
kemudian di panaskan dengan hot plate aroma khas dari kopi dan berwarna coklat
hingga tidak ada asap lagi. Cawan porselen tua sebagaimana warna khas bubuk kopi.
tersebut, kemudian dipindahkan ke dalam Proses terjadinya warna menurut Suryani
tanur dengan suhu 200 oC, secara bertahap & Sasmita (2016) merupakan hasil proses
dinaikkan suhu hingga 550 oC selama dua karamelisasi dari gula sehingga timbulnya
jam dan diabukan semalam pada suhu warna coklat tua. Aroma yang dihasilkan
550 oC. Cawan kemudian diangkat dan dari kopi sangat khas. Aroma khas kopi
didinginkan dalam desikator. Apabila ini dihasilkan dari senyawa kafeol dan
masih terdapat sisa karbon, setelah dingin senyawa-senyawa lainnya, seperti aseton,
ditambahkan 1 ml akuades, selanjutnya furfural, trimetilamina, asam formiat, dan
dikeringkan di atas hot plate. Cawan asam asetat (Suryani & Sasmita, 2016).
tersebut dipanaskan kembali dalam tanur Sementara pada uji rasa, kedua produk
pada suhu 550 oC selama satu jam atau kopi memiliki rasa sebagaimana rasa khas
hingga berwarna putih. Setelah berwarna kopi, namun produk kopi A memiliki rasa
putih, ditambahkan HNO3 39% (p) melalui yang lebih tajam dibanding kopi B, dimana
dinding cawan porselen dan diaduk hingga produk kopi A memberikan kesan rasa kopi
abu larut. Proses selanjutnya disaring tertinggal lebih lama dilidah setelah dikon-
menggunakan kertas saring (Whatman-41) sumsi. Rasa yang terbentuk dari bubuk
dan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 kopi menurut Rohmah (2009) ditimbulkan
ml lalu ditambahkan akuades hingga tanda dari proses degradasi karbohidrat, alkaloid,
batas. Sampel diukur menggunakan AAS asam klorogenat, senyawa volatile, dan
yang kemudian dibandingkan dengan laru- senyawa trigonelline. Rasa manis yang
tan standarnya. terdapat pada kopi berasal dari penguraian
karbohidrat menjadi sukrosa dan gula se-
derhana. Rasa pahit pada kopi berasal dari
HASIL DAN PEMBAHASAN sublimasi kafein yang membentuk kafeol.
Organoleptik, Kadar Air dan Abu Kopi Selain itu, rasa pahit juga dipengaruhi oleh
Bubuk Gayo pemecahan senyawa mineral, kafein, asam
klorogenat, tannin dan senyawa organik
Hasil uji produk kopi A dan kopi B di lainnya (Rohmah, 2009).
laboratorium terdapat pada Tabel 1. Pada
Selain itu, kopi Gayo memiliki nilai
uji pendahuluan yang dilakukan untuk
keasaman yang sedang dan kekentalan

