Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 43

ISLAM DAN ETIKA BERMEDIA SOSIAL BAGI

GENERASI MILENIAL: TELAAH SURAT AL-’ASR


Wiji Nurasih
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Purwokerto
E-mail:
[email protected]
Mhd. Rasidin
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Kerinci
E-mail:
[email protected]
Doli Witro
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Kerinci
E-mail:
[email protected]

Abstract:
This research was conducted with the aim of exploring the content of
Al- Quran surah al-’Asr and contextualizing it in order to respond to
phenomena in millennial generation that are increasingly inseparable
from communication activities through digital technology (social
media) especially gadgets. Carefully public relations and gadgets
have changed many settings ranging from moral values, culture,
mindset, and so forth. In addition to the various benefits, the existence of
social media has also been a trigger for various social problems that are
counter to peace. Against this background, in this study, the authors
sought to examine the Surah al-’Asr, whose contents will be
formulated to be guidelines for how smart in optimizing social
media. This qualitative research will use the Al-Quran hermeneutic
approach that was initiated by Fazlur Rahman, namely the double
movement theory. This method emphasizes to find universal values so
that the results of interpretations are progressive and can be applied in
various contexts of space and time. From this research, it was obtained
that
Surah al-’Asr, if contextualized, could be obtained from him three
moral

149
150 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
ideals as proposed by Rahman. If all three are embedded in the
consciousness of every human being, then this can be a solution for
world peace. In the context of social media efforts that can be done is to
optimize it as efficiently and effectively as possible for good and
usefulness and to convey all things that are not contrary to the truth and
human values.
Keywords: Surah al-’Asr, Social Media, Millennial Generation

Abstrak:
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggali kandungan Al-Quran
surat al-’Asr serta mengkontekstualisasikannya guna merespon
fenomena dalam generasi milenial yang semakin tidak bisa dipisahkan
dari aktifitas berkomunikasi melalui teknologi digital (media sosial)
khususnya gawai. Eratnya hubungan masyarakat dan gadget telah
merubah banyak tatanan mulai dari nilai moral, budaya, pola pikir dan
lain sebagainya. Di samping berbagai keuntungannya, adanya media
sosial juga telah menjadi pemicu berbagai masalah sosial yang kontra
dengan perdamaian. Atas latar belakang tersebut, dalam penelitian ini
penulis berusaha mengkaji surat al-
’Asr yang kandungan-kandungannya akan diformulasikan untuk
menjadi pedoman bagaimana cerdas dalam mengoptimalisasikan media
sosial. Penelitian kualitatif ini akan menggunakan pendekatan
hermeneutika Al- Quran yang digagas Fazlur Rahman yakni teori double
movement. Metode ini memberikan penekanan untuk menemukan nilai
universal sehingga hasil penafsiran progresif dan dapat diterapkan
dalam berbagai konteks ruang dan waktu. Dari penelitian ini
diperoleh hasil bahwa surat al-’Asr jika dikontekstualisasikan dapat
diperoleh darinya tiga ideal moral sebagaiana yang digagas oleh
Rahman. Apabila ketiganya tertanam dalam kesadaran setiap manusia
maka hal tersebut dapat menjadi solusi perdamaian dunia. Dalam
konteks bermedia sosial upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 151

mengoptimalkannya seefisien dan seefektif mungkin untuk kebaikan


dan kebermanfaatan serta untuk menyampaikan segala hal yang tidak
berseberangan dengan kebenaran dan nilai kemanusiaan.
Kata Kunci: Surat al-’Asr, Media Sosial, Generasi
Milenial

A.
Pendahuluan
Beriringan dengan terus melajunya perkembangan media digital,
masyarakat semakin banyak menggunakan waktu untuk berinteraksi
menggunakan media sosial 1 . Berbagai kesenangan dan kemudahan
yang ditawarkan media sosial menjadikan masyarakat melibatkan gadget
dalam berbagai aktifitasnya entah dalam bekerja maupun kegiatan sehari-
hari seperti makan hingga berkendara. Lebih jauh, tak sedikit pula warga
dunia yang kemudian kecanduan dengan teknologi sehingga membawa efek
buruk pada setiap pribadi baik dari sisi fisik maupun psikis2.
Jika dimanfaatkan secara efektif dan seefisien mungkin, adanya
teknologi
digital ini mampu membawa manfaat yang begitu besar dalam berbagai
bidang mulai dari pendidikan, keagamaan, pertahanan, dan keamanan hingga
bidang ekonomi 3. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
menyatakan pada tahun 2018 total pengguna internet Indonesia mencapai
171,17 juta orang 4.
Pada tahun 2020 We are Social and Hootsuite melaporkan bahwa
pengguna

1 Doli Witro, “Problematika Hoax Di Media Sosial: Telaah Pesan Tabayyun Dalam Surat
Al- Hujurat/49: 6,” in Proceedings of the 3rd BUAF (Botrneo Undergraduate Academic Forum)
(Kalimantan Tengah, Indonesia, 17-19 Oktober: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya,
2018), 183–90.
2 Silvia Fardila Soliha, “Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan
Kecemasan Sosial,” Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan Kecemasan Sosial 4, no.
1 (2015): 1–10, https://doi.org/10.14710/interaksi.4.1.1-10; Doli Witro, Luqyana Azmiya Putri, and
Vegia Oviensy, “Kontribusi Media Sosial Terhadap Produktivitas Karyawan Generasi Milenial PT
Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro,” Jurnal Ekonomi & Bisnis 18, no. 2 (2019): 119–25,
https://doi.org/https://doi.org/10.32722/eb.v18i2.2492.
3 Mhd. Rasidin, Imaro Sidqi, and Doli Witro, “Drop Shipping in Islamic Economic

Law Perspective: E-Commerce Study Inter Marketplace Drop Ship in the Industrial Revolution Era
4.0,” Nurani 20, no. 1 (2020): 97–106, https://doi.org/https://doi.org/10.19109/nurani.v20i1.6029.
4 APJII, “Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survei 2018”
150 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr (Jakarta,
2018).
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 153

internet Indonesia mencapai 64% atau sama dengan 174 juta orang dari
total penduduk Indonesia5.
Besarnya angka pengguna media sosial dengan intensitas yang tinggi
tersebut bisa menjadi peluang bagi negara Indonesia dalam menyongsong
kemajuan. Faktanya telah banyak kemajuan dari penggunaan media ini.
Namun, di sisi lain ketertinggalan Indonesia dari negara lain pun masih
menjadi PR besar bangsa ini. Bahkan banyaknya media yang disalahgunakan
justru menimbulkan berbagai dampak buruk seperti penyebaran hoax, ujaran
kebencian, kejahatan siber 6 dan pemanfaatan secara tidak bijak lainnya
menyumbang permasalahan yang serius berupa sikap intoleransi, permusuhan
dan lain-lain. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya optimalisasi waktu
dan penggunaan media digital di masyarakat yang memiliki intensitas tinggi
dalam berinternet. Padahal, waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga
sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin termasuk kaitannya dalam
pemanfaatan teknologi. Begitu pentingnya waktu, Al-Quran dalam beberapa
tempat pun menyebutkan sumpah dengan waktu contohnya demi masa, demi
malam, demi siang dan demi fajar7. Adanya sumpah-sumpah ini menunjukan
arti penting waktu yang perlu menjadi perhatian 8 . Di samping itu
terdapat beberapa nilai yang dapat diadaptasi dari surat al-’Asr berkaitan
dengan perilaku bijak bermedia.
Atas dasar tersebut, dalam kajian ini akan dipaparkan bagaimana
cara
bermedia yang efektif dan efisien berdasarkan pada penelaahan terhadap surat
al-

5 Wearesocial.com, “Digital 2020: Global Digital Overview,” 2020,


https://wearesocial.com/; Muhamad Yusuf et al., “Digital Parenting to Children Using the Internet,”
Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 3, no. 1 (2020): 1–14,
https://doi.org/10.24256/pijies.v3i1.1277.
6 Doli Witro, “Peaceful Campaign in Election Al-Hujurat Verse 11 Perspective,”

Alfuad:Jurnal
Ilmu Sosial Keagamaan 3, no. 2 (2019): 15–24,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31958/jsk.v3i2.1796; Doli Witro, “Urgency Rijalul Posting in
Preventing Hoax: Quranic Perspective,” Islamic Communication Journal 5, no. 1 (2020): 38–49,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/icj.2020.5.1.5451.
7 Risnasari, “Manajemen Waktu Menurut Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili QS Al-Hasyr/59:

18)”
(UIN Alauddin Makassar,
2015).
152 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr Ahmad Sabri, “Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam,” Al-Ta Lim 19,
8

no. 3 (2012): 180–87, https://doi.org/10.15548/jt.v19i3.31.


Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 153

’Asr. Surat ini dipilih karena didalamnya menekankan betapa pentingnya


memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan pedoman berinteraksi sosial
secara benar dalam perspektif Al-Quran. Kajian kualitatif ini akan
menggunakan pendekatan hermeneutika Al-Quran yang dirumuskan oleh
Fazlur Rahman. Dari penelitian ini diharapkan Al-Quran yang shalih li
kulli zaman wa makan bisa memberi respon dan solusi terhadap
permasalahan dalam konteks milenial.

B. Hasil dan Pembahasan


Double Movement Fazlur Rahman
Fazlur Rahman merupakan intelektual muslim asal Pakistan yang
mengusung hermeneutika sebagai pisau dalam menelaah kandungan Al-
Quran. Hermeneutika sendiri oleh Carl E didefinisikan sebagai ilmu yang
mencerminkan kata atau kejadian dalam budaya dan masa lalu untuk bisa
dipahami dalam konteks saat ini. Melalui hermeneutikanya Fazlur Rahman
mengharapkan Al- Quran hidup dalam masyarakat bukan dari sisi makna
literalnya namun pandangan hidupnya melalui pembedaan terhadap legal
spesifik dengan ideal moral (keadilan, persaudaraan dan kesetaraan).
Penekanan pada moralitas ini dimaksudkan untuk menghindarkan penafsiran
dari bias kepentingan. Berdasarkan metode hermeneutika yang
dirumuskannya, Rahman mengajukan adanya dua gerakan yang perlu
ditempuh sehingga disebut sebagai double movement.
Gerakan pertama dimulai dari situasi saat ini menuju ke situasi saat Al-
Quran diturunkan dilanjutkan gerakan kedua yang arahnya berkebalikan dari
gerakan pertama yakni dari situasi diturunkannya Al-Quran menuju situasi
sekarang. Gerakan pertama terbagi menjadi dua langkah. Pertama, penafsir
harus mengetahui makna suatu ayat dengan melakukan pemahaman dan
penggalian terhadap historisitas saat ayat diturunkan.
154 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
Hal ini secara otomatis melibatkan konteks makro kehidupan
masyarakat Arab, adat istiadat, budaya, agama hingga peristiwa-peristiwa
yang bersifat partikular. Kedua, menggeneralisasikan hal-hal spesifik dari
pemahaman sebelumnya kemudian merumuskannya menjadi pernyataan yang
bersifat sosial- moral yang umum. Metode semacam ini dimaksudkan agar
dapat diperoleh pemahaman yang objektif (terhindar dari otoritarianisme)
meskipun dalam setiap penafsiran sisi subjektifitas tidak bisa dipisahkan
secara total (pikiran penafsir dipengaruhi latar belakang atau pengalaman
pedidikan, politik, agama, sosial budaya dan lain-lain yang melingkupinya).
Penafsiran yang objektif dapat diukur sejauh mana hasilnya sejalan dengan
prinsip-prinsip umum dalam Al-Quran. Metode semacam ini biasanya
digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat bernuansa hukum seperti mengenai
khamr dan poligami9.

Generasi Milenial dan Media Sosial


Abad ke-21 merupakan abad perkembangan teknologi dalam bidang
komunikasi dan informasi. Perkembangan komunikasi dan informasi telah
berotasi dan memenuhi gaya hidup masyarakat digital dalam berbagai aspek.
Kesamaan makna terhadap apa yang sedang diperbincangkan menjadi
kunci keberhasilan interaksi 10. Para pengguna media digital dapat bebas
menafsirkan makna dalam komunikasi dan interaksi di media sosial yang
perlahan menggeser nilai-nilai sosial lainnya. Sehingga komunikasi dapat
dipahami sebagai proses
penyampaian pesan yang tidak hanya fokus pada transferring information
tetapi juga

9Ulya, “Hermeneutika Doublemovement Fazlur Rahman: Menuju Penetapan Hukum


Bervisi
Etis,” Ulul Albab: Jurnal Studi Islam 12, no. 2 (2011): 111–27.
10 Amar Ahmad, “Perkembangan Media Online Dan Fenomena Disinformasi (Analisis

Pada
Sejumlah Situs Islam),” Jurnal Pekommas 16, no. 3 (2013): 177–86.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 155

berpengaruh terhadap perubahan sikap, pendapat, dan perilaku baik secara


lisan maupun media11. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku generasi
milenial.
Pada masa sekarang istilah generasi milenial bisa dikatakan sering
terdengar dan sudah familiar di berbagai kalangan. Istilah ini menjadi tren
seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Generasi milenial atau
dalam istilah lain disebut dengan generasi Y merupakan generasi yang
kelahirannya berkisar antara 1981 sampai tahun 1994. Namun lain halnya
dengan generasi centennial atau dikenal dengan generasi Z merupakan
generasi yang kelahirannya berkisar antara 1995 sampai dengan 2010. Kedua
generasi ini bisa disebut sangat akrab dengan teknologi digital. Generasi
milenial juga dikenal kedekatannya dengan teknologi karena mereka hidup
dan tumbuh beriringan dengan perkembangan teknologi12.
Salah satu teknologi yang sering digunkan oleh generasi milenial
adalah media sosial. Menurut Caleb T. Carr dan Rebecca T. Hayes, media
sosial yang berbasis internet yang memberikan kesempatan kepada pengguna
untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri dengan khalayak luas maupun
tidak baik secara seketika ataupun tertunda, yang mendorong nilai dari user-
generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain13.
Media sosial menjadi sarana komunikasi di era digital tanpa pandang
usia, jarak, maupun waktu. Media sosial merupakan bagian dari
komunikasi yang mengubah pasar media monologis ke komunikasi dialogis
yang partisipatif dan
interaktif 14 . Media sosial adalah sarana penyampaian pesan untuk
banyak

11 Prima Ayu Rizqi Mahanani, “Urgensi Pemahaman Etika Komunikasi Islami Pada
Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan
Facebook,” Jurnal Aspikom 2, no. 2 (January 20, 2014): 127–35,
https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i2.65.
12 Kumparan.com, “Asal Mula Nama 5 Generasi Di Zaman Now,” 2019,
https://kumparan.com/zufri-hadi/asal-mula-nama-5-generasi-di-zaman-now-
1554033262838252950/full.
13 Caleb T. Carr and Rebecca A. Hayes, “Social Media: Defining, Developing, and

Divining,”
Atlantic Journal of Communication 23, no. 1 (2015): 1–43,
https://doi.org/10.1080/15456870.2015.972282.
14 Muhamad Irhamdi, “Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial,” Komunike 10, no.
154 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
2Al-‘Asr
(2018): 139–52.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 157

pengguna dengan cara dan media yang variatif 15 . Sehingga sangat wajar
jika media sosial memiliki akses penuh dalam membangun opini terhadap
seluruh komponen kehidupan16.
Pesatnya perkembangan komunikasi informasi yang menawarkan
berbagai fitur menarik dan kemudahan akses, menuntun para pengguna
menjadi masyarakat modern yang meramaikan dunia digital.
mengungkapkan bahwa awalnya penikmat media hanya menikmati konten
yang disajikan, namun seiring dengan perkembangan zaman, penikmat media
atau yang sering disapa dengan netizen (network citizen) turut terpapar radiasi
konten dan menjadi tren tersendiri dalam kurun waktu tertentu. Oleh sebab
itu, media social dipercaya sebagai komunikasi masa kini yang mampu
mengubah paradigma dan gaya hidup sesuai tren hegemoni ala netizen17.

