Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

JURNAL

PEMELIHARAAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DENGAN


PADAT TEBAR YANG BERBEDA PADA SISTEM BUDIDAYA BOSTER

OLEH

PUTRA ALI SYAHBANA MATONDANG

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
GROWTH PERFORMANCE OF ASIAN REDTAIL CATFISH (Hemibagrus
nemurus) WITH DIFFERENT STOCKING DENSITY ON BOSTER
SYSTEM

By

Putra Ali Syahbana Matondang1), Usman M Tang2), Iskandar Putra2)


E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research was conducted on March 2019 until April 2019 held at UPT
Fish Hatchery and Experimental Pond Fisheries and Marine Faculty Riau
University. The aim of the research is to know the best stocking density on Asian
redtail catfish (Hemibagrus nemurus) with boster system. The design of this
research is an experimental model using Completely Randomized Design
Factorial pattern (RAL) of 1 factor, 5 treatment levels, and 3 replications. The
standard of treatment used is stocking density 400 individual/m3, 500
individual/m3, 600 individual/m3, 700 individual/m3, dan 800 individual/m3.
During 42 days maintenance of the best treatment on stocking density 700
individual/m3 with an absolute weight growth was 4,41 g, the absolute length was
4,81 cm, the specific growth rate was 5,90%, feed efficiency was 91,68%, feed
conversion ratio was 1,09, and survival rate was 91,66%. And the water quality
during the research is the temperature was 25,9 to 27,1oC, pH was 6,9 to 7,2,
dissolved oxygen was 6,0 to 6,8 mg/L and ammonia was 0,003 to 0,005 mg/L.

Keyword : Hemibagrus nemurus,Stocking Density,Boster System


1. Student of Fisheries and Marine Faculty, Riau University
2. Lecturer of Fisheries and Marine Faculty, Riau University
PEMELIHARAAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DENGAN
PADAT TEBAR YANG BERBEDA PADA SISTEM BUDIDAYA BOSTER

Oleh

Putra Ali Syahbana Matondang1), Usman M Tang2), Iskandar Putra2)


E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2019 sampai April 2019 bertempat
di UPT Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau. Tujuan penelitian untuk mengetahui padat tebar yang optimal
bagi ikan baung (Hemibagrus nemurus) dengan sistem budidaya boster. Desain
penelitian ini merupakan model eksperimen menggunakan Rancangan Acak
lengkap pola faktorial (RAL) 1 faktor, 5 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Taraf
perlakuan yang digunakan yaitu padat tebar 400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600
ekor/m3, 700 ekor/m3, dan 800 ekor/m3. Selama 42 hari pemeliharaan terbaik pada
padat tebar 700 ekor/m3 dengan pertumbuhan bobot mutlak 4,41 g, panjang
mutlak 4,81 cm, laju pertumbuhan spesifik 5,90%, efisiensi pakan 91,68%, rasio
konversi pakan 1,09 dan tingkat kelulushidupan ikan 91,66%. Dan kualitas air
selama penelitian yaitu suhu 25,9-27,1oC, pH 6,9-7,2, oksigen terlarut 6,0-6,8
mg/L dan amonia 0,003-0,005 mg/L.

Kata Kunci : Hemibagrus nemurus,Padat Tebar, Sistem Budidaya Boster


1. Mahasiwa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2. Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
1

PENDAHULUAN digunakan bertujuan untuk


mengurangi feses dan sisa pakan
Untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan nutrien bagi
pasar terhadap ikan baung sampai mikroorganisme itu sendiri.
saat ini masih mengandalkan hasil Sehingga menumbuhkan pakan alami
tangkapan dari alam. Meskipun dan meningkatkan oksigen terlarut,
beberapa tempat sudah melakukan serta menurunkan kadar amoniak.
budidaya pembesaran ikan baung, Juga meningkatkan nafsu makan
namun hasilnya belum signifikan ikan dan meningkatkan metabolisme
untuk memenuhi kebutuhan pasar serta memperbaiki konversi pakan
yang besar. Jika terus menerus (FCR) (Putra et al., 2017). Disisi
produksi ikan baung mengandalkan lain, budidaya sistem boster ini dapat
hasil tangkapan dari alam maka mengatasi permasalahan tentang
dikhawatirkan populasi ikan baung penggunaan lahan pada budidaya
di alam akan menurun bahkan ikan. Karena budidaya sistem boster
terancam punah (Heltonika dan ini tidak terlalu banyak memerlukan
Nurasiah, 2016). lahan, sehingga bagus diaplikasikan
Menurut Tang (2003) pada lahan sempit khususnya pada
tingginya permintaan akan ikan wilayah perkotaan.
baung di pasaran terus menerus Penelitian mengenai
menuntut para pembudidaya untuk pengaruh padat tebar terhadap
meningkatkan produksi sehingga pemeliharaan ikan baung dengan
informasi tentang teknologi budidaya sistem budidaya boster ini belum
sangat diperlukan. pernah dilakukan. Berdasarkan
Padat penebaran yang rendah uraian diatas penulis tertarik
dalam kegiatan budidaya dapat melakukan penelitian tentang
mengakibatkan produksi rendah. “Pemeliharaan Ikan Baung
Untuk itu diperlukan budidaya ikan (Hemibagrus nemurus) dengan Padat
baung dengan padat penebaran yang Tebar yang Berbeda pada Sistem
tinggi agar dapat meningkatkan Budidaya Boster”.
produksi ikan baung. Menurut
Slembrouck et al., (2005) padat METODE PENELITIAN
penebaran yang terlalu tinggi dapat
menurunkan mutu air, pertumbuhan Penelitian ini telah
ikan yang lambat, tingkat dilaksanakan selama 42 hari yaitu
kelangsungan hidup ikan yang dari bulan Maret sampai bulan April
rendah serta tingkat keragaman 2019 yang bertempat di UPT
ukuran ikan yang tinggi. Salah satu Pembenihan Ikan dan Kolam
alternatif yang dapat diterapkan Percobaan Fakultas Perikanan dan
dalam budidaya ikan baung agar Kelautan Universitas Riau, Jl. Bina
menghasilkan produksi ikan yang Widya Km 12.5, Panam, Pekanbaru,
baik adalah sistem budidaya boster. Riau.
Sistem budidaya boster Metode yang digunakan
adalah budidaya super intensif yang dalam penelitian ini adalah metode
menggunakan suplemen boster eksperimen menggunakan
dengan kandungan probiotik atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1
memanfaatkan mikroorganisme faktor dengan 5 taraf perlakuan dan 3
(Putra, 2014). Mikroorganisme yang kali ulangan. Perlakuan dalam
2