90
Bhayu Gita Bhernama dan Cut Nuzlia | Analisis Kandungan Air, Abu ...

kopi yang kuat. Berdasarkan penelitian Mutu kopi Gayo yang baik memiliki kand-
yang dilakukan oleh Wahyuni dkk. (2013) ungan mineral lebih tinggi sehingga kadar
kondisi tanah berpengaruh terhadap nilai abu yang dihasilkan akan semakin tinggi.
keasaman dan aroma kopi, serta curah hu- Selain itu, menurut Edvan dkk. (2016)
jan juga berpengaruh terhadap proses pen- bahwa suhu dan lama penyangraian juga
golahan kopi. Nilai keasaman suatu kopi memengaruhi kadar abu pada kopi. Pur-
merupakan tolak ukur dari ketersediaan wanto dkk. (2015for the presence of genes
kandungan unsur hara dan aktifitas mikro- coding for enterotoxins (LT and ST1) juga
organisme dalam tanah yang berpengaruh menyatakan suhu dan lama penyangraian
terhadap kualitas kopi. berpengaruh penting terhadap kadar air.
Menurut Hayati, dkk (2012) bahwa Edvan dkk. (2016) menyatakan bahwa
aroma, warna, dan rasa memiliki peranan kadar air menurun apabila suhu dan lama
yang sangat penting dalam mutu hasil penyangraian meningkat. Hal ini disebab-
pangan. Hal ini dikarenakan kualitas yang kan karena semakin besar perbedaan antara
baik dari aroma, rasa, dan warna akan medium pemanas dengan bubuk kopi se-
meningkatkan keinginan konsumen untuk makin cepat pula proses perpindahan panas
membeli hasil pangan dan memberikan ke- dan semakin cepat pula penguapan air yang
san suka atau tidaknya konsumen terhadap terjadi. Perubahan berat air terjadi ketika
hasil pangan tersebut. Hayati dkk. (2012) kandungan air yang terdapat dalam bubuk
juga menyatakan warna dari bubuk kopi kopi tersebut telah sampai pada kondisi
ditentukan oleh reaksi maillard. Reaksi jenuh menyebabkan air yang terkadung
maillard ini merupakan reaksi kondensasi dalam bubuk kopi tersebut berubah dari
asam amino dan protein dengan adanya fase cair ke fase uap. Apabila lama pen-
glukosa. yangraian lebih besar akan mengakibatkan
Hasil uji kadar air dan abu pada kedua cita rasa kopi yang lebih baik (Edvan dkk.,
produk menunjukkan sedikit perbedaan, 2016). Selain itu, Purwanto dkk. (2015for
kopi A memiliki kadar air sebesar 0,0397%, the presence of genes coding for entero-
lebih tinggi dibanding kopi B dengan toxins (LT and ST1) juga menjelaskan
kadar air sebesar 0,01772%. Sementara bahwa kadar air yang terdapat dalam kopi
untuk kadar abu, kopi A memiliki kadar bubuk memengaruhi cita rasa, kesegaran,
abu sebanyak 4%, dimana angka ini lebih dan daya tahan kopi tersebut terhadap
kecil dibanding kadar abu kopi B, yaitu mikroorganisme. Pada proses pengolahan
4,30%. Perbedaan kadar air dan abu dari biji kopi menjadi kopi bubuk diharapkan
kopi A dan B dapat dipengaruhi oleh lama kadar air yang dihasilkan rendah. Hal ini
roasting dan suhu yang digunakan. Akan dikarenakan semakin rendah kadar air
tetapi kadar air dan abu keduanya masih semakin rendah penyerapan uap air dari
memenuhi standar maksimal SNI 01-3542- udara, juga semakin baik bubuk kopi tahan
2004, yaitu berturut-turut kadar air dan abu dari segala kerusakan yang ditimbulkan
sebesar 7 dan 5%. oleh mikroorganisme. Sebaliknya, apabila
Wahyuni dkk. (2013) menyatakan kadar air tinggi akan menimbulkan peng-
bahwa bahan baku dari daerah asal dan gumpalan pada hasil pengolahan bubuk
lingkungan yang berbeda merupakan kopi tersebut (Purwanto dkk., 2015)for the
faktor eksternal yang memengaruhi kadar presence of genes coding for enterotoxins
abu dalam biji kopi. Sementara menurut (LT and ST1. Dari penelitian ini didapat-
Towaha, et al. (2016) perbedaan kadar kan kadar air yang rendah, yaitu kadar air
abu pada kopi disebabkan oleh mutu kopi. pada kopi A dan B berturut-turut sekitar

91
Widyariset | Vol. 5 No. 2 (2019) Hlm.87-94

0,0397 dan 0,01772% (sesuai standar SNI Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Produk Kopi A
01-3542-2004, yaitu kadar air maksimal dan Kopi B berdasarkan SNI 01-3542-2004
7%). Hasil analisis kadar air dan kadar abu No.
Variabel
Satuan Baku Mutu
Hasil Uji Hasil Uji
dapat dilihat pada Tabel 1. Uji** Kopi A Kopi B
1. Keadaan:
Aroma - Normal Sesuai Sesuai
Logam Berat pada Kopi Bubuk Gayo standar standar
baku mutu baku mutu
Pengujian kadar logam dalam bubuk Rasa - Normal Sesuai Sesuai
standar standar
kopi sangat penting karena pada proses baku mutu baku mutu
pengolahan ­ bubuk kopi diindikasikan ter- Warna - Normal Sesuai Sesuai
dapatnya cemaran logam. Selain itu, pada standar standar
baku mutu baku mutu
tanaman kopi itu sendiri dapat menyerap 2. Air % b/b Maks. 7 0,0397 0,01772
logam yang terkandung dalam tanah, 3. Abu % b/b Maks. 5 4,00 4,30
akar tanaman yang menyerap logam, dan 4. Kadar Abu 57 – 64 Tidak Tidak
kemudian mengantarkannya ke daun dan dilakukan dilakukan