Etika dalam Bermedia


Sosial
Inovasi di bidang komunikasi yang kian berkembang
memungkinkan setiap orang bebas untuk mengekspresikan diri. Dalam
setiap menit, jutaan orang dapat mengakses internet termasuk media sosial.
Orang-orang membaca, membagikan, menonton dan membuat konten
digital secara berkelanjutan. Adapun konten yang dibagikan dapat berupa
foto, video maupun tulisan secara instan. Masyarakat dapat dengan mudah
berkomunikasi dan mengirimkan pesan kepada siapapun melalui media
sosial18.
Penggunaan media sosial tidak terlepas dari partisipasi masyarakat.
Oleh
sebab itu, penggunaan media sosial memiliki kaitan dengan etika
berkomunikasi

15 Uud Wahyudin and Kismiyati El Karimah, “Etika Komunikasi Netizen Di Media Sosial,”
in
Prosiding Seminar Nasional Komunikasi, 2016, 216–24.
16 Errika Dwi Setya Watie, “Komunikasi Dan Media Sosial (Communications and

Social
Media),” Jurnal The Messenger 3, no. 2 (2016): 69–75,
https://doi.org/10.26623/themessenger.v3i2.270.
17 Watie.
18 Syafrida Nurrachmi F and Ririn Puspita T., “Etika Komunikasi Netizen Di Media
156 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Sosial
Al-‘Asr(Studi Etnografi Virtual Terhadap Etika Berkomunikasi Netizen Dalam Menerima Berita Dan
Informasi Pada Halaman Facebook E100 Radio Suara Surabaya),” Jurnal Ilmu Komunikasi 1, no. 1
(2018).
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 157

dengan kata lain harus ada nilai untuk saling menghargai antara sesama
pengguna media sosial. Hal ini karena masyarakat akan menempatkan suatu
perilaku saat berinteraksi dengan pengguna lain. Perilaku tersebut dapat
berupa perilaku yang baik dan tidak menutup kemungkinan disertai
dengan perilaku yang buruk. Untuk mencegah munculnya perilaku negatif,
penerapan nilai-nilai etika komunikasi dalam diri masyarakat menjadi hal
yang sangat penting. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana etika yang
seharusnya ditanamkan pada saat bermedia sosial19.
Di dalam Encyclopedia Britannica terbitan 1972, William Benton
menyebutkan bahwa etika berasal dari bahasa Yunani dari kata Ethos
(karakter). Sedangkan menurut istilah, etika adalah suatu ilmu yang
sistematis yang terkonsep dari nilai-nilai baik, buruk, salah, benar dan nilai
lainnya. Etika berkaitan dengan prinsip membenarkan. Etika juga disebut
sebagai filsafat moral 20 . Richard J. menyebutkan bahwa etika berupaya
untuk mengamati perilaku masyarakat yang merupakan cermin dari hati
nurani yang ada dalam jiwanya. Sebagai contoh, manusia bisa tersenyum,
padahal dia sedang dalam masalah yang besar. Berikut adalah deskripsi
mengenai etika yang berhubungan dengan pentingnya etika berkomunikasi
ketika bermedia sosial, antara lain:
1. Etika Normatif, yakni ilmu yang membentuk standar ukuran serta norma
yang berlaku untuk kemudian diterapkan dalam menjawab tantangan
berkomunikasi dalam measyarakat. Etika berupaya untuk mencari
takaran umum antara baik dan buruk tingkah laku manusia.
2. Etika deskriptif, merupakan etika yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan
yang membahas tentang sisi baik dan buruk manusia terutama
dalam

19 Silvia Riskha Fabriar, “Etika Media Massa Era Global,” An-Nida : Jurnal Komunikasi
Islam 6, no. 1 (2014): 70–85.
20 Wahyudin and Karimah, “Etika Komunikasi Netizen Di Media Sosial.”
158 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Di samping itu, etika
berkaitan dengan nilai-nilai dalam menjaga interaksi antar sesama manusia.
3. Etika Kefilsafatan adalah suatu telaah mengenai suatu yang telah
dimaksudkan ketika berhadapan dengan kesusilaan. Dalam arti, etika
ini berhubungan dengna norma atau kaidah yang menjadi aturan dan
tuntunan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai luhur dalam
berperilaku dan melakukan perbuatan dalam bermasyarakat21.
Burhanudin Salam menyatakan bahwa etika dapat diartikan sebagai
ilmu tentang sikap, perbuatan dan perilaku manusia yang berkenaan
dengan baik maupun jahat22. Etika berisi tentang kumpulan nilai-nilai, moral
serta akhlak yang hadir lewat konsensus atas golongan atau kelompok
yang padanya terdapat ketentuan tertentu dan disesuaikan pada kebutuhan
golongan atau kelompok. Sehingga nilai yang anut oleh golongan bersifat
relatif dengan kata lain nilai yang dianggap benar oleh kelompok tertentu bisa
saja dianggap salah oleh kelompok yang lain terutama di Indonesia yang
merupakan negara plural. Istilah nilai sendiri merujuk pada sebuah tata
cara, konsep dan peraturan dalam berperilaku. Etika dapat menjadi identitas
dan pedoman bagi suatu golongan dalam bertindak23.
Adapun yang dimaksud etika berkomunikasi erat kaitannya dengan
penyampaian bahasa, baik verbal maupun nonverbal. Namun, pada dasarnya
komunikasi nonverbal dan verbal ini saling berkaitan. Komunikasi verbal
sendiri berkaitan dengan penyampaian bahasa yakni dengan menggunakan
simbol dan kata. Sedangkan nonverbal digunakan untuk melukiskan sesuatu
diluar kata-kata
yang tertulis dan terucap 24 . Dengan menggunakan komunikasi
nonverbal

21Wahyudin and Karimah.


