70-Article Text-118-1-10-20200408
70-Article Text-118-1-10-20200408
70-Article Text-118-1-10-20200408
Pendahuluan
Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diikuti oleh peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Hal ini
tertuang dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20
tahun 2003 pasal 12 butir a. Tujuan pendidikan agama di Indonesia
adalah untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
62
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
63
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
manusia dan sosial. Revolusi yang mendadak dan energi yang meledak
dalam pemikiran manusia itu menghasilkan sebuah peradaban besar
yang begitu menakjubkan dalam bidang kemajuan ilmu pengetahuan.73
Akibat pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah yang masih menunjukkan berbagai permasalahan
yang kurang menyenangkan menjadikan generasi bangsa ini krisis
karakter. Salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa ini seperti
konflik dan kekerasan atas nama klaim kebenaran palsu dan sempit
yang menyebabkan sentimen antar-kelompok meningkat. Dalam situasi
ini, masyarakat kita merespons dan menanggapi perbedaan pendapat
dan perbedaan keyakinan dengan cara yang salah. Konflik bernuansa
(penafsiran) agama, suku, ras, dan perbedaan pendapat semakin
meluas. Hal ini merupakan masalah penting yang harus dihadapi,
apabila kita ingin menegaskan eksistensi bangsa yang bercirikan
penghormatan akan keberagaman (multikulturalitas dan pluralitas).
Masalah lainnya, dominasi budaya membodohi akibat pengaruh
tayangan media (terutama budaya nonton melalui TV) yang
pengaruhnya pada masyarakat cukup luar biasa. Budaya tonton ini
membuat orang mudah terpengaruh pada “gebyar” kesemarakan yang
dicitrakan media yang membuat para penonton (khalayak masyarakat)
hanya bisa pasif dalam kebudayaan (kebiasaan yang membentuk
karakter pasif, bisu, dan mematikan naluri kreativitas serta
kemandirian berpikir).
Berdasarkan kontradiksi-kontradiksi di atas, beberapa isu yang
harus menjadi titik tekan dari pembangunan karakter cukup penting,
salah satunya adalah pendidikan ilmiah. Nilai-nilai ilmiah yang
berguna untuk melawan dampak berpikir fatalisme yang membuat
mental pasrah, anti-ilmiah, akibatnya seseorang tidak mampu dan
tidak mau bekerja keras untuk memahami dan memecahkan masalah-
masalahnya, mengatasi kesulitan hidup yang menempanya. Latihan
berpikir ilmiah juga akan membuat peserta didik memahami nilai-nilai
ilmiah yang mendukung nilai kejujuran, objektivitas berpikir, dan
memandang persoalan secara analistis dan kritis.
Sekolah/madrasah yang sementara masih menggunakan
kurikulum KTSP, guru Pendidikan Agama Islam merupakan sebagai
titik sentral. Guru seringkali masih menggunakan metode ceramah
(sedikit melakukan eksperimen atau hal-hal yang sebenarnya dapat
disampaikan secara empiris/ilmiah hanya disampaikan secara
dogmatis/verbal saja). Berbeda, dengan sekolah dasar yang sudah
menerapkan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mencoba,
64
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Metode Penelitian
Dilihat dari sisi pengumpulan data, jenis penelitian ini adalah
field research, yakni hasil penelusuran yang diperoleh di lokasi
penelitian digunakan sebagai tumpuan utama keseluruhan penelitian,
mulai dari melakukan observasi, wawancara, dan kajian dokumen.
Sehingga, pada pelaksanaannya penelitian ini dimaksudkan untuk
menjelaskan dan memecahkan problem yang bersifat konseptual-
teoritis tentang desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berbasis scientific-cum-doctriner.
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti
melakukan observasi dan wawancara hanya kepada orang-orang
yang memiliki informasi tentang desain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berbasis scientific-cum-doctriner untuk membentuk
karakter religius dan kreatif, sebagai berikut: Kepala sekolah SDN
Rejowinangun 1 Yogyakarta, untuk memperoleh data secara garis
besar karakter peserta didik dan kompetensi yang dimiliki oleh para
pendidik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SDN
Rejowinangun 1 Yogyakarta. Guru Pendidikan Agama Islam, untuk
mendapatkan informasi bagaimana perkembangan peserta didik guna
mengetahui kebutuhannya, merancang tujuan pembelajaran,
merancang materi pembelajaran, merancang sumber-sumber belajar,
65
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
66
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
67
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
68
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Tabel I.