biji kopi (Sabrina dkk., 2017). 5. Sari Kopi % b/b 20 – 36 Tidak


dilakukan
Tidak
dilakukan
Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan 6. Kafein % b/b 0,9 – 2 Tidak Tidak
cemaran logam Pb, Sn, Cu, Zn, Hg, dan (anhidrat) dilakukan dilakukan
7. Bahan- - Tidak boleh - -
As yang terdapat pada dua sampel kopi, bahan Lain ada
yaitu sampel Kopi A dan B. Pemeriksaan 8. Cemaran Logam:

cemaran logam Cu dan Hg pada kedua Timbal (Pb) mg/Kg Maks. 2,0 0,0001 0,0001

produk juga menunjukkan sedikit perbe- Tembaga mg/Kg Maks. 30,0 6,4945 7,6120
(Cu)
daan. Kopi A memiliki kadar logam Cu Seng (Zn) mg/Kg Maks. 40,0 0,0001 0,0001
dan Hg berturut-turut sebesar 6,4945 dan Timah (Sn) mg/Kg Maks. Tidak Tidak
0,0029 mg/Kg sementara kopi B memiliki 40,0/250,0* terdapat terdapat
kadar yang lebih tinggi, logam Cu dan Hg cemaran
Timah (Sn)
cemaran
Timah (Sn)
berturut-turut sebesar 7,6120 dan 0,0042 Raksa (Hg) mg/Kg Maks. 0,03 0,0029 0,0042
mg/Kg. Selain cemaran Cu dan Hg, jumlah Arsen (As) mg/Kg Maks. 1,0 Tidak Tidak
cemaran logam Pb dan Zn pada kedua terdapat terdapat
cemaran cemaran
produk sangat kecil, yaitu sebesar 0,0001 Arsen (As) Arsen (As)
mg/Kg. Tingginya kandungan logam yang * Untuk yang dikemas dalam kaleng
terdapat di dalam bubuk kopi memerlukan
perhatian khusus karena logam yang ter- Kandungan logam yang terdapat pada
dapat pada bubuk kopi yang diminum oleh sampel kopi bubuk asal Gayo ini disebab-
manusia akan meningkatkan kandungan kan pada proses pengolahan (produksi)
logam yang terdapat dalam tubuh (Nędza- dari awal produksi hingga akhir produksi.
rek et al., 2013). Kadar logam pada bubuk kopi A dan kopi
B dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari hasil uji cemaran logam yang
terdapat pada produk kopi Gayo, yaitu
kopi A dan B, masih di bawah ambang
batas SNI 01-3542-2004. Batas maksimal
untuk cemaran logam pada bubuk kopi,
yaitu berturut-turut Pb; Cu; Zn; Sn; Hg;
dan As sebesar 2,0; 30,0; 40,0; 40,0/250,0;
0,03; dan 1,0 mg/Kg. Dari uraian di atas