22Fabriar, “Etika Media Massa Era Global.”
23 Irhamdi, “Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial.”
24 Ditha Prasanti and Sri Seti Indriani, “Etika Komunikasi Dalam Media Sosial Bagi Ibu-Ibu

PKK Di Desa Mekarmukti Kab. Bandung Barat,” Profetik Jurnal Komunikasi 10, no. 1 (2017): 21–
34, https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14421/pjk.v10i1.1219.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 159

ataupun verbal, seseorang dapat salin memahami apa yang dirasakan dan
dipikirkan satu sama lain25.
Komunikasi dapat dikatakan sebagai urat nadi yang menjadi
penghubung kehidupan dan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri
disertai dengan tabiat, sifat, atau perilaku yang bertujuan untuk menjalin
interaksi dan kerja sama. Implementasi etika berkomunikasi dapat
diidentifikasi dari interaksi yang sopan dan santun yang menjadi cerminan
dari kepribadian seseorang. Apabila seseorang melakukan komunikasi dengan
memperhatikan nilai-nilai luhur dalam berinteraksi, maka hal itu dapat
memberikan dampak positif. Sebaliknya, jika seseorang tidak menguasai dan
tidak menerapkan etika berkomunikasi yang baik maka bisa saja memicu
perselisihan dan berdampak negatif26.
Dalam prosesnya, etika berkomunikasi bukan hanya memperhatikan
tutur
kata yang baik, akan tetapi harus disertai dengan ketulusan hati kemudian
diekspresikan dengan kelembutan, kesabaran dan bersikap empati.
Komunikasi yang demikian dapat menghasilkan interaksi dua arah yang
disertai sikap menghargai, saling memberi dukungan dan perhatian. Dewasa
ini, interaksi yang memenuhi nilai-nilai etika menjadi persoalan yang penting
dalam berekspresi.
Di kehidupan generasi milenial saat ini, sering ditemui perilaku yang
tidak sopan dalam ketika menjalin komunikasi, hal ini menyebabkan
kekhawatiran dan kecemasan melemahnya etika. Dalam penyampaian
aspirasi, penerapan etika dirasa masih kurang bahkan terpinggirkan. Hal ini
juga disebabkan oleh belum mengakarnya etika dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Melalui media sosial misalnya, seringkali ditemui sikap menyimpang yang
dilakukan oleh oknum tertentu yang berupa konten provokatif, membawa isu
SARA yang sensitif dan tak jarang banyak yang
menggunakan kata-kata kasar yang memicu munculnya
pertikaian.

Tuty Mutiah et al., “Etika Komunikasi Dalam Menggunakan Media Sosial,” Global
25

Komunika
158 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
1, no. 1 (2019): 14–24, https://core.ac.uk/download/pdf/287201763.pdf.
Al-‘Asr 26 Mutiah et al.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 161

Selain itu, mudahnya seseorang dalam membagikan sesuatu berita


tanpa mencari tahu kebenaranya terlebih dahulu juga merupakan sikap yang
menyimpang dalam bermedia sosial. Perilaku-perilaku tersebut harus
dihindari dan karena hal itulah penerapan etika berkomunikasi layak
untuk dipertimbangkan 27 . Menurut Haryatmoko terdapat pertimbangan
bahwa etika berkomunikasi harus ditanamkan dalam bermedia sosial, yakni 28:
1. Salah satu jalan untuk menjaga keseimbanganantara tanggung jawab dan
sikap
menyampaikan aspirasi, kebebasan berpendapat, dan berekspresi.
2. Media sosial dapat menjadi berbahaya karena media sosial memilki
kekuasaan dan sangat berpengaruh terhadap publik. Sebagai contoh, saat
ini penggunaan media sosial sangat mudah untuk dijadikan sebagai sarana
menggiring opini publik. Media sosial berpotensi untuk memanipulasi
kebohongan besar dan menunggangi khalayak umum, itulah sebabnya etika
bermedia sosial menjadi hal urgen yang harus diterapkan. Hal ini juga
berguna sebagai perlindungan bagi lemahnya publik.
3. Etika berguna untuk membatasi bahkan mengurangi pengaruh buruk dari
logika instrumental, karena pada suatu kasus logika mengabaikan makna
dan nilai.

Prinsip-Prinsip Menggunakan Media Sosial


Dalam menggunakan media sosial, ada beberapa batasan yang
bertujuan untuk membentuk tatakrama dalam berkomunikasi secara verbal,
antara kebebasan untuk beraspirasi dan tanggung jawab sosial dapat
diselesaikan dengan melakukan pencarian prinsip yang bermanfaat
sebagai batasan penerapan
kebebasan. Berikut adalah empat hal yang harus dimengerti, yaitu29:

27Mutiah et al.
28Prasanti and Indriani, “Etika Komunikasi Dalam Media Sosial Bagi Ibu-Ibu PKK Di
Desa
Mekarmukti Kab. Bandung
Barat.”
29 Irhamdi, “Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial.”
160 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
1. Paternalismprinciple, berdasarkan prinsip ini media memiliki pengaruh
yang besar terhadap masyasrakat. Dari istilah “we are what we read
or view” yang berarti kita menjadi apa yang kita baca atau tonton. Maka,
masyarakat harus dapat memberikan kontrol terhadap pesan ataupun konten
yang bertebaran di media sosial. Dengan hal ini pula hal-hal yang
merugikan publik dapat dicegah.
2. Harmprinciple, prinsip ini menyatakan bahwa kebebasan dalam
berinteraksi juga
perlu dibatasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari tindakan yang
merugikan dan menyakiti seseorang.
3. Offenseprinciple, artinya dalam menyampaikan pesan juga dibutuhkan
batasan- batasan tertentu, karena seseorang tidak dianjurkan untuk
menimbulkan kegelisahan bagi orang lain.
4. Moralprinciple, ini merupakan salah satu prinsip yang utama untuk
diterapkan dalam bermedia sosial dan berinteraksi dengan masyarakat.
Karena baik buruknya moral ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain,
individu berpotensi melakukan kesalahan jika masyarakat mengatakan
bahwa yang ia lakukan adalah suatu kesalahan.
Sesungguhnya, petunjuk untuk bertingkah laku di lingkungan internet atau
media sosial telah ada, petunjuk ini disebut sebagai netiquette. Etiquette
berasal dari gabungan antara kata network dan etiquette yang memiliki arti
etika dalam berinternet, kebiasaan/aturan umum yang berlaku di berbagai
penjuru dunia. Dengan adanya aturan ini dapat memberikan kenyamanan bagi
para pengguna media sosial dalam berkomunikasi. Beberapa aturan tersebut
berupa: 30
1. Mengamankan semua properti yang berhubungan dengan perangkat,
baik
dengan memasang antivirus ataupun personal firewall.

30 Ratna Istriyani and Nur Huda Widiana, “Etika Komunikasi Islam Dalam
Membendung Informasi Hoax Di Ranah Publik Maya,” Jurnal Ilmu Dakwah 36, no. 2 (2016): 288–
315, https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/jid.36i.2.1774.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 163

2. Menjaga kerahasiaan informasi yang bersifat pribadi, seseorang harus


mampu menjaga privasi agar tidak digunakan oleh sembarang orang.
3. Menumbuhkan sikap saling menghargai antar pengguna media sosial, yaitu
dengan cara:
a. Hindari berniat untuk mencari informasi pribadi seseorang
apalagi melakukan tindakan itu bertujuan untuk merugikan orang lain.
b. Dalam mengirimkan pesan, sebaiknya menghindari penggunaan
huruf
kapital terlalu banyak, karena hal tersebut memberikan kesan
marah terhadap orang lain.
c. Menghindari perbuatan yang mengarah kepada plagiarisme karena hal
itu dapat melanggar hak cipta.
d. Jangan berupaya untuk memanipulasi informasi di internet apalagi
dengan
mengambil keuntungan dengan jalan illegal yang merugikan pihak lain.
Selain itu, terdapat beberapa tips yang dapat diterapkan ketika
berinteraksi
dan komunikas di media sosial, yaitu:31
1. Seseorang harus membatasi diri dalam bermedia sosial dengan kata lain
jangan mudah memberikan informasi apalagi yang berkaitan dengan
privasi yang bersifat sensitif ke media sosial. Karena hal itu bisa ssaja
merukgikan diri sendiri.
2. Ketika bermedia sosial, sebisa mungkin menghindari postingan
yang mengandung unsur SARA, karena hal itu merupakan suatu konten
sensitif yang dapat memicu pertikaian.
3. Menghindari mengekspos lokasi pribadi secara terang-terangan, lebih-
lebih
ketika berada di lokasi yang penting seperti di bank dan sebagainya.