Kebutuhan-kebutuhan Anak Usia 9-11 Tahun
Gambaran Umum Anak Usia Materi Pendidikan Agama
9-11 tahun Islam Yang Dibutuhkan
Anak dapat belajar dengan baik
Mengambil pendekatan
saat mereka aktif dan mencari
konstruktivis
solusinya sendiri
69
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
70
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
71
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
72
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Pendahuluan
Berdasarkan Pedoman Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
dalam kegiatan pendahuluan, guru melakukan beberapa kegiatan
sebagai berikut:
Pertama, menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran. Memberikan tekanan positif atau
suportif pada peserta didik dapat menjadikan otak terlibat secara
emosional dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja maksimal. Hal ini
muncul pada kondisi senang dan semangat dalam belajar, dan kondisi
demikian akan membuat peserta didik maksimal dalam belajar.
Dengan demikian, peserta didik akan belajar lebih lama dan lebih giat
sehingga hasil belajar menjadi maksimal.82 Suasana seperti ini perlu
dibangun dalam proses mengawali pembelajaran.
Kedua, memberi motivasi belajar peserta didik secara
kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional dan internasional. Kegiatan belajar peserta didik dapat
terlaksana dengan baik, apabila ada perhatian dan dorongan terhadap
stimulus belajar. Oleh karena itu, guru harus menciptakan dan
mempertahankan perhatian serta dorongan peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Memberikan stimulasi belajar dapat melalui
73
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif
yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong
peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut. Sesuai dengan KI-1
dan KI-2, yaitu sikap yang dikembangkan pada peserta didik adalah
sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Kemudian, berdasarkan
materi-materi yang digunakan pada penelitian ini, maka peserta didik
dapat menunjukkan perilaku rendah hati, hemat, gemar membaca,
dan sikap pantang menyerah. Menjalankan salat dengan tertib dan
menunjukkan sikap disiplin. Menyakini keimanan Wali Songo kepada
Allah Swt., serta menunjukkan perilaku peduli dan rendah hati. Hal
74
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Pengetahuan
Sesuai dengan Pedoman Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
bahwa dalam aspek pengetahuan untuk memperkuat pendekatan
scientific, disarankan menerapkan belajar berbasis penyingkapan
penelitian. Disamping itu, untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun
kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah. Kompetensi yang
hendak dicapai pada materi “Mari berperilaku terpuji” adalah
memahami sikap rendah hati, memahami perilaku hemat, memahami
manfaat gemar membaca, dan memahami makna sikap pantang
menyerah. Untuk materi “Mari melaksanakan salat” kompetensi yang
hendak dicapai adalah memahami makna ibadah salat. Kemudian,
untuk materi “Kisah keteladanan Wali Songo” kompetensi yang
hendak dicapai yakni memahami kisah keteladanan Wali Songo.
Berikut ini, beberapa aktivitas dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berbasis Scientific-cum-doctriner:
Mengamati, kegiatan ini menekankan pada aktivitas
pengamatan gambar yang terdapat buku teks. Selain itu, penggunaan
media belajar seperti LCD atau penayangan video akan meningkatkan
daya tangkap peserta didik dalam proses pengamatan. Untuk materi
“Mari berperilaku terpuji” dapat ditayangkan video suasana di
perpustakaan, video tentang perjuangan anak berangkat sekolah
dengan menyebrang sungai hanya berpegang seutas tali, video
tentang anak yang menyanyangi orang kurang mampu (miskin), dan
video anak yang rajin menabung. Untuk materi “Mari melaksanakan
salat” dapat ditayangan video anak yang sedang praktik salat.
Kemudian, untuk materi “Kisah keteladanan Wali Songo” dapat
ditayangkan video tentang kisah-kisah Wali Songo, bangunan atau
alat-alat kesenian warisan para Wali Songo.
Menanya, merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan cara memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang belum ia pahami dari
apa yang diamatinya. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya
terkait materi “Mari berperilaku terpuji”, “Mari melaksanakan salat”,
dan “Kisah keteladanan Wali Songo”.