penelitian ini adalah padat tebar yang air suspensi ditebar sebanyak 0,45
berbeda. Perlakuan yang dicoba pada ml/L ke dalam wadah penelitian pada
penelitian ini adalah berbagai padat jam 9-10 pagi. Berdasarkan
tebar, yaitu ; 400 ekor/m3, 500 penelitian Pamukas et al (2018)
ekor/m3, 600 ekor/m3, 700 ekor/m3, dengan menambahakan dosis
800 ekor/m3. Kemudian fermentasi boster sebanyak 0,45
dikonversikan pada wadah penelitian ml/L pada pemeliharaan ikan nila
(±100 liter) yang diisi air sebanyak salin (Oreochromis niloticus) di air
40 liter. Sehingga 40 liter = 0,040 payau menghasilkan tingkat
m3, jadi 0,040 m3 x 400 ekor/m3 = 16 kelulushidupan 88,33%. Setelah
ekor/m3. melakukan penebaran fermentasi,
Media pemeliharaan pada tunggu hingga air berwarna coklat
penelitian ikan baung (Hemibagrus atau kehijauan. Setelah
nemurus) ini menggunakan air tawar pemeliharaan, lakukan penebaran
sebanyak 40 liter per wadah. ulang fermentasi boster sekali
Sebelum melakukan penebaran benih seminggu.
pada wadah penelitian terlebih Selanjutnya dilakukan
dahulu dilakukan strerilisasi pada penambahan boster manstap dengan
wadah dengan menggunakan boster dosis 30 ppm pada sore hari. Guna
blue copper sebanyak 1 ppm penambahan boster manstap ini yaitu
bersamaan saat pengisian air pada untuk menstabilkan dan
wadah penelitian. Adapun fungsi meningkatkan kualitas air
dilakukannya sterilisasi wadah pemeliharaan sehingga parameter
penelitian menggunakan boster blue kualitas air tidak fluktatif serta dapat
copper ini guna untuk strerilisasi air menambah unsur hara pada wadah
dan wadah penelitian dari pathogen penelitian (Sudarmaji dan Tim
seperti virus, bakteri dan jamur Boster, 2013). Setelah melakukan
(Sudarmaji dan Tim Boster, 2013). penambahan boster manstap,
Dilakukan proses fermentasi ditambahkan volume air pada wadah
untuk menumbuhkan plankton pada penelitian menjadi 40 liter. Serta
wadah penelitian dengan dilakukan proses aerasi pada wadah
menggunakan campuran 0,5 kg penelitian, hingga benih baung (3-5
dedak bekatul halus + 200 cc boster cm) dapat ditebar keesokan harinya.
planktop + 10 gr boster aquaenzym + Sebelum benih ditebar ke
20 cc boster amino liquid. Serta dalam wadah penelitian, dilakukan
ditambah dengan air sebanyak ±1 pengukuran panjang dan bobot
liter, aduk hingga campuran biomassa seluruh benih ikan baung
fermentasi seperti adonan semen. (Hemibagrus nemurus) guna untuk
Kemudian, dimasukkan bahan mendapatkan data awal penelitian.
fermentasi ke dalam toples lalu Ditambahkan 1 sdm boster fish
tutup, dan dilakukan proses immunovit dan 2 gr boster stress off,
fermentasi selama 24-36 jam. Setelah lalu dimasukkan kedalam kantong
proses fermentasi sudah selesai plastik guna untuk meningkatkan
tambahkan dengan air 10 Liter, dan daya tahan tubuh/antibodi ikan
dilakukan penyaringan agar serat- selama pemeliharaan (Sudarmaji dan
serat fermentasi tidak masuk ke Tim Boster, 2013). Kemudian,
dalam wadah penelitian (Sudarmaji dilakukan aklimatisasi benih pada
dan Tim Boster, 2013). Kemudian, wadah penelitian selama 10-15 menit
3

guna menyesuaikan suhu pada setelah pemberian pakan.