Prasanti and Indriani, “Etika Komunikasi Dalam Media Sosial Bagi Ibu-Ibu PKK Di
31

Desa
Mekarmukti Kab. Bandung Barat.”
162 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
4. Memahami esensii dalam berkomunikasi, seseorang dapat
melakukannya dengan mengenali orang yang berinteraksi dengannya.
Kemudian menggunakan bahasa yang santun dalam berinteraksi.
5. Salah satu cara untuk menjaga privasi pribadi ialah dengan turut
menghargai privasi orang lain. Seseorang tidak sepatutnya mengumbar
aib orang lain meskipun hanya bermaksud untuk bercanda.
6. Poin selanjutnya, ialah memperhatikan waktu saat mengirim pesan
kepada
seseorang.
7. Selalu berpikir positif dalam bermedia sosial.
8. Jika menemui suatu konten yang menyinggung perasaan, maka
seseorang perlu untuk bersikap bijak dalam menyikapinya.
9. Tidak berlebihan dalam menyampaikan aspirasi dan berekspresi.

Adab Bermedia Sosial Dalam Perspektif Islam


Komunikasi dalam Islam merupakan suatu kegiatan menyampaikan
pesan-pesan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkomunikasi yang
disesuaikan dengan syariat Islam. Oleh sebab itu, komunikasi mengandung
unsur cara (how) yaitu penggunaan bahasa yang baik pada saat
komunikasi verbal (retorika) serta mengandung pesan (message), yakni suatu
unsur yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman. Secara garis besar,
pesan keislaman yang disampaikan berkenaan dengan akidah, syariah, dan
akhlak. Namun, pesan keislaman ini seringkali identik dengan kegiatan
berdakwah. Dakwah sendiri merupakan suatu kegiatan dan ucapan untuk
memberikan pengetahuan akan Islam kepada orang lain32.
Di dalam Alquran terdapat beberapa kata kunci yang berkenaan
dengan
komunikasi yang negatif. Pada saat bersamaan, kata kunci tersebut diiringi
pula

Muhammad Syu’aib Taher and Masrap, “Pendidikan Etika Budaya Komunikasi Melalui
32

Media
Sosial Berbasis Al-Qur’an,” Alim: Journal of Islamic Educatioan, 2016.
164 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
akan pentingnya sikap berhati-hati, cerdas, dan mawas diri terhadap suatu
hal yang merugikan diri sendiri. Apalagi di zaman modern yang lebih
mengutamakan teknologi dalam berkomunikasi, mengharuskan umat Islam
untuk bijak dan memahami literasi yang berkenaan dengan media sosial
terutama dalam hal yang berhadapan dengan etika. Adapun tuntunan-tuntunan
tersebut:33
1. Memberikan informasi yang valid dan
terpercaya
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya menghindari perilaku qaul
zur yaitu perilaku yang memberikan kesaksian yang dibuat-buat dan palsu
kepada orang lain. Karena sudah seharusnya umat muslim bersikap cerdas
dalam membagikan informasi, yaitu dengan tidak memalsukan fakta sekecil
apapun itu. Di samping itu, menghindari perilaku yang cenderung
mengabaikan kebenaran suatu berita sehingga dengan mudahnya
menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya. Sebagai pengguna media
sosial, seseorang tidak boleh menyebarkan informasi palsu karena perilaku
tersebut termasuk kepada kategori tazyin al-kizb.
Kesaksian palsu merupakan dosa besar yang merujuk pada perilaku
fitnah dan sama dengan dosa orang yang berbuat syirik. Hal ini tentu juga
akan merugikan orang lain. Dalam QS. al-Hajj: 30, Allah memerintahkan
kepada manusia untuk menghindari al-kizb atau qaul zur yang disampaikan
beriringan dengan larangan menyembah berhala. Di ayat lain yaitu pada QS.
al-An’am ayat
112, Allah menetapkan bahwa orang yang suka berbohong menjadi musuh
Allah dan para Nabi.
2. Menghindari
prasangka
Prasangka yang dilontarkan tanpa dasar yang menjadi akar dari
kebenaran sebuah informasi dapat menimbulkan perilaku membully dan
membunuh karakter seseorang. Sehingga dalam menyampaikan informasi
hendaknya berpegang erat pada asas praduga tak bersalah.

33 Juminen, “Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam,” Geneologi PAI: Jurnal
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 165
Pendidikan
Agama Islam 6, no. 1 (2019): 23–34.
166 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
3. Menghindari sukhriyah
Sukhriyah merupakan suatu perilaku yang merendahkan orang lain
yang dilakukan dengan mencaci-maki, mengolok-olok dan menghina
seseorang sehingga pada akhirnya menimbulkan kebencian dalam diri
seseorang. Sukhriyah ini sama halnya dengan perilaku membully. Hal ini
tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun kerap kali terjadi di media sosial.
Banyak ditemui tindakan pembulian di media sosial, hal ini tentu merugikan
seseorang dan bahkan dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental
seseorang. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim harus menghindari
perilaku ini. Allah s.w.t. telah melarang perilaku ini Al-Quran surat al-
Hujurat ayat 11:
‫نكي نا ىسع ءاسن نم ءاسن َلو مهنم اريخ اونوكي نا ىسع موق نم موق رخسي َل اونما نيذلا اهياي‬
‫كىلواف بتي مل نمو ناميَلا دعب قوسفلا مس َلا سئب باقلَلاب اوزبانت َلو مكسفنا اوزملت َلو نهنم اريخ‬
‫ نوملظلا مه‬١١
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan
pula perempuan- perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain
(karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling
mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk- buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim34.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang beriman


baik laki-laki ataupun perempuan menghina dan mengolok antara satu
dengan lainnya. Karena bisa jadi orang yang menjadi korban olokan lebih
baik di sisi Allah s.w.t.
Media sosial yang identik dengan kebebasan, seolah-olah
tidak
memperhatikan batasan-batasan yang berlaku. Kondisi ini membuka
peluang

34 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: Syaamil Qur’an, 2010).
166 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
bagi setiap orang untuk melakukan tindakan apapun yang diinginkan. Baik
dalam mengakses konten, maupun dalam menyampaikan aspirasi. Seringkali
seseorang melewati batas dan melanggar etika. Oleh karena itu, sudah
keharusan bagi seorang mukmin untuk menghindari perbuatan tersebut.
4. Menemukan
Fakta
Dalam Al-Quran surat al-Hujurat ayat 6, Allah s.w.t.
berfirman:
‫ نيمدن متلعف ام ىلع اوحبصتف ةلاهجب اموق اوبيصت نا اونيبتف ابنب قساف مكءاج نا اونما نيذلا اهياي‬٦
Artinya
:
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu35.