Mengumpulkan informasi, merupakan kegiatan pembelajaran
yang berupa membaca sumber belajar selain buku teks, dapat berupa
75
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
Keterampilan
Sesuai dengan Pedoman Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
bahwa dalam upaya mewujudkan keterampilan peserta didik, perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning) dan pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning). Kompetensi yang hendak dicapai pada materi “Mari
berperilaku terpuji” adalah mencontohkan sikap rendah hati,
mencontohkan perilaku hemat, menunjukkan perilaku gemar
membaca, dan menunjukkan sikap pantang menyerah. Untuk materi
“Mari melaksanakan salat” kompetensi yang hendak dicapai adalah
menunjukkan contoh makna ibadah salat dan menceritakan
pengalaman melaksanakan salat di rumah dan masjid lingkungan
sekitar rumah. Kemudian, untuk materi “Kisah keteladanan Wali
Songo” kompetensi yang hendak dicapai yakni menceritakan kisah
keteladanan Wali Songo. Adapun, kegiatan dalam proses ini meliputi:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Mengamati, merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas pengamatan gambar yang terdapat buku teks.
Disamping itu, penggunaan media belajar seperti LCD atau
penayangan video akan meningkatkan daya tangkap peserta didik
dalam proses pengamatan. Kompetensi yang dikembangkan dalam
76
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
77
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
78
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
79
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
80
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
َل تَ ۡد ُخلُواَ بُيُوتًا َغ ۡي َرَ بُيُوتِ ُكمَۡ َحتَّىَ تَ ۡستَ ۡأنِسُواَ َوت ُ َسلِّ ُمواَ َعلَ َٰٓى َ َ َيََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينََ َءا َمنُوا
َ َۡأَ ۡهلِهَاَ َذلِ ُكم
َ ٧٢ ََخ ۡيرَ لَّ ُكمَۡ لَ َعلَّ ُكمَۡ تَ َذ َّكرُون
hal. 297-298
81
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
82
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
83
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
Para Kekasih Allah (Kitab Fikih Pedoman Shalat Sunah Terlengkap), (Jakarta:
Gramedia, 2013), hal. 55
88 Raswad, Myr, Dua Puluh Tujuh Keutamaan Salat Berjamaah di Masjid,
84
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Karakter Kreatif
Untuk mengukur perkembangan kreativitas siswa, penulis
merumuskan beberapa perilaku kreatif berdasarkan empat aspek
pengembangan kreativitas (pribadi, press, proses, dan produk):
85
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
86
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
87
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
peserta didik yang rajin membaca buku selalu aktif di kelasnya. Hal
ini merupakan proses kerja otak yang sistematis dan otomatis
karena kebiasaan. Ketika membaca peserta didik tidak hanya
sebatas memasukkan informasi ke dalam otak namun secara
bersamaan melatih konsentrasi.
5. Mengemukakan pendapat ketika belajar
Kebiasaan peserta didik yang berpikir kreatif salah satunya
adalah semangat dalam mengikuti pelajaran dan berani
mengemukakan gagasan. Hal ini, biasanya muncul ketika guru
memberikan pertanyaan kepada peserta didik, kemudian peserta
didik yang lain diberi kesempatan untuk menanggapinya.
Pembelajaran yang berbasis scientific-cum-doctriner memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk aktif (kreatif), misalnya
peserta didik mendiskusikan sub materi pelajaran dalam sebuah
kelompok. Kemudian, disampaikan kepada peserta didik yang lain
(antar kelompok) dan kelompok lain diberikan kesempatan untuk
menanggapinya.
6. Menunjukkan perilaku berani bertanya dan menjawab
Peserta didik yang berpikir kreatif dan semangat dalam
mengikuti pelajaran dapat dilihat dari kebiasaannya mengajukan
dan menjawab pertanyaan. Pembelajaran melalui pendekatan
scientific akan membentuk karakter kreatif peserta didik. Mereka
secara aktif diberi kesempatan untuk mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
Berdasarkan pengamatan penulis di kelas: “...setiap guru memberikan
pertanyaan, peserta didik secara berebut mengangkat tangan untuk
menjawab pertanyaan.” Hal ini, menunjukkan peserta didik sangat
aktif dalam mengikuti pelajaran. Namun, keberanian peserta didik
untuk bertanya di kelas masih kurang. Beberapa peserta didik yang
berani bertanya hanya itu-itu saja (orang yang sama).