wadah penelitian. Adapun benih Pembuangan air kotoran ini
yang ditebar ke dalam wadah dilakukan setiap pagi dan sore hari
penelitian sesuai dengan perlakuan guna untuk membuang sisa pakan
padat tebar yang telah ditetapkan dan feses ikan yang menumpuk di
yaitu; 400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600 dasar wadah pemeliharaan yang
ekor/m3, 700 ekor/m3, dan 800 dapat menimbulkan adanya amonia
ekor/m3. yang sangat berbahaya bagi
Pakan yang diberikan pada pemeliharaan ikan. Ditambahkan
benih ikan baung selama penelitian boster sel multi dengan dosis 20 ppm
ini adalah pelet FF-999 dengan kadar pada siang hari selama 3 hari
protein kasar 35%, lemak kasar 2%, berturut-turut setelah benih ditebar
serat kasar 3%, abu kasar 13% dan dan sekali seminggu selama
kadar air 12%. Pemberian pakan pemeliharaan guna mengurangi
pada benih dilakukan 3 kali sehari kepadatan plankton, menurunkan dan
yaitu pada jam 08.00 WIB, 13.00 menguraikan gas-gas beracun serta
WIB dan 16.00 WIB, dengan dosis menghambat tumbuhnya bakteri
pakan yang diberikan ad satiation pathogen (Sudarmadji dan Tim
(sampai kenyang). Penambahan Boster, 2013). Dilakukan sterilisasi
suplemen boster pakan dapat air pemeliharaan seminggu sekali
dilakukan pada awal pemeliharaan dengan menggunakan boster blue
hingga pertengahan pemeliharaan copper dengan dosis 1 ppm.
(hari ke-21) dengan menggunakan Pemeliharaan benih ikan
boster amino liquid 5 ml/kg pakan + baung dilakukan selama 42 hari.
boster grotop 2 gr/kg pakan + boster Setiap 14 hari sekali dilakukan
premix aquavita 2 gr/kg pakan. Pada sampling pada benih yang dipelihara
hari ke-23 sampai akhir guna untuk mengetahui panjang dan
pemeliharaan (hari ke-42) bobot benih ikan yang dipelihara.
ditambahkan suplemen boster pada Pengukuran panjang pada benih ikan
pakan berupa boster amino liquid 5 menggunakan penggaris dan kertas
ml/kg pakan + boster grotop 2 gr/kg grafik. Diletakkan air kedalam
pakan + boster vitaliquid 2 gr/kg nampan yang sudah dialaskan kertas
pakan (Sudarmaji dan Tim Boster, grafik, kemudian dimasukkan benih
2013). Setelah suplemen boster ikan disamping penggaris dan dicatat
dicampurkan, dilarutkan dengan air panjangnya. Untuk pengukuran
sebanyak 500-700 ml. Kemudian bobot tubuh, dilakukan dengan
disemprotkan pada pakan secara meletakkan benih ikan diatas
merata dan dikering anginkan selama timbangan analitik dan di catat
10-15 menit. Setelah itu, simpan beratnya. Pengukuran tingkat
pakan yang telah ditambah suplemen kelulushidupan (survival rate) pada
boster kedalam toples yang bersih benih ikan diketahui dengan
dan kering. menghitung jumlah ikan yang mati
Pada perawatan air harian, selama pemeliharaan.
pembuangan kotoran dilakukan 5 Data rata-rata pertumbuhan
hari setelah benih ditebar. Air bobot mutlak, pertumbuhan panjang
dibuang sebanyak 5% dari saluran mutlak, laju pertumbuhan spesifik,
outlet dengan membuka stop kran efisiensi pakan, rasio konversi pakan,
central drain dan diisi air lagi 1 jam dan kelulushidupan yang diperoleh
4

selama penelitian akan disajikan HASIL DAN PEMBAHASAN


dalam bentuk tabel. Data yang
diperoleh dilakukan uji homogenitas Pertumbuhan Bobot Mutlak,
dan deskriptif. Selanjutnya dianalisis Panjang Mutlak, Laju
dengan menggunakan analisis Pertumbuhan Spesifik, Efisiensi
variansi (ANAVA). Apabila hasil uji Pakan, Rasio Konversi Pakan dan
menunjukkan perbedaan nyata (P < Kelulushidupan Benih Ikan Baung
0,05) maka dilakukan uji lanjut
Student Newman-Keuls pada tiap Berdasarkan penelitian yang
perlakuan untuk menetukan telah dilakukan didapatkan hasil
perbedaan antar perlakukan pertumbuhan bobot mutlak, panjang
(Sudjana, 1991). Data parameter mutlak, laju pertumbuhan spesifik,
kualitas air akan dimasukkan ke efisiensi pakan, rasio konversi pakan
dalam tabel dan selanjutnya dan kelulushidupan benih ikan baung
dianalisis secara deskriptif. yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak (Wm), Panjang Mutlak (Lm), Laju