Dari terjemahan ayat ini, dapat diketahui bahwa Allah telah


memerintahkan orang Islam untuk mencari fakta dan kebenaran suatu
informasi dan tidak mencari keselahan orang lain sehingga cenderung kepada
sikap tajassus.
5. Menjauhi namimah atau mengadu
domba
Perilaku namimah ialah suatu tindakan yang berusaha untuk mengadu
domba antara pihak satu dengan pihak lainnya. Hal ini patut dihindari oleh
orang muslim dan sudah seharusnya mawas diri. Apalagi pada era modern
saat ini yang cenderung bebas dalam berkomunikasi. Peran komunikator
Islami dalam memanfaatkan media sosial haruslah berpegang teguh pada
prinsip berikut ini: 36
1. Qawlan sadidan, yaitu sebuah prinsip yang berkenaan dengan kejujuran
dalam
menyampaikan kebenaran yang disesuakan dengan data dan fakta yang
akurat, valid, dan tidak dimanipulasi sedikitpun.
2. Qawlan balighan, yaitu menyesuaikan pesan dengan yang dibutuhkan
oleh khalayak umum dalam hal ini berkenaan dengan sesuatu yang
menyentuh hati
nurani dan jiwa seseorang agar lebih dekat dengan Allah s.w.t.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 167

35 Departemen Agama RI.


36 Mahanani, “Urgensi Pemahaman Etika Komunikasi Islami Pada Mahasiswa Perguruan
Tinggi
Agama Islam Dalam Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Facebook.”
168 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
3. Qawlan maysuran, yaitu menayangkan tayangan yang sesuai dengan
syariat
Islam.
4. qawlan layyinan, yaitu prinsip untuk menjaga kesantunan dalam
berkomunikasi yaitu dengan tidak menjatuhkan harga diri orang lain dan
tidak menggunakan bahasa yang provokatif.
5. Qawlan Kariman, yaitu prinsip membangun hubungan yang baik sesuai
dengan etika dan akidah Islami.
6. Qawlan ma'rufan, yaitu prinsip untuk mengajak seseorang kepada kebaikan.
Dari uraian di atas, dapt dipahami bahwa dalam membangun
komunikasi yang baik dan bermedia sosial, seseorang harus mentaati etika-
etika dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah berlaku. Terutama seorang
muslim, sebagai muslim yang taat sudah sepatutnya berkomunikasi
dengan memperhatikan aturan yang disesuaikan dengan ajaran Agama Islam.
Baik dalam menggunakan simbol-simbol tertentu, dalam berucap dan
bertindak. Semua itu harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang Islam agar
tidak terjadi penyimpangan 37.

Historisitas dan makna Surat Al-’Asr


Surat Al-’Asr merupakan surat yang terdiri dari tiga ayat yang
diturunkan setelah surat al-Insyirah. Dalam Al-Quran surat ini terletak
setelah surat al- Humazah sehingga kedua surat ini menurut Quraish Shihab
memiliki keterkaitan makna. Surat al-Humazah menerangkan tentang perilaku
manusia yang sibuk dan menghabiskan waktu menumpuk harta sehingga
melalaikan dari tujuan utama hidup. Maka dalam surat al-’Asr ini Allah
memperingatkan manusia untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya38. Allah
s.w.t. berfirman dalam surat al-Asr
ayat 1-2:
37 Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 167
Taher and Masrap, “Pendidikan Etika Budaya Komunikasi Melalui Media Sosial Berbasis
Qur’an.”Al-
38M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 14
(Jakarta:
Lentera Hati, 2002).
‫ رصعلاو‬١ ‫ رسخ يفل ناسنَلا نا‬٢
Artinya
:
Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian39.

Ulama bersepakat bahwa makna kata ‫ رص علا‬dalam ayat tersebut


bermakna waktu. Namun secara lebih spesifiknya mereka berbeda pendapat.
Ada yang berpendapat kata itu merujuk pada waktu dimana gerak dan
langkah berada di dalamnya, pendapat kedua mengatakan bahwa waktu
yang dimaksud adalah waktu shalat ashar, sedangkan pendapat ketiga
mengatakan kata itu diartikan sebagai waktu ketika Nabi Muhammad di utus
di muka bumi. Namun demikian, kata waktu lebih tepat jika dimaknai sebagai
waktu secara umum. Ini dikarenakan dalam tradisi masyarakat Arab, mereka
sering melakukan perbincangan yang tak jarang berisi ungkapan yang
mempersalahkan waktu seperti “waktu sial” ketika memperoleh kegagalan
dan “waktu baik” saat memperoleh keberhasilan. Untuk itu melalui ayat ini,
ditegaskan bahwa tidak ada yang dinamakan waktu sial dan waktu baik.
Setiap waktu adalah sama dan bersifat netral. Kegagalan dan keberuntungan
bergantung pada bagaimana usaha seseorang. Maka dari itu waktu sangat
tidak tepat jika dijadikan objek celaan, dinamai mujur atau sial 40.
Digunakannya kata ‘asr dalam surat ini menyatakan bahwa demi masa
dimana manusia memperoleh hasil setelah memeras tenaganya. Ia merugi
kecuali jika melakukan amalan shaleh dan beriman. Ini menjadi alasan bahwa
waktu bermakna umum karena hasil usaha manusia (kerugian) ada
kemungkinan akan dirasakan di waktu mendatang (setelah kehidupan di
dunia). Waktu merupakan modal yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Jika tidak maka ia akan
berlalu begitu saja tanpa adanya sedikitpun keuntungan yang diperoleh.
Waktu

39 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya.


40 Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 14.
170 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
tidak bisa diperoleh lagi jika ia sudah berlalu. Berbeda dengan rezeki yang
masih bisa diperoleh esok hari jika tidak bisa diperoleh hari ini 41.
Selanjutnya kata al-insan dalam ayat ini oleh Muhammad Abduh
dimaknai sebagai manusia dari segala jenis baik beriman maupun kafir
namun manusia yang tidak mukallaf tidak termasuk didalamnya. Akar kata
dari al-insan bermakna gerak, lupa dan merasa senang sebagai karakteristik
manusia. Kata ‫ رس ح‬memiliki arti rugi, sesat, lemah celaka, tipuan dan makna
negatif lainnya. Digunakannya tanwin pada ayat ini menunjukkan bahwa
kerugian atau tipuan. Selanjutnya, lafadz ‫ يف ل‬berasal dari ‫ ل‬yang bermakna
sumpah dan ‫ يف‬bermakna wadah atau tempat. Dari ketiga lafadz tersebut dapat
ditarik makna manusia secara total diliputi dan berada dalam wadah kerugian.
Maka dari itu waktu harus diisi dengan hal baik. Menggunakan waktu untuk
hal buruk akan mengakibatkan kerugian 42. Allah s.w.t. berfirman dalam surat
al-Asr ayat 3:
‫ ࣖ ربصلاب اوصاوتو ِۙە قحلاب اوصاوتو تحلصلا اولمعو اونما نيذلا َلا‬٣
Artinya:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.

Ayat ini menerangkan empat golongan manusia yang dikecualikan


dari kerugian yang disebutkan dalam ayat sebelumnya antara lain:
1. Beriman yaitu membenarkan dengan hati apa yang dibawa Rasulullah
s.a.w. yang terangkum dalam enam rukun iman 43. Menurut Nurkholis
Madjid, iman tidak sekedar mempercayai dalam batin tetapi juga menuntut
perwujudan atau eksternalisasi melalui aksi 44 . Iman yang baik akan
menghasilkan amal yang baik 45 . Ada tujuh tingkatan iman, tertinggi
adalah ucapan laa illaha ilallah
sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan bahaya di jalan. Dalam
suatu

Shihab.
41

Shihab.
42
43 Shihab.
44 Nurcholish Madjid, Islam Iman, Dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran Ilahi Dalam

Kontekstualiasai Islam
Dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995).
45 Sabri, “Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam.”
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 169

hadis Rasul menyebutkan tidak beriman seseorang yang menyebabkan


ketidaknyamanan terhadap tetangganya disebabkan perilaku buruknya
berupa kejahatan dan sikap yang menyakitkan. Hadis lain mengindikasikan
semakin beriman seseorang maka semestinya seseorang akan semakin
menyebarkan perdamaian di antara sesama manusia. Iman setara dengan
perbuatan baik sebab saat seseorang melakukan keburukan berarti
keimanannya terangkat dari jiwanya. Dalam Islam antara iman saling
terkait dengan Islam dan ihsan
46.