92
Bhayu Gita Bhernama dan Cut Nuzlia | Analisis Kandungan Air, Abu ...

menunjukkan bahwa kopi A dan B yang Hayati, Rita, Marliah. A, dan Rosita. F.
berasal dari dataran tinggi Gayo ini masih 2012. “Sifat Kimia Dan Evaluasi
aman dikonsumsi dan layak untuk diper­ Sensori Bubuk Kopi Arabika.” Flo-
ratek, 66–75.
dagangkan.
Nędzarek, Arkadiusz, Tórz. A, Karak-
iewicz. B, J. S. Clark, Laszczyńska.
KESIMPULAN M, Kaleta. A, and Adler. G. 2013.
“Concentrations of Heavy Metals
Dari hasil analisis laboratorium kopi A dan ( Mn , Co , Ni , Cr , Ag , Pb ) in
B memenuhi standar SNI 01-3542-2004. Coffee”Acta Biocimica Polonica., 60
Kopi A dengan kadar air 0,0397% dan (4): 623-627.
kadar abu 4% sedangkan kopi B memiliki Nurhayati, dan Sabarni. 2018. “Analisis
kadar air 0,01772% dan kadar abu 4,3%. Kadar Kafein dalam Minuman
Hasil uji cemaran logam kopi A dan B ter- Kopi Khop dengan Metode Spek-
dapat cemaran logam Cu, Hg, Pb dan Zn. troskopik.” Lantanida Journal 6 (2):
103–202.
Kopi A memiliki cemaran logam Cu den-
gan kadar 6,4945 mg/Kg, Hg 0,0029 mg/ Pigozzi, Mariana Teixeira, Flávia Regi-
Kg, sedangkan kopi B memiliki cemaran na Passos, and Fabrícia Queiroz
Mendes. 2018. “Quality of Com-
logam Cu dengan kadar 7,6120 mg/Kg dan mercial Coffees: Heavy Metal and
Hg 0,0042 mg/Kg. Cemaran logam Pb dan Ash Contents.” Journal of Food
Zn masing-masing kopi A dan B memiliki Quality 2018: 1–7. https://doi.
kadar yang kecil 0,0001 mg/Kg, sehingga org/10.1155/2018/5908463.
dapat disimpulkan bahwa kopi A dan kopi Purwanto, Heri. E, Rubiyo, dan Juniaty
B yang berasal dari dataran tinggi Gayo ini Towaha. 2015. “Karakteristik
layak untuk dikonsumsi dan diperdagang- Mutu Dan Citarasa Kopi Robusta
kan. KLON BP 42,BP 385 Dan 308
Asal Bali Dan Lampung.” Sirinov
3(2): 67–74. https://doi.org/0378-
1135(95)00108-M [pii].
UCAPAN TERIMA KASIH
Putri, Amelia. M, Fariyanti. A, dan Kus-
Penulis mengucapkan terima kasih kepada nadi. N. 2013. “Struktur Dan Inte-
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Mas- grasi Pasar Kopi Arabika Gayo Di
yarakat UIN Ar-raniry yang telah member- Kabupaten Aceh Tengah Dan Bener
ikan bantuan dana pada tahun 2016 dalam Meriah,” Buletin Ristri 4(1): 47–54.
penyelesaian penelitian hingga menulis Rohmah, dan Miftakhur. 2009. “Kajian
artikel ini. Sifat Kimia Fisik Dan Organoleptik
Kopi Robusta (Coffea Cannephora),
Kayu Manis (Cinnamomun Bur-
DAFTAR PUSTAKA manii) Dan Campurannya.” Jurnal
Teknologi Pertanian 4 (2): 75–83.
Edvan, B.T., R. Edison, dan M. Same. Rosita, Rini, I W. Budiastra, dan Sutrisno.
2016. “Pengaruh Jenis dan Lama 2016. “Prediksi Kandungan Kafein
Penyangraian Pada Mutu Kopi Biji Kopi Arabika Gayo Dengan
Robusta (Coffea Robusta).” Jurnal Near Infrared Spectroscopy.”
Agroindustri Perkebunan 4(1): 31– Jurnal Keteknikan Pertanian 4(2):
40. 179–186. https://doi.org/10.19028/
jtep.04.2.179-186.

93
Widyariset | Vol. 5 No. 2 (2019) Hlm.87-94

Sabrina, Alves da Silva, Queiroz Mendes Towaha, Juniaty, Aunillah. A, Purwanto.


Fabrícia, Rodrigues Reis Marcelo, E. H., dan Handi Supriadi. 2016.
Regina Passos Flavia, Mundstock “Pengaruh Elevasi Dan Pengolahan
Xavier de Carvalho Andre, Rodrigues Terhadap Kandungan Kimia Dan Ci-
de Oliveira Rocha Katia, and Garcia tarasa Kopi Robusta Lampung.” Jur-
Pinto Frederico. 2017. “Determina- nal Tanaman Industri Dan Penyegar
tion of Heavy Metals in the Roasted 1 (1): 57. https://doi.org/10.21082/
and Ground Coffee Beans and Brew.” jtidp.v1n1.2014.p57–62.
African Journal of Agricultural
Research 12 (4): 221–28. https://doi. Wahyuni, Eka, Karim. A, dan Anhar.
org/10.5897/AJAR2016.11832. A.. 2013. “Analisis Citarasa Kopi
Arabika Organik Pada Beberapa
Suryani, Nani, dan Sasmita. E.. 2016. “Ka- Ketinggian Tempat Dan Cara Pengo-
dar Kafein Pada Kopi Kemasan dan lahannya Di Datararan Tinggi Gayo.”
Uji Organoleptis Terhadap Aroma Jurnal Manajemen Sumberdaya
serta Rasa” Jurnal Scientia Pharma- Lahan 2(3): 261–269.
ceutica 2(2) : 9–14.

94

You might also like