Pertumbuhan Spesifik (LPS), Efisiensi Pakan (EP), Rasio Konversi
Pakan (FCR) dan Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Baung
(Hemibagrus nemurus) pada Padat Tebar yang Berbeda
Padat Tebar Parameter
(ekor/m3) Wm (g) Lm (cm) LPS (%) EP (%) SR (%)
400 3,67 ± 0,04a 4,20 ± 0,00a 5,52 ± 0,03a 79,36 ± 0,50a 77,08 ± 7,22a
500 3,91 ± 0,03b 4,34 ± 0,09ab 5,65 ± 0,07b 82,37 ± 0,19b 86,66 ± 2,89ab
600 4,07 ± 0,09c 4,50 ± 0,13bc 5,77 ± 0,02c 85,75 ± 0,30c 87,50 ± 4,17ab
700 4,41 ± 0,03d 4,81 ± 0,02d 5,90 ± 0,07d 91,68 ± 1,35d 91,66 ± 2,06b
800 4,13 ± 0,08c 4,57 ± 0,13c 5,78 ± 0,03c 85,97 ± 0,44c 86,45 ± 4,77ab

Berdasarkan Tabel 1 diatas Pertumbuhan adalah


dapat dilihat bahwa pertumbuhan perubahan bentuk ikan baik berat
bobot mutlak ikan tertinggi terdapat maupun panjang sesuai dengan
pada padat tebar 700 ekor/m3 yaitu perubahan pada waktu tertentu.
4,41 g dan terendah pada padat tebar Untuk terjadi pertumbuhan yang
400 ekor/m3 yaitu 3,67 g. Hasil uji baik, ikan harus mendapatkan
analisis variansi (ANAVA) makanan yang cukup dan bergizi,
menunjukkan P <0,05 artinya padat juga dapat dimanfaatkan ikan untuk
tebar yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan
bobot mutlak benih ikan baung dipengaruhi oleh faktor internal dan
selama penelitian. Sehingga eksternal. Faktor internal yang
dilakukan uji lanjut Student Newman mempengaruhi pertumbuhan seperti
Keuls (SNK) untuk mengetahui genetik, jenis kelamin dan umur.
apakah terdapat perbedaan antara Faktor eksternal seperti kualitas air,
padat tebar. Hasilnya menunjukkan makanan dan padat tebar (Effendi,
bahwa padat tebar 700 ekor/m3 2002). Sesuai dengan pernyataan
berbeda nyata dengan padat tebar Asmawi (1986) bahwa kecepatan
400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600 pertumbuhan sangat tergantung pada
ekor/m3 dan 800 ekor/m3. jumlah makanan yang diberikan,
5

ruang, suhu, kedalaman air dan tingkah laku ikan. Dimana ikan
parameter kualitas air lainnya. Ellis baung ini memiliki tingkah laku
et al., (2002) juga menyatakan yakni suka bergerombol (Kordi
bahwa pakan dan padat tebar 2015). Tingkah laku suka
merupakan dua faktor utama dalam bergerombol ini sangat
budidaya yang mempengaruhi menguntungkan dalam merespon dan
pertumbuhan, kelulushidupan dan mencari makanan sehingga ikan
kesehatan pada ikan. dengan padat tebar yang tinggi akan
Padat tebar yang terlalu mengkonsumsi pakan lebih banyak
tinggi akan mengurangi ruang gerak dan berdampak terhadap
terhadap ikan itu sendiri dan pertumbuhan yang optimal.
meningkatkan persaingan ikan dalam Tetapi pada penelitian ini
mendapatkan makanan dan oksigen. dengan padat tebar 800 ekor/m3 tidak
Disisi lain, padat tebar yang rendah menghasilkan pertumbuhan yang
akan mengakibatkan ruang gerak optimal walaupun respon ikan
yang terlalu luas, sehingga ikan terhadap pakan juga tinggi. Hal ini
dapat senantiasa bergerak dan akan diduga karena dengan padat tebar
mengakibatkan energi yang yang terlalu tinggi dapat
dikonsumsi ikan untuk pertumbuhan menyebabkan ruang gerak ikan
lebih banyak digunakan ikan untuk semakin sempit dan kompetisi ikan
bergerak. Hal ini sesuai dengan untuk mendapatkan makanan juga
pernyataan Wardoyo dan Muchsin meningkat. Sehingga padat tebar 800
(1990) bahwa padat tebar yang ekor/m3 telah melampaui daya
rendah akan mengakibatkan pakan dukung wadah pemeliharaan. Hal ini
dan ruang gerak ikan menjadi tidak sesuai dengan pernyataan Hepher
efisien dan padat tebar yang tinggi dan Pruginin (1981) bahwa
mengakibatkan kompetisi dalam penurunan pertumbuhan yang terjadi
mendapatkan makanan dan ruang semakin besar maka penurunan
gerak yang cukup sehingga produksi akan terjadi hingga
memungkinkan pertumbuhan mencapai tingkat pertumbuhan nol.
menjadi lambat. Ini berarti bahwa padat tebar ikan
Pertumbuhan bobot mutlak telah mencapai nilai carrying
benih ikan baung berdasarkan waktu capacity atau daya dukung
pengamatan pada akhir penelitian maksimum wadah budidaya.
padat tebar 700 ekor/m3 lebih tinggi Panjang mutlak merupakan
daripada padat tebar yang lain. Hal selisih panjang akhir dengan panjang
ini diduga karena semakin banyak awal ikan selama masa
ikan yang ditebar maka respon ikan pemeliharaan, hasil uji analisis
terhadap pakan juga semakin tinggi variansi (ANAVA) panjang mutlak
sehingga pertumbuhan ikan ikan baung selama penelitian dapat
meningkat seiring dengan dilihat pada Tabel 1. Panjang mutlak
peningkatan padat tebar, ruang gerak benih ikan baung tertinggi terdapat
yang sesuai dan tidak terlalu sempit, pada padat tebar 700 ekor/m3 yaitu
serta kualitas air yang baik pada 4,81 cm dan terendah pada perlakuan
pemeliharaan ikan. Sesuai dengan 400 ekor/m3 yaitu 4,20 cm. Hal ini
pernyataan Tolussi et al., (2010) menunjukkan dengan bertambahnya
bahwa pengaruh padat tebar terhadap bobot ikan maka bertambah juga
pertumbuhan juga bergantung pada panjang ikan. Hasil uji ANAVA
6