2. Melaksanakan amal shalih yaitu perbuatan yang apabila dilakukan


akan menghentikan kemudharatan atau menimbulkan kesesuaian dan
manfaat (bagi pribadi, keluarga, kelompok atau seluruh manusia).
Perbuatan ini tentu tidak bertentangan dengan akal, Al-Quran dan sunnah
Nabi s.a.w. Upaya melestarikan nilai-nilai yang terdapat dalam sesuatu
juga dinamakan amal shalih. Selain itu, perbuatan manusia yang
melengkapi kekurangan tertentu sehingga hal tersebut dapat berfungsi
maka yang dilakukannya adalah amal shalih. Dalam ayat ini amal shalih
digandengakan dengan iman karena iman akan menuntun kearah mana
suatu amal ditujukan. Iman menjadi acuan diterima atau ditolaknya suatu
amal. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
disebutkan bahwa “setiap pekerjaan sesuai dengan niatnya”. Ini
menunjukkan bahwa motif suatu tindakan posisinya signifikan. Suatu
tindakan dapat dinilai baik oleh manusia dilihat secara dzahir.
Sedangkan niat hanya Allah yang mampu menilai dan menentukkan
diterimanya suatu amal 47 . Dalam beberapa dalil fadilah jika
seseorang melaksanakan amal sholeh diantaranya memperoleh kehidupan
yang indah
baik di dunia maupun di akhirat, menghilangkan kekhawatiran dan
ketakutan,

46 Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 14.
47 Shihab.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 171

dicintai Allah s.w.t., memperoleh kedudukan tinggi di surga, mendapat


keridhaan Allah s.w.t., menghapus dosa, dilapangkan rezeki 48.
3. Saling berwasiat tentang kebenaran yakni tampil dihadapan orang lain
dengan perkataan yang baik sehingga yang bersangkutan melakukan
pekerjaan tertentu yang darinya diharapkan suatu kesinambungan. Ada
yang memaknai kata al-haq dalam ayat ini sebagai kebenaran dan ada pula
yang mengartikannya sebagai Allah s.w.t.. Lain lagi dengan Fakhruddin
ar-Razi yang memaknai lafadz ini sebagai sesuatu yang tetap dan
tidak berubah. Kebenaran merupakan hal yang harus dicari dan
dipelajari. Perintah saling berwasiat dalam kebenaran bermakna
kewajiban seseorang untuk mendengarkan dan menyampaikan
(mengajarkan kepada orang lain) suatu kebenaran 49.
4. Saling berwasiat untuk ketabahan. Ketabahan atau kesabaran merupakan
hal
yang perlu dalam menghadapi segala sesuatu. Kesabaran dapat
menyangkut jasmani maupun rohani. Ada dua aspek yang menjadikan
manusia harus bersabar. Pertama, manusia cenderung menginginkan
kesehatan, kekayaan, popularitas dan lain sebagainya. Peran kesabaran
disini selain untuk memenuhi kecenderungan tersebut juga untuk menahan
diri dari melampaui batas yang justru berbahaya. Kedua, manusia sering
pula terbawa pada hal yang tidak sesuai dengan perintah atau larangan
Tuhan. Maka disini manusia memerlukan kesabaran 50.

Generalisasi
Secara garis besar, dalam segala hal waktu sangat menentukan suatu
hasil atau pencapaian. Oleh karena itu manajemen waktu menjadi hal yang
diterapkan dalam berbagai bidang dalam aktivitas manusia seperti dalam
pekerjaan, belajar

48 Syaikh Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi, “Fadilah Amal Sholeh,” accessed June 25,
2020, Islamhouse.com.
49 Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 14.
50 Shihab.
172 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
dan lain sebagainya. Seberapa optimal waktu digunakan akan mempengaruhi
hal- hal yang akan terjadi dimasa depan. Keterbatasan waktu yang
dimiliki oleh manusia menjadikan perlunya menyusun skala prioritas
sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia dan menimbulkan
kemanfaatan sebab digunakan untuk hal yang berfaedah. Sebagai contoh bijak
menggunakan waktu adalah dengan selalu melakukan kebaikan
menghindarkan diri dari melakukan perbuatan dengan niat dan cara yang
buruk serta membelanjakan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Perbuatan baik yakni perbuatan yang tidak bersebrangan dengan prinsip
kebenaran. Namun, dalam kebenaran tidak selalu mudah dilaksanakan.
Berbagai hambatan dan tantangan sering menyertai sehingga dibutuhkan
kesabaran. Untuk itu selain manusia harus saling mengingatkan tentang
kebenaran juga perlu mengingatkan akan kesabaran sehingga upaya untuk
menegakkan kebenaran dapat sampai pada hasil yang dituju.

Kontekstualisasi
Generasi milenial sebagian menganggap bahwa semakin aktif
mengikuti perkembangan teknologi dan eksis di media dunia maya seseorang
tersebut up to date sedangkan jika tidak maka ketinggalan zaman. Fenomena
“viral” termasuk bagian didalamnya yang menjadikan orang tertarik untuk
terus mengikuti perkembangan media sosial. Media sosial juga
memungkinkan semua orang aktif berkomunikasi baik secara personal
maupun yang mencangkup publik yang lebih luas, menyampaikan opini,
komentar dan lain-lain 51 . Berbagai aplikasi media sosial yang muncul
menawaran berbagai sisi menariknya masing-masing seperti Twitter,
Facebook, Instagram, You-Tube dan lain-lain. Media berbasis daring semakin
disukai karena kecepatannya menyampaikan berbagai informasi,
memudahkan
komunikasi (meskipun jarak jauh) hingga melancarkan berbagai kegiatan
seperti

51 Witro, Azmiya Putri, and Oviensy, “Kontribusi Media Sosial Terhadap


Produktivitas
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 173
Karyawan Generasi Milenial PT Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro.”
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 173

bisnis, dakwah, hiburan dan lain sebagainya. Akses media sosial tidak
terbatas waktu dan tempat sehingga siapapun dapat menggunakan sesuai
keinginannya selama terkoneksi dengan jaringan internet 52.
Berbagai kemudahan serta kesenangan yang ditawarkan media tersebut
seyogyanya tidak menjadikan manusia lupa waktu dan terlena. Perlu tertanam
kesadaran bahwa hal-hal esensial dalam kehidupan harus diprioritaskan
daripada sekedar bermedia untuk kepentingan yang tidak begitu signifikan.
Melalui media sosial, pengguna dapat memperoleh banyak keuntungan
termasuk keuntungan finansial. Namun, upaya memperoleh keuntungan
melalui media sosial dengan cara yang keliru atau licik dan melanggar
merupakan suatu kejahatan. Hal tersebut dapat dikatakan sangat banyak
terjadi di era internet dalam bentuk penipuan, peretasan data di
website dan lain-lain. Selain itu perilaku menyebarkan propaganda,
berita bohong dan ujaran kebencian untuk menggiring opini masyarakat
dalam rangka melancarkan kepentingan tertentu juga telah terbukti
menimbulkan masalah sosial yang serius 53. Maka dari itu, berdasar nilai yang
diadaptasi dari surat al-’ashr media seharusnya digunakan untuk
menyampaikan kebenaran meskipun dalam penyampaian kebenaran. Jika
kebenaran tersebut tidak diterima oleh semua netizen, setidaknya
penyampaian kebenaran tersebut bukan merupakan penipuan.

