Professional Documents
Culture Documents
Suzuki Satria 120
Suzuki Satria 120
Produsen Suzuki
RGV 120
RGX 120
Stinger 120
induk
Produksi
sebelumnya
berikutnya
Kelas Bebek sport
buluh, kompresi 7.0:1,
pengabut karburator Mikuni VM 20 SS &
berpendingin udara
Bore x Stroke 56 x 49 mm
wheel
roda
Dimensi P 1960 mm
keseluruhan L 710 mm
T 1040 mm
Tangki
Kapasitas 1050 ml
bahan bakar
injected Satria FI in 2016.
The first type was released in 1997, with the second and third following in 2002 and 2005. The third
model is sold as the Belang 150 in Malaysia, and Raider 150 in the Philippines. The fourth model
was introduced in 2016, with the engine now fuel-injected, and shared with the GSX-R150, albeit
with different gear ratios in the transmission, different injectors and different tuning in the ECM. [1][2]
The name "Satria" means "knight" in Indonesian.
Specifications[edit]
Specification 1997–2005 2005–2016 2016–present
Compression
7.0:1 10.2:1 11.5:1
ratio
5-speed constant-mesh
(1997–2002)
Transmission 6-speed constant-mesh
6-speed constant-mesh
(2002–2005)
Frame Steel twin-spar diamond
Front
Conventional telescopic fork
suspension
Rear
Steel swingarm with monoshock
suspension
Drum (1997–2002)
Rear brakes Single disc brake with 1- Single disc brake with 1-piston caliper
piston caliper (2002–2005)
Dimensions
Length 1,960 mm (77.2 in) 1,940 mm (76.4 in) 1,960 mm (77.2 in)
SMASH
KOIL MASSA PULSER MASSA KOSONG 12 VOLT
110
Pin/Soket Kiprok Standar Yamaha, Suzuki, dan Honda - Berikut merupakan letak posisi pin/soket
kiprok standar dari motor Yamaha, Suzuki, dan Honda. Tentunya keterangan ini memudahkan kita
memasang pin kabel agar tidak tertukar fungsi masing-masing pin nya.
Kabel putih strip merah terhubung ke arus pengisian dari altenator.
Kabel kuning strip putih terhubung ke beban atau lampu motor.
Kabel merah terhubung untuk mengisi ulang daya baterai
Kabel wana hitam terhubung ke massa.
Suzuki
Merah: Terminal Positif aki.
Hijau: Klakson
Hijau Muda: Lampu Sein kanan
Hijau-Putih: Tombol Starter
Biru Kuning Pulser ke CDI
Hitam: Lampu Sein kiri
Hitam-Putih: Massa Negatif
Cokelat: Lampu senja
Putih: Lampu jarak dekat
Putih-Biru: Koil ke CDI
Putih-Hitam: Lampu rem belakang
Putih-Merah: Pengisian dari Magnet
Oranye Kunci Kontak
Kuning: Lampu Jauh
Abu-abu: Lampu Belakang
1. Kode Busi NGK
Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api listrik (voltage)
yang kuat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar.
Selain kuat, ada satu hal lagi yang wajib dimiliki yaitu ketepatan waktu untuk membakar
sehingga memperoleh daya pembakaran yang optimal. Ketepatan waktu inilah yang kemudian
dikenal sebagai ignition timing. Dengan demikian dapat dipersepsikan bahwa sistem pengapian
merupakan penjamin sebuah motor bensin agar dapat melakukan siklus pembakaran, bekerja
sebagai motor penggerak mula.
Beberapa macam sistem pengapian diantaranya:
Sistem pengapian kontak point (konvensional platina),Untuk jenis kontak point, arus primer
pada ignition coil diputus oleh platina, maka akan terjadi percikan api pada saat platinanya
mulai terbuka. Karena itulah tegangan sekunder yang dihasilkannya tidak akan stabil dan
kecenderungan untuk menimbulkan missfiring mudah terjadi.
CDI(Capasitor discharge ignition),Sistem pengapian capasitor atau CDI (Capacitor
Discharge Ignition) merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor
yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari kapasitor, guna
mencatudaya coil pengapian (ignition coil).
pengapian TCI(Transistor Control Ignition) menggunakan cara dimana arus yang mengalir di
primer coil pada ignition coil diputus sebentar dengan melakukan switching pada transistor untuk
menginduksi tegangan tinggi pada lilitan sekunder.