menunjukkan P <0,05 artinya padat perubahan komunitas bakteri


tebar yang berbeda mempengaruhi intestinalnya.
panjang mutlak ikan baung selama Efisiensi pakan tertinggi
penelitian. Sehingga dilakukan uji terdapat pada padat tebar 700
lanjut Student Newman Keuls (SNK) ekor/m3 yaitu 91,68% dan terendah
untuk mengetahui apakah terdapat pada padat tebar 400 ekor/m3 sebesar
perbedaan antara padat tebar. 79,36%. Berdasarkan uji analisis
Hasilnya menunjukkan bahwa padat variansi (ANAVA) menunjukkan
tebar 700 ekor/m3 berbeda nyata perbedaan padat tebar berpengaruh
dengan padat tebar 400 ekor/m3, 500 nyata terhadap efisiensi pakan benih
ekor/m3, 600 ekor/m3, dan 800 ikan baung (P<0,005). Hasil uji
ekor/m3. Student Newman Keuls (SNK)
Dari hasil penelitian laju menunjukkan bahwa padat tebar 700
pertumbuhan spesifik (LPS) benih ekor/m3 berbeda nyata dengan padat
ikan baung diperoleh nilai tertinggi tebar 400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600
pada padat tebar 700 ekor/m3 yaitu ekor/m3, dan 800 ekor/m3.
5,90%/hari dan terendah pada padat Menurut NRC (1983) Jumlah
tebar 400 ekor/m3 yaitu 5,52%/hari. pakan yang terlihat sedikit akan
Berdasarkan uji analisis variansi menghasilkan pertumbuhan yang
(ANAVA) menunjukkan perbedaan kurang dan terjadi kompetisi antar
padat tebar berpengaruh nyata ikan. Sedangkan bila jumlah pakan
terhadap pertumbuhan spesifik benih lebih akan menyebabkan
ikan baung (P<0,005). Hasil uji metabolisme tidak efisien karena
Student Newman Keuls (SNK) pakan tidak dikonsumsi seluruhnya
menunjukkan bahwa padat tebar 700 dan dapat mengakibatkan
ekor/m3 berbeda nyata dengan padat menurunnya kualitas air. Huet (1979)
tebar 400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600 menyatakan bahwa laju pertumbuhan
ekor/m3, dan 800 ekor/m3. yang tinggi berkaitan dengan
Pemeliharaan ikan baung efisiensi pakan yang tinggi juga.
dengan sistem budidaya boster Efisiensi pakan yang tinggi
secara nyata mampu meningkatkan menunjukkan penggunaan pakan
pertumbuhan ikan dengan padat yang efisien, sehingga hanya sedikit
tebar yang lebih tinggi. Dengan zat makanan yang dirombak untuk
menambahkan suplemen boster pada memenuhi kebutuhan energi dan
pakan seperti boster aquaenzym dan selebihnya digunakan untuk
boster grotop yang mengandung pertumbuhan. Anggraini et al.,
enzim protease, dapat mempercepat (2012) menyatakan bahwa bila
pertumbuhan dan memperbaiki efisiensi pakan lebih kecil
metabolisme pencernaan pada benih menujukkan bahwa ikan tersebut
ikan. Sehingga dapat memacu laju kurang baik dalam memanfaatkan
pertumbuhan pada benih ikan baung pakan yang diberikan sehingga
(Sudarmaji, 2012). Hal ini serupa menghasilkan pertumbuhan yang
dengan pernyataan Yousefian dan kurang optimal.
Amiri (2009) bahwa probiotik dalam Ikan baung dalam penelitian
akuakultur berperan dalam ini tidak hanya memanfaatkan pakan
meningkatkan laju pertumbuhan, yang diberikan dari luar seperti
meningkatkan sistem imun dengan pakan komersil, tetapi juga
memanfaatkan pakan alami yang ada
7