88
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
Kesimpulan
Implikasi ilmu manajemen pendidikan Islam dapat digunakan
untuk menyusun pengelolaan strategi pembelajaran di kelas.
Manajemen strategi pembelajaran merancang desain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berbasis scientific-cum-doctriner untuk
membentuk karakter religius dan kreatif pada peserta didik SDN
Rejowinangun 1 Yogyakarta ditempuh melalui enam tahapan: analisis
perkembangan peserta didik guna mengetahui kebutuhannya,
perancangan tujuan pembelajaran, perancangan materi pembelajaran,
perancangan langkah-langkah pembelajaran, perancangan sumber-
sumber belajar, dan perancangan evaluasi pembelajaran.
Hasil implementasi ilmu manajamen pendidikan Islam dalam
aspek manajamen strategi pembelajaran yang berbentuk desain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis scientific-cum-doctriner
dapat diketahui melalui pembentukan karakter religius dan kreatif
pada peserta didik di SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta dengan
berdasarkan indikator yang menunjukkan karakter religius dan kreatif.
Indikator karakter religius seperti: terbiasa mengucapkan salam,
menjalanan perilaku hemat seperti yang diajarkan Rasulullah SAW,
membaca surah-surah pendek sebelum belajar, melaksanakan salat
fardu berjamaah, melaksanakan salat sunah dhuha, melaksanakan salat
tepat waktu, menerapkan bacaan dan doa setelah salat. Sedangkan,
indikator karakter kreatif seperti: menyapa terlebih dahulu jika
bertemu dengan orang lain, menunjukkan sikap tolong menolong
kepada orang lain, membeli barang sesuai kebutuhan dan menyisihkan
uang untuk ditabung, membiasakan membaca buku di waktu luang,
mengemukakan pendapat ketika belajar, menunjukkan perilaku berani
bertanya dan menjawab.
89
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Scientific-Cum-Doctriner
Daftar Pustaka
Al-Afifi, Syekh Thaha Abdullah, Ahlur-Rahmah Fil Qur’an Was-Sunnah,
diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani dan Taqiyuddin
Muhammad, Jakarta: Gema Insani, 2007.
Al-Qahthani, Said Bin Ali Bin Wahf, Al-Khusyuk Fish-Shalah Fi Dhau’il-
Kitab Was-Sunnah, diterjemahkan oleh Abu Anisa Farid Abdul
Aziz Qurusy, Yogyakarta: Darul Uswah, 2013.
Ali, H.A. Mukti., Metode Memahami Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
Aliah B., Hasan, Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap
Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Dacholfany, M. Ihsan, “Reformasi Pendidikan Islam dalam
Menghadapi Era Globalisasi: Sebuah Tantangan dan Harapan”,
Jurnal, Akademika, Vol. 20, No. 01., 2015.
Hadi, Samsul, “Pengembangan Desain Pembelajaran dengan Model
Contextual Teaching and Learning pada Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Asembagus”, Jurnal
Studi Agama, El-Wasathiya, Vol. 4, No. 2., 2016.
Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2011.
Hanafiah, Muhibuddin, “Revitalisasi Metodologi Dalam Studi Islam:
Suatu Pendekatan Terhadap Studi Ilmu-Ilmu Keislaman”, Jurnal
Ilmiah, Didaktika Vol. XI, No. 2., 2011.
Hari Suciningsih, Cristiana, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai
dengan Kanak-Kanak Akhir, Jakarta: Prenadamedia, 2014.
Karman, Supiana, M., Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2012.
Latif, Abdul, “Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI)”, Jurnal, El-Hikmah, Vol. 9, No. 1., 2015.
Mahfud, “Berpikir dalam Belajar: Membentuk Karakter Kreatif Peserta
Didik”, Jurnal, Al-Tarbawi, Al-Haditsah, Vol. I, No.1, ISSN, 2407-
6805.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Majid, Abdul, Chaerul Rochman., Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi
Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
90
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020
Adhika Alvianto
91
ÁL-FÂHIM | Vol. II No. 1, Maret 2020