C. Kesimpulan
Ayat pertama surat al-’Ashr menggunakan waktu sebagai sumpah. Hal
ini
menunjukkan waktu merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
penggunaannya. Dari segi historis, masyarakat Arab dahulu akan mencela
waktu

52 Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat
Di Indonesia,” Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik Diterbitkan Oleh Fakultas Ilmu Sosial & Politik,
Universitas Tulungagung 9, no. 1 (2016): 140–57, http://www.jurnal-
unita.org/index.php/publiciana/article/download/79/73.
53 Witro, “Urgency Rijalul Posting in Preventing Hoax: Quranic Perspective.”
174 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
sebagai waktu sial ketika mendapat musibah atau sebaliknya padahal waktu
merupakan sesuatu yang netral. Baik buruk keadaan seseorang bergantung
pada usahanya sehingga dalam hal ini manusia harus menggunakan waktu
sebaik- baiknya antara lain untuk menjalankan keimanan, melakukan
perbuatan baik, menyampaikan kebenaran dan berwasiat dalam kesabaran.
Prinsip-prinsip demikian hendaknya diterapkan pula dalam melakukan
interaksi menggunakan media sosial sehingga kemajuan teknologi membawa
kepada kemaslahatan bukan sebaliknya, menimbulkan konflik dan perpecahan
di antara manusia. Wallahu a’lam.

DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Amar. “Perkembangan Media Online Dan Fenomena
Disinformasi
(Analisis Pada Sejumlah Situs Islam).” Jurnal Pekommas 16, no. 3
(2013):
177–86.

APJII. “Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia


Survei
2018.” Jakarta, 2018.

Asy-Syaqawi, Syaikh Amin bin Abdullah. “Fadilah Amal Sholeh.” Accessed


June
25, 2020. Islamhouse.com.

Cahyono, Anang Sugeng. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan


Sosial Masyarakat Di Indonesia.” Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Diterbitkan Oleh Fakultas Ilmu Sosial & Politik, Universitas
Tulungagung 9, no. 1 (2016): 140–57. http://www.jurnal-
unita.org/index.php/publiciana/article/download/79/73.

Carr, Caleb T., and Rebecca A. Hayes. “Social Media: Defining, Developing,
and
Divining.” Atlantic Journal of Communication 23, no. 1 (2015):
1–43.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 175

https://doi.org/10.1080/15456870.2015.972282.

Departemen Agama RI. Al-Quran Dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil


Qur’an,
2010.

Fabriar, Silvia Riskha. “Etika Media Massa Era Global.” An-Nida :


Jurnal
Komunikasi Islam 6, no. 1 (2014): 70–85.

Irhamdi, Muhamad. “Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia


Sosial.”
Komunike 10, no. 2 (2018): 139–52.

Istriyani, Ratna, and Nur Huda Widiana. “Etika Komunikasi Islam


Dalam
Membendung Informasi Hoax Di Ranah Publik Maya.” Jurnal Ilmu
Dakwah
36, no. 2 (2016): 288–
315. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/jid.36i.2.1774.

Juminen. “Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam.” Geneologi PAI:


Jurnal
Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2019): 23–34.

Kumparan.com. “Asal Mula Nama 5 Generasi Di Zaman Now,”


2019. https://kumparan.com/zufri-hadi/asal-mula-nama-5-generasi-di-
zaman- now-1554033262838252950/full.

Madjid, Nurcholish. Islam Iman, Dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran Ilahi
Dalam
Kontekstualiasai Islam Dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina, 1995.

Mahanani, Prima Ayu Rizqi. “Urgensi Pemahaman Etika Komunikasi


Islami Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam
Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Facebook.” Jurnal Aspikom
2, no. 2 (January
20, 2014): 127–35. https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i2.65.
176 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
Mutiah, Tuty, Ilham Albar, Fitriyanto, and A.Rafiq. “Etika Komunikasi
Dalam
176 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
Menggunakan Media Sosial.” Global Komunika 1, no. 1 (2019):
14–24. https://core.ac.uk/download/pdf/287201763.pdf.

Nurrachmi F, Syafrida, and Ririn Puspita T. “Etika Komunikasi Netizen Di


Media Sosial (Studi Etnografi Virtual Terhadap Etika Berkomunikasi
Netizen Dalam Menerima Berita Dan Informasi Pada Halaman Facebook
E100 Radio Suara Surabaya).” Jurnal Ilmu Komunikasi 1, no. 1 (2018).

Prasanti, Ditha, and Sri Seti Indriani. “Etika Komunikasi Dalam Media
Sosial Bagi Ibu-Ibu PKK Di Desa Mekarmukti Kab. Bandung Barat.”
Profetik Jurnal Komunikasi 10, no. 1 (2017): 21–34.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14421/pjk.v10i1.1219.

Rasidin, Mhd., Imaro Sidqi, and Doli Witro. “Drop Shipping in Islamic
Economic Law Perspective: E-Commerce Study Inter Marketplace Drop
Ship in the Industrial Revolution Era 4.0.” Nurani 20, no. 1 (2020): 97–
106. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/nurani.v20i1.6029.

Risnasari. “Manajemen Waktu Menurut Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili QS


Al-
Hasyr/59: 18).” UIN Alauddin Makassar, 2015.

Sabri, Ahmad. “Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam.”


Al- Ta Lim 19, no. 3 (2012): 180–87. https://doi.org/10.15548/jt.v19i3.31.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jilid
14. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soliha, Silvia Fardila. “Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan


Kecemasan Sosial.” Tingkat Ketergantungan Pengguna Media
Sosial Dan Kecemasan Sosial 4, no. 1 (2015): 1–10.
https://doi.org/10.14710/interaksi.4.1.1-10.
Al-mishbah, Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020 | 177

Taher, Muhammad Syu’aib, and Masrap. “Pendidikan Etika Budaya


Komunikasi
Melalui Media Sosial Berbasis Al-Qur’an.” Alim: Journal of Islamic
Educatioan,
2016.

Ulya. “Hermeneutika Doublemovement Fazlur Rahman: Menuju Penetapan


Hukum Bervisi Etis.” Ulul Albab: Jurnal Studi Islam 12, no. 2 (2011):
111–27.

Wahyudin, Uud, and Kismiyati El Karimah. “Etika Komunikasi Netizen


Di
Media Sosial.” In Prosiding Seminar Nasional Komunikasi, 216–24, 2016.

Watie, Errika Dwi Setya. “Komunikasi Dan Media Sosial (Communications


and Social Media).” Jurnal The Messenger 3, no. 2 (2016): 69–75.
https://doi.org/10.26623/themessenger.v3i2.270.

Wearesocial.com. “Digital 2020: Global Digital Overview,”


2020.
https://wearesocial.com/.

Witro, Doli. “Peaceful Campaign in Election Al-Hujurat Verse 11


Perspective.” Alfuad:Jurnal Ilmu Sosial Keagamaan 3, no. 2 (2019):
15–24. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31958/jsk.v3i2.1796.

———. “Problematika Hoax Di Media Sosial: Telaah Pesan Tabayyun


Dalam Surat Al-Hujurat/49: 6.” In Proceedings of the 3rd BUAF
(Borneo Undergraduate Academic Forum), 183–90. Kalimantan Tengah,
Indonesia, 17-19 Oktober: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Palangkaraya, 2018.

———. “Urgency Rijalul Posting in Preventing Hoax: Quranic Perspective.”


Islamic Communication Journal 5, no. 1 (2020): 38–49.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/icj.2020.5.1.5451.

Witro, Doli, Luqyana Azmiya Putri, and Vegia Oviensy. “Kontribusi


178 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Media
Al-‘Asr
178 | Wiji Nurasi, dkk , Islam dan etika Bermedia Sosial: Telaah Surat
Al-‘Asr
Sosial Terhadap Produktivitas Karyawan Generasi Milenial PT
Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro.” Jurnal Ekonomi & Bisnis 18, no. 2
(2019): 119–25. https://doi.org/https://doi.org/10.32722/eb.v18i2.2492.

Yusuf, Muhamad, Doli Witro, Rahmi Diana, Tomi Apra Santosa,


Annisa
’Alwiyah Alfikri, and Jalwis. “Digital Parenting to Children Using the
Internet.” Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 3, no. 1
(2020): 1–14. https://doi.org/10.24256/pijies.v3i1.1277.

You might also like