dalam media pemeliharaan. Pada terdiri dari abiotik, kompetisi antar


budidaya sistem boster ini untuk spesies, penambahan popuasi ikan
menumbuhkan pakan alami pada dalam ruang gerak yang sama,
media pemeliharaan dilakukan meningkatnya predator dan parasit,
dengan proses fermentasi kekurangan makanan dan sifat-sifat
menggunakan 0,5 kg dedak halus + biologis lainnya. Sedangkan faktor
200 cc boster planktop + 10 g boster dalam terdiri dari umur dan
aquaenzym + 20 cc boster amino kemampuan ikan menyesuaikan diri
liquid (Sudarmaji dan Tim Boster, dengan lingkungannya. Angka
2013). kelulushidupan yang didapatkan
Tingkat kelulushidupan dalam penelitian ini berkisar antara
tertinggi terdapat pada padat tebar 77.08%-91,66%. Kematian ikan pada
700 ekor/m3 yaitu 91,66% dan penelitian ini sering terjadi dalam
terendah pada padat tebar 400 dua minggu pemeliharaan. Hal ini
ekor/m3 sebesar 77,08%. diduga karena kurangnya tingkat
Berdasarkan uji analisis variansi perhatian dalam melakukan sampling
(ANAVA) menunjukkan perbedaan sehingga menyebabkan ikan stress
padat tebar berpengaruh nyata lalu mati. Selain itu, juga karena ikan
terhadap tingkat kelulushidupan membutuhkan waktu agar bisa
benih ikan baung (P<0,005). Hasil beradaptasi dengan kondisi
uji Student Newman Keuls (SNK) lingkungan pemeliharaan yang baru.
menunjukkan bahwa padat tebar 700
ekor/m3 berbeda nyata dengan padat Kualitas Air
tebar 400 ekor/m3, 500 ekor/m3, 600
ekor/m3, dan 800 ekor/m3 (Lampiran Berdasarkan penelitian yang
8). telah dilakukan, didapatkan hasil
Menurut Armiah (2010) kualitas air (suhu, pH, DO dan
kelangsungan hidup ikan dipengaruhi amonia) pemeliharaan benih ikan
oleh dua faktor yaitu faktor luar dan baung (Hemibagrus nemurus) yang
faktor dalam. Faktor luar sendiri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)


pada Padat Tebar yang Berbeda
Padat Tebar Kualitas Air
(ekor/m3) Suhu (oC) pH DO (mg/l) Amonia(mg/l)
400 25,9-27,0 6,9-7,4 6,0-6,8 0,003-0,004
500 25,9-27,5 6,8-7,2 6,0-6,7 0,003-0,005
600 25,9-27,6 6,8-7,3 6,0-6,9 0,003-0,009
700 25,9-27,1 6,9-7,2 6,0-6,8 0,003-0,005
800 25,9-27,0 6,8-7,2 6,0-6,5 0,003-0,006

Berdasarkan data pengukuran perubahan cuaca yang tidak stabil.


kualitas air pada Tabel 2 dapat Berdasarkan hasil penelitian Tang
diketahui bahwa kualitas air yang (2000) kiasaran kualitas air secara
digunakan dalam penelitian ini masih khusus dalam pemeliharaan ikan
berada dalam kisaran batas optimum. baung untuk suhu yaitu 27-33 oC.
Suhu selama penelitian berkisar Menurut Boyd dalam Putra et al
antara 25,9-27,6 oC pada semua (2013) menyatakan bahwa perbedaan
perlakuan. Perubahan suhu suhu yang tidak melebihi 10 oC
dikarenakan adanya kondisi masih tergolong baik dan kisaran
8