Sebagai perbandingan, pada pengapian CDI,TCI & ECU arus primer coil dikendalikan
secara elektronik oleh beberapa komponen elektronik semi-konduktor di dalam CDI. Sehingga
pada putaran mesin yang rendah pun tetap akan menghasilkan tegangan induksi yang relatif
besar dan stabil pada ignition coil.
Gambar berikut ini memperlihatkan suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara
tekanan di dalam silinder selama proses kompresi dan ekspansi dengan sudut engkol mulai dari
saat penyalaan sampai akhir pembakaran.
Titik 1 menunjukkan percikan api busi, jarak dari titik 3 ke titik 1 merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk perambatan api untuk mencapai pembakaran eksplosif. Jarak kedua titik ini
selalu tetap yang menunjukkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk membakar campuran
gas bam dan tidak bergantung pada putaran mesin.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan ekspansi maksimal maka
tekanan pembakaran maksimum harus berada pada beberapa derajat setelah TMA, sehingga
untuk mencapai hal tersebut maka saat pengapian harus dimajukan beberapa derajat sebelum
TMA. Jarak dari titik 1 sampai dengan titik 3 adalah dinamakan dengan ignition delay/
keterlambatan pembakaran.
Teori pembakaran letupan (knocking) tersebut di atas adalah prinsip yang dikemukakan oleh
Ricardo. Beberapa hal yang menyebabkan knocking adalah :
a. Perbandingan kompresi dan tekanan kompresi yang terlalu tinggi.
b. Temperatur pemanasan campuran dan temperatur silinder yang terlalu tinggi.
c. Saat pengapian terlalu awal.
d. Putaran mesin rendah dan penyebaran api lambat.
e. Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar tidak tepat, serta jarak penyebaran api
terlampau jauh.
Pada mesin dua tak dengan pulser di sisi luar fly wheel merupakan tempat yang sangat
ideal. Disamping tidak ada api yang terbuang, lingkaran fly wheel yang relatif besar membuat
saat pengapian lebih terkendali dengan baik. Pada mesin mesin dengan pulser dengan inti besi
dan ditempatkan di dalam magnet, jumlah letikan dalam satu putaran rotor adalah sama dengan
jumlah keping magnet yang dipasangkan.
. Pembentukan tegangan induksi pada pulser Sebuah ilustrasi pemotongan garis
garis gaya magnet oleh tonjolan (pick up) sehingga menghasilkan tegangan listrik pada pulser.
Beberapa data tentang pulser dan panjang pick up
Sepeda motor Panjang Tonjolan
HONDA
Supra/ Legenda 12 + 1 mm
Kirana 12 ±1 mm
Mega Pro 12 ± 1 mm
Tiger 2000 12 ±1 mm
Karisma 38 ±1 mm
Sonic 125/CBR 150 38 ± 1 mm
YAMAHA 57.5 ± 1 mm
Vega-R/F1ZR 57.5 ± 1 mm
Jupiter Z/ Nouvo/Mio/
RX King
SUZUKI
Shogun 110 14 ±1 mm
Smash 110 14 ±1 mm
Shogun 125 30 ± 1 mm
Satria 120R 30 ± 1 mm
Satria 150F 39 ± 1 mm
Sekian sekilas tentang dasar sistem pengapian untuk tulisan berikutnya akan saya
bahas detail tentang apa itu bagian- bagian sistem pengapian.
Daftar Rasio Primer Standar - Berikut catatan rasio primer standar berbagai motor yang telah saya dapat
dari berbagai sumber.
gir rasio primer RXZ
YAMAHA
V75/80 = 21/66
Alfa, Fizr = 21/66
125z = 22/71
RXZ = 22/71
RX King = 21/70
Crypton, Vega = 18/67
Jupiter Z = 18/67
Jupiter Z New = 21/69
Jupiter Z1 = 20/58
Vega ZR = 21/69
Vega RR = 21/69
Force 115 = 20/58
Jupiter MX = 24/73
Scorpio = 21/70
HONDA
C100 = 17/69
SX125 = 20/67
CS1 = 20/67
CB100 = 18/73
CG110= 18/73
MegaPro = 21/70
Tiger = 22/68
SUZUKI
Satria 120 = 20/65
KAWASAKI
Athlete = 22/75
D-Tracker SE = 25/72
D-Tracker X = 30/84
KLX 150 = 25/72
KLX 250 = 30/84
Pulsar NS200 = 19/
Ninja R 150 = 22/72
Ninja RR 150 = 22/72
Ninja 250 = 23/71
Versys 650 = 42/88