suhu yang baik untuk organisme menyatakan bahwa perairan yang


didaerah tropis yaitu 25-31 oC. digunakan dalam kepentingan
Lesmana (2001) menyatakan perikanan sebaiknya memiliki
bahwa suhu yang terlalu besar akan konsentrasi oksigen terlarut tidak
menyebabkan beberapa pengaruh kurang dari 5 mg/L. Kordi (2015)
terhadap kesehatan ikan karna bila juga menyatakan untuk nilai optmal
suhu terlalu rendah maka ikan oksigen terlarut pada pemeliharaan
kurang aktif, nafsu makan menurun ikan baung berkisar antara 3-7 mg/L.
sehingga laju metabolisme pun Dari hasil penelitian yang telah
menurun. Sebaliknya, jika suhu dilakukan nilai oksigen terlarut yang
terlalu tinggi, maka ikan sangat aktif, didapatkan sudah dalam nilai optimal
nafsu makan meningkat sehingga pemeliharaan ikan baung.
kebutuhan oksigen pun akan Amonia merupakan gas
meningkat serta laju metabolisme nitrogen hasil buangan dari hasil
pun akan meningkat. Delami (2001) metabolisme biota akuatik oleh
juga menyatakan bahwa perubahwan perombakan protein. Baik dari biota
suhu yang sangat mendadak sebesar budidaya sendiri berupa kotoran
5 oC dapat menyebabkan ikan stress. seperti urin dan feses maupun sisa
Drajat keasaman (pH) sangat pakan. Berdasarkan hasil penelitian
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang telah dilakukan, didapatkan
ikan diperairan. Dalam penelitian konsentrasi amonia selama
yang telah dilakukan, didapatkan pH pemeliharaan berkisar 0,002-0,009
yang berkisar antara 6,8-7,4. Nilai mg/L. Dari hasil tersebut dapat
pH yang terlalu rendah dan tinggi diketahui bahwa kandungan amonia
dapat mematikan ikan. Menurut pada pemeliharaan ikan baung ini
Cahyono (2000) derajat keasaman sangat rendah. Hal ini dikarenakan
(pH) air dapat mempengaruhi budidaya sistem boster, dimana pada
pertumbuhan ikan. Derajat keasaman saat pagi dan sore hari dilakukan
air yang rendah atau sangat asam pembuangan air sebanyak 5% setelah
dapat menyebabkan kematian ikan itu diisi lagi sebanyak air yang telah
dan keadaan air basa juga dibuang. Khairuman dan Amri
menyebabkan pertumbuhan ikan (2008) menyatakan bahwa persentase
terlambat. Adapun pH air < 5,5 akan amonia dipengaruhi oleh suhu dan
menjadi racun (toksin) bagi pH air. Maka semakin tinggi suhu
kebanyak ikan di kolam dan pH > 9 dan pH air makin tingggi pula
juga berbahaya sekali bagi konsentrasi amonia. Batas
kehidupan ikan. Menurut konsentrasi amonia yang mematikan
Syafriadiman et al (2005) pH yang ikan baung berkisar antara 0,1-0,3
ideal untuk budidaya perikanan yaitu mg/L. Dari hasil penelitian yang
berkisar anatara 5-9. Juga Kordi telah dilakukan kandungan amonia
(2015) menyatakan bahwa untuk yang didapatkan terbilang sangat
nilai optimal kualitas budidaya ikan aman pada pemeliharaan ikan baung.
baung seperti pH berkisar antara 6,5-
8,5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kandungan oksigen terlarut
(DO) pada pemeliharaan ikan baung Hasil penelitian yang telah
selama penelitian yaitu berkisar dilakukan dapat disimpulkan bahwa
antara 6,0-6,9 mg/L. Effendi (2003) padat tebar yang berbeda pada
9

pemeliharaan ikan baung hypopthalamus). [Skripsi].


(Hemibagrus nemurus) dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu
sistem budidaya boster, berpengaruh Kelautan. Universitas Riau.
nyata terhadap pertumbuhan ikan
baung. Perlakuan terbaik terdapat Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan
pada padat tebar 700 ekor/m3 dengan dalam Keramba. Gedia.
bobot mutlak 4,41 g, panjang mutlak Jakarta. 80 hal.
4,81 cm, laju pertumbuhan spesifik
5,90%, efisiensi pakan 91,68%, rasio Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan
konversi pakan 1,09 dan tingkat Air Tawar. Kansius.
kelulushidupan ikan 91,66%. Yogyakarta.
Kualitas air selama penelitian yaitu
suhu 25,9-27,1 oC, pH 6,9-7,2, Daelami, D.A.S. 2001. Usaha
oksigen terlarut 6,0-6,8 mg/L dan Pembenihan Ikan Air Tawar.
amonia 0,003-0,005 mg/L. Penebar Swadaya (Anggota
Untuk pemeliharaan ikan IKAPI). Jakarta. 166 hal.
baung dengan sistem budidaya boster
sebaiknya dengan jumlah padat tebar Effendie, M.I. 2002. Telaah Kualitas
700 ekor/m3 karena menghasilkan Air, Bagi Pengelola
bobot mutlak, panjang mutlak, laju Sumberdaya dan Lingkungan
pertumbuhan harian, efisiensi pakan, Perairan. Jurusan Manajemen
rasio konversi pakan dan tingkat Sumberdaya Perairan.
kelulushidupan yang baik. Perlu Fakultas Perikanan dan Ilmu
dilakukan penelitian lanjutan berupa Kelautan. IPB. Bogor.
jumlah padat tebar dengan
menggunakan sistem budidaya boster Effendie, M.I. 2003. Kualitas Air
pada jenis ikan yang berbeda untuk Bagi Pengelolan Sumberdaya
pemeliharaan ikan tawar lainnya. Lingkungan Perairan.
Kansius. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, T., Nort, B., Scot A.P.,
Anggraini, R., Iskandar, dan Bromag, N.R., Porter, M.,
Taofiqurrohman, A. 2012. Gadd, D. 2002. The
Efektivitas Penambahan Relationship Between
Bacillus sp. Hasil Isolasi dari stocking Density and Walfare
Saluran Pencernaan Ikan Patin in farmed Rainbow Trout. J
pada Pakan Komersil Fish Biol, 61(3):493-531.
Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan benih Harahap, T.S. 2015. Pengaruh Dosis
ikan nila merah (Orechromis Probiotik Aquaenzyms
niloticus). Jurnal Perikanan Berbeda Pada Pakan Terhadap
dan Kelautan, 3(3):75-83. Pertumbuhan Dan
Kelulushidupan Ikan Baung
Armiah. J. 2010. Pemanfaatan (Hemibagrus nemurus).
Fermentasi Ampas Tahu [Skripsi]. Universitas Riau.
dalam Pakan Terhadap Pekanbaru.
Pertumbuhan Benih Ikan
Selais (Ompok
10

Heltonika, B., dan Nurasiah. 2016. niloticus) Sistem Boster.


Pemeliharaan Benih Ikan Laporan Penelitian. Lembaga
Baung (Hemibagrus Penelitian dan Pengabdian
nemurus) dengan Teknologi Kepada Masyarakat. 100 hal.
Photoperiod. Lembaga (tidak diterbitkan).
Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Putra, I., Mulyadi, Pamukas, N.A.,
Universitas Riau. Pekanbaru. dan Rusliadi. 2013.
Peningkatan Kapasitas
Hepher, B., dan Pruginin, Y. 1981. produksi akuakultur pada
Commercial Fish Farming pemeliharaan ikan selais
with Special Refrence to Fish (Ompok sp) sistem
Culture in Israel. A Wiley- akuaponik. Jurnal Perikanan
Interscience Publication. New dan Kelautan. 18(1)-1-10.
York.
Putra, I., Rusliadi, Fauzi. M., Tang.
Huet., M. 1970. Texbook of Fish U.M., Muchlisin. Z.A. 2017.
Culture. Finshing News Growth Performance and
(Book Ltd). London. Feed Utilization of African
Catfish Clarias gariepinus
Khairuman dan Amri, K. 2008. Ikan Fed a Commercial Diet and
Baung Peluang Usaha dan Reared in The Biofloc
Teknik Budidaya Intensif. System Enhanced with
Gramedia. Jakarta. Probiotic. Journal F1000
Research, 6: (1545) : 1-9.
Kordi, K.M.G.H. 2015. Akuakultur
Intensif & Super Intensif Putra, M.H. 2014. Proposal Usaha
Produksi Tinggi Dalam Budidaya Ikan Lele di Kolam
Waktu Singkat. Rineka Cipta. Terpal dengan Sistem Boster.
Jakarta Selatan. 424 Hal.
Slembrouck, J., Komaruddin, O.,
Lesmana , D.S. 2001. Kualitas Air Maskur, dan Legendre, M.
untuk Ikan Hias Air Tawar. 2005. Petunjuk Teknis
Penebar Swadaya. Jakarta. Pembenihan Ikan Patin
Indonesia, Pangasius
National Research Council (NRC). djambal. IRD-PRPB, Jakarta.
1983. Nutrien Requirements
of warm Water Fishes and Sudarmaji. 2012. Probiotik Aplikasi
Shelfish. National Academic pada Kolam Budidaya.
Press. Washington D.C. 120p. [Online]. Diakses tanggal 23
April 2019.
Pamukas, N.A., Syafriadiman dan <https://www.4shared.com/
Mulyadi. 2018. Jenis dan office/hUR5deJR/probiotik_p
Kelimpahan Plankton dengan df.html>
Penambahan Dosis
Fermentasi Boster Planktop Sudarmadji dan Tim Boster. 2013.
Berbeda pada Budidaya Ikan S.O.P Budidaya Lele Sistem
Nila Salin (Orechromis Boster. [Online]. Diakses
11

Tanggal 08 Oktober 2018.


<https://www.4shared.com Yousefian, M., dan Amiri M.S. 2009.
/zip/3kioZvME/sop_budidaya A Review of the Use of
_lele_sistem_boste.html>. Probiotic in aquaculture for
Fish and Shrimp. African
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Journal of Biotechnology.
Eksperimen. Tarsito. 8(25):7313-7318.
Bandung. 141 Hal.

Syafriadiman, Pamukas, N.A., dan


Hasibuan, S. 2005. Prinsip
Dasar Pengelolahan Kualitas
Air. Mina Mandiri Press.
Pekanbaru. 131 Hal.

Tang, U.M. 2000. Kajian Biologi,


Pakan dan Lingkungan Pada
Awal Daur Hidup Ikan Baung
(Mystus nemurus Cuvier and
Valencienes 1945).
[Disertasi]. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Tang, U.M. 2003. Teknik Budidaya


Ikan Baung (Mystus nemurus
C.V). Kanisius. Yogyakarta.
84 hal.

Tolussi, C.E., Hilsdrof A.W.S.,


Ceneppele, D., Moreira, R.G.
2010. The Effects of Stocking
Density in Physiological
Parameters and Growth of the
Endangered Teleost Species
Piabanha. Brycon Insignis
(Steindachner, 1877).
Aquaculture. 310:221-228.

Wardoyo, S., dan Muchlis I. 1990.


Menetapkan Usaha Budidaya
Perairan Agar Tangguh dalam
Rangka menyokong Era
Tinggal Landas. Makalah
pada Simposium Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. 85
hal.

